Anda di halaman 1dari 8

|

Maj Obstet
Ginekol Indones

124 Ocviyanti dkk

Profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina perempuan Indonesia


D. OCVIYANTI*
Y. ROSANA**
N. WIBOWO*
*Departemen Obstetri dan Ginekologi
**Departemen Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta

Tujuan: Mendapatkan data profil flora vagina dan tingkat keasaman


vagina pada perempuan Indonesia.
Tempat: Puskesmas di Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Bahan dan cara kerja: Penelitian ini merupakan studi deskriptif.
Populasi adalah semua perempuan Indonesia berusia 15-50 tahun. Populasi terjangkau adalah semua perempuan Indonesia berusia 15-50 tahun yang datang memeriksakan diri ke beberapa Puskesmas di Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung dan Laboratorium Mikrobiologi FKUI pada periode Mei 2008 - Februari 2009. Dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner untuk mendapatkan data
demografik dan karakteristik medik, pemeriksaan tingkat keasaman
(pH) vagina dengan tes celup (Merck@), pemeriksaan Gram untuk mencari morfotipe flora vagina, serta deteksi bakterial vaginosis (BV) menggunakan tes Whiff dan kriteria Nugent.
Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 492 orang, rata-rata umur
30,9 tahun dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur 26 - 40 tahun
(59,1%). Kelompok menikah adalah yang terbanyak (76,4%). Sebagian
besar subjek adalah ibu rumah tangga (69,1%). Sebagian besar subjek
berpendidikan setingkat SMU (46,3%). Rata-rata pH vagina yang didapatkan pada penelitian ini adalah 4,8. Didapatkan subjek dengan pH
5 sebesar 65,4%, sisanya sebesar 36,6% mempunyai pH > 5. Pada tiap
kelompok umur lebih banyak yang mempunyai pH 5 dibandingkan pH
> 5, dan tampak jelas perbedaannya pada kelompok umur 15-19 tahun
di mana 89,1% mempunyai pH 5 dan 10,9% mempunyai pH > 5 (ratarata 4,6; median 4,5). Terdapat perkecualian untuk kelompok umur 4145 tahun di mana subjek yang mempunyai pH 5 lebih sedikit (46,7%)
dibandingkan subjek yang mempunyai pH > 5 (53,3%). Dari pemeriksaan Gram didapatkan prevalensi Lactobacillus sp sebesar 63%, Gardnerella sp. sebesar 51,4%, Coccus gram positif sebesar 48,7%, dan Candida sp. sebesar 4,6%. Terdapat perbedaan yang cukup besar pada prevalensi BV berdasarkan pemeriksaan dengan tes Whiff dan skor Nugent,
masing-masing sebesar 5,7% dan 30,7%.
Kesimpulan: Rata-rata pH vagina yang didapatkan pada penelitian
ini pada kelompok umur < 20 (15-19) tahun, 20-40 tahun dan 41-50 tahun berturut-turut adalah 4,6; 5,3 dan 5,6 dengan rata-rata keseluruhan
4,8. Prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella Sp, Coccus gram positif
pada penelitian ini sebesar 63%, 51,4%, 48,7%. Prevalensi kandidiasis
adalah 4,7%. Prevalensi bakterial vaginosis (BV) dengan kriteria Nugent adalah 30,7%.
[Maj Obstet Ginekol Indones 2009; 33-2: 124-31]
Kata kunci: flora vagina, tingkat keasaman (pH) vagina, bakterial
vaginosis (BV)

Objective: To collect data of the characteristic of vaginal flora and


vaginal pH among the Indonesian women.
Setting: Puskesmas Karawang, Clinic of Batalyon 201 Cijantung,
and Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia.
Material and methods: It is a descriptive study. The population involved is Indonesian women aged 15-50 years old. Subject population
is Indonesian women aged 15-50 years old, who came to some Puskesmas in Karawang District, Clinic of Batalyon 201 Cijantung and Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia
from May 2008 until February 2009. The interview and questioner filling were performed to acquire the data of demographic and medical
characteristic, vaginal pH examination was performed with dip stick
test (Merck@), Grams staining was performed to evaluate the morphotype of vaginal flora, and an evaluation for bacterial vaginosis (BV) was
performed using Whiff test and Nugent criterias.
Results: The subject number was 492, at average age of 30.9 years
old with the most frequent age of 26-40 years old (59.1%). The subjects
are mostly married (76.4%) and housewives (69.1%). The mean education level is equal to senior high school (46.3%). The mean vaginal
pH in this study is 4.8. There are 65.4% women with vaginal pH 5,
and the 36.6% women with vaginal pH > 5. In each group, there are
more women with vaginal pH 5, and significantly shown in age group
of 15-19 years old, which 89% women had pH level 5 and 10.9%
women with pH > 5. There is exception for age group 41-45 years, that
the number of women with vaginal pH 5 are less (46.7%) than the subject with pH > 5 (53.3%). The prevalence of Lactobacillus sp. was 63%,
Gardnerella sp. is 51.4%, positive gram Coccus was 48.7%, and Candida sp. was 4.6%. The prevalence rate of BV is significantly different
by Whiff test and Nugent score, which respectively are 5.7% and 30.7%.
Conclusion: The vaginal pH mean in this study for the age group of
< 20 (15-19) year, 20-40 year and 41-50 year respectively are 4.6; 5.3
and 5.6 with all age group vaginal pH mean 4.8. The prevalences of
Lactobacillus sp, Gardnerella Sp, positive gram Coccus respectively are
63%, 51.4% and 48.7%. The prevalence of Candida Sp is 4.7%. The
prevalence of bacterial vaginosis (BV) by Nugents criterias is 30.7%.
[Indones J Obstet Gynecol 2009; 33-2: 124-31]
Keywords: vaginal flora, vaginal pH, bacterial vaginosis (BV)

PENDAHULUAN

imbangan flora normal vagina dapat menyebabkan


pertumbuhan mikroorganisme tersebut berlebihan
sehingga menjadi patogen.1 Duh vagina (keputihan)
merupakan salah satu gejala ginekologi yang paling

Peran flora normal sebagai patogen oportunistik pada infeksi endogen sangat penting. Perubahan kese|

Vol 33, No 2
April 2009

|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 125

sering dikeluhkan oleh perempuan. Banyak agen infeksius dan non infeksius yang dihubungkan dengan gejala ini. Kandidiasis dan bakterial vaginosis
(BV) merupakan faktor penyebab yang paling sering.2
Pada semua penelitian yang ada di mana ras atau
etnis dilaporkan, prevalensi bakterial vaginosis lebih tinggi pada kelompok Afro-Amerika atau AfroKaribia dibanding pada perempuan kulit putih.
Bakterial vaginosis juga berkaitan erat dengan
status sosial ekonomi, yang diukur dengan pendapatan dan tingkat pendidikan.3 Keadaan ini menyebabkan prevalensi bakterial vaginosis dan flora vagina perlu diteliti pada daerah yang berbeda dan
dengan kondisi geografi berbeda, yang akan berkaitan dengan faktor ras dan sosial ekonomi. Di Indonesia sendiri, belum didapatkan penelitian tentang hal ini.
Terdapat berbagai macam interaksi antara organisme patogen, flora normal, serta antara kedua jenis organisme tersebut. Interaksi tersebut dapat menghasilkan efek sinergis atau antagonis terhadap patogen saluran reproduksi.
Vulva neonatus steril sampai 24 jam setelah kelahiran. Setelah itu akan berkembang organisme
nonpatogen seperti Mycobacterium smecmatis, Streptococcus nonhemoliticus dan Staphylococcus epidermidis. Pada pubertas Lactobacillus kembali
muncul dan terdapat flora yang menetap selama
masa dewasa. Flora normal perempuan dewasa terdiri atas beberapa macam organisme seperti4: batang gram positif, kokus gram negatif dan batang
gram negatif, termasuk juga Bacteriodes sp, Bifidobacterium sp, Eubacterium sp, Clostridium sp,
Fusobacterium sp, Gaffkya sp, Lactobacillus sp,
Peptococcus sp, Peptostreptococcus sp, Propionibacterium sp dan Veillonella sp. Setelah pubertas,
glikogen tersimpan dalam epitel vagina dan jumlahnya akan berada di bawah pengaruh hormon estrogen.
Glikogen di metabolisme oleh sel epitel menjadi
glukosa, yang selanjutnya akan menjadi substrat
bagi Lactobacillus sp untuk diubah menjadi asam
laktat.1 Flora normal pada masa menopause menyerupai pada masa prapubertas. Konsentrasi Lactobacillus sp rendah pada menopause. Pada perempuan pascamenopause yang tidak menerima terapi
hormon estrogen, kolonisasi Lactobacillus sp hanya
setengah dari kadar normal. Sedangkan pada perempuan yang mendapatkan terapi sulih hormon estrogen kadar Lactobacillus sp meningkat. Keberadaan estrogen maupun laktobasilus diperlukan
untuk mendapatkan kondisi pH vagina yang optimal (pH < 4,5).1,5

BAHAN DAN CARA KERJA


Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang dilakukan di Puskesmas Karawang, Pedes, Cikampek,
Tempuran (Kabupaten Karawang), Batalyon 201
Cijantung serta Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada periode
Mei 2008 - Februari 2009. Dari semua perempuan
berusia 15-50 tahun yang datang untuk memeriksakan diri, diambil sampel subjek yang tidak termasuk kriteria eksklusi yaitu perempuan hamil, sedang haid, menderita tumor atau infeksi pada organ
reproduksi. Didapatkan 506 orang subjek dengan
teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan
dengan cara:
N Wawancara dan pengisian kuesioner untuk mengetahui sebaran data demografik dan karakteristik medik.
Dicatat data demografik berupa umur, pendidikan, pekerjaan, dan status pernikahan. Data karakteristik medik yang dicatat berupa paritas, keluhan saluran reproduksi, riwayat Diabetes Mellitus, riwayat penyakit menular seksual, pemakaian antibiotika, penggunaan kontrasepsi, apakah suami disirkumsisi atau tidak, pemakaian
panty liner, dan pemakaian sabun vagina.
N Pemeriksaan pH vagina dengan menggunakan
tes celup (dip stick Merck), yang mempunyai
rentang nilai pH 3-10.
Pemeriksaan pH vagina dilakukan dengan menempelkan tes celup pada kanalis vaginalis di
mana pada subjek yang belum menikah tes celup
ditempelkan pada introitus vagina. Penilaian kadar pH dilakukan dengan menyesuaikan perubahan warna yang didapat pada tes celup dengan
skala warna yang tertera pada kit pemeriksaan.
N Pemeriksaan Gram dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi untuk mencari morfotipe flora vagina seperti Lactobacillus sp, Gardnerella sp,
Bacteroides sp, dan variasi bakteri lainnya per
lapang pandang besar.
Pengambilan lendir vagina dengan cara mengusap forniks posterior dengan kapas lidi steril yang
telah dibasahi dengan larutan garam fisiologis
(kontak dengan spekulum dihindari). Pada subjek yang belum pernah melakukan hubungan
seksual, pengambilan spesimen hanya dilakukan
pada introitus vagina dengan kapas lidi steril
yang telah dibasahi dengan larutan garam fisiologis. Lendir vagina dioleskan pada kaca objek
yang sudah dibersihkan, dibiarkan kering di udara, dan dilewatkan di atas api spiritus untuk
menghilangkan lemak, serta diberi label identitas
subjek penelitian. Sampel disimpan pada kotak
preparat dan dikirim ke Laboratorium Mikrobio|

Maj Obstet
Ginekol Indones

126 Ocviyanti dkk

logi FKUI untuk diwarnai dengan pewarnaan


Gram dan dibaca.
Tes Whiff untuk deteksi adanya bakterial vaginosis.
Tes Whiff dikerjakan dengan cara mengambil
duh vagina, dioleskan pada kaca objek dan diberikan beberapa tetes KOH 10%. Lalu pemeriksa mencium apakah ada bau menyengat seperti bau ikan. Apabila tercium bau ikan, dapat
dikatakan tes Whiff positif.
Penghitungan skor Nugent untuk diagnosis bakterial vaginosis.
Sediaan yang sudah diwarnai dengan pewarnaan
Gram di atas akan dinilai dan diberikan skor berdasarkan kriteria Nugent (Tabel 1).6

Puskesmas Cikampek, didapatkan 87 subjek, dengan 2 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Pada Batalyon 201 Cijantung, didapatkan 147 subjek, dengan 6 subjek tidak
dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Sementara data dari Laboratorium Mikrobiologi FKUI adalah 83 subjek. Dari keseluruhan data,
terdapat 2,7% sampel yang tidak dimasukkan ke
dalam penelitian. Jumlah subjek penelitian adalah
492 orang, rata-rata umur subjek penelitian 30,9 tahun dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur
26 - 40 tahun (59,1%). Kelompok menikah adalah
yang terbanyak (76,4%). Sebagian besar subjek berpendidikan setingkat SMU (46,3%) dan sebagian
besar subjek adalah ibu rumah tangga (69,1%).
Tabel 2. Sebaran karakteristik demografik subjek (n=492)

Tabel 1. Sistem skoring pada perwarnaan Gram6


Skor

Morfotipe
Morfotipe Gardnerella sp
Lactobacillus sp
dan Bacteroides sp

4+

Karakteristik demografik

Morfotipe
bakteri gram

Jumlah

15 - 19

55

11,2

20 - 25

77

15,7

26 - 40

291

59,1

41 - 45

44

8,9

25

5,1

Umur (tahun)

3+

1+

1+ atau 2+

2+

2+

3+ atau 4+

1+

3+

46 - 50

4+

Status pernikahan

Belum menikah

83

16,9

376

76,4

33

6,7

SD

75

13,0

SMP

74

15,0

SMU

228

46,.3

SMU

126

25,6

Ibu rumah tangga

340

69,1

Mahasiswa/pelajar

81

16,5

0,8

Guru/PNS

29

5,9

Karyawati

1,6

Menikah 1 x

Morfotipe diberikan skor berdasarkan jumlah


yang dilihat per lapang pandang. 0: tidak terdapat
morfotipe abnormal; 1+: tampak <1 morfotipe abnormal; 2+: tampak 1-4 morfotipe; 3+: tampak 5-30
morfotipe; 4+: tampak 30 morfotipe.
Diagnosis BV berdasarkan skor Nugent: normal
(skor 0-3), intermediet (skor 4-6), BV (skor 7).
Pada penelitian ini dikelompokkan dua diagnosis
BV: positif (skor 7) dan negatif jika normal atau
intermediet (skor 0-6).

Menikah > 1 x
Pendidikan subjek

Pekerjaan subjek

Bidan/perawat

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Jumlah subjek penelitian secara keseluruhan adalah
506, namun hanya 492 yang dimasukkan dalam penelitian karena pada 14 subjek didapatkan data
yang tidak lengkap. Dari Puskesmas Karawang, didapatkan 63 subjek, dengan 2 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap.
Pada Puskesmas Pedes, didapatkan 63 subjek, dengan 1 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Pada Puskesmas Tempuran, didapatkan 63 subjek, dengan 3 subjek tidak
dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap.

Wiraswasta

13

2,6

Buruh tani

17

3,5

KARAKTERISTIK MEDIK
Pada sebaran karakteristik medik, sebanyak 74,4%
subjek dengan paritas 1-5. Yang menarik, sekitar
38,8% subjek ternyata memiliki keluhan saluran reproduksi, dengan keluhan terbanyak adalah keputihan (28%).
|

Vol 33, No 2
April 2009

|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 127

Tabel 3. Sebaran karakteristik medik subjek (n=492)


Karakteristik medik
Paritas
0
1-5
>5
Keluhan saluran reproduksi
Ada
Keputihan
Gatal
Keputihan dan Gatal
Tidak
Riwayat DM
Ada
Tidak
Tidak tahu
Riwayat PMS
Ada
Tidak
Tidak tahu
Pemakaian antibiotika
Ya
Tidak
Pemakaian kontrasepsi
Ya
Hormonal/kombinasi
Progesteron
Kondom/IUD
Tidak
Suami sirkumsisi
Ya
Tidak
Pemakaian panty liner
Ya
Tidak
Pemakaian sabun vagina
Ya
Tidak

Jumlah

118
366
8

24,0
74,4
1,6

191
138
7
45
302

38,8
72,3
3,7
23,6
61,4

1
473
18

0,2
96,1
3,7

10
439
43

2,0
89,2
8,7

9
483

1,8
98,2

259
89
145
25
233

52,6
34,4
55,9
9,7
47,4

390
102

79,3
20,7

68
424

13,8
86,1

(97,8%) berada antara pH 4 hingga 7 dengan pH


rata-rata 4,8 dan median 5.
Pada analisis di setiap kelompok umur lebih banyak yang mempunyai pH 5 dibandingkan pH >
5, dan tampak perbedaan pada kelompok umur 1519 tahun di mana 89,1% mempunyai pH 5 dan
10,9% mempunyai pH > 5 dengan pH rata-rata 4,6
dan median 4,5. Pada kelompok umur antara 20-40
tahun pH rata-rata adalah 5,3 dengan median 5.
Pada kelompok umur 41-45 tahun subjek yang
mempunyai pH 5 lebih sedikit (46,7%) dibandingkan subjek yang mempunyai pH > 5 (53,3%).
Secara teoritis pada masa perimenopause, kadar estrogen mulai turun sehingga kadar glikogen pada
epitel vagina berkurang akibatnya tingkat keasaman
vagina meningkat. Namun demikian pada penelitian
ini didapatkan pada kelompok usia yang lebih tua
(46-50 tahun) justru lebih banyak yang pH vaginanya 5 (68%). Secara rata-rata pH vagina pada
kelompok umur di atas 41 tahun hingga 50 tahun
adalah 5,6 dengan median 5. Tampak secara keseluruhan rata-rata pH antara kelompok umur kurang dari 20 tahun (15-19 tahun), 20-40 tahun dan
41-50 tahun berturut-turut 4,6; 5,3 dan 5,6.
Tabel 4. Tingkat keasaman vagina
Karakteristik
Umur (tahun)
15 - 19

55

89,1

10,9

20 - 25

77

74

26

26 - 40

291

61,2

38,8

41 - 45

44

47,7

53,3

46 - 50

25

68

32

Status Pernikahan
Belum menikah

82

89,1

10,9

377

62,2

37,8

33

42,4

57,6

Ya

188

64,9

35,1

Tidak

304

65,8

34,2

1x
188
304

Jumlah pH 5 (n=322) pH > 5 (n=170)


%
%

38,2
61,8

> 1x
Pemakaian sabun vagina

TINGKAT KEASAMAN VAGINA


Rata-rata pH vagina yang didapatkan pada penelitian ini adalah 4,8 dengan median 5, sedikit lebih
basa dari pH vagina pada data kebanyakan perempuan usia reproduksi tanpa keluhan saluran reproduksi dan dengan siklus haid yang teratur, yaitu pH
< 4,5.5 Didapatkan subjek dengan pH 5 sebesar
65,4%, sisanya sebesar 36,6% mempunyai pH > 5.
Secara keseluruhan rentang hasil pemeriksaan pH
adalah antara 3 hingga 10, namun sebagian besar

PEMERIKSAAN GRAM
Pada penelitian ini, ditemukan prevalensi Lactobacillus sp sebanyak 310 subjek dari total subjek 492
(63%). Keberadaan Lactobacillus sp pada vagina
bervariasi di antara perempuan dan pada perempuan
yang sama pada waktu yang berbeda. Terdapat perubahan dinamis kolonisasi Lactobacillus sp pada
|

Maj Obstet
Ginekol Indones

128 Ocviyanti dkk

Prevalensi Gardnerella vaginalis 30-50% dan Streptococci grup B 10-30%.7


Prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella sp, Coccus, dan Candida terbanyak pada kelompok umur
26-40 tahun, masing-masing sebesar 39,2%, 34,1%,
31,7%, dan 3% secara berurutan. Sesuai dengan
teori yaitu prevalensi Lactobacillus sp yang rendah
pada masa pascamenopuse pada penelitian ini, pada
kelompok usia 46 tahun didapatkan prevalensi
Lactobacillus sp yang kecil yaitu 3,4%. Menikah
dan paritas juga menunjukkan peningkatan prevalensi keempat organisme di atas. Pemakai KB dan
bukan pemakai KB tidak memiliki perbedaan dalam
prevalensi Lactobacillus sp. Tampak bahwa prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella sp, Coccus, dan
Candida lebih besar pada kelompok yang suaminya
tidakdisirkumsisi.

vagina seorang perempuan normal. Dalam sebuah


penelitian, terdapat 95% perempuan yang kultur
Lactobacillus sp-nya positif paling tidak sekali selama periode waktu 8 bulan. Dua pertiga dari
perempuan-perempuan tersebut, menunjukkan perubahan fluktuatif hasil kultur Lactobacillus sp (positif dan negatif) selama kurun waktu tersebut.
Kolonisasi Lactobacillus sp cenderung menetap
apabila jenis laktobasilusnya adalah L. Crispatus
atau L. Jensenii yang memproduksi H2O2.5
Gardnerella sp terdapat pada 253 subjek (51,4%),
Coccus gram positif 240 subjek (48,7%), Candida
sp 23 subjek (4,6%). Prevalensi masing-masing
flora vagina tersebut berdasarkan berbagai karakteristik dapat dilihat pada Tabel 5. Sesuai dengan
fungsi vagina dan anatominya, maka vagina sering
terkontaminasi dengan berbagai macam patogen
dari kulit, daerah perianal, dan pasangan seksual.

Tabel 5. Prevalensi flora vagina berdasarkan karakteristik subjek


Karakteristik
Umur (tahun)
15 - 19
20 - 25
26 - 40
41 - 45
46
Status pernikahan
Belum menikah
Menikah 1x
Menikah > 1x
Paritas
0
1-5
>5
Keluhan saluran reproduksi
Ada
Tidak ada
Pemakaian KB
Ya
Hormonal/kombinasi
Progesteron only
Kondom/IUD
Tidak
Suami sirkumsisi
Ya
Tidak

Lactobacillus sp (%)

Gardnerella sp (%)

Coccus (%)

Candida (%)

55
77
291
44
25

4,2
9,3
39,2
6,7
3,4

0
7,3
34,1
5,9
4,1

2,6
5,7
31,7
5,7
3

0,2
0,8
3
0,4
0,2

83
376
33

6,5
52,4
4,1

3,6
47,1
6,7

3
42
3,6

0,4
3,9
0,4

118
366
8

11
50,8
1,2

4,8
44,7
1,4

7,1
40,4
1,2

0,2
4,3
0

191
302

23,7
39,2

19,7
31,7

19,6
29

2
2,4

259

233

30
12,6
15,8
1,6
33,1

18,6
9,1
9,5
0
32,7

18,2
7,7
9,1
1,4
30

0,7
0,4
1
0,2
3

390
102

9,3
51,6

3,4
48

5,2
43,5

8
3,9

Vol 33, No 2
April 2009

|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 129
53% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Sedangkan penelitian oleh Sodhani9 menunjukkan tes Whiff
memiliki sensitivitas 33,9% dan spesifisitas 86,9%.
Kedua penelitian di atas memiliki angka yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Jakarta,
di mana tes Whiff memiliki sensitivitas 7,9% dan
spesifisitas 95,3%. Perbedaan di antara penelitian
di atas, kemungkinan disebabkan cara pengambilan
discharge vagina, kualitas dari KOH dan subjektivitas dari pembau. Penelitian lain menunjukkan
kemungkinan perbedaan potensi KOH yang digunakan, keterlambatan dalam melakukan tes, kuantitas discharge yang tidak cukup, intervensi penggunaan cotton swab. Sedangkan diantara pemeriksa
adalah perbedaan kemampuan dalam melakukan
pemeriksaan dan kemampuan mencium bau.
Penelitian Bradshaw dan kawan-kawan10 menyatakan bahwa BV berhubungan dengan jumlah mitra
seksual baru, lama pendidikan kurang dari 13 tahun, riwayat kehamilan sebelumnya dan merokok.
Penelitian lain oleh Schwebke dan kawan-kawan11
menunjukkan hubungan positif BV dengan partner
seksual multiple, hubungan seksual yang baru dilakukan, pembilasan setelah menstruasi dan gonorea. Dari semua ini, pembilasan setelah menstruasi
menunjukkan hubungan yang terkuat.
Pada penelitian ini tidak dinilai kemaknaan hubungan antara prevalensi BV dan karakteristik subjek. Namun tampak bahwa prevalensi BV cukup
besar pada kelompok umur 41-45 tahun (54,5%),
mahasiswa/pelajar (45,7%), dan paritas > 5 (50%).

PREVALENSI BAKTERIAL VAGINOSIS


(TES WHIFF DAN KRITERIA NUGENT)
Terdapat perbedaan yang cukup besar pada prevalensi BV berdasarkan pemeriksaan dengan tes Whiff
dan skor Nugent, masing-masing sebesar 5,7% dan
30,7%. Selanjutnya pada penelitian ini yang disebut
BV positif adalah berdasarkan kriteria Nugent.
Tabel 6. Hasil tes Whiff dibandingkan dengan kriteria Nugent
Tes
Whiff

Bakterial Vaginosis (kriteria Nugent)

Total

12

16

28

139

325

464

Total

151

341

492

Sensitivitas tes Whiff dibandingkan penegakan


kriteria BV dengan skor Nugent 6 adalah 7,94%,
sedangkan spesifisitasnya adalah 95,3%. Nilai prediksi positif dan negatif adalah 42,8% dan 70%.
Rasio kemungkinan nilai positif sebesar 1,69. Rasio
kemungkinan nilai negatif adalah 96,6. Dengan prevalensi BV sebesar 30,7%, post-test probability
dengan tes Whiff adalah 51,7%.
Penelitian oleh Thompson8, menunjukkan tes
Whiff memiliki sensitivitas 88% dan spesifisitas

Tabel 7. Prevalensi bakterial vaginosis berdasarkan karakteristik subjek


Faktor Risiko
Umur (tahun)
15 - 19
20 - 25
26 - 40
41 - 45
+ > 46
Status Pernikahan
Belum Menikah
Menikah 1x
Menikah > 1x
Pendidikan subjek
SD
SMP
SMU
> SMU

BV (+)

Persentase BV (+)
per kelompok

55
59
193
20
14

0
18
98
24
11

0
23,4
33,7
54,5
44

52
263
26

30
114
7

36,6
30,2
21,2

41
48
149
103

23
26
79
23

35,9
35,1
34,6
18,2

Maj Obstet
Ginekol Indones

130 Ocviyanti dkk


Faktor Risiko
Pekerjaan subjek
Ibu rumah tangga
Mahasiswa/pelajar
Bidan/perawat
Guru/PNS
Karyawati
Wiraswasta
Buruh tani
Riwayat DM
Ada
Tidak
Tidak tahu
Paritas
Nullipara
Anak 1 - 5
Anak > 5
Riwayat PMS
Ada
Tidak
Tidak tahu
Pemakaian Antibiotika
Ya
Tidak
Pemakaian KB
Tidak KB/steril
Hormonal/kombinasi
Progestin
Kondom/IUD
Sirkumsisi
Ya
Tidak
Pemakaian panty liner
Ya
Tidak
Pemakaian sabun vagina
Ya
Tidak

BV (+)

Persentase BV (+)
per kelompok

246
44
3
20
7
9
12

94
37
1
9
1
4
5

27,6
45,7
25,0
31,0
12,5
30,7
29,4

1
324
16

0
149
2

0
31,5
11,1

106
231
4

12
135
4

2,4
36,9
50,0

7
305
29

3
134
14

30,0
30,5
32,5

5
336

4
147

44,4
30,4

137
59

96
30

19,5
33,7

120
25

25
0

17,2
0

246
95

144
7

36,9
6,8

56
285

12
139

17,6
32,8

136
205

52
99

27,6
32,6

KESIMPULAN
N

Rata-rata pH vagina yang didapatkan pada penelitian ini adalah 4,8.


Prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella sp, Coccus gram positif pada penelitian ini sebesar 63%,
51,4%, 48,7%.

Prevalensi kandidiasis yang ditemukan pada penelitian ini adalah 4,7%.


Prevalensi bakterial vaginosis dengan kriteria
Nugent adalah 30,7%.
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui kemaknaan antara variabel dengan
faktor demografik dan karakteristik medik yang
mungkin berpengaruh.

Vol 33, No 2
April 2009

|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 131
6. Ledger WJ, Witkin SS. Diagnosis of Vulvovaginal Disease.
In: Vulvovaginal Infections. London: Manson Publishing
Ltd, 2007: 16-24
7. Petersen EE. Pathogens. In: Infections in Obstetrics and
Gynecology. Germany: George Thieme Verlag, 2006: 1-11
8. Thompson DA, Tsai YK, Gilman RH, Vivar A, Calderon
M. Sexually transmitted diseases in a family planning and
an antenatal clinic in Peru: limitations of current practices
and analysis of the use of potential markers, pH testing,
and Whiff testing. Sex Transm Dis. 2000 Aug; 27(7): 38692
9. Sodhani P, Garg S, Bhalla P, Singh MM, Sharma S, Gupta
S. Prevalence of bacterial vaginosis in a community setting
and role of the pap smear in its detection. Acta Cytol. 2005
Nov-Dec; 49(6): 634-8
10. Bradshaw CS. Higher-Risk Behavioral Practices Associated
With Bacterial Vaginosis Compared With Vaginal Candidiasis. Obstet Gynecol 2005; 106: 105-14
11. Schwebke JR, Desmond RA, Oh MK. Predictors of Bacterial Vaginosis in Adolescent Women Who Douche. Sex
Trans Dis 2004; 31(7): 433-6

Ucapan terimakasih diberikan kepada pimpinan


dan staf Puskesmas di Kabupaten Karawang, pimpinan dan staf Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, serta semua pihak yang turut membantu
penelitian ini.
RUJUKAN
1. Hillier SL. Normal vaginal flora. In: Holmes, editor. Sexually Transmitted Disease. 3rd ed. New York: McGraw-Hill
Company, 1999: 191-203
2. Luni Y, Munim S, Qureshi R, Tareen L. Frequency and
Diagnosis of Bakterial Vaginosis. JCPSP 2005; 15: 270-2
3. Rauh VA, Culhane JF, Hogan VK. Bacterial vaginosis: a
public health problem for women. JAMWA 2000; 55(4):
220-4
4. Larsen B, Monif GRG. Understanding the Bacterial Flora
of the Female Genital Tract. Clinical Infectious Diseases
2001(32): 69-77
5. Ledger WJ, Witkin SS. Microbiology of The Vagina. In:
Vulvovaginal Infections. London: Manson Publishing Ltd,
2007: 9-11

Anda mungkin juga menyukai