Rizka 1 PDF
Rizka 1 PDF
Maj Obstet
Ginekol Indones
PENDAHULUAN
Peran flora normal sebagai patogen oportunistik pada infeksi endogen sangat penting. Perubahan kese|
Vol 33, No 2
April 2009
|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 125
sering dikeluhkan oleh perempuan. Banyak agen infeksius dan non infeksius yang dihubungkan dengan gejala ini. Kandidiasis dan bakterial vaginosis
(BV) merupakan faktor penyebab yang paling sering.2
Pada semua penelitian yang ada di mana ras atau
etnis dilaporkan, prevalensi bakterial vaginosis lebih tinggi pada kelompok Afro-Amerika atau AfroKaribia dibanding pada perempuan kulit putih.
Bakterial vaginosis juga berkaitan erat dengan
status sosial ekonomi, yang diukur dengan pendapatan dan tingkat pendidikan.3 Keadaan ini menyebabkan prevalensi bakterial vaginosis dan flora vagina perlu diteliti pada daerah yang berbeda dan
dengan kondisi geografi berbeda, yang akan berkaitan dengan faktor ras dan sosial ekonomi. Di Indonesia sendiri, belum didapatkan penelitian tentang hal ini.
Terdapat berbagai macam interaksi antara organisme patogen, flora normal, serta antara kedua jenis organisme tersebut. Interaksi tersebut dapat menghasilkan efek sinergis atau antagonis terhadap patogen saluran reproduksi.
Vulva neonatus steril sampai 24 jam setelah kelahiran. Setelah itu akan berkembang organisme
nonpatogen seperti Mycobacterium smecmatis, Streptococcus nonhemoliticus dan Staphylococcus epidermidis. Pada pubertas Lactobacillus kembali
muncul dan terdapat flora yang menetap selama
masa dewasa. Flora normal perempuan dewasa terdiri atas beberapa macam organisme seperti4: batang gram positif, kokus gram negatif dan batang
gram negatif, termasuk juga Bacteriodes sp, Bifidobacterium sp, Eubacterium sp, Clostridium sp,
Fusobacterium sp, Gaffkya sp, Lactobacillus sp,
Peptococcus sp, Peptostreptococcus sp, Propionibacterium sp dan Veillonella sp. Setelah pubertas,
glikogen tersimpan dalam epitel vagina dan jumlahnya akan berada di bawah pengaruh hormon estrogen.
Glikogen di metabolisme oleh sel epitel menjadi
glukosa, yang selanjutnya akan menjadi substrat
bagi Lactobacillus sp untuk diubah menjadi asam
laktat.1 Flora normal pada masa menopause menyerupai pada masa prapubertas. Konsentrasi Lactobacillus sp rendah pada menopause. Pada perempuan pascamenopause yang tidak menerima terapi
hormon estrogen, kolonisasi Lactobacillus sp hanya
setengah dari kadar normal. Sedangkan pada perempuan yang mendapatkan terapi sulih hormon estrogen kadar Lactobacillus sp meningkat. Keberadaan estrogen maupun laktobasilus diperlukan
untuk mendapatkan kondisi pH vagina yang optimal (pH < 4,5).1,5
Maj Obstet
Ginekol Indones
Puskesmas Cikampek, didapatkan 87 subjek, dengan 2 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Pada Batalyon 201 Cijantung, didapatkan 147 subjek, dengan 6 subjek tidak
dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Sementara data dari Laboratorium Mikrobiologi FKUI adalah 83 subjek. Dari keseluruhan data,
terdapat 2,7% sampel yang tidak dimasukkan ke
dalam penelitian. Jumlah subjek penelitian adalah
492 orang, rata-rata umur subjek penelitian 30,9 tahun dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur
26 - 40 tahun (59,1%). Kelompok menikah adalah
yang terbanyak (76,4%). Sebagian besar subjek berpendidikan setingkat SMU (46,3%) dan sebagian
besar subjek adalah ibu rumah tangga (69,1%).
Tabel 2. Sebaran karakteristik demografik subjek (n=492)
Morfotipe
Morfotipe Gardnerella sp
Lactobacillus sp
dan Bacteroides sp
4+
Karakteristik demografik
Morfotipe
bakteri gram
Jumlah
15 - 19
55
11,2
20 - 25
77
15,7
26 - 40
291
59,1
41 - 45
44
8,9
25
5,1
Umur (tahun)
3+
1+
1+ atau 2+
2+
2+
3+ atau 4+
1+
3+
46 - 50
4+
Status pernikahan
Belum menikah
83
16,9
376
76,4
33
6,7
SD
75
13,0
SMP
74
15,0
SMU
228
46,.3
SMU
126
25,6
340
69,1
Mahasiswa/pelajar
81
16,5
0,8
Guru/PNS
29
5,9
Karyawati
1,6
Menikah 1 x
Menikah > 1 x
Pendidikan subjek
Pekerjaan subjek
Bidan/perawat
Wiraswasta
13
2,6
Buruh tani
17
3,5
KARAKTERISTIK MEDIK
Pada sebaran karakteristik medik, sebanyak 74,4%
subjek dengan paritas 1-5. Yang menarik, sekitar
38,8% subjek ternyata memiliki keluhan saluran reproduksi, dengan keluhan terbanyak adalah keputihan (28%).
|
Vol 33, No 2
April 2009
|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 127
Jumlah
118
366
8
24,0
74,4
1,6
191
138
7
45
302
38,8
72,3
3,7
23,6
61,4
1
473
18
0,2
96,1
3,7
10
439
43
2,0
89,2
8,7
9
483
1,8
98,2
259
89
145
25
233
52,6
34,4
55,9
9,7
47,4
390
102
79,3
20,7
68
424
13,8
86,1
55
89,1
10,9
20 - 25
77
74
26
26 - 40
291
61,2
38,8
41 - 45
44
47,7
53,3
46 - 50
25
68
32
Status Pernikahan
Belum menikah
82
89,1
10,9
377
62,2
37,8
33
42,4
57,6
Ya
188
64,9
35,1
Tidak
304
65,8
34,2
1x
188
304
38,2
61,8
> 1x
Pemakaian sabun vagina
PEMERIKSAAN GRAM
Pada penelitian ini, ditemukan prevalensi Lactobacillus sp sebanyak 310 subjek dari total subjek 492
(63%). Keberadaan Lactobacillus sp pada vagina
bervariasi di antara perempuan dan pada perempuan
yang sama pada waktu yang berbeda. Terdapat perubahan dinamis kolonisasi Lactobacillus sp pada
|
Maj Obstet
Ginekol Indones
Lactobacillus sp (%)
Gardnerella sp (%)
Coccus (%)
Candida (%)
55
77
291
44
25
4,2
9,3
39,2
6,7
3,4
0
7,3
34,1
5,9
4,1
2,6
5,7
31,7
5,7
3
0,2
0,8
3
0,4
0,2
83
376
33
6,5
52,4
4,1
3,6
47,1
6,7
3
42
3,6
0,4
3,9
0,4
118
366
8
11
50,8
1,2
4,8
44,7
1,4
7,1
40,4
1,2
0,2
4,3
0
191
302
23,7
39,2
19,7
31,7
19,6
29
2
2,4
259
233
30
12,6
15,8
1,6
33,1
18,6
9,1
9,5
0
32,7
18,2
7,7
9,1
1,4
30
0,7
0,4
1
0,2
3
390
102
9,3
51,6
3,4
48
5,2
43,5
8
3,9
Vol 33, No 2
April 2009
|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 129
53% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Sedangkan penelitian oleh Sodhani9 menunjukkan tes Whiff
memiliki sensitivitas 33,9% dan spesifisitas 86,9%.
Kedua penelitian di atas memiliki angka yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Jakarta,
di mana tes Whiff memiliki sensitivitas 7,9% dan
spesifisitas 95,3%. Perbedaan di antara penelitian
di atas, kemungkinan disebabkan cara pengambilan
discharge vagina, kualitas dari KOH dan subjektivitas dari pembau. Penelitian lain menunjukkan
kemungkinan perbedaan potensi KOH yang digunakan, keterlambatan dalam melakukan tes, kuantitas discharge yang tidak cukup, intervensi penggunaan cotton swab. Sedangkan diantara pemeriksa
adalah perbedaan kemampuan dalam melakukan
pemeriksaan dan kemampuan mencium bau.
Penelitian Bradshaw dan kawan-kawan10 menyatakan bahwa BV berhubungan dengan jumlah mitra
seksual baru, lama pendidikan kurang dari 13 tahun, riwayat kehamilan sebelumnya dan merokok.
Penelitian lain oleh Schwebke dan kawan-kawan11
menunjukkan hubungan positif BV dengan partner
seksual multiple, hubungan seksual yang baru dilakukan, pembilasan setelah menstruasi dan gonorea. Dari semua ini, pembilasan setelah menstruasi
menunjukkan hubungan yang terkuat.
Pada penelitian ini tidak dinilai kemaknaan hubungan antara prevalensi BV dan karakteristik subjek. Namun tampak bahwa prevalensi BV cukup
besar pada kelompok umur 41-45 tahun (54,5%),
mahasiswa/pelajar (45,7%), dan paritas > 5 (50%).
Total
12
16
28
139
325
464
Total
151
341
492
BV (+)
Persentase BV (+)
per kelompok
55
59
193
20
14
0
18
98
24
11
0
23,4
33,7
54,5
44
52
263
26
30
114
7
36,6
30,2
21,2
41
48
149
103
23
26
79
23
35,9
35,1
34,6
18,2
Maj Obstet
Ginekol Indones
BV (+)
Persentase BV (+)
per kelompok
246
44
3
20
7
9
12
94
37
1
9
1
4
5
27,6
45,7
25,0
31,0
12,5
30,7
29,4
1
324
16
0
149
2
0
31,5
11,1
106
231
4
12
135
4
2,4
36,9
50,0
7
305
29
3
134
14
30,0
30,5
32,5
5
336
4
147
44,4
30,4
137
59
96
30
19,5
33,7
120
25
25
0
17,2
0
246
95
144
7
36,9
6,8
56
285
12
139
17,6
32,8
136
205
52
99
27,6
32,6
KESIMPULAN
N
Vol 33, No 2
April 2009
|
Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 131
6. Ledger WJ, Witkin SS. Diagnosis of Vulvovaginal Disease.
In: Vulvovaginal Infections. London: Manson Publishing
Ltd, 2007: 16-24
7. Petersen EE. Pathogens. In: Infections in Obstetrics and
Gynecology. Germany: George Thieme Verlag, 2006: 1-11
8. Thompson DA, Tsai YK, Gilman RH, Vivar A, Calderon
M. Sexually transmitted diseases in a family planning and
an antenatal clinic in Peru: limitations of current practices
and analysis of the use of potential markers, pH testing,
and Whiff testing. Sex Transm Dis. 2000 Aug; 27(7): 38692
9. Sodhani P, Garg S, Bhalla P, Singh MM, Sharma S, Gupta
S. Prevalence of bacterial vaginosis in a community setting
and role of the pap smear in its detection. Acta Cytol. 2005
Nov-Dec; 49(6): 634-8
10. Bradshaw CS. Higher-Risk Behavioral Practices Associated
With Bacterial Vaginosis Compared With Vaginal Candidiasis. Obstet Gynecol 2005; 106: 105-14
11. Schwebke JR, Desmond RA, Oh MK. Predictors of Bacterial Vaginosis in Adolescent Women Who Douche. Sex
Trans Dis 2004; 31(7): 433-6