Anda di halaman 1dari 3

Metode Magnetotelurik (MT) dalam Eksplorasi Panas Bumi

Febiyora Chandra Kirana, Mhd. Fadli Trisaputro, Immanuel Sihombing, Young Julio
Simarsoit, Agri Fadhil Maydisa, Zeki Munthe, Oky Rafsanjani
Teknik Geologi, Universitas Jambi

SARI
Energi panasbumi merupakan sumber daya energy alternatif. Indonesia merupakan
negara potensial akan sumberdaya penas bumi. Dengan kebutuhan masyarakat untuk
energy yang semakin banyak maka perlu dilakukan peningkatan penguasaan
teknologi panasbumi. Metode yang sedng dikembangkan saat ini di Indonesia adalah
metode Magnetolurik ( MT ) yang merupakan metode geofisika yang menganalisis
parameter resistivitas semu dan fase dari data bawah pemukaan.
Kata kunci: Panas Bumi, Magnetotelurik.

I. Pendahuluan
Energi panas bumi merupakan sumber
daya energi alternatif yang kompetitif
karena aman terhadap lingkungan tersedia di
lndonesia dalam jangka panjang. Untuk
memanfaatkan potensi energi panasbumi
lndonesia secara optimal diperlukan usaha
peningkatan
penguasaan
teknologi
panasbumi. Eksplorasi dan eksploitasi
sumber energi panasbumi di lndonesia saat
ini masih tergantung pada negara asing yang
relatif lebih maju dalam penguasaan
teknologi panasbumi. Beberapa kendala
masih harus diatasi untuk mengurangi
hingga meniadakan ketergantungan pada
negara
asing
dalam
pengembangan
pemanfaatan sumber energi ini.

Pencarian panas bumi di beberapa


daerah di Indonesia telah dilakukan dengan
berbagai metode yang diterapkan untuk
mengetahui letak dari energi panas bumi di
daerah tersebut. Metode yang telah
dilakukan adalah metode geolistrik, gravitasi
dan magnetik. Penggunaan metode-metode
tersebut masih memiliki kekurangan
sehingga data mengenai lokasi panas bumi
masih belum terperinci seperti kedalaman
yang digambarkan dari hasil metode-metode
tersebut masih dangkal. Perlu adanya suatu
metode yang dapat memetakan kondisi
bawah permukaan secara lebih dalam.
Metode yang saat ini sedang berkembang di
Indonesia untuk pencarian lokasi energi
panas bumi adalah metode magnetotelurik
(Kadir 2011).

Parameter yang akan dianalisis dari


hasil
pengukuran
dengan
metode
magnetotelurik adalah parameter resistivitas
semu dan fase. Berdasarkan data pemetaan
resistivitas bawah permukaan tersebut,
selanjutnya akan diketahui perkiraan
mengenai susunan sistem panas bumi yaitu
reservoir panas bumi, lokasi clay cap dan
lokasi komponen sistem panas bumi lainnya
di bawah permukaan. Metode MT dapat
digunakan di daerah yang memiliki
manifestasi permukaan seperti mata air
panas.

II. Metode
Metode MT adalah metode sounding
yang mengukur secara pasif gelombang
Elektromagnetik (EM) alami (Agung, 2009;
Satrio dan Koesuma 2012). Metode
magnetotellurik
memiliki
jangkauan
penetrasi yang lebih dalam dibandingkan
dengan
metode
geolistrik.
Metode
magnetotelurik dapat mengetahui sebaran
batuan dan lapisan di bawah permukaan
dengan melihat nilai resistivitasnya atau
tahanan jenisnya (Kadir, 2011). Selain itu
model konseptual, luas dan batas reservoir
panas bumi dapat diketahui. Sumber sinyal
untuk metode magnetotellurik adalah medan
magnetik yang berasal dari dalam dan luar
bumi serta memiliki rentang frekuensi yang
bervariasi. Medan magnet yang berasal dari
dalam dikarenakan pergerakan antara mantel
bumi terhadap inti bumi. Medan magnet
yang berasal dari luar bumi adalah medan
magnet yang dihasilkan di atmosfer dan
magnetosfer (Agung, 2009; Kadir, 2011).
Semua sumber medan magnetik tersebut
memiliki nilai yang bervariasi terhadap

waktu, tetapi yang dimanfaatkan pada


Metode Magnetotellurik hanya medan
magnetik yang berasal dari luar bumi yang
memiliki rentang frekuensi lebih besar.
Tahanan jenis dari metode ini dihitung
berdasarkan perbandingan besarnya medan
listrik dan medan magnet yang dikenal
dengan persamaan Cagniard. Persamaan ini
dihasilkan dari persamaan Maxwell dengan
asumsi gelombang bidang.
Rumus :
Dimana, a : tahanan jenis semu (Ohmm) f : frekuensi (Hz) E : Besarnya
medan listrik (mV/km) H : Besarnya
medan magnet (nT)
Frekuensi yang digunakan pada metode
MT adalah antara 10-4 Hz hingga 104 Hz
(Satrio dan Koesuma, 2012). Waktu
perekaman data biasanya dilakukan hingga
belasan jam agar data yang terukur cukup
untuk menggambarkan kondisi di bawah
permukaan hingga kedalaman ribuan meter.
Alat MTU akan merekam variasi waktu dari
medan magnet dan medan listrik yang akan
disimpan dalam removable flash card
(Kadir, 2011).
Data yang telah direkam pada alat MTU
berupa data mentah medan listrik dan medan
magnet terhadap waktu. Pemilihan pada
interval waktu pengukuran mempengaruhi
kualitas data. Semakin panjang interval
waktu maka jumlah data yang didapat
semakin banyak. Setelah itu data dalam
domain waktu akan diubah menjadi domain
frekuensi dengan transformasi fourier.

Proses transformasi fourier dilakukan karena


parameter fisis seperti impedansi, resistivitas
semu dan fase merupakan fungsi frekuensi
(Heditama, 2011). Setelah itu akan dihitung
nilai impedansi, resistivitas semu dan fase
dengan menggunakan robust processing.
Robust processing digunakan untuk
mengurangi noise dan membuat data lebih
baik (Heditama, 2011).

secara garis besar, misalnya impedansi


invarian dan impedansi dari TE-mode.
Pemodelan 1-D menggunakan kurva
sounding
TE-mode
didasarkan
atas
anggapan bahwa pengukuran medan listrik
searah jurus tidak terlalu dipengaruhi oleh
diskontinuitas lateral tegak lurus jurus.

IV. Kesimpulan dan Saran

III. Hasil dan Analisa


Hasil
pengolahan
data
metode
magnetotellurik satu dimensi berupa grafik
resistivitas semu dan fase terhadap frekuensi
(grafik
MT).
Interpretasi
kualitatif
didasarkan pada penampang tahanan-jenis
semu (pseudosection), peta tahanan-jenis
semu pada beberapa periode, peta total
conductance
serta
peta-peta
yang
menampakkan hasil analisa tensor seperti
diagram polar, vektor induksi dan
sebagainya.
Interpretasi
kuantitatif
didasarkan atas hasil pemodelan 1-D dan
2-D.
Pemodelan
dimaksudkan
untuk
mengekstraksi informasi yang terkandung
dalam data untuk memperkirakan distribusi
tahanan-jenis bawah permukaan melalui
model-model. Model yang paling sederhana
adalah model 1-D dimana tahanan-jenis
bervariasi hanya terhadap kedalaman (z).
Model 1-D biasanya direpresentasikan oleh
model berlapis horisontal, yaitu model yang
terdiri dari beberapa lapisan dimana
tahanan-jenis tiap lapisan homogen. Dalam
hal ini parameter model adalah tahanan-jenis
dan ketebalan tiap lapisan. Pemodelan
menggunakan model 1-D hanya dapat
diterapkan pada data yang memenuhi
kriteria data 1-D. Namun demikian, dengan
asumsi tertentu pemodelan 1-D dapat pula
diterapkan pada data yang dianggap
mewakili kecenderungan lokal atau struktur

Dari paper ini dapat disimpulkan bahwa,


metode magnetoteluric (MT) merupakan
metode

geofisika

yang

baik

untuk

mengetahui manifestasi panas bumi pada


suatu daerah dengan adanya sumber panas
bumi dipermukaan.

Ucapan terimakasih
Ucapan terima kasih kami ucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dosen
pembimbing

serta rekan yang

telah

membantu kelompok kami menyelesaikan


dan

memberikan

pengerjaan paper ini.

semangat

selama

Anda mungkin juga menyukai