Anda di halaman 1dari 22

Laporan Home Visit

HOME VISIT

Stroke
Oleh:
Novia Kristiani Pualillin
14014101190
Masa KKM : 08 Februari 2016 20 Maret 2016

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

LEMBAR PENGESAHAN
HOME VISIT

Stroke
Oleh:
Novia Kristiani Pualillin

14014101190

Telah dibacakan dan disetujui pada tanggal

Dosen Pembimbing I

Maret 2016

Dosen Pembimbing II

BAB I
PENDAHULUAN

Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus
dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang memiliki peranan penting adalah pelayanan
kesehatan. Salah satu solusi yang diberikan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan tingkat primer adalah dengan program dokter keluarga Pelayanan
dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan
pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap
pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin Penderita
juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter
yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik
berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.

Prinsip prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran


World Health Organization (WHO) dan World

Organization of National College,

Academic and Academic Assiciation of General Practitioners / Family Physician


(WONCA). Prinsip prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan / mewujudkan pelayanan yang holistik dan komprehensif, kontinu,
mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, personal bagi setiap Penderita
sebagai bagian integral dari keluarganya, mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat
diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan, sadar biaya dan sadar mutu. Pelayanan yang
disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and
specific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability
limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
Home visit merupakan salah satu cara pendekatan melalui kedatangan petugas
kesehatan ke rumah Penderita untuk lebih mengenal kehidupan Penderita dan
memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan Penderita.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh ini, diperlukan
antara lain tersedianya data yang lengkap tentang keadaan Penderita, sedemikian rupa
sehingga dapat dikenal kehidupan Penderita secara lebih lengkap.
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengakibatkan
kematian pada seseorang dan menyebabkan kecacatan. Dilihat dari pola kematian
penderita rawat inap, stroke menempati posisi pertama, dan urutan ketiga terbesar
penyebab kematian di dunia setelah jantung dan kanker.1
Berdasarkan data dari seluruh dunia didapatkankan 15 juta orang terkena stroke
setiap tahunnya yang sepertiganya akan

meninggal pada tahun berikutnya dan

sepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh
kembali seperti semula.2 Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika
Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus

stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukan bahwa setiap 45 menit, ada satu
orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Dan pada tahun 2020 diperkirakan 7,6
juta orang akan meninggal karena stroke.3
Di Indonesia stroke merupakan pembunuh nomor tiga. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat
stroke sebesar 15,9% (di daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan). 3 Dari
jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang
meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat.4
Perlu penanganan yang tepat untuk penderita dengan stroke. Apalagi secara khusus
untuk mereka yang masih dalam usia produktif dan menjadi tulang punggung keluarga.
Selain penatalaksanaan medikamentosa (fase akut), perlu juga diperhatikan untuk
penanganan melalui rehabilitasi (fase pasca akut).5

BAB II
LAPORAN HOME VISIT

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. SM
Umur
: 43 tahun
Jenis kelamin
: Pria
Alamat
: Karame Lingkungan III
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Minahasa
Bangsa
: Indonesia
B. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
No
.

Nam
a

Keduduka
n

Umu
r

L/
P

Pendidika
n

Pekerjaa
n

Penderita
Ket.
Klinik

1.

Suami/
Kepala
Keluarga

SM

43
tahun

SMA

Swasta

Ya

Saki
t

C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Status Generalis
Keadaan umum

: Tampak Sakit Ringan

Kesadaran

: Kompos mentis

Tanda Vital

: Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

Nadi

: 80x/menit, reguler, isi cukup

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

:36,3 0C

TB

: 158 cm

BB

: 70 kg

IMT

: 28,11 kg/m2 (Overweight)

Kepala

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, Pupil bulat


isokor

3mm/3mm, refleks cahaya +/+ Normal,

Leher

: Trakea letak ditengah, pembesaran kelenjar getah bening

(-) Thorax

: Dalam batas normal

Abdomen

: dbn

Anggota gerak

: dbn

Kulit

: Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), venektasi


(-), petechie (-), spider nevi (-)

D. PENETAPAN MASALAH PENDERITA

1. Riwayat medis

Penderita mengalami kelemahan pada anggota gerak kiri dialami sejak 5


tahun yang lalu. Lemah dirasakan pada anggota gerak kiri disertai sakit
kepala. Saat itu penderita sedang berada di kantor, tiba-tiba anggota gerak
kiri penderita terasa kram dan lebih ringan dari biasanya. Penderita juga
mengeluh terdapat penglihatan ganda. Bicara pelo (-), mual dan muntah (-)
sehingga penderita datang memeriksakan diri ke Puskesmas Wawonasa.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Penderita mengalami kelemahan anggota gerak kiri sejak 5 hari yang lalu
setelah penderita pulang dari kantor. Penderita juga mengeluh terdapat
penglihatan ganda.
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.
4. Riwayat kebiasaan
Penderita tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan merokok.
5. Riwayat sosial ekonomi

Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar baik, tidak ada
masalah baik di rumah maupun di masyarakat. Hubungan penderita dengan
keluarga baik satu sama lain saling mendukung. Penderita tinggal di
kawasan perumahan yang padat, jarak antar rumah dekat. Kebutuhan
keluarga cukup terpenuhi dari sumber penghasilan keluarga.

6. Diagnosis holistik (biopsikososial)

Personal

: Aktivitas kurang dan overweight

Klinis

: Kelemahan anggota gerak kiri

Faktor Internal

: -

Psikososial

: Penderita adalah seorang pekerja kantoran yang


pekerjaan di lakukan dengan lebih banyak duduk.

Skala fungsi sosial : Skala 2 (ada kesulitan).

D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis
Keluarga tersebut merupakan keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan
anak-anaknya, biasanya ayah, ibu, dan anak. Keluarga yang didatangi terdiri
atas penderita, istri dan kedua anaknya.

2. Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga hanya sebagai anggota masyarakat


biasa. Keluarga tersebut sering mengikuti kegiatan masyarakat, komunikasi
antar tetangga cukup baik, tidak ada masalah antara tetangga, sering
mengikuti ibadah kolom setiap hari sabtu.

3. Fungsi psikologis

Penderita tinggal dengan istri dan kedua anaknya.

Hubungan keluarga

terjalin akrab dan harmonis dengan kemampuan menyelesaikan masalah


secara musyawarah, serta saling mendukung satu sama lain dan saling
bertukar pikiran dalam kehidupan sehari-hari.

4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Penghasilan keluarga sekitar Rp. 1.500.000 - 2.000.000/bulan yang penderita


terima dari upahnya dalam bekerja. Penderita sehari-harinya makan
sebanyak 3x, dengan nasi, sayur, dan lauk pauk seperti ikan, telur, ayam, dan
daging babi.

5. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi

Penderita termasuk seorang Ayah yang terbuka sehingga bila mengalami


kesulitan atau masalah, penderita sering bercerita dan saling bertukar pikiran
kepada istri dan anak-anaknya.

6. Fungsi fisiologis (skor APGAR)

APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga
ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya
dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:

1. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi, saling
bertukar pikiran antara anggota keluarga dalam segala masalah yang
dialami oleh keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat 3 kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup


dan 8-10 adalah baik. Dimana score untuk masing-masing kategori adalah:
2 : sering
1 : kadang-kadang
0 : jarang/tidak sama sekali

Pada keluarga ini hanya dilakukan penilaian APGAR score terhadap Tn. SM
APGAR Tn. SM terhadap keluarga
A

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mengahadapi

masalah
P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk

melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru


A

Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll


R

Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn, SM APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation

: Penderita mendapat dukungan yang maksimal dari keluarga untuk


menjaga kestabilan kondisinya terhadap kelemahan anggota gerak
yang dideritanya. (Score : 2)

Partnership

: Komunikasi antara penderita dgn keluarga terjalin sangat


baik(Score : 2)

Growth

: Tn. SM jarang berdiskusi bersama keluarga untuk menentukan


keputusan (Score : 1).

Affection

: Keluarga dapat mengerti apabila Tn. SM meluapkan emosinya


seperti kemarahan (Score : 2)

Resolve

: Waktu berkumpul kurang maksimal karena pekerjaan Tn., SM


(Score : 1)

Total APGAR score Tn. SM : 8 (baik)


. Fungsi patologis (SCREEM)
SUMBER

PATOLOGIS

KET.

Social

Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya.


Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik dapat

Culture

dilihat
Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian
juga dalam ketaatannya

Religious

Medical

rajin

kegereja, serta sering mengikuti ibadah kolom setiap

Economic
Educationa
l

dalam beribadah,

hari selasa.
Penghasilan keluarga yang relatif stabil.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga tersebut
baik.
Dalam mencari pelayanan kesehatan terdekat, kel. Tn.

SM pergi ke Puskesmas Wawonasa


Keluarga Tn. SM tidak mempunyai fungsi patologis. Kesimpulan

permasalahan fungsi keluarga, Keluarga Tn. SM umur 43 tahun dengan stroke


dengan fungsi sosial, fungsi psikologis dan fungsi ekonomi yang cukup baik.
E. DAFTAR MASALAH
1. Masalah medis

a. Stroke

2. Masalah nonmedis

a. Aktivitas kurang (karena pekerjaan yang sering dikerjaan dengan


lebih banyak duduk)

Rencana Promosi Dan Pendidikan Kesehatan Kepada Pasien Dan


Kepada Keluarga

Rumah di bersihkan dan jendela serta pintu di buka agar sinar matahari
masuk ke rumah serta berperilaku hidup sehat. Pola makanan yang sehat
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Aktivitas fisik dan olahraga yang teratur
seperti berjalan-jalan di sekitar rumah. Meningkatkan aktivitas yang dapat
membantu agar menyeimbangkan pekerjaan di kantor yang hanyak duduk.

Rencana Edukasi Penyakit Kepada Pasien Dan Kepada Keluarga

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit Stroke pada pasien adalah


golongan penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan maupun kematian.
Dimana perlu penanganan yang tepat untuk penderita dengan stroke.
Apalagi secara khusus untuk mereka yang masih dalam usia produktif dan
menjadi tulang punggung keluarga. Selain penatalaksanaan medikamentosa
(fase akut), perlu juga diperhatikan untuk penanganan melalui rehabilitasi
(fase pasca akut). Pada penderita diberikan penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan yang difokuskan pada aktivitas fisik.

BAB III
PEMBAHASAN

A Definisi Stroke
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal atau global, dengan gejala yang berlangsung dalam 24 jam atau lebih
atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
(World Health Organization, 1986).7
B Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan patogenesis dan etiologinya, antara lain:
1

Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran


darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke
Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu 8
a

Trombosis serebri

b Emboli serebri
2 Stroke

hemoragik

adalah

stroke

yang

disebabkan

oleh

pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke


hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.8
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:

1 Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.


2 Hemoragik Subarakhnoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu:

1 Serangan iskemik sepintas atau TIA merupakan bentuk gejala


neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2 Reversible

Ischemic

Neurologic

Deficit

(RIND)

adalah

gejala

neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari
24 jam, tetapi tidak lebih dari tiga minggu.
3 Progressing stroke atau stroke in evolution adalah stroke dengan
gejala neurologik yang berat.
4 Completed stroke adalah stroke dengan gejala klinis yang telah
menetap.

C Gejala Stroke Hemoragik


Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan
intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik,
hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih
umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal
ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat
adanya darah dalam ventrikel.8

Secara umum stroke memberikan gambaran klinis dengan pola yang khas,
dengan variasi secara individual tergantung pada ukuran pembuluh darah, pola
aliran atau luasnya disrupsi aliran darah ke otak.
a

Gejala yang timbul berdasarkan area yang terkena :


i Putamen (apsula interna, basal ganglia) :
Hemiplegia kontralateral, Stupor/Koma dengan kompresi batang otak,

rigiditas deserebrasi.
ii Talamus ( talamus kapsula interna ):
Hemiplegia kontralateral, afasia (hemisfer dominan), gangguan sensoris
berat semua modalitas, gangguan lapangan pandang, sindrom Horner.
iii Pontin (pons, batang otak midbrain):
Kuadriparesis, kuadriplegia, sindroma lock in, rigiditas deserebrasi.
iv Serebelum :
Hemiparesis ringan, gangguan koordinasi, ataksia, vertigo/dizziness, nausea,
vomiting, nistagmus, disfagia, disartria.
Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat.
Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari
hemiparesis kanan, kerugian hemisensori kanan, meninggalkan tatapan preferensi,
bidang visual kanan terpotong, dan afasia mungkin terjadi. Jika belahan
nondominant (biasanya kanan) terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri, kerugian
hemisensori kiri, preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang visual kiri.
Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian dan
kekurangan perhatian pada sisi kiri.8
Jika cerebellum yang terlibat, penderita beresiko tinggi untuk herniasi dan
kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat
kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau
batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah,

hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari semua


empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus,
kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh.9
1

Perdarahan Intraserebral

Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari


jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama
aktivitas. Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada.
Gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk
sebagai perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya
sensasi, dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang
mungkin tidak dapat berbicara atau menjadi bingung. Visus dapat terganggu atau
hilang. Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh.
Mual, muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi
dalam beberapa detik untuk menit.9

Perdarahan Subaraknoid

Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali


menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum
pecah besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda
peringatan, seperti berikut:9

Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)

Sakit pada mata atau daerah fasial

Penglihatan ganda

Kehilangan penglihatan tepi

Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya aneurisma.


Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter segera.9
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah
dan mencapai puncak dalam beberapa detik.

Hal ini sering diikuti dengan

kehilangan kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal
sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam koma atau tidak
sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk. Dalam
beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan
sulit untuk dibangunkan.9
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 9
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan
kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 9

Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)

Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh

Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa


Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa

menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.

Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius


lainnya, seperti: 9

Hidrosefalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid dapat


membeku.

Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak (cairan

serebrospinal) dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya, darah


terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak. Hidrosefalus
mungkin akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mengantuk,
kebingungan, mual, dan muntah-muntah dan dapat meningkatkan resiko koma
dan kematian.9

Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak dapat
kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada stroke iskemik.
Vasospasme dapat menyebabkan gejala mirip dengan stroke iskemik, seperti
kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi tubuh, kesulitan menggunakan
atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi terganggu. Pecah kedua: Kadangkadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam seminggu.9

D Gejala Stroke Non Hemoragik


Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:10

a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.


i. Buta mendadak (amaurosis fugaks).

ii. Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)


bila gangguan terletak pada sisi dominan.
iii. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)
dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.


i. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
ii. Gangguan mental.
iii. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
iv. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
v. Bisa terjadi kejang.

c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.


i. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila
tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
ii. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
iii. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (afasia).

d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.


i. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
ii. Meningkatnya refleks tendon.
iii. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
iv. Gejala-gejala serebelum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).

v. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).


vi. Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien
sulit bicara (disartria).
vii.Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(stupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
viii.Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah
bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata
(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada
belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim). Gangguan
pendengaran.
x. Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior


i. Koma
ii. Hemiparesis kontra lateral.
iii. Ketidakmampuan membaca (aleksia).
iv. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur11


i. Afasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Afasia dibagi dua yaitu,
afasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi
pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara

kemampuannya untuk

mengerti bicara orang lain tetap baik. Afasia sensorik adalah ketidakmampuan

untuk mengerti pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan


perkataan dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti,
tergantung dari luasnya kerusakan otak.
ii. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu verbal
alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf.
Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat
membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.
iii. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan
otak.
iv. Akalkulia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
setelah terjadinya kerusakan otak.
v. Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat
kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan
yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan

tertentu.

Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh
menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat
jarinya).
vi. Hemi spatial neglect (Visuo spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
vii. Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
kerusakan

pada kortex motor dan premotor dari hemisfer dominan yang

menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

viii. Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma kapitis,
infeksi virus, stroke, anoksia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
ix. Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.

Diagnosis Stroke12
Diagnosis didasarkan atas hasil:
a

Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa
trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke. Beberapa gejala/tanda yang
mengarah kepada diagnosis stroke antara lain: hemiparesis, gangguan sensorik
satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia, vertigo, afasia,
disfagia,

disartria,

ataksia,

kejang

atau

penurunan

kesadaran

yang

keseluruhannya terjadi secara mendadak.

Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,
kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

c. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
1

Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis
dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi
serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas

tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan
likuor serebrospinalis, seringkali dapat

membantu membedakan infark,

perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan


subarakhnoid (PSA).

Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran
darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler, Elektrokardiografi
(EKG).

Anda mungkin juga menyukai