Anda di halaman 1dari 6

II.

UPAYA REDUKSI OLEH SEKTOR INFORMAL


2.1 Identifikasi Alir Barang, Peranan, Potensi Pengurangan Sampah, dan
Keterlibatan Pelaku Lain di Bidang Sektor Informal
Sektor informal memiliki peran penting dalam pengelolaan persampahan
khususnya dalam upaya daur ulang di Indonesia. Peranan sektor informal dalam
pengurangan sampah yakni sebagai agen guna-ulang (reuse) dan daur-ulang
(recycle) sampah, yang sangat berguna mempengaruhi ketahanan sumber energi,
penghematan biaya produksi dan operasional sampah, serta kualitas dan kuantitas
produksi yang dihasilkan sebagai input produksi material. Beberapa potensi
jangka panjang penanganan sampah oleh sektor informal dapat berdampak pada,
antara lain :
a. Berkurangnya

secara

drastis

ketergantungan

terhadap

tempat

pemrosesan akhir
b. Lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sarana dan
prasarana persampahan.
c. Terciptanya peluang usaha bagi masyarakat dari pengelolaan sampah
(usaha daur ulang dan pengomposan).
d. Terciptanya jalinan kerjasama antara pemerintah kabupaten/kota dan
antara pemerintah dan masyarakat/swasta dalam rangka menuju
terlaksananya pelayanan sampah yang lebih berkualitas.
e. Adanya pemisahan dan pemilahan sampah baik di sumber timbulan
maupun di tempat pembuangan akhir dan adanya pemusatan kegiatan
pengelolaan akan lebih menjamin terkendalinya dampak lingkungan
yang tidak dikehendaki. (Enri Damanhuri Tri Padmi, 2010)
Pada tugas kali ini, sektor informal yang menjadi fokus utama adalah tukang
loak dan pemulung. Para pemulung dan tukang loak biasa mengambil sampah
anorganik yang masih bernilai ekonomis dan dapat didaur ulang sebagai bahan
baku industri atau langsung diolah menjadi barang jadi yang dapat dijual. Barang
yang biasa diambil oleh pemulung dan tukang loak mencakup jenis kertas, plastik,
metal/logam, kaca/gelas, karet, botol, kardus, koran, barang-barang plastik, dan
lain-lain.
Pemulung dan tukang loak biasa mendapatkan sampah dari jalanan dan hasil
berkeliling antar tempat. Barang yang didapatkan biasa disalurkan ke bandar atau
pengepul untuk didaur ulang lebih lanjut di instansi yang bersangkutan. Alur
sektor informal secara lebih detail pun dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 2. Diagram Alir Pelaku Penanganan Sampah Non-organik/Barang


bekas dari Sumber hingga Pengolahan Berdasarkan hasil pengumpulan data
primer
Pada diagram alir diatas dapat dilihat aliran sampah/barang bekas yang
dapat dilakukan daur-ulang oleh beberapa pelaku sektor informal, mulai beberapa
kemungkinan sumber sampah dari domestik, nondomestik, timbulan sampah
jalan, dan TPS. Dari keempat sumber tersebut berdasarkan hasil data penanganan
pewadahan dan pemilahan sampah, sumber sampah domestik dan nondomestik
dapat dibagi menjadi dua yakni pewadahan secara individu dan komunal. Ketiga
sumber sampah tersebut terkecuali TPS, terdapat beberapa pelaku sektor informal
yang berperan dalam pengumpulan sampah yang selanjutnya akan diproses secara
reuse dan recycle.
Berdasarkan hasil data primer, dapat dikatakan alur penanganan sampah
daur ulang dari pelaku satu dengan yang lainnya dapat beragam dan membuat
siklus transaksi penjual-belian sampah yang berbeda-beda sebagaimana peluang
kombinasi setiap alirannya sampai pada pelaku terakhir sebagai agent reuse dan
recycle. Pelaku-pelaku yang terlibat secara umum dibeberapa daerah observasi
antara lain pemulung, tukang loak, pengepul, dan pihak pabrik. Sementara pelakupelaku yang terlibat secara khusus dibeberapa daerah observasi antara lain
pengrajin, komunitas pecinta lingkungan, komunitas masyarakat, komunitas
mahasiswa maupun karang taruna setempat yang pada umumnya dibeli secara
swadaya dari tukang loak atau pengepul untuk dijadikan bahan baku proses 3R
(Reuse, Reduce, Recycle) yang dikelola baik secara individu maupun kelompok.

Terdapat sedikit perbedaan pada sumber sampah di TPS, pada TPS sampah dapat
dikelola langsung oleh petugas TPS dan mempunyai peluang paling kecil
mendapat penanganan reuse dan recycle karena tingkat homogenitas sampah yang
semakin besar, sehingga peluang terbesar kemungkinan sampah akan dialirkan
langsung ke TPA.

2.2 Hasil Pengolahan Data Metode Wawancara Sektor Informal


Dari data yang telah didapatkan dari 12 lokasi yang berbeda, kuantitas ratarata sampah yang didapatkan oleh pemulung adalah sebanyak 7-70 kg/orang/hari,
sementara kuantitas rata-rata sampah yang didapatkan tukang loak adalah
sebanyak 12-80 kg/orang/hari. Namun banyaknya sampah yang didapat oleh
sektor informal tidak menentu setiap harinya. Faktor yang mempengaruhi
banyaknya sampah yang didapatkan oleh pihak sektor informal adalah ketekunan
dalam mencari barang, lamanya bekerja, lokasi, serta kehadiran acara besar seperti
festival dan pasar mingguan. Banyaknya sampah yang didapatkan oleh sektor
informal dari 12 lokasi pun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Data kuantitas rata-rata sampah yang terkumpul oleh sektor informal

No.

Daerah

Kuantitas Rata-Rata
Sampah/Barang Bekas
(kg/orang/hari)
Pemulung

Tukang Loak

Cijaura

70

70

Lengkong

32

33

Rancasari

15

50

Coblong

28

32

Cileunyi

12

Kopo

75

80

Tega Lega

20

30

Dipatiukur

10

45

Medan

60

60

10

Jatinangor

50

50

11

Cimahi

27.5

20

12

Cirebon

27.5

30

13

Cilaki

13.5

20

Maka berdasarkan data pada tabel 3 diketahui bahwa satu tukang loak dapat
mereduksi sampah hingga 80 kg/hari. Bila seluruh sampah yang terkumpul oleh
satu pihak sektor informal diakumulasikan untuk satu bulan, tentunya sampah
yang dapat direduksi bisa mencapai ribuan kg/orang/hari. Maka, potensi
pengurangan sampah akibat pengelolaan oleh sektor informal cukup memberikan
dampak yang besar bagi pengelolaan sampah khususnya di Indonesia. Namun, hal
ini pun mengindikasikan bahwa masih banyak sekali sampah bernilai tinggi yang
dibuang oleh warga.
Banyaknya barang dan komposisi sampah yang biasa di dapat oleh
pemulung dan tukang loak tidak menentu tiap waktunya. Jenis-jenis sampah yang
biasa didapatkan oleh pemulung dan tukang loak beserta harga beli dan jual yang
didapat dari rata-rata harga dari 12 lokasi berbeda pun dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4. Jenis sampah yang biasa dimanfaatkan oleh pemulung

Tabel 5. Jenis sampah yang biasa dimanfaatkan oleh tukang loak

Maka berdasarkan data yang didapat dari tabel 4 dan tabel 5 diketahui
bahwa masih banyak sekali jenis sampah yang memiliki nilai guna dan bernilai
ekonomi tinggi. Keuntungan yang didapat pemulung dan tukang loak pun cukup
tinggi, terutama dari penjualan barang-baran seperti logam, yang dapat
menghasilkan keuntungan hingga Rp 50.000/buah. Bila barang seperti gelas,
botol, dsb masih dalam keadaan yang baik, harga jual pun akan meningkat. Maka,
bila masyarakat melakukan pemilahan dari sumber terhadap barang-barang yang
masih bernilai tinggi, maka proses daur ulang sampah pun akan semakin mudah
dilakukan. Hal ini disebabkakn kualitas sampah masih berada dalam keadaan
baik, sehingga nilai harga jual barang pun menjadi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai