Anda di halaman 1dari 5

Modul 12 ini membahas tentang unclear sentence (kalimat yang tidak jelas) yang meliputi Sentence Fragment (di

Kegiatan Belajar 1), Run-on Sentence (di Kegiatan Belajar


2), Shift and Mix Contruction (di Kegiatan Belajar 3), dan Dangling and misplaced
Modifier (di Kegiatan Belajar 4).

Kegiatan Belajar 1: Fragment


Kalimat adalah sekelompok kata-kata yang mengandung suatu pemikiran yang utuh,
yang strukturnya minimal terdiri dari Pokok kalimat (Subyek) dan Predikat. Predikat
ini bisa terdiri dari kata kerja ditambah dengan pelengkap atau cukup kata kerja saja. Ini satu perbedaan dengan struktur bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Inggris,
suatu kalimat itu wajib memiliki kata kerja1. Tanpa kata kerja berarti bukan kalimat. Pehatikan contoh kalimat berikut.
1.

She was in her class.

2.

I was writing a letter when somebody knocked at the door.

Kedua kalimat di atas memiliki subject dan verb. Kedua kalimat di atas mengungkapkan isi pikiran
yang lengkap, yang tuntas, yang langsung dipahami tanpa pertanyaan. Kalimat 2 juga sama, namun
terdiri dari dua pemikiran yang diungkapkan melalui independent clause (I was writing a letter) dan
dependent clause (when somebody knocked at the door).
Bandingkan kedua kalimat di atas dengan kalimat berikut ini:
3.

Although he is not stupid

4.

A man who is always questioning every step

Kalimat #3 dan #4 ini bukan kalimat karena tidak memberikan pemahaman yang tuntas. Pada kalimat #3 ada subject dan verb, tetapi secara keseluruhan masih menyisakan ketidak-jelasan, makna
yang masih menggantung. Penyebab utama ketidak-jelasan ini adalah karena kalimat #3 itu merupakan dependent clause, dan dependent clause tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat (yang bisa
berdiri sendiri hanya independent clause). Kalimat #4 sepertinya memiliki subject dan verb, tetapi
sebenarnya hanya memiliki subject saja karena kata-kata who is always questioning every step
adalah adjective clause yang menerangkan subject (A man).
Di dalam kegiatan 1 ini si penulis juga menjelaskan tentang tense2 dan jenis kalimat (kalimat tunggal,
majemuk, dsb.). Saya tidak terlalu jelas melihat keterkaitan bahasan ini dengan pokok bahasan Sentence Fragment, tapi mungkin si penulis menyajikan ini karena sentence fragment bisa datang ketika
orang mau menulis berbagai hal, yang seharusnya dituliskan dalam satu kalimat, tetapi dituliskan dalam lebih dari satu kalimat. Perhatikan contoh kalimat #5 ini.
5.

Because of you, she thinks that I was the one who stole her purse.

Mungkin karena terburu-buru, atau juga karena sebab lain, si penulis kalimat itu menuliskannya dengan cara berikut pada kalimat #6.
6.

Because of you. She thinks that I was the one who stole her purse.

Dalam bahasa Indonesia, suatu kalimat tidak memerlukan kata kerja. Contoh kalimat: Saya sakit. Kalimat ini tidak memiliki katakerja; predikat kalimat ini hanya terdiri dari kata sifat (sakit).
2

Tense adalah kata kerja yang terkait dengan waktu (ingat Present Continuous Tense, Simple Past Tense, dsb.)

Kata Because of you bukanlah kalimat, tetapi bagian dari kalimat. Jadi, setelah frasa Because of
you seharusnya tidak diberi tanda baca titik (seperti pada kalimat #6) tetapi tanda baca koma (seperti pada kalimat #5).
Bagian ini mengupas Run-on Sentence yang, menurut saya, merupakan kebalikan dari fragment sentence. Kalau fragment sentence adalah kalimat yang tidak lengkap, tidak tuntas, maka run-on Sentence adalah kalimat yang kebablasan3.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini yang saya ambil dari modul halaman 12.13.
7.

The ship was huge. Its mast was thirty feet high.

Contoh #7 ini terdiri dari dua kalimat yang saling berhubungan. Kalimat pertama menyatakan bahwa
kapal itu sangat besar dan kalimat ke 2 menyatakan bahwa tiang bendera (dari kapal itu) tingginya 30
kaki (berapa meter?). Kenapa ini dijadikan dua kalimat? Karena masing-masing membawa pokok pikirannya sendiri; satu kalimat satu pokok pikiran.
Cara penulisan seperi kalimat itu bisa juga dengan cara lain dari yang diungkapkan oleh contoh kalimat #7. Perhatikan contoh kalimat #8 ini.
8.

The ship was huge; its mast was thirty feet high.

Penggunaan titik koma (semi colon) menyatakan bahwa sebenarnya kata-kata The ship was huge
sudah selesai, tetapi masih ada penjelasan yang perlu diberikan, yaitu its mast was thirty feet high.
Contoh nomor 8 ini bisa diterima.
Namun demikian, bisa terjadi seorang penulis mengungkapkan pikiran di atas dengan pendekatan
yang berbeda. Perhatikan kalimat #9 ini.
9.

The ship was huge, its mast was thirty feet high.

Terasa ada yang tidak enak ketika membaca kalimat ini, karena meskipun The ship was huge dan
its mast was thirty feet high mempunyai keterkaitan yang erat, tetapi tidak bisa dipaksankan berada di dalam satu kalimat yang dipisahkan dengan koma. Dalam hal ini, contoh 9 mengalami penempatan koma yang tidak tepat, dan karenanya kalimat ini bisa dianggap sebagai kalimat yang tidak bisa
diterima.4
Lebih jauh lagi, mungkin ada seseorang yang mengungkapkan kalimat di atas dengan cara seperti pada contoh kalimat #10 berikut ini.
10.

The ship was huge its mast was thirty feet high.

Di dalam contoh #10 ini ada dua pemikiran (The ship was huge dan its mast was thirty feet high)
yang sama sekali tidak dipisahkan oleh tanda apapun juga, padahal sebenarnya kalimat ini seharusnya ditulis dalam dua kalimat (seperti contoh nomor #7). Contoh nomor 10 inilah yang disebut dengan run-on sentence. Ibarat kereta api yang seharusnya berhenti di stasiun besar (dalam hal ini
adalah tanda baca titik), tetapi tetapi terus saya menerabas aturan.
Selanjutnya giliran Anda untuk melihat kembali modul halaman 12.13 sampai akhir pembahasan kegiatan Belajar 2 ini.

Ini bahasa Jawa yang artinya keterusan, seharusnya berhenti tapi terus menabrak bagian lainnya yang seharusnya bukan
bagiannya.
4

Karena penggunaan koma yang tidak tepat, maka kalimat ini, bagi saya, bisa dilihat sebagai kebablasan, dan bisa dikategorikan run-on sentence.

Kegiatan Belajar 3: Shift & Mixed Construction


Kegiatan ini mengupas kesalahan yang sering terjadi karena adanya keterkaitan yang tidak nyambung
dalam suatu kalimat karena adanya ketidak-konsistenan. Ketidak-nyambungan ini bisa berupa pronoun, nouns (tunggal dan jamak), ataupun verb ataupun oleh sebab lainnya. Kesalahan ini bisa juga
menyinggung parellelism (topik parallelism nanti dibahas di Modul 8)
Saya ambil contoh kalimat dari modul halaman 12.25. Perhatikan frasa yang diberi garis bawah.
11.

A warthog may appear ungainly, but these animals can run at a speed of 30 miles
an hour.

Dua frasa yang diberi garis bawah merupakan dua hal atas satu benda yang sama, jadi seharusnya kedua kata ini konsisten. Namun, dalam kalimat di atas, yang satu adalah kata benda berbentuk tunggal (a warthog) sedangkan lainnya berbentuk jaman (these animals). Kalimat #11 ini seharusnya
berbunyi seperti kalimat #12:
12.

A warthog may appear ungainly, but this animal can run at a speed of 30 miles an
hour.

Atau seperti #13 ini:


13.

Warthogs may appear ungainly, but these animals can run at a speed of 30 miles
an hour.

Kita ambil contoh lain dari modul yang terdapat di halaman 12.26. Kalimat #14 ini adalah contoh
nomor 9 di modul.
14.

First brown the onions in butter, and then you should add them to the beef stock.5

Strukturnya campur aduk dan tidak konsisten; yang satu hanya terdiri dari kata kerja, yang
lainnya ada subyek dan kata kerja. Contoh ini terkait dengan parallelism.

Kesalahan kalimat ini adalah karena tidak paralel antara brown dan you should add. Supaya konsisten, maka kalimat ini harus diperbaiki menjadi kalimat #15 berikut di bawah ini:
15.

First brown the onions in butter, and then add them to the beef stock.

Kesalahan kalimat bisa karena tense yang tidak sesuai dengan time. Perhatikan contoh kalimat #16
berikut (juga diambil dari modul). Perhatikan kata kerja yang diberi garis bawah.
16.

They double-checked the result of their experiment because they made an error.
Ururan waktu kejadian menjadi kacau karena penggunaan tense yang tidak tepat.

Kata kerja double-checked menyatakan bahwa kegiatan ini sudah lampau (past tense) yang disebabkan oleh they made an error yang mereka lakukan sebelum kegiatan double-checked. Dengan kata lain, terjadi they made an error dulu, kemudian dilakukan They double-checked. Jadi,
kejadian error itu lebih lampau dari They double-checked yang juga terjadi di waktu lampau. Kalau seperti ini kejadiannya, maka kejadian yang lebih lampau dari waktu lampau harus diungkapkan
dalam bentuk The Past Perfect Tense. Jadi, kalimat itu seharusnya berbunyi:
17.

They double-checked the result of their experiment because they had made an
error.
Ururan waktu kejadian menjadi jelas karena penggunaan tense yang tepat.

Di modul, contoh ini tertulis First brown the onions in butter. Then you should add them to the beef stock. Ini contoh
kalimat yang salah, karena kalimat kedua itu adalah fragment. Ini mungkin terjadi karena kesalahan ketik, karena yang mengetik bukan penulis modulnya.

Kegiatan Belajar 4: Dangling Modifiers


Karena adanya masalah pengetikan, uraian di modul menjadi tidak jelas dan membingungkan. Saya
coba untuk menguraikannya menurut cara saya sendiri.
Apa itu dangling modifers? Mengutip definisi dari Wikipedia, dangling modifers adalah sebagai berikut.
A dangling modifier, (a specific case of which is the dangling participle) is an error in
sentence structure whereby a grammatical modifier is associated with a word other
than the one intended, or with no particular word at all. For example, a writer may
have meant to modify the subject, but word order makes the modifier seem to modify
an object instead. Such ambiguities can lead to unintentional humor or difficulty in
understanding a sentence.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Dangling_modifier May 8, 2012)

Secara singkat, dangling modifiers adalah suatu kesalahan struktur kalimat di mana suatu modifier dihubungkan dengan kata yang tidak seharusnya (salah menghubungkan modifier). Misalnya, si penulisnya bermaksud memberikan modifier bagi subyek kalimat tetapi jadi keliru ke obyek kalimat. Saya
mau memberikan contoh dalam bahasa Indonesia dulu, agar konsepnya dapat dipahami dengan mudah. Perhatikan contoh ini:
18.

Setelah selesai membaca, semua buku dibereskan. 

Sekilas sepertinya tidak ada yang salah dalam kalimat, namun secara tatabahasa kalimat ini memiliki
kesalahan serius. Perhatikan kata-kata Setelah selesai membaca; siapa yang selesai membaca?
Buku? Atau seseorang? Yang membaca itu mestinya manusia, bukan? Kalau saya ada di depan kelas, saya akan menggambarkan ketidak-nyambungan kalimat #18 seperti ini:
Setelah selesai membaca, semua buku dibereskan. 
Tidak nyambung
Kita umpamakan saja bahwa yang membaca itu si Rina, maka kalimat di atas itu kalau diperbaiki akan
berbunyi seperti ini pada kalimat #19:
19.

Setelah selesai membaca, Rina membereskan semua buku. 

Kalimat #18 itu mengandung dangling modifier (karena di kalimat #18 itu bermakna bahwa yang selesai membaca itu adalah semua buku), sedangkan kalimat #19 adalah kalimat yang benarnya. Di papan tulis, saya akan menuliskanya seperti ini
Setelah selesai membaca, Rina membereskan semua buku. 
Ini baru nyambung
Perhatikan bahwa struktur kalimat setelah koma pun mengalami perubahan dengan masuknya Rina
sebagai subyek. Logis, bukan?
Kita beralih ke Bahasa Inggris. Perhatikan kalimat #20 berikut yang saya ambil dari modul pada
halaman 12.39 (contoh nomor 5).
20.

Being very tired, the alarm was not heard.

Kalau begini struktur kalimatnya, maka yang mengalami Being very tired adalah the alarm, padahal pasti bukan itu maksudnya (Alarm tidak mungkin mengalami kelelahan). Masalahnya, kalimat ini
menjadi tidak jelas siapa yang menjadi subyeknya. Yang mengalami kelelahan pastinya harus mahluk
hidup, bukan? Manusia adalah salah satunya. Jadi, yang mengalami kelelahan itu, kita ambil misal,
adalah Alice, maka kalimat itu dapat menjadi seperti pada kalimat #21 di bawah ini:
21.

Being very tired, Alice did not hear the alarm.

Contoh lain dari modul (dari halaman 12.40)6


22.

As a young girl, my grandfather told me stories of his life in Korea.

Kalau begini strukturnya, maka yang menjadi young girl itu adalah si grandfather. Ini hal yang tidak mungkin, bukan? Mungkin kalimat # 22 ini seharusnya seperti kalimat #23:
23.

As a young girl, I always listened to my grandfather telling me stories of his life in


Korea.

Satu contoh lagi.


24.

I saw the trailer peeking through the window.

Pertanyaannya, siapa yang melakukan peeking through the window? Si subyek (I) atau the trailer?
Kalau the trailer tidak mungkin melakukan peeking; yang bisa melakukan peeking adalah si subyek
(saya = I). Jadi, kalimat #24 di atas seharusnya berbunyi seperti pada kalimat #25 di bawah ini.
25.

Peeking through the window, I saw the trailer.

Dan ini satu contoh yang lucu.


26.

One morning I shot an elephant in my pyjamas.7

Secara structural, kalimat ini mengandung makna bahwa si gajah itu ada di dalam piyama dan si saya
menembak gajah yang ada di dalam piyama itu; padahal yang dimaksud sebenarnya adalah si pelakunya yang memakai piyama waktu menembak si gajah. (ada-ada saja! Bagaimana tuh memperbaiki
kalimatnya?)
OK. Saya kira uraian saya cukup sampai di sini. Mudah-mudahan uraian ini dapat memberikan manfaat bagi Anda. Buat yang mengalami kesulitan dengan modul, mudahmudahan penjelasan ini dapat membantu pemahaman Anda.

Contoh ini sebenarnya diambil dari latihan 1, tetapi saya menjadikannya contoh, karena kunci jawaban yang terdapat di
modul salah (mungkin karena kesalahan ketik atau kesalahan editing).

Pyjamas adalah ejaan menurut versi British English. Ejaan menurut American English adalah pajamas.

Anda mungkin juga menyukai