Bab Ii
Bab Ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Parkinson
adalah
suatu
penyakit
degeneratif
pada
sistem
saraf
B. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian parkinson
b. Mengetahui etiologi parkinson
c. Menegatahui manifestasi klinis
d. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit parkinson
e. Menegatahui konsep asuhan keperawatan dari penyakit parkinson
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. (Smeltzer
2
dan Bare, 2002).Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tremor
saat istirahat, rigiditas, bradikardinesia dan hilangnya reflex postural, dan secara patologi
berupa degenerasi neuron berpigmen neuromelanin terutama di pars kompakta nigra yang
disertai adanya inklusi sel neuron eusinofilik. (Lewys Bodies)
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor
ritmik, bradikardinesia, kekakuan otot, dan hilangnya reflek-reflek postural. (Sylvia dan
price,1999). Kesimpulan, Parkinson adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan
pada otak, yaitu pada sistem saraf pusat otak manusia mengalami kemunduran. Penyakit
ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan.
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis
dan penatalaksanaannya. Terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.
a. sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas.
b. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
a. dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler.
b.
iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin, reserpin,
tetrabenazin.
c. lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang
pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
a. pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan.
b. jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi
palidal ( parkinsonismus juvenilis ).
2.2 Etiologi
Etiologi Parkinson primermasih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya
ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal
terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui,
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang
diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut :
3
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit
parkinson.
2. Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk
adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor
lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan
dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi,
industrialisasi ataupn gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi
perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini
mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap
timbulnya penyakit parkinson.
4. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit
parkinson. Yaitu mutasi pada gensinuklein pada lengan panjang kromosom 4
(PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan
autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin
(PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko
menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8
kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan
mitokondria
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi
merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya
masih belum jelas benar
f. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress
dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress
oksidatif.
2.3 Patofisiologi
Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron di dalam
subtansi nigra pada otak (subtansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak tengah yang
memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum).
Salah satu neurontransmiter mayor di daerah otak ini dan bagian-bagian lain pada sistem
saraf pusat adalah dopamine, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat
gerakan pada pusat control gerakan. Secara normal dopamine memiliki konsentrasi yang
tinggi di bagian-bagian otak tertentu, namun pada penyakit Parkinson konsentrasi
dopamine menipis dalam substansi nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamine
dalam basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan dan tremor.
Aliran darah serebri regional menurun pada klien dengan penyakit Parkinson dan ada
kejadian demensia yang tinggi. Data patologis dan biokimia menunjukkan bahwa klien
dengan demensia dengan penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer.
Pada kebanyakan klien penyebab penyakit tersebut tidak diketahui.
2.4 WOC
Faktor predisposisi di
substansi nigra : usia &
arteriosclerosis, postensefalitis, induksi obat,
dan kerusakan logam
Dopamine
menipis
substansi nigra
dan korpus
Kerusakan control
gerakan volunteer
yang memiliki
ketangkasan sesuai
dan gerakan otomatis
Perubahan gaya
berjalan, kekakuan
dalam beraktivitas
Impuls globus
palidus ini tidak
melakukan
inhibisi terhadap
korteks
piramidalis dan
Gangguan
Nervus III
Gangguan
Nervus VIII
Regreditas
deserebrasi
Globus
palidus
mengelua
rkan
impuls
abnormal
Kehilangan
kendali dari
substansi
MK :
Ansietas
Pandangan
kabur
6
MK : Hambatan
Komunikasi Verbal
Perubahan aktivitas
umum
MK : Hambatan
mobilitas fisik
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor
tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada
pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi
sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan
maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu,
gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku
membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat
tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal
ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda
c.
d.
mulut.
Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk
mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita
menjadi lambat berpikir dan depresi. 13Bradikinesia mengakibatkan kurangnya
ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak
e.
dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
Mikrografia
8
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal
f.
g.
h.
i.
kognitif.
Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut,
sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan
lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal
j.
ruang,
pembedaan warna,
2. penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh
hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas
perubahan posisi badan
penyakit
Parkinson
dengan
atypical
parkinsonism;
walau
(Cogentin),
trihexyphenidyl
(Artane).
Berguna
untuk
11
berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang sama,
entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver.
d. Agonis dopamine
Agonis dopamin seperti bromokriptin (Parlodel), pergolid (Permax), pramipexol
(Mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif
untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor
dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin
secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala
Parkinson.
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan
yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi.
Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari
dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.
e. MAO-B inhibitors
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada
penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan
mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya
sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama
beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson.
Yaitu untuk mengaluskan pergerakan.
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi
monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine
yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung Lamphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia.
Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat
ini tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah
stomatitis.
f. Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
g. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka
levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk
maksud ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin
dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih
banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian
dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek sampingnya umunya hampir sama
dengan efek samping yang ditimbulkan oleh levodopa.
12
3. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan
petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor
dan hambatan lainnya.
13
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam
menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of
motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
4. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit
Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus
untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik
yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback
(FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara.
5. Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang
melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang
disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk
mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang
mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai
penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived
neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant kathether
melalui operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang
pembentukan L-dopa.
6. Pencangkokan syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang
berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan
pertama yang dilakukan adalah randomized double-blind sham-placebo dengan
pencangkokan dopaminergik yang gagal menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk
pasien di bawah umur.
7. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa.
Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi
dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.
8. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi
progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah
apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic
14
agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah
monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamine agonis, dan
complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10.
9. Nutrisi
Beberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan
secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang
merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam
mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam
biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110 pasien.
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor koenzim dalam
biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah dibanding L-Tyrosin
dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat mengurangi
kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut diperlukan
dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan katalase untuk menetralkan anion
superoxide yang dapat merusak sel.
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip
dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur
dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.
10. Qigong
Terdapat dua penelitian mengenai qigong pada penyakit bParkinson. Dalam
percobaan di Bonn, studi terhadap 56 pasien didapatkan peningkatan gejala motorik
dan non-motorik di antara pasien yang melakukan latihan qigong terstruktur 1 kalin
seminggu selama 8 minggu. Penulis berspekulasi bahwa gambaran aliran energy yang
membantu peningkatan dalam movement pasien.
Namun demikian studi kedua menunjukkan qigong tak efektif pada penyakit
Parkinson. Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan randomized cross-over trial
untuk membandingkan latihan aerobic dengan qigong pada penyakit Parkinson tahap
lanjut.dua kelompok pasien PD dinilai, kemudian melakukan 20 sesi baik latihan
aeronik maupun qigong, dinilai lagi, kemudian setelah selang 2 bulan, ditukar dengan
20 sesi lainnya, kemudian dinilai lagi. Penulis mendapatkan peningkatan kemampuan
15
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data subjektif
1. Identitas klien
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Nama klien
Nomer RM
Jenis kelamin
Umur
Status perkawinan
Pekerjaan
Agama
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
:
16
9) Tanggal MRS
10) Diagnosa medis
:
:
Komposisi antara laki-laki dan perempuan pada penyakit ini hampir berimbang
namun lebih banyak laki-laki dengan perbandingan 3:2 tanpa diketahui sebab yang jelas
dan masih dalam lingkup penelitian.Penyakit Parkinson lebih sering pada usia lanjut,
pada usia 50 dan 60 tahunPekerjaan seseorang dengan paparan zat kimia tinggi secara
terus-menerus dapat memicu atau memperburuk parkinson. Diagnosis penyakit ini
didasarkan dari gejala klinis yang dinilai oleh dokter dan atau didukung dengan
pencitraan otak (CT Scan atau MRI kepala). Parkinson dapat sebagai komplikasi atau
diperburuk dengan komplikasi yang lain.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
Gangguan gerakan
Kaku otot
Tremor menyeluruh
Kelemahan otot
Hilangnya refleks postural
17
18
20
Pemeriksaan refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien
mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala
cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti
didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangan keseimbangan
( salah satunya kedepan dan kebelakang ) dapat menimbulkan
sering jatuh.
Sistem sensorik
Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik
yang ada merupakan hasil dari neuropati.
d. Bladder ( B4 )
Inspeksi
Klien dapat mengalami inkontinensia urine, Penurunan reflek
kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif
dan persepsi klien secara umum.
ketidakmampuan
mengkomunikasikan
kebutuhan,
dan
f. Bone ( B6 )
Inspeksi :
21
22
Diagnosa
Keperawatan
Hambatan
mobilitas fisik
Rasional
hasil
NOC
NIC
Joint
b.d perubahan
aktifitas umum
Intervensi
sebelum/sesudah
meningkat
pasien
Mengidentifikasi
kemampuan klien dalam
moblisasi
Berikan alat bantu jika
kalien memerlukan
Ajarkan pasien
peningkatan
mobilisasi
Meminimalisir pergerakan
kien
Melatih otot-otot klien
Membantu dalam
dalam aktivitas
dan
saat latihan
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
Kriteria Hasil:
fisik
Mengerti tujuan
performance
Klien
movement:acti
ve
Mobility Level
Self care:ADLs
Transfer
mengatasi kebutuhan
dasar klien
Terapi fisioterapi dapat
bagaimana merubah
mobilitas
Memverbalisasi
kan perasaan
diperlukan
dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
Memperagakan
penggunaan
alat
Bantu untuk
mobilisasi( wal
ker)
2
Hambatan
komunikasi
verbal b.d
kognitif
NOC
Anxiety self
control
Coping
NIC
Mengetahui maksud
komunikasi
Memudahkan komunikasi
Mengetahui adanya
Gunakan
penerjemah,jika
diperlukan
23
menurun
Sensory
persepsi
function
simpel setiap
:hearing dan
bertemu,jika
menurun
vision
Fear self
control
Komunikasi:pen
diperlukan
Konsultasikan dengan
dokter kebutuhan
Kriteria Hasil
terapi bicara
Dorong pasien untuk
erimaan,
berkomunikasi secara
intrepretasi dan
ekspresi pesan
Lisan,tulisan,
dan non verbal
meningkat
Komunisai
ekspresif
( kesulitan
permintaan
Dengrkan dengan
penuh perhatian
Berdiri di depan
ekspresi vesan
:penerimaan
kepada pasien
Memudahkan dalam
berkomunikasi dengan
pasien
Melatih bicara pasien
Membrikan saran kepada
pasien
Memberikan Reward
kepada pasien berupa
pujian
Memberikan rasa nyaman
dan aman
Membuat pasien dapat
mengekspresikan dirinya
yang optimal
Ajarkan bicara dari
perlukan
Beri anjuran kepada
laring buatan
Berikan pujian positif,
jika diperlukan
Anjurkan kunjungan
gerakan dalam
menggunakan
untuk memberi
isyarat
Pengolahan
tentang penggunaan
mengkoordinasi
penuh
Memberikan perhatian
intrepretasi
mampu
berkomunikasi
Memberikan perhatian
esopagus, jika di
komunikasi dan
terkoordinasi :
( kesulitan
mendengar )
verbal
Melatih pasien dalam
reseptif
berbicara ) :
bermakna
Komunikasi
perubahan komunikasi
stimulus komunikasi
Anjurkan ekspresi diri
informasi: klien
mampu untuk
dalam menyampaikan
memperoleh,
informasi ( bahasa
24
mengatur,dan
isyarat )
menggunakan
informasi
Mampu
mengontrol
respon ketakutan
dan kecemasan
terhadap
ketidakmampuaj
berbicara
Mampu
memanjemen
kemampuan fisik
yang dimiliki
Mampu
mengkomunikasi
kan kebutuhan
dengan
lingkungan
3
Ansietas b.d
sosial
NOC
pandangan
Anxiety self
kabur
control
Anxiety level
Kriteria Hasil
mengidentifikas
mengungkapka
n dan
teknik untuk
mengontrol
cemas
Vital sign
jelas harapan
merencanakan kembali
terhadap pelaku
pasien
Jelaskan semua
selama prosedur
Pahami prespektif
menimbulkan masalah.
Untuk membantu pasien
memperoleh
yang dirasakan
si,
menunjukkan
pasien
Nyatakan dengan
Memberikan metode
pendekatan supaya
n gejala cemas
Mengidentifika
mengungkapka
Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Klien mampu
i pasien dan
NIC
kenyamanan
Pemahaman
meningkatkan kerjasama
pasien terhadap
situasi stree
Temani pasien untuk
meningkatkan
memberikan
mengurangi tingkat
kenyamanan dan
kecemasan pasien.
penyembuhan dan
megurangi takut
dalam batas
normal
Postur tubuh,
25
ekspresi wajah,
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
4
NOC
NIC
Kriteria Hasil
an ekuilibrium
Gerakan
lingkungan tertentu
Mengidentifikasi
jatuh
Menjaga lingkungan
resiko jatuh
Mengidentifikasi
dalam berjalan
Mempermudah pasien
karakteristik
Lingkungan yang
dalam berjalan
Menjaga pasien tetap
pasien
Memberi pengetahuan
yang terbuka
Sarankan perubahan
kepada pasien
Mengetahui kemampuan
pasien
Memenuhi kebutuhan
pasien
Memenuhi kebutuhan
pasien
Memenuhi kebutuhan
pasien
Memenuhi kebutuhan
pasien
Memberikan rasa aman
dan nyaman
Memberikan rasa aman
otot untuk
secara volunter
dapat meningkatkan
untuk
melakukan
gerakan yang
pencegahan
jatuh: tindakan
individu atau
pasien
Mendorng
pasien
pemberi
untukmenggunakan
asuhan untuk
tongkat
meminimalkan
faktor resiko
alat
bantu jalan
Kunci roda dari
duduk, tau brankar
memicu jatuh
selama transfer
dilingkungan
pasien
Tempat artikel mdah
dan nyaman
dijangkau dari
tidak ada
kejadian jatuh
Pengetahuan:p
atau
kursiroda, tempat
yang dapat
individu
Kejadian jatuh:
yang mempengaruhi
terkoordinasi:
bertujuan
Perilaku
untuk
bekerjasama
resiko jatuh
Mengetahui karakteristik
dapat meningkatkan
: kemampuan
kemampuan
Mengidentifikasi defisit
Keseimbangan
mempertahank
Mengidentifikasi
pasien
Ajarkan
pasien
26
emahaman
bagaimana
pencegahan
meminimalkan
jatuh
pengetahuan:
keselamatan
mentransfer dari
tempat tidur kekursi
keamanan
dan,demikian pula
pelindungan
tepat,dengan
sandaran dan
resiko
Kekerasan
Komunitas
sandaran tangan
untuk memudahkan
tingkat
transfer
Menyediakan
tempat tidur kasur
terkoordinasi
Kecenderunga
n resiko
memudahkan
pelarian untuk
transfer
Gunakan rel sisi
panjang yang sesuai
dan tinggi untuk
keselamatan
fisik remaja
Mengasuh:
bayi/ balita
keselamatan
transfer
Menyediakan kursi
dari ketinggian yang
pengendalian
kawin
Kejadian terjun
Mengasuh
untuk
memudahkan
kebingungan
kekerasan
Gerakan
dan sebaliknya
Menyediakan toilet
ditinggikan
tingkat
akut
Tingkat agitasi
Komunitas
cidera
Memantau
kemampuan untuk
anak fisik
Pengetahuan:
pribadi
Pelanggaran
jatuh
balita
Perilaku
dengan kebutuhan
Memberikan pasien
tergantung
dengan
saran
bantuan
keselamatan
pemanggilan
pribad
cahaya
panggilan
ketika
pengasuh
tidak hdir
Membantu ketoilet
sering kali,interval
27
dijadwalkan
Menandai ambang
pintu dan tepi
langkah,sesuai
kebutuhan
Hapus dataran
rendah perabotan
misalnya tumpuan
dan tabel yang
menimbulkan
bahaya tersandung
Hindari kekacauan
pada
permukaan
lantai
yang
dimiliki,
28
4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan.
5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus
palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai
bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan
dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan, gangguan yang
terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan
ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan
perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien
berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan
perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
4.2Saran
Orang yang menderita Parkinson ini harus segera dilakukan pengobatan baik dengan
terapi obat kimia atau herbal. Selain itu, juga harus memperhatikan etiologi seperti
ras, genetic, toksin, usia serta gejala yang muncul seperti tremor, ketidakseimbangan
daya tahan tubuh. Oleh karena itu dijaga keadaan tubuh kita dalam memenuhi gizi
yang cukup
30
DAFTAR PUSTAKA
31