Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Parkinson

adalah

suatu

penyakit

degeneratif

pada

sistem

saraf

(neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan


pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai
pergerakan, dan kekakuan otot.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat
dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat
keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai
depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul
sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara
keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di
Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89
tahun. Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri,
dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000
penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan
penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85
tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih
banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian parkinson
b. Apa etiologi parkinson
c. Apa saja manifestasi klinis
d. Apa saja penatalaksanaan dari penyakit parkinson
e. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit parkinson
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dan
menambah ilmu pengetahuan tentang pengertian penyakit Parkinson, etiologi
penyakit Parkinson, manifestasi klinis penyakit Parkinson, penatalaksanaan penyakit
Parkinson, dan konsep asuhan keperawatan penyakit Parkinson pada Keperawatan
Medikal Bedah II,bagi penulis dan pembaca

B. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian parkinson
b. Mengetahui etiologi parkinson
c. Menegatahui manifestasi klinis
d. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit parkinson
e. Menegatahui konsep asuhan keperawatan dari penyakit parkinson

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. (Smeltzer
2

dan Bare, 2002).Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tremor
saat istirahat, rigiditas, bradikardinesia dan hilangnya reflex postural, dan secara patologi
berupa degenerasi neuron berpigmen neuromelanin terutama di pars kompakta nigra yang
disertai adanya inklusi sel neuron eusinofilik. (Lewys Bodies)
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor
ritmik, bradikardinesia, kekakuan otot, dan hilangnya reflek-reflek postural. (Sylvia dan
price,1999). Kesimpulan, Parkinson adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan
pada otak, yaitu pada sistem saraf pusat otak manusia mengalami kemunduran. Penyakit
ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan.
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi, prognosis
dan penatalaksanaannya. Terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans.
a. sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas.
b. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
a. dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler.
b.
iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan fenotiazin, reserpin,
tetrabenazin.
c. lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang
pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
a. pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan.
b. jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi
palidal ( parkinsonismus juvenilis ).
2.2 Etiologi
Etiologi Parkinson primermasih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di antaranya
ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal
terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui,
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang
diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut :
3

1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit
parkinson.
2. Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk
adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor
lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan
dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi,
industrialisasi ataupn gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi
perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini
mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap
timbulnya penyakit parkinson.
4. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit
parkinson. Yaitu mutasi pada gensinuklein pada lengan panjang kromosom 4
(PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan
autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin
(PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko
menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8
kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan
mitokondria
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet

Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi
merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya
masih belum jelas benar
f. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress
dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress
oksidatif.
2.3 Patofisiologi
Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron di dalam
subtansi nigra pada otak (subtansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak tengah yang
memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum).
Salah satu neurontransmiter mayor di daerah otak ini dan bagian-bagian lain pada sistem
saraf pusat adalah dopamine, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat
gerakan pada pusat control gerakan. Secara normal dopamine memiliki konsentrasi yang
tinggi di bagian-bagian otak tertentu, namun pada penyakit Parkinson konsentrasi
dopamine menipis dalam substansi nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamine
dalam basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan dan tremor.
Aliran darah serebri regional menurun pada klien dengan penyakit Parkinson dan ada
kejadian demensia yang tinggi. Data patologis dan biokimia menunjukkan bahwa klien
dengan demensia dengan penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer.
Pada kebanyakan klien penyebab penyakit tersebut tidak diketahui.

2.4 WOC

Faktor predisposisi di
substansi nigra : usia &
arteriosclerosis, postensefalitis, induksi obat,
dan kerusakan logam

Dopamine
menipis
substansi nigra
dan korpus

Aliran darah serebral


regional menurun
Manisfestasi psikiatrik,
dan kekakuan otot
wajah
Perubahan
kepribadian psikosis,
demnsia dan konfusi
akut
Kognitif menurun
Persepsi menurun

Kerusakan control
gerakan volunteer
yang memiliki
ketangkasan sesuai
dan gerakan otomatis

Perubahan gaya
berjalan, kekakuan
dalam beraktivitas

Impuls globus
palidus ini tidak
melakukan
inhibisi terhadap
korteks
piramidalis dan
Gangguan
Nervus III

Gangguan
Nervus VIII
Regreditas
deserebrasi

Globus
palidus
mengelua
rkan
impuls
abnormal

Kehilangan
kendali dari
substansi

Gangguan konstraksi otot-otot


bola mata
Gangguan konvergensi

MK :
Ansietas

Pandangan
kabur
6

MK : Hambatan
Komunikasi Verbal

Perubahan aktivitas
umum
MK : Hambatan
mobilitas fisik

Perubahan persepsi sensorik


visual
MK : Resiko
jatuh

2.5 Manifestasi Klinis


1. Gejala Motorik
a.
Tremor/bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap
sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari
penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat.
Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat
lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur.
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung
(pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki
fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka
menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan
menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang
menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan,
kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas
(tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya
tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa
b.

terjadi pada kedua belah sisi.


Rigiditas/kekakuan

Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor
tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada
pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi
sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan
maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu,
gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku
membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat
tetapi pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal
ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda
c.

bergigi (cogwheel phenomenon).


Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin
mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret.
Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres)
karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata
berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering
keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif,
misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat
mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat.
Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan
gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata
berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari

d.

mulut.
Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk
mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita
menjadi lambat berpikir dan depresi. 13Bradikinesia mengakibatkan kurangnya
ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak

e.

dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
Mikrografia
8

Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal
f.

ini merupakan gejala dini.


Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a
petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke

g.

depan, punggung melengkung bila berjalan.


Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan

h.

volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.


Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit

i.

kognitif.
Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut,
sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan
lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal

j.

diberi waktu yang cukup.


Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal
hidungnya (tanda Myerson positif).

2. Gejala non motorik


a. Disfungsi otonom
1. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
2. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
3. Pengeluaran urin yang banyak
4. Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya
b.
c.
d.
e.

hasrat seksual, perilaku, orgasme.


Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
Gangguan sensasi
1. Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai

ruang,

pembedaan warna,
2. penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh
hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas
perubahan posisi badan

3. berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia


atau anosmia).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks
vakuo)
3. MRI
4. Fluorodopa positron emission tomografi
5. Eaclopride imaging of dopamine D2 receptors dan single photon emission computed
tomografi dari striatal dopamine re-uptake. Satu penelitian mengungkapkan bahwa
sonografi parenkim otak mungkin memiliki spesifikasi yang tinggi dalam
membedakan

penyakit

Parkinson

dengan

atypical

parkinsonism;

walau

bagaimanapun, hyperechogenicity yang abnormal dapat ditemukan tidak hanya pada


penyakit Parkinson, melainkan juga pada tremor essential.
2.7 Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan
trauma karena jatuh.

2.8 Penatalaksanaan Medis


Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara
holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang
biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru
dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan
menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan
pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien
diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a. Antikolinergik
Benzotropine

(Cogentin),

trihexyphenidyl

(Artane).

Berguna

untuk

mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan.


b. Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak
levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada
10

neuron dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa


dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron
dopaminergik, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek
samping yang luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi
pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa
dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum
mencapai neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita
penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal.
Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya dan
mengurangi efek sampingnya.
Efek samping levodopa dapat berupa:
1. Neusea, muntah, distress abdominal
2. Hipotensi postural
3. Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang
berusia lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada
system konduksi jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti
propanolol.
4. Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau
muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap
terapi levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat
mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi
terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
5. Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum
darah yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi
levodopa.
6. Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia
yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh.
Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin
berkurang.
c. COMT inhibitors
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi motor
pada pasien yang menggunakan obat levodopa. Tolcapone adalah penghambat
enzim COMT, memperpanjang efek L-Dopa. Tapi karena efek samping yang

11

berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang sama,
entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver.
d. Agonis dopamine
Agonis dopamin seperti bromokriptin (Parlodel), pergolid (Permax), pramipexol
(Mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif
untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor
dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin
secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala
Parkinson.
Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan
yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi.
Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari
dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.
e. MAO-B inhibitors
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada
penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan
mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya
sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama
beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson.
Yaitu untuk mengaluskan pergerakan.
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi
monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine
yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung Lamphetamin and L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia.
Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian, yang sampai saat
ini tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah
stomatitis.
f. Amantadine (Symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
g. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka
levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk
maksud ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin
dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih
banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian
dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek sampingnya umunya hampir sama
dengan efek samping yang ditimbulkan oleh levodopa.
12

2. Deep Brain Stimulation (DBS)


Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda yang
memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke dalam otak. Terapi ini
disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal invasif yang
dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk
mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk menghasilkan
stimulasi elektrik pada wilayah target di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian
gerakan.
Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini
digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan
kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan
wilayah subthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah
stimulasi elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada penilaian klinis.
DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan kemajuan
pembedahan terkini kepada para pasien dengan penyakit parkinson. DBS
direkomendasikan bagi pasien dengan penyakit parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau
4) yang masih memberikan respon terhadap levodopa.
Pengendalian parkinson dengan terapi DBS menunjukkan keberhasilan 90%.
Berdasarkan penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang yang menggunakan terapi
DBS mencapai peningkatan kemampuan untuk melakukan akltivitas normal seharihari.

3. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan
petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor
dan hambatan lainnya.
13

Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam
menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of
motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
4. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit
Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus
untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik
yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback
(FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara.
5. Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang
melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang
disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk
mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang
mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai
penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived
neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant kathether
melalui operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang
pembentukan L-dopa.
6. Pencangkokan syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel stem yang
berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan. Percobaan
pertama yang dilakukan adalah randomized double-blind sham-placebo dengan
pencangkokan dopaminergik yang gagal menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk
pasien di bawah umur.
7. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa.
Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi
dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.
8. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi
progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah
apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic
14

agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah
monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamine agonis, dan
complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10.
9. Nutrisi
Beberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan
secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang
merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam
mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam
biosintesis L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110 pasien.
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor koenzim dalam
biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah dibanding L-Tyrosin
dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat mengurangi
kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut diperlukan
dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan katalase untuk menetralkan anion
superoxide yang dapat merusak sel.
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip
dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki struktur
dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.

10. Qigong
Terdapat dua penelitian mengenai qigong pada penyakit bParkinson. Dalam
percobaan di Bonn, studi terhadap 56 pasien didapatkan peningkatan gejala motorik
dan non-motorik di antara pasien yang melakukan latihan qigong terstruktur 1 kalin
seminggu selama 8 minggu. Penulis berspekulasi bahwa gambaran aliran energy yang
membantu peningkatan dalam movement pasien.
Namun demikian studi kedua menunjukkan qigong tak efektif pada penyakit
Parkinson. Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan randomized cross-over trial
untuk membandingkan latihan aerobic dengan qigong pada penyakit Parkinson tahap
lanjut.dua kelompok pasien PD dinilai, kemudian melakukan 20 sesi baik latihan
aeronik maupun qigong, dinilai lagi, kemudian setelah selang 2 bulan, ditukar dengan
20 sesi lainnya, kemudian dinilai lagi. Penulis mendapatkan peningkatan kemampuan
15

motorikdan fungsi kardiorespirator setelah mengikuti latihan aerobic, tetapi tak


mendapatkan manfaat setelah mengikuti qigong.
11. Botox
Baru-baru ini, injeksi Botox sedang diteliti sebagai salah satu pengobatan non-FDA di
masa mendatang.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data subjektif
1. Identitas klien
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Nama klien
Nomer RM
Jenis kelamin
Umur
Status perkawinan
Pekerjaan
Agama
Alamat

:
:
:
:
:
:
:
:
16

9) Tanggal MRS
10) Diagnosa medis

:
:

Komposisi antara laki-laki dan perempuan pada penyakit ini hampir berimbang
namun lebih banyak laki-laki dengan perbandingan 3:2 tanpa diketahui sebab yang jelas
dan masih dalam lingkup penelitian.Penyakit Parkinson lebih sering pada usia lanjut,
pada usia 50 dan 60 tahunPekerjaan seseorang dengan paparan zat kimia tinggi secara
terus-menerus dapat memicu atau memperburuk parkinson. Diagnosis penyakit ini
didasarkan dari gejala klinis yang dinilai oleh dokter dan atau didukung dengan
pencitraan otak (CT Scan atau MRI kepala). Parkinson dapat sebagai komplikasi atau
diperburuk dengan komplikasi yang lain.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Gangguan gerakan
Kaku otot
Tremor menyeluruh
Kelemahan otot
Hilangnya refleks postural

Merupakan ketidakstabilan postural, tidak adanya refleks postural sehingga


mengakibatkan ketidakseimbangan. Ditandai dengan memburuknya keseimbangan
tubuh sehingga penderita mudah jatuh.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu
tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala,
walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat,
gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan
gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari.
Keadaan ini meningkat saat klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan
muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensi wajah,
sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat,
kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroid, sulit menelan, konstipasi,
dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan
hipertrofi prostat.
3) Riwayat penyakit dahulu

17

Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang


adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan
obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik
dalam jangka waktu yang lama.
4) Riwayat penyakit keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan
sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada
keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga
terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini diperlukan untuk
melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya
penyakit.
3. Pola Fungsi Kesehatan
Pola fungsi kesehatan terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Pola toleransi koping stress
2) Pola hubungan peran
3) Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan hidup yang tidak sehat karena defisit perawatan diri
akibat kelemahan atau kekauan otot, sehingga menimbulkan masalah
kesehatan lainnya.
4) Pola nutrisi metabolisme
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, mengalami
kesulitan menelan.
5) Pola eliminasi
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi alvi karena asupan
yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Klien
sering mengalami konstipasi akibat menurunnya sensitifitas proses
pencernaan.
6) Pola istirahat-tidur.
Penderita pada umumnya kesulitan tidur pada malam hari karena
tremor berlebihan atau berkeringat.
7) Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kekakuan otot, dan kehilangan keseimbangan gerak.
8) Pola persepsi diri
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yg salah.
9) Pola kognitif perseptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca
indra penglihatan, pendengaran dan penurunan kognitif serta perubahan
memori.
10) Pola toleransi koping stress

18

Pengkajian mekanisme koping menilai respon emosi klien terhadap


penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
11) Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi penurunan seksualitas.
12) Pola hubungan peran
Klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara yang dapat menurunkan fungsi peran dalam kehidupan sehari-hari.
13) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress pada diri penderita, bila terjadi serangan tremor
yang hebat.

3.1.2 Data obyektif


a) Keadaan umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu brakikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan.
b) Pemeriksaan fisik ( B1-B6 )
a. Breating ( B1 )
Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi,
inaktivitas, aspirasi makanan atau salifah, dan berkurangnya fungsi pembersihan
saluran nafas.
Inspeksi
:
Ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi
:
Ditemukan taktil Vermitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi
:
Ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
:
Ditemukan bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi,
stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien
dengan inaktifitas.
b. Blood ( B2 )
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
c. Brain ( B3 )
Inspeksi :
19

Ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum


pada seluruh otot dan kehilangan keseimbangan
Pemeriksaan fungsi serebri
Pemeriksaan syaraf cranial
Saraf I
Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak
ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II
Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan
sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit
Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI
Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu konvergensi
pengelihatan menjadi kabur menjadi tidak mampu
mempertahannkan kontaksi otot-otot bola mata.
Saraf V
Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya
ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan
otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami
penurunan, saat bicara wajah seperti topeng (sering
mengedipkan mata)
Saraf VII.
Presepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII.
Adanya tuli konduktif dan tuli presepsi yang berhungan
dengan proses semilis dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X
Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.
Saraf XI
dksdTidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
Saraf XII
Tidak simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasipulasi. Indra pengecapan normal
Sistem motorik
o Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya
berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan
kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami
digiditas desereberasi.
o Tonus otot, ditemukan meningkat.
o Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami
gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan,

20

perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum


pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien
mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala
cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti
didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangan keseimbangan
( salah satunya kedepan dan kebelakang ) dapat menimbulkan
sering jatuh.
Sistem sensorik
Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik
yang ada merupakan hasil dari neuropati.
d. Bladder ( B4 )
Inspeksi
Klien dapat mengalami inkontinensia urine, Penurunan reflek
kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif
dan persepsi klien secara umum.
ketidakmampuan
mengkomunikasikan

kebutuhan,

dan

ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan


control motorik dan postural.
Klien sering ditemukan dengan kateterisasi intermiten teknik
steril
Palpasi :
Adakah nyeri tekan pada kandung kemih
e. Bowel ( B5 )
Inspeksi:
Pemenuhan nutrisi berkurang karena kesulitan menelan,
kelemahan fisik umum dan adanya tremor menyeluruh.
Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
Palpasi :
Adakah nyeri tekan pada abdomen
Perkusi :
Adakah distensi abdomen
Auskultasi :
Terdengar bising usus menurun (5-12x/menit)

f. Bone ( B6 )
Inspeksi :
21

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,


kelalahan otot, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku
pada seluruh gerakan menghambat pola aktivitas dan
pemenuhan aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Mobilisasi dibantu sebagian
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam
melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan
dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma
fisik pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
Palpasi
Dalam keadaan rileks dapat ditemukan fenomena roda gigi
(kombinasi rest tremor dengan kekakuan otot)
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Analisis cairan serebrospinalis
Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal
Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan
prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi
dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Dilakukan dengan cara
menginsersi jarum berongga ke dalam ruang sub-araknoid daintara lengkung saraf
vertebra lumbal ketiga dan lumbal keempat. Kemungkinan hasil menunjukkan adanya
penurunan kadar dopamin
2) MRI / CT-scan kepala.
Untuk mengetahui gambaran internal otak. Pada penyakit parkinson
kemungkinan didapatkan gambaran pelebaran ventrikel.
3) PET ( Positron Emission Tomography )
(PET) merupakan salah satu modalitas diagnostik kedokteran nuklir yang
lebih baik dibanding modalitas lain terutama di bidang keganasan. Prinsip kerjanya
dengan mendeteksi akumulasi bahan radioaktif pada suatu organ.. PET scan dapat
memberikan gambaran fungsional aliran darah dan proses metabolik di tingkat sel.
PET dapat mengukur fungsi fisiologis dengan mencitrakan aliran darah, metabolisme,
neurotransmitter dan obat yang dilabel zat radioaktif. Alat ini dapat menampilkan
analisis secara kuantitatif, mengikuti perubahan relatif selama pemantauan sesuai
dengan perjalanan dan pengaruh penyakit terhadap jaringan tubuh manusia atau
respons terhadap organ tubuh stimulus spesifik. Pada klien dengan parkinson
kemungkinan hasil PET scan menunjukkan penurunan metabolisme otak,
pengurangan cerebral blood flow terutama sekali di ganglia basalis.

22

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik b.d perubahan aktivitas umum
2. Hambatan komunikasi verbasl b.d kognitif menurun persepsi menurun
3. Ansietas b.d pandangan kabur
4. Resiko jatuh b.d perubahan persepsi sensori visual
3.3 Intervensi keperawatan
NO
1

Diagnosa
Keperawatan
Hambatan
mobilitas fisik

Tujuan dan kritera

Rasional

hasil
NOC

NIC

Joint

b.d perubahan
aktifitas umum

Intervensi

sebelum/sesudah

saat berjalan dan

meningkat

pasien
Mengidentifikasi
kemampuan klien dalam

moblisasi
Berikan alat bantu jika

kalien memerlukan
Ajarkan pasien

peningkatan

mobilisasi
Meminimalisir pergerakan

kien
Melatih otot-otot klien
Membantu dalam

cegah terhadap cedera


Kaji kemampuan
pasien dalam

dalam aktivitas

dan

saat latihan
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat

Kriteria Hasil:

fisik
Mengerti tujuan

latihan respon pasien

performance
Klien

Mengetahui vital sign

Monitoring vital sign

movement:acti
ve
Mobility Level
Self care:ADLs
Transfer

mengatasi kebutuhan

dasar klien
Terapi fisioterapi dapat

memulihkan kondisi klien


Agar pasien bisa merubah
posisi sendir

bagaimana merubah

mobilitas
Memverbalisasi

posisi dan berikan


bantuan jika

kan perasaan

diperlukan

dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
Memperagakan
penggunaan
alat
Bantu untuk
mobilisasi( wal
ker)
2

Hambatan
komunikasi
verbal b.d
kognitif

NOC
Anxiety self
control
Coping

NIC

Mengetahui maksud

komunikasi
Memudahkan komunikasi
Mengetahui adanya

Gunakan
penerjemah,jika
diperlukan

23

menurun

Sensory

persepsi

function

simpel setiap

:hearing dan

bertemu,jika

menurun

vision
Fear self

control
Komunikasi:pen

diperlukan
Konsultasikan dengan
dokter kebutuhan

Kriteria Hasil

terapi bicara
Dorong pasien untuk

erimaan,

berkomunikasi secara

intrepretasi dan

perlahan dan untuk


mengulangi

ekspresi pesan
Lisan,tulisan,
dan non verbal
meningkat
Komunisai
ekspresif
( kesulitan

permintaan
Dengrkan dengan

penuh perhatian
Berdiri di depan

pasien ketika berbicara


Gunakan kartu baca,
tubuh, gambar, daftar

ekspresi vesan

kosa kata, komputer,

verbal dan atau

:penerimaan

kepada pasien
Memudahkan dalam
berkomunikasi dengan

pasien
Melatih bicara pasien
Membrikan saran kepada

pasien
Memberikan Reward
kepada pasien berupa

pujian
Memberikan rasa nyaman

dan aman
Membuat pasien dapat
mengekspresikan dirinya

yang optimal
Ajarkan bicara dari
perlukan
Beri anjuran kepada

alat bantu bicara


misalnya prostesi

atau non verbal


Gerakan

trakeo esopagus dan

laring buatan
Berikan pujian positif,

jika diperlukan
Anjurkan kunjungan

gerakan dalam

keluarga secara teratur

menggunakan

untuk memberi

isyarat
Pengolahan

tentang penggunaan

pesan verbal dan

mengkoordinasi

penuh
Memberikan perhatian

pasien dan keluarga

intrepretasi

mampu

berkomunikasi
Memberikan perhatian

esopagus, jika di

komunikasi dan

terkoordinasi :

komunikasi dua arah

( kesulitan
mendengar )

verbal
Melatih pasien dalam

dll untuk memfasilitasi

non verbal yang

reseptif

kertas, pensil, bahasa

berbicara ) :

bermakna
Komunikasi

perubahan komunikasi

Beri satu kalimat

stimulus komunikasi
Anjurkan ekspresi diri

informasi: klien

dengan cara lain

mampu untuk

dalam menyampaikan

memperoleh,

informasi ( bahasa

24

mengatur,dan

isyarat )

menggunakan
informasi
Mampu
mengontrol
respon ketakutan
dan kecemasan
terhadap
ketidakmampuaj
berbicara
Mampu
memanjemen
kemampuan fisik
yang dimiliki
Mampu
mengkomunikasi
kan kebutuhan
dengan
lingkungan
3

Ansietas b.d

sosial
NOC

pandangan

Anxiety self

kabur

control
Anxiety level
Kriteria Hasil

mengidentifikas
mengungkapka

n dan
teknik untuk
mengontrol
cemas
Vital sign

pasien menjadi tenang


Memberikan informasi
pada pasien untuk

jelas harapan

merencanakan kembali

terhadap pelaku

rutinitas biasa tanpa

pasien
Jelaskan semua

selama prosedur
Pahami prespektif

menimbulkan masalah.
Untuk membantu pasien
memperoleh

yang dirasakan

si,

menunjukkan

pasien
Nyatakan dengan

Memberikan metode
pendekatan supaya

prosedur dan apa

n gejala cemas
Mengidentifika
mengungkapka

Gunakan pendekatan
yang menenangkan

Klien mampu
i pasien dan

NIC

kenyamanan
Pemahaman
meningkatkan kerjasama

pasien terhadap

dengan program terapi,

situasi stree
Temani pasien untuk

meningkatkan

memberikan

mengurangi tingkat

kenyamanan dan

kecemasan pasien.

penyembuhan dan

megurangi takut

dalam batas
normal
Postur tubuh,

25

ekspresi wajah,
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
4

Resiko jatuh b.d


perubahan
persepsi sensori
visual

NOC

NIC

Trauma risk for


Injury risk for

defisit kognitif atau

Kriteria Hasil

an ekuilibrium
Gerakan

lingkungan tertentu
Mengidentifikasi

jatuh
Menjaga lingkungan

perilaku dan faktor

yang aman dan nyaman


Memberikan
kenyamanan pasien

resiko jatuh
Mengidentifikasi

dalam berjalan
Mempermudah pasien

karakteristik
Lingkungan yang

dalam berjalan
Menjaga pasien tetap

aman dan nyaman


Memenuhi kebutuhan

pasien
Memberi pengetahuan

yang terbuka
Sarankan perubahan

kepada pasien
Mengetahui kemampuan

dalam gaya berjalan

pasien
Memenuhi kebutuhan

pasien
Memenuhi kebutuhan

pasien
Memenuhi kebutuhan

pasien
Memenuhi kebutuhan

pasien
Memberikan rasa aman

dan nyaman
Memberikan rasa aman

otot untuk
secara volunter

dapat meningkatkan

untuk

potensi untuk jatuh

melakukan

misalnya lantai yang

gerakan yang

licin dan tangga

pencegahan
jatuh: tindakan
individu atau

pasien
Mendorng

pasien

pemberi

untukmenggunakan

asuhan untuk

tongkat

meminimalkan
faktor resiko

alat

bantu jalan
Kunci roda dari
duduk, tau brankar

memicu jatuh

selama transfer

dilingkungan

pasien
Tempat artikel mdah

dan nyaman

dijangkau dari

tidak ada
kejadian jatuh
Pengetahuan:p

atau

kursiroda, tempat

yang dapat

individu
Kejadian jatuh:

perilaku dan faktor

yang mempengaruhi

terkoordinasi:

bertujuan
Perilaku

kognitif atau fisik pasien


Mengidentifikasi

potensi jatuh dalam

untuk

bekerjasama

resiko jatuh
Mengetahui karakteristik

dapat meningkatkan

: kemampuan

kemampuan

Mengidentifikasi defisit

fisik pasien yang

Keseimbangan

mempertahank

Mengidentifikasi

pasien
Ajarkan

pasien

26

emahaman

bagaimana

pencegahan

meminimalkan

jatuh
pengetahuan:

keselamatan

mentransfer dari
tempat tidur kekursi

keamanan

dan,demikian pula

pelindungan

tepat,dengan
sandaran dan

resiko
Kekerasan
Komunitas

sandaran tangan
untuk memudahkan

tingkat

transfer
Menyediakan
tempat tidur kasur

terkoordinasi
Kecenderunga

dengan tepi yang


erqt untuk

n resiko

memudahkan

pelarian untuk

transfer
Gunakan rel sisi
panjang yang sesuai
dan tinggi untuk

keselamatan

mencegah jatuh dari

fisik remaja
Mengasuh:

tempat tidur, sesuai

bayi/ balita
keselamatan

transfer
Menyediakan kursi
dari ketinggian yang

pengendalian

kawin
Kejadian terjun
Mengasuh

untuk

memudahkan

kebingungan

kekerasan
Gerakan

dan sebaliknya
Menyediakan toilet
ditinggikan

tingkat
akut
Tingkat agitasi
Komunitas

cidera
Memantau
kemampuan untuk

anak fisik
Pengetahuan:
pribadi
Pelanggaran

jatuh

balita
Perilaku

dengan kebutuhan
Memberikan pasien
tergantung

dengan

saran

bantuan

keselamatan

pemanggilan

pribad

misalnya bel atau

cahaya

panggilan

ketika

pengasuh

tidak hdir
Membantu ketoilet
sering kali,interval

27

dijadwalkan
Menandai ambang
pintu dan tepi
langkah,sesuai

kebutuhan
Hapus dataran
rendah perabotan
misalnya tumpuan
dan tabel yang
menimbulkan

bahaya tersandung
Hindari kekacauan
pada

permukaan

lantai

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktorfaktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi
keperawatan yang akan dilakukan.
2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi

yang

dimiliki,

penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian


terhadap penyakit dan intervensi.
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.

28

4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan.
5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Berdasarkan asuhan keperawatan pada kasus parkinson diharapkan hasl
evaluasi yang diperoleh antara lain:
1. Hambatan mobilitas fisik b.d perubahan aktivitas umum dapat teratasi
seluruhnya
2. Hambatan komunikasi verbasl b.d kognitif menurun persepsi menurun
dapat teratasi seluruhnya
3. Ansietas b.d pandangan kabur dapat teratasi seluruhnya
4. Resiko jatuh b.d perubahan persepsi sensori visual dapat teratasi
seluruhnya.

29

BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus
palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai
bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan
dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan, gangguan yang
terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan
ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan
perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien
berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan
perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
4.2Saran
Orang yang menderita Parkinson ini harus segera dilakukan pengobatan baik dengan
terapi obat kimia atau herbal. Selain itu, juga harus memperhatikan etiologi seperti
ras, genetic, toksin, usia serta gejala yang muncul seperti tremor, ketidakseimbangan
daya tahan tubuh. Oleh karena itu dijaga keadaan tubuh kita dalam memenuhi gizi
yang cukup

30

DAFTAR PUSTAKA

31

Anda mungkin juga menyukai

  • Sap TB Paru
    Sap TB Paru
    Dokumen7 halaman
    Sap TB Paru
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Pathway BPH
    Pathway BPH
    Dokumen1 halaman
    Pathway BPH
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen3 halaman
    Kasus
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat