Anda di halaman 1dari 71

4

BAB II
INVESTIGASI LAPANGAN
2.1.Bor Tangan
(PB-0000-76)

2.1.1.

Tujuan
Pemboran tangan biasanya digunakan untuk pengambilan contoh

tanah dalam lapisan dangkal (10,00 m) dan bertujuan untuk mendapatkan


keterangan mengenai : Jenis, Sifat sifat dan keadaan tanah itu sendiri.
2.1.2.

Teori Dasar
Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed

sample) dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample).


Disturbed sample adalah contoh tanah yang diambil tanpa ada usaha yang
dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut. Undisturbed
sample adalah contoh tanah yang masih menunjukkan sifat asli tanah.
Contoh undisturbed ini secara ideal tidak mengalami perubahan struktur,
kadar air, dan susunan kimia. Contoh tanah yang benar-benar asli tidak
mungkin diperoleh, tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka kerusakan
contoh dapat dibatasi sekecil mungkin.
2.1.3.

Pelaksanaan :
Bor tangan dilaksanakan dengan menggunakan bermacam-macam

bor (auger) pada ujung bagian bawah dari serangkaian stang bor yang
teridiri dari mata iwan yang berfungsi sebagai pembuat lubang dan tabung
sampel yang berfungsi sebagai pengambil sampel tanah yang telah di bor.
Bagian atas terdiri dari stang berbentuk T untuk memutar stang bor.
Sebelum pemboran dilaksanakan perlu diketahui beberapa hal antara lain :
1. Lokasi dan titik pemboran
2. Kedalaman pemboran yang diharapkan.

2.1.4.
Peralatan yang dipergunakan :
a. Bor Jenis Jarret mata bor Iwan diameter 10 cm dengan tinggi mata bor
20 cm.
b. Kepala stang bor pengambil contoh 6,8 cm dengan kuncinya.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 5

c.
d.
e.
f.

Satu set stang bor.


Tabung contoh dengan ukuran diameter 6,8 cm dan panjang 40 cm
Pemutar stang bor
Kunci pipa, Cangkul, Kantong Plastik, Parafin, Oli dan Karung.

2.1.5.

Prosedur Pelaksanaan
Bersihkan lokasi yang akan di bor, kemudian bor dimasukkan

kedalam tanah dengan memutar stang sambil menekan stang bor tersebut.
Setelah mata bor penuh lalu diangkat dan tanah yang ada didalam mata bor
diambil lalu masukkan kedalam kantong plastik.
a. Pengambilan Contoh Tanah Tidak Asli (Terganggu)
Untuk contoh ini dapat diambil dari contoh tanah dengan bor. Tanah
yang diambil adalah contoh dari lapisan yang ditentukan dengan
pemeriksaan visual.Contoh dimasukkan dalam kantong plastik dan diberi
label.
b. Pengambilan Contoh Tanah Asli
Dipakai tabung contoh dengan ukuran 6,8 cm dengan panjang 40 cm.
Tabung tersebut dimasukkan kedalam lobang bor dan kemudian ditekan
perlahan-lahan sampai mencapai kedalaman 40 cm. Stang bor kemudian
diputar dengan arah berbalik sehingga contoh tanah terlepas dari
kelilingnya lalu diangkat keatas, lalu dilepas dari kepala tabung. Ujung
tanah diratakan kemudian diberi paraffin pada ujung-ujung sebagai
isolator. Setelah lilin dan paraffin mongering contoh diberi label dan
ditempatkan pada tempat yang terlindung.

Contoh label sbb :

B. I /1
0,50 0,90
Yang berarti :
B

: Bor

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 6

: Nomor Lobang/Titik Bor

: Nomor contoh yang diambil dari satu lobang


0,50 0,90

: Kedalam contoh tanah.

Catatan : di usahakan pada saat pengeboran di lakukan per 20 cm karena lapisan


tanah di permukaan bumi ini tebal perlayernya ada 20 cm, gunanya
untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah yang ingin di bor.
2.1.6.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Tujuan dilakukan boring log adalah untuk mengambil sample tanah
asli pada suatu daerah untuk diuji atau di teliti di laboratorium, agar kita
bisa mendesain suatu pondasi bangunan dengan tepat.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah jenis tanah lempung di
kawasan Jalan (Jln.Kesuma Gg. Rambutan) di dapati dikedalaman > 0,60
m, dan muka air tanahnya berada di kedalaman 0,40 0,60 m.

2.2.Uji Dynamic Cone Penetrometer


(PB-0000-76)

2.2.1.

Tujuan

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 7

Uji dynamic cone penetrometer bertujuan untuk menguj kepadatan


tanah yang belum terganggu/tanah murni yang belum terjamah.

2.2.2.

Teori Dasar
Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL (Transport

and Road Research Laboratory), Crowthorn. Pengujian ini dimaksudkan


untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar,
timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini akan
memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman kurang lebih 70 cm di
bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar.
Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang
tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari
palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow)
dan penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan
pondasi karena pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan
grafik dan rumus, pembacaan penetrometer diubah menjadi pembacaan
yang setara dengan nilai CBR.
2.2.3.

Peralatan

a. Conus
b. Stang Beban
c. Rol/meter pengukur
d. Beban

2.2.4.

Prosedur Pelaksanaan

a. Bersihkan lokasi yang akan diperiksa.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 8

b. Letakkan alat DCP pada titik yang telah ditentukan.


c. Atur alat supaya vertical
d. Setelah alat vertical, barulah dilakukan pemukulan dengan mengangkat
beban DCP dengan tinggi jatuh beban 65 cm.
e. Beri pukulan sebanyak 5 kali dan ukur kedalaman stang DCP yang
masuk kedalam Tanah.
f. Cari berapa nilai DCP
g. Ulangi pukulan berkali-kali dan catat hasilnya.
h. Dari hasil yang didapat diperoleh grafik.

2.2.5.

Perhitungan

Contoh perhitungan:
Jumlah Tumbukan
5
10
15

2.2.6.

Penurunan
24.8
52.0
79.4

Jenis Tanah
Lempung Kepasiran
Lempung Kepasiran
Lempung Kepasiran

Analisa dan Kesimpulan

Analisa
Dynamic Cone Penetration (DCP) bertujuan untuk mengetahui
kepadatan tanah yang belum pernah dipadatkan atau tanah yang terganggu
dilapangan dengan cara menghitung jumlah nilai tumbukan serta
penurunannya. Tumbukan dilakukan dengan interval lima tumbukan.
Apabila penurunan sudah maksimal, maka DCP diangkat.

Kesimpulan

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 9

Dari praktikum ini kita dapat menentukan kepadatan tanah yang


belum di padatkan di lapangan dan diambil kesimpulan bahwa nilai CBR
lapangan bisa langsung diketahui dengan menggunakan alat DCP, dan
untuk lokasi STT Dumai memiliki nilai CBR lapangan 5,3% 6,5%

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 10

2.3.

Kekuatan Tanah Dengan Alat Sondir


(PB-0113-76)

2.3.1.

Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui perlawanan penetrasi

konus dan hambatan lekat Tanah. Perlawanan penetrasi konus adalah


perlawanan Tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya
persatus luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser terhadap selubung
bikonus dalam persatuan panjang.

2.3.2.

Teori
Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui

karakteristik tanah yang dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan
dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir ada dua macam, yang pertama
adalah sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm dan yang kedua
adalah sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm. Jenis tanah yang cocok
disondir dengan alat ini adalah tanah yang tidak banyak mengandung batu.
Qc adalah perlawanan penetrasi

konus atau perlawanan tanah

terhadap ujung konus yang diyatakan dalam gaya persatuan luas (kg/cm).
JHL adalah jumlah hambatan lekat perlawanan geser tanah terhadap
selubang bikonus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang (kg/cm).

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 11

2.3.3.

Peralatan

1. Mesin Sondir ringan (2 ton) atau mesin sondir berat (10 ton)
2. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam, sesuai dengan
kebutuhan dengan panjang masing-masing 1 m
3. Manometer 2 buah dengan kapasitas :
a. Sondir ringan 0 sampai 50 kg/cm2 dan 0 sampai 250 kg/cm2
b. Sondir berat 0 sampai 50 kg/cm2 dan 0 sampai 600 kg/cm2
4. Konus dan bikonus
5. 4 (empat) buah angker dengan perlengkapan (angker daun dan spiral)
6. Kunci- kunci pipa, alat-alat pembersih, oli, minyak hidrolikdi
2.3.4.

Prosedur Pelaksanaan

1.

Pasang dan aturlah agar mesin sondir


vertical ditempat yang akandiperiksa dengan menggunakan angker
yang dimasukkan secara kuat kedalam Tanah.

2.

Pengisian minyak hidrolik harus bebas dari


gelembung udara.

3.

Pasang

konus

atau

bikonus,

sesuai

kebutuhan pada ujung pipa pertama

4.

Pasang rangkaian pipa pertama beserta


konus tersebut pada mesin sondir

5.

Tekanlah pipa untuk memasukkan konus


atau bikonus sampai kedalaman tertentu, umumnya setiap kedalaman
20 cm.

6.
a.

Tekanlah batang :
Apabila dipergunakan bikonus maka penetrasi ini
pertama-tama akan menggerakkan ujung konus kebawah sedalam 4
cm, dan bacalah manometer sebagai perlawanan penetrasi konus
(PK) Penekenan selanjutnya akan menggerakkan konus beserta
selubung konus kebawah sedalam 8 cm, bacalah manometer

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 12

sebagai hasil jumlah perlawanan (JP) yaitu perlawanan penetrasi


b.

konus (PK) dan hambatan lekat (HL).


Apabila dipergunakan konus

maka

pembacaan

manometer hanya dilakukan pada penekanan pertama (PK)


c.
Tekanlah pipa bersama batang sampai kedalaman
berikutnya yang akan diukur. Pembacaan dilakukan pada setiap
penekanan pipa sedalam 20 cm.

2.3.5.

Perhitungan

Pekerjaan sondir ringan diberhentikan pada keadaan sebagai berikut :


1. Untuk sondir ringan pada waktu tekanan manometer tiga kali berturutturut melebihi 150 kg/cm2 atau kedalaman maksimum 30 m
2. Untuk sondir berat pada waktu tekanan manometer tiga kali berturutturut melebihi 500 kg/cm2 atau kedalaman maksimum 50 m.
a.

Hambatan Pelekat dihitung dengan rumus :


A
HL=( JP PK )
B A= Tahap Pembacaan = 20 cm
B=Faktor alat atau

b.

c.

2.3.6.
a.

Luas konus
10
Luas Torak

Jumlah Hambatan Lekat :


JHL

= 0 i HL

= kedalaman yang dicapai konus

Buatlah grafik :
1. Perlawanan Penetrasi Konus (PK) terhadap kedalaman
2. Jumlah Hambatan Lekat (JHL) terhadap kedalaman
Catatan
Keuntungan yang diperoleh pada penggunaan

alat sondir adalah :


1.

Baik untuk lapisan Tanah lempung

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 13

2.

Dapat dengan cepat menentukan


letak lapisan Tanah keras

3.

Dapat memperkirakan perbedaan


lapisan Tanah

4.

Dapat

dipergunakan

untuk

menghitung daya dukung Tanah lempung dengan mempergunakan


rumus empiris.
b.
Kerugian pada penggunaan alat ini adalah :
1.
Tidak dapat dipergunakan untuk lapisan
Tanah yang berbutir kasar, terutama lapisan Tanah yang
2.

mengandung kerikil dan batu.


Hasil penyondiran sangat meragukan apabila
letak alat tidak vertical, atau konus/bikonus tidak bekerja dengan
baik.

c.

Setiap penggunaan alat sondir harus dilakukan kalibrasi dan


pemeriksaan perlengkapan :
1. Manometer yang akan digunakan masih dalam keadaan baik sesuai
dengan standar yang berlaku
2. Ukuran konus yang akan dipergunakan harus sesuai dengan ukuran
standar .

d.

Setiap tahap pemeriksaan batang akan dimulai, jarum


manometer harus menunjuk angka nol

e.

Apabila alat sondir sudah mulai terangkat sedangkan


tekanan belum mencapai 150 kg/cm2 untuk sondir ringan dan 500
kg/cm2 untuk sondir berat, alat sondir diberi pemberat.

2.3.7.

Analisa dan Kesimpulan

Analisa
Praktikum uji sondir ini digunakan untuk mengetahui posisi
kedalaman tanah keras serta beban yang bisa ditahan oleh tanah, dan kita
bisa merancang suatu tiang pancang atau pondasi sutu bangunan yang mau
kita desain

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 14

Kesimpulan
Dalam praktikum ini kita dapat mengetahui tanah keras di suatu
tempat tersebut, dan mengetahui perlawanan penetrasi konus dengan
hambatan lekat tanah, dan pembacaan di lakukan menggunakan
manometer.

2.4.

Pengujian Sand Cone


(PB-0103-76)

2.4.1.

Tujuan

Untuk mengetahui kepadatan tanah yang telah di padatkan di lapangan.


2.4.2.

Teori Dasar
Percobaan kerucut pasir (sand cone) merupakan salah satu jenis

pengujian yang dilakukan di lapangan untuk menentukan berat isi kering


(kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan yang
dilakukan baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif.
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh dari percobaan ini
biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil perkerjaan pemadatan di
lapangan (degree of compaction) yaitu perbandingan antara (kerucut pasir)
dengan hasil percobaan pemadatan di laboratorium.
Tujuan dari pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah
dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 15

timbunan sangat penting untuk diperhatikan, tidak hanya kadar air dan
berat keringnya. Pengujian untuk kontrol pemadatan di lapangan
dispesifikasikan dan hasilnya menjadi standar untuk mengontrol suatu
proyek.
Ada 2 spesifikasi untuk pekerjaan tanah yaitu :
1. Spesifikasi dari hasil akhir.
2. Spesifikasi untuk cara pemadatan.
2.4.3.

Peralatan

1. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi botol kurang 4 liter
2. Corong kalibrasi pasir diameter 16.51 cm
3. Pelat untuk corong pasir ukuran 30.48 cm x 30.48 cm dengan lobang
bergaris tengah 16.51 cm.
4. Peralatan kecil yaitu : Palu, sendok, Kuas, pahat dan peralatan untuk
mencari kadar air.
5. Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian sampai 1.0 gr
6. Satu buah timbangan kapasitas 500 gr ketelitian 0.1 gr.
7. Pasir bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak mengandung
bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan No. 10 (2 mm) dan
tertahan pada saringan No. 200 (0.075 mm)
2.4.4.
7.

Prosedur Pelaksanaan
Menentukan isi botol pasir :
a.
Timbanglah alat (Botol + Corong) = (W1 gr)
b.
Letakkan alat dengan botol dibawah, bukalah kran dan isi
dengan air jernih sampai penuh diatas kran. Tutuplah kran dan
c.

bersihkan kelebihan air.


Timbanglah alat yang terisi air = (W2 gr). Berat air = isi
botol pasir.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 16

d.

Lakukan langkah 2 dan 3 sebanyak tiga kali dan ambil


rata-rata dari ketiga hasil. Perbedaan masing-masing pengukuran

8.

tidak boleh lebih dari 3 cm.


Menentukan Berat Isi Pasir.
a.
Letakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata,
tutup kran dan isi corong pelan-pelan dengan pasir.
b.
Bukalah kran, isi botol sampai penuh dan dijaga agar
c.

9.

selama pengisian corong selalu terisi paling sedikit setengahnya.


Tutuplah kran, bersihkan kelebihan pasir diatas kran dan

timbanglah = (W3 gr)


Menentukan Berat Pasir Dalam Corong :
a.
Isi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan
timbang = (W4 gr)
b.
Letakkan alat dengan corong dibawah plat corong pada
c.
d.

dasar yang rata dan bersih.


Buka kran pelan-pelan sampai pasir berhenti mengalir
Tutup kran, dan timbanglah alat berisi sisa pasir = (W5
gr)

e.
10.
a.
b.

Hitunglah berat pasir dalam corong = (W4 W5) gr


Menentukan Berat Isi Tanah.
Isi botol dengan pasir secukupnya.
Ratakan permukaan Tanah yang akan diperiksa, letakkan
plat corong pada permukaan yang telah rata tersebut dan

kokohkan dengan paku keempat sisinya.


c.
Galilah lobang sedalam minimal 10 cm
d.
Seluruh Tanah hasil galian dimasukkan kedalam kaleng
yang tertutup yang telah diketahui beratnya = (W9 gr) dan
e.
f.

timbang kaleng dan Tanah (W8 gr)


Timbang alat dengan pasir didalamnya = (W6 gr)
Letakkan alat pada tempat, corong kebawah diatas pelat
corong dan buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk kedalam
lobang, setelah pasir berhenti mengalir tutup kran kembali dan

g.

timbang alat dengan sisa pasir (W7 gr).


Ambil Tanah sedikit dari kaleng untuk menentukan kadar
air W %.

2.4.5.

Perhitungan

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 17

= (W2 W1) cm3

Isi botol = Berat air


Berat Isi Pasir

(W3 W1)
= ----------------- gr
(W2 W1)

Berat Pasir Dalam Corong

= (W4 W5)

Berat Pasir Dalam Lobang

= (W6 W7) (W4 W5) = W10 gr


W10
= ----------------- Ve. Cm3
p
= (W8 W9) gr
W8 W9
= ----------------- gr / cm3
Ve

Isi Lobang
Berat Tanah
Berat Isi Tanah

Berat Isi Kering Tanah

(d Lap)

Derajat Kepadatan Dilapngan (D)

2.4.6.

= ------------------ x 100 % gr / cm3


100 + W
d lap
= ------------------- x 100 %
d lab

Catatan

1. Dalam menentukan pemeriksaan ini jangan sampai ada getaran-getaran


2. Untuk menentukan kadar air lihat job pemeriksaan kadar air
3. Waktu pengisian pasir dalam botol dan pengisian pasir dalam lobang,
harus dilakukan pelan-pelan agar pasir tidak memadat setempat
4. Penentuan berat isi pasir, dilakukan pada setiap penggantian jenis pasir
yang baru atau apabila pasir tersebut telah lama dipergunakan (kotor)
5. Kepadatan maksimum laboratorium harus dikoreksi dengan PB-020976

2.4.7.

Analisa dan Kesimpulan

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 18

Analisa
Pada praktikum ini dilaksanakan di Jaya Mukti Jln. Kusuma
gang.rambutan. praktikum ini di gunakan untuk mengetahui kepadatan
atau kerapatan tanah yang sudah di padatkan di lapangan. Dalam
praktikum ini, usahakan penggalian sesuai dengan ukuran diameter plat
dan kedalaman 8 cm.
Kesimpulan
Dari percobaan ini hasilnya dapat kita gunakan untuk menentukan
kepadatan lapisan tanah atau perkerasan dari sample tanah yang di uji.

2.5.

Pengujian SPT
(PB-0000-76)

2.5.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui perlawanan Tanah
terhadap penetrasi sebuah tabung belah baja di dalam lobang bor.
2.5.2. Teori Dasar
Dalam mengambil contoh tanah, selain dengan cara pengeboran,
dapat juga dilakukan dengan melakukan percobaan StandardPenetration
Test (SPT ). Percobaan ini menguraikan suatu prosedur penggunaan split
spoon sample tanah yang representatif serta mendapatkan suatu ukuran
perlawanan tanah terhadap penetrasi sampler.
Prinsip kerjanya adalah dengan memasukkan ujung penetrometer
ke dalam tanah dan dengan sejumlah pukulan yang dilakukan dengan cara
menjatuhkan sebuah beban secara bebas. Beban yang dijatuhkan dengan
ketinggian tertentu dan juga dengan jumlah pukulan tertentu akan
menghasilkan

penurunan

penetrometer

(biasanya

penurunan

telah

ditetapkan sejauh 3 X 15 cm). Pengujian ini sering dilaksanakan

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 19

bersamaan dengan pengujian bor (Bor mesin).Penguijian ini sangat cocok


digunakan pada tanah berbutir.
Tabung belah (Split Spoon Sampler) dimasukkan ke dalam tanah
pada dasar lubang bor dan dengan memakai beban penumbuk (Drive
Weight) seberat + 140 lbs (+ 63 kg) yang dijatuhkan bebas dari ketinggian
+ 6 inci (+ 30 cm) dengan pukulan beban penumbuk.
Jumlah pukulan di atas tersebut, disebut sebagai nilai NSPT, NSPT dapat
dihitung dengan rumus :
NSPT = N2 + N3
Dimana :

N2 = Jumlah pukulan pada interval 15 cm kedua.


N3 = Jumlah pukulan pada interval 15 cm ketiga .

Untuk nilai N1 tidak diperhitungkan dengan anggapan bahwa ujung


split spoon terletakpada lapisantanah yang kondisinya tidak asli atau
terganggu.Pengujian dilakukan pada lubang pengeboranpada kedalaman +
15 m, kemudian di bor lagi dengan kedalaman + 15 m seta diuji kembali,
begitu seterusnya hingga mencapai kedalaman yang diinginkan atau N >
50. Di daerah tertentu perlu dipasang casing pada lubang bor supaya
lubang bekas pemboran tidak runtuh. Bila split spoon turun sendiri
sebelum ditumbuk, maka dapat disimpulkan bahwa perlawanan tanah
adalah nol.
Hubungan antara NSPT dengan kepadatan relatif (tanah non kohesif)
dan kosistensi (tanah non kohesif) dapat dilihat pada tabel berikut :
a. Kepadatan relatif (tanah non kohesif)
Nspt

Kepadatan

Derajat kepadatan

<4

Sangat Lepas

0,00-0,15

5-10

Lepas

0,15-0,35

11-24

Sedang

0,35-0,65

25-40

Padat

0,65-0,85

>50

Sangat Padat

0,85-1,00

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 20

b. Kosistensi Tanah( tanah non kohesif )


Nspt

Consistency

Unconfined compression

strengtht ( N/m2 )
<2
Very soft
< 20
24
Soft
20 40
58
Firm
40 75
9 15
Stiff
75 150
16 30
Very stiff
150 300
> 30
Hard
> 300
Hasil pengujian dengan SPT ini sebaiknya selalu dianggap sebagai
perkiraan kasar saja, bukan hasil yang teliti Umumnya hasil percobaan
penetrasi statis seperti alat sondir lebih dipercaya dari pada hasil percobaan
SPT.
Nilai N yang diperoleh dari percobaan Standard Penetration Test
(SPT) dapat dihubungkan secara empiris dengan beberapa sifat lain dari
tanah yang bersangkutan karena nilai penetrasi baku N adalah angka yang
biasa digunakan untuk menghubungkan parameter fisik dari tanah. Harga
unconfined compressive strength dari tanah lempung juga dapat
diperkirakan berdasarkan angka penetrasi bakunya (N). Dalam suatu tabel,
dapat diperkirakan hubungan antara harga N dari suatu tanah lempung
pada suatu kedalaman tertentu dengan kondisi kekerasan dan harga
unconfined compressive strength.
Angka
Penetrasi

Kekerasan

Standar
02
24
48
8 16
16 32
>32

Sangat
Lembek
Lembek
Agak Kaku
Kaku
Sangat Kaku
Keras

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 21

Kekuatan
Unconfined
0 0,25
0,25 0,5
0,5 1
12
24
>4

2.5.3. Peralatan
1. Satu set Tripot
2. Stang SPT
3. Tabung Belah
4. Palu Pemukul ( 63,5 kg)
5. Tali
6. Kunci Pipa
7. Katrol
2.5.4.
Prosedur Pelaksanaan
1. Buat lobang bor hingga kedalaman dimana uji SPT akan dilakukan
2. Masukkan tabung belah SPT kedasar lobang dengan perantara batang
pemancang
3. Memancang/memukul tabung belah SPT dengan perantara batang
pemancang sedalam 18 inc (457.2 mm) kedalam Tanah dasar lobang
bor.
4. Hitung jumlah pukulan yang diperlukan untuk mendapatkan penetrasi
12 inc (305 mm) terakhir. Jumlah pukulan yang diperlukan tersebut
disebut dengan nilai N SPT
5. Pemukulan dilakukan dengan menggunakan palu pemukul seberat 140
lb (63.5 kg) yang dilepaskan secara jatuh bebas dari ketinggian 30 inc
(762 mm)
2.5.5.

Catatan
Setelah penetrasi awal akibat berat sendiri dan diukur pemukulan

palu SPT dapat dimulai dan dilakukan dalam dua tahapan sebagai berikut :

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 22

a. Tahap awal.
Pemukulan dilakukan untuk mencapai penetrasi sedalam 150 mm.
Bila jumlah pukulan kurang dari 50 pukulan maka nilai pengujian ini
diabaikan. Bila jumlah mencapai 50 pukulan maka nilai N dinyatakan
sebesar 50 pukulan/X mm penetrasi : dimana X adalah kedalaman
penetrasi yang dicapai. Pemukulan tahap awal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya gangguan pada bagian atas dasar
lobang bor.
b. Tahap Pengujian
Pemukulan

dilakukan

untuk

mencapai

penetrasi

300

mm

berikutnya.Jumlah pukulan untuk mencapai 300 mm terakhir ini disebut


perlawanan penetrasi N. Jumlah pukulan per 150 mm dicatat.Bila penetrasi
300 mm tersebut tidak dapat dicapai dalam 100 pukulan maka pengujian
diakhiri.
2.5.6.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Pada praktikum pengujian SPT ini adalah semacam percobaan
dinamis, yang di lakukan dengan cara ujungnya dimasukkan kedalam
tanah dengan pukulan yang di lakukan denagn menjatuhkan beban dari
ketinggian 75 cm. sehingga batang bisa masuk ke dalam tanah dengan
lebih cepat, dan usahakan untuk menjatuhkan palu pemukul dengan bebas.
Pencatatan jumlah pukulan dilakukan pada 45 cm dari permukan tanah
dengan interval 15 cm.
Kesimpulan
Dari praktikum ini, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai n
terbesar terdapat pada kedalaman 8 m, dan nilai n terkecil terdapat pada
kedalaman 4 m. Hasil dari percobaan SPT ini dapat di gunakan untuk
merencanakan suatu pondasi atau jalan raya

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 23

BAB III
PERCOBAAN LABORATORIUM
3.1.
Analisa Butiran
3.1.1.
Analisa Saringan
(PB-0201-76)
3.1.1.1. Tujuan
Untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregar kasar
dan halus dengan menggunakan saringan.
3.1.1.2. Teori Dasar
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi
yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan
sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat berupa massa
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragment.
Agregat diklasifikasikan menjadi 3 bagian berdasarkna ukuran
partikelnya yaitu:
1

Agregat kasar, yaitu agregat dengan ukuran > 4.75 mm menurut

ASTM atau >2 mm menurut AASHTO.


Agregat halus, yaitu agregat dengan ukuran <4.75 mm menurut ASTM

atau < 2 mm menurut AASHTO.


Abu batu atau mineral filler, yaitu agregat halus yang umumnya lolos
saringan no. 200.
Gradasi

atau

dapat

dikatakan

distribusi

partikel-partikel

berdasarkan ukuran agregat. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa


saringan dengan menggunakan satu set saringan, dimana saringan yang
paling kasar diletakkan paling atas dan yang paling bawah adalah untuk

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 24

yang paling halus, satu set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan
tutup.
Gradasi dari jenis agregat dibedakan atas 3 (tiga) yaitu :
1

Gradasi seragam (uniform graded) yaitu agregat dengan ukuran sama


atau seragam atau agregat yang memiliki sedikit agrerat halus

sehingga tidak bisa mengisi rongga antar agregat.


Gradasi rapat atau menerus (dense graded) yaitu agregat memiliki
semua ukuran butir atau campuran agregat kasar dan halus dalam
porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga dengan agregat

Laporan Praktikum Mekanika Tanah 25

bergradasi baik (well graded). Agregat dinamakan bergradasi baik

jika persen yang lolos saringan lapis dari sebuah gradasi memenuhi.
Gradasi sela (gap gradation) atau buruk (poorly graded) yaitu salah
satu atau lebih ukuran butir agregat tidak ada atau campuran agregat
dengan atau fraksi hilang atau fraksi sedikit sekali. Sering disebut
dengan gradasi senjang.
Analisa Saringan Ageregat adalah

penentuan presentase berat

butiran aggregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka angka
presentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
3.1.1.3. Peralatan
1. Timbangan dan Neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
2. Satu set saringan :No. 4,10,20,40,100 dan No. 200 (Standar ASTM)
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 5)0 C
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang saringan
6. Talam, Kuas, Sikat Kuningan, Sendok
3.1.1.4. Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak.

Agregat Halus
Ukuran maksimum No. 4 : berat minimum 500 gr
Ukuran maksimum No. 8 : berat minimum 100 gr

Agregat Kasar
Ukuran maksimum No 3.5: berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum No 3. : berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum No 2.5: berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum No 2 : berat minimum 20 kg

Ukuran maksimum No 1.5: berat minimum 15 kg


Ukuran maksimum No 1 : berat minimum 10 kg
Ukuran maksimum No 3/4: berat minimum 5 kg
Ukuran maksimum No 1/2: berat minimum 2,5 kg
Ukuran maksimum No 1/4: berat minimum 1 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat kasar dan halus,
agregat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan No.
4.Selanjutnya masing-masing agregat disediakan sebanyak jumlah seperti
tercantum diatas.Benda uji disiapkan sesuai dengan PB-0208-76 kecuali
apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui
jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
3.1.1.5. Prosedur Pelaksanaan
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 5)0 C. sampai
berat tetap
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan
tangan atau dengan mesin pengguncang selama 15 menit.
3.1.1.6. Perhitungan
Hitunglah presentase berat benda uji yang tertahan diatas masingmasing saringan terhadap berat totol benda uji
3.1.1.7. Catatan
Di saat benda uji telah selesai di ayak, di harapkan berhati-hati
pada saat memindahkan benda uji kedalam talam, jangan sampai ada
sedikit pun yang terserak/tumpah karena dapat mempengaruhi berat benda
uji awal sebelum pengayakan.
3.1.1.8. Analisa dan Kesimpulan
Analisa

Pada praktikum analisa saringan ini, tanah yang dipakai harus


dalam keadaan kering atau dioven lebih dulu.Untuk hasil lebih maksimal,
sebaiknya menggunakan mesin.
Kesimpulan
Dari praktikum, dapat diambil kesimpulan bahwa berat tanah
tertahan pada saringan no. 4 adalah 2,50 gr; saringan no. 8 adalah 3,50 gr;
saringan no. 16 adalah 31,05 gr; saringan no. 30 adalah 113 gr; saringan
no. 50 adalah 325,50 gr; saringan no. 100 adalah 435 gr; saringan no. 200
adalah 28,50 gr; dan yang berada di pan atau melewati saringan no. 200
adalah 57,50 gr. Analisa saringan ini adalah suatu cara yang di gunakan
untuk menentukan ukuran butir tanah.

3.1.2.
Analisa Hidrometer
(PB-0107-76)
3.1.2.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran
butir (Gradasi) dari tanah yang lewat saringan No. 200
3.1.2.2. Teori Dasar
Analisa Hidrometer

didasarkan

pada

prinsip

sedimentasi

(pengendapan) butir butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah
dilarutkan dalam air, partikel partikel tanah akan mengendap dengan
kecepatan yang berbeda tergantung pada bentuk, ukuran, dan beratnya.
3.1.2.3. Peralatan

1. Hidrometer dengan skala konsentrasi (5-60 gr/lt) atau untuk


pembacaan berat jenis campuran (0,995-1,038)
2. Tabung gelas ukuran kapasitas 1000 ml, dengan diameter 6,5 cm
3. Termometer C-500 C ketelitian 0,10 C
4. Pengaduk mekanis dan mangkuk dispresi (mechanical stirrer)
5. Saringan No. 10, 20, 80, 100 dan 200
6. Neraca dengan ketelitian 0,01 gr
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu unutuk memanasi (1100
5)0 C
8. Tabung gelas ukuran 50 ml dan 100 ml
9. Batang pengaduk dari gelas
10. Stop Watch

3.1.2.4. Prosedur Pelaksanaan


a. Rendamlah benda uji tersebut dengan 100 ml air suling dan bahan
dispresi (Sodium Hexametaphospat) sebanyak 100 ml, aduklah sampai
merata dengan pengaduk gelas dan biarkan terendam selama 24 jam.
b. Sesudah perendalam, pindahkan campuran semuanya kedalam
mangkok pengaduk dan tambahkan air suling/air bebas mineral
sampai kira-kira setengah penuh. Aduklah campuran selama 15 menit.
c. Pindahkan campuran semuanya kedalam tabung gelas ukur dan
tambahkan air suling/air bebas mineral sampai campuran menjadi
1000 ml. Tutuplah rapat-rapat mulut tabung tersebut dengan telapak
tangan, kocoklah dalam arah mendatar selama selama satu menit.
d. Segera setelah dikocok letakkan tabung dengan hati-hati dan
masukkan hidrometer. Biarkan hidrometer terapung bebas, tekanlah
stop watch. Bacalah angka skalanya pada , 1 dan 2 menit dan catat

pada form PB-0107-76 B. Bacalah pada puncak meniscusnya dan


catatlah pembacaan-pembacaan itu sampai 0,5 gr/lt yang terdekat atau
0,001 berat jenis (Rh). Sesudah pembacaan pada menit ke-2,
angkatlah hidrometer dengan hati-hati, cuci dengan air suling, dan
masukkan kedalam tabung yang berisi air suling yang bersuhu sama
seperti suhu tabung percobaan.
e. Masukkan kembali hidrometer dengan hati-hati kedalam tabung dan
lakukan pembacaan hidrometer pada saat 5, 15 dan 30 menit 1, 4 dan
24 jam. Sesudah setiap pembacaan cuci dan kembalikan hidrometer
kedalam tabung air suling. Lakukan proses memasukkan dan
mengangkat hidrometer masing selama 10 detik.
f. Ukur suhu, sekali dalam 15 menit yang pertama dan kemudian pada
setiap pembacaan berikutnya.
Sesudah pembacaan yang terakhir, pindahkan campuran kedalam
saringan No. 200 dan cucilah sampai air pencucinya jernih dan biarkan air
ini mengalir terbuang. Fraksi yang tertinggal diatas saringan No. 200 harus
dikeringkan dan lakukan pemeriksaan saringan dengan cara pemeriksaan
Analisa Saringan agregat halus dan kasar PB-0201-76.

3.1.2.5. Perhitungan
1. Perhitungan analisa saringan dapat dilakukan seperti dalam cara
pemeriksaan PB-0201-76.
2. Dari pembacaan Rh tentukan diameter dengan menggunakan
nomogram terlampir.
3. Hitung persen berat dari butiran yang lebih kecil dari diameter (D)
dari rumus-rumus berikut :
a. Untuk hidrometer dengan pembacaan 5-60 gr / lt
a ( Rh + K )
P = _____________ x 100
W3

b. Untuk Hidrometer dengan pembacaan berat jenis 0,995 1,038.


1606
A ( Rh + K 1 )
P = __________________ x 100
W3
Bila benda uji yang diambil adalah Tanah yang mengandung
fraksi diatas saringan No. 10 hitung persen seluruh contoh lebih dari (D),
dengan rumus :
Persen seluruh lebih kecil = P x persen melalui saringan No. 10.

3.1.2.6. Catatan
1. Bahan bahan dispresi yang dipakai adalah :
a.

Larutan Waterglass (Sidium Silicate) dengan berat jenis


1,023

b.

Larutan Sodium Hexamethapospat yang mengandung 33


gr sodium hesamethapospat dan 7 gr anhydrous sodium carbonate
per liter larutan herus diperbaharui sebulan sekali

2. Hr dalam efektif dari hidrometer didapatkan dari rumus :


Vh
Hr

: HI + 0,5 ( h -------- ) cm
A

Hi

: Jarak dari pembacaan Rh keleher Hidrometer (lihat

nomogram) cm.
h

: Tinggi kepala dari leher sampai dasar kepala

Vh

: Volume Kepala Hidrometer


: Berat Hidrometer

: Luas penampang silinder ukur cm2

didapat dengan

membagi volume silinder


(1000 cm3 dengan jarak antara tanda 0 dan 1000)
Gambarkan disamping harga Hr yang ditemukan harga Rh yang
bersangkutan pada monograf dan usahakan kombinasi pemakaian
hidrometer dan gelas ukur yang tetap agar kalibrasi dapat digunakan
selama mungkin.
3. Kalibrasi Hidrometer dan Silinder Ukur
Untuk setiap hidrometer dan silinder ukur yang berlainan diperlukan
kalibrasi yang dilakukan sebagai berikut :
a. Tentukan volume kepala hidrometer (Vh) dengan menimbang
hidrometer sampai 0,1 gr yang terdekat. Catat berat ini sebagai
volume dalam ml dari kepala hidrometer.
b. Tentukan luas penampang silinder 1000 ml dengan mengukur jarak
antara dua garis pembagi skala (mis : 100 900 ml) Bagilah
volume dalam ml antara kedua garis pembagi skala dengan jarak
yang diukur itu untuk mendapatkan luas penampang (A)
c. Ukur dan catat jarak H dari tanda kalibrasi yang terendah pada
tangkai hidrometer ke tiap-tiap tanda kalibrasi utama lainnya (Rh)
d. Ukur dan catat jarak (r) dari leher kepala sampai tanda kalibrasi
yang terdekat
e. Hitung HI = H + r untuk masing-masing tanda kalibrasi Rh
f. Ukur tinggi kepala dari leher sampai dasar kepala. Bila kepalanya
simetris catat jarak h sama dengan dua kali jarak dari leher kepala
sampai kepusat volumenya.
g. Hitung dalam efektif Hr cm yang sesuai dengan masing-masing
tanda kalibrasi utama Rh dari rumus :
Vh

Hr = HI + 0,5 (h ---------- )
A
HI, h, Vh dan A : masing-masing seperti yang disebutkan tadi
1. Gambarkan hubungan antara Hr dan Rh sebagai lengkungan halus
2. Koreksi K merupakan jumlah koreksi-koreksi yaitu koreksi
meniscus (km) koreksi bahan dispresi (ka) dan koreksi suhu (kt).
Nilai K yang tercantum dalam table 1 hanya berlaku untuk
konsentrasi bahan dipersi yang diberikan diatas dan untuk
hidrometer dengan diameter 0,5 cm
3. Bahan dispersi yang mudah didapat di Indonesia adalah
Waterglass yang ternyata cukup memuaskan. Bila dalam
penggunaan waterglass tidak berhasil dapat digunakan Sodium
Hexamethapospat (calgon).
3.1.2.7. Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Pada pengujian hidrometer, benda uji yang dipakai sebanyak 100
gr dimasukkan kedalam air suling yang sudah digabungkan dengan
Sodium

Hexamethapospat

menggunakan

mechanical

sebagai
stirrer

bahan
sampai

dispersi
bahan

dan

teraduk

diaduk
secara

merata.Kemudian pindahkan bahan uji ke tabung gelas ukuran 1000 ml


hingga tidak ada yang tersisa pada mechanical stirrer dan tambahkan air
hingga gelas ukur terisi sebanyak 1000 ml lalu diamkan hingga 24
jam.Setelah itu, letakkan tabung gelas pada bak tempat pengujian yang
telah terisi air, dan sediakan tabung gelas berisikan air suling sebagai
penetralisir hidrometer.Ukurlah suhu air pada tempat pengujian, kemudian
ambil hidrometer letak di tabung berisi air suling, setelah itu letak di
tabung yang berisi bahan uji pada waktu 30 detik, kemudian lihat

angkanya setelah itu netralisir kembali hidrometer dan masukkan pada 1


menit dan begitu seterusnya sesuai dengan waktu yang ada pada form.
Kesimpulan
Dari praktikum ini, dapat diambil kesimpulan bahwa pada 1
menit pertama nilai hidrometer adalah 45,00 dan pada 24 jam menjadi
40,00. Hal ini berarti, semakin lama nilai hidrometer semakin mengecil.
Dan

apabila

tanah pada percobaan hidrometer mengandung bahan

organik maka dapat di hilangkan dengan menambahkan larutan sodium


metha pospate.

3.2.

Pengujian Kadar Air Tanah


(PB-0117-76)

3.2.1.
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air tanah.
3.2.2.

Teori Dasar
Kadar air tanah adalah penentuan angka perbandingan antara berat

air dan berat tanah kering yang terkandung yang dinyatakan dalam
persen (%).
3.2.3.
Peralatan
1. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi (110
5)0 C
2. Cawan kedap udara dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup,
cawan dapat terbuat dari gelas atau logam misalnya aluminium
3. Neraca dengan ketelitian 0.01 gr
Neraca dengan ketelitian 0.10 gr
Neraca dengan ketelitian 1.00 gr

3.2.4.

Prosedur Pelaksanaan
Benda uji yang mewakili tanah yang diperiksa ditempatkan dalam

cawan yang bersih, kering dan diketahui beratnya, lalu ditimbang dan
dimasukkan kedalam oven selama 4 jam (sampai berat konstan) setelah itu
didinginkan dalam desicator, setelah dingin ditimbang dan beratnya
dicatat.
3.2.5.
Perhitungan
Kadar air dapat dihitung seperti berikut :
Berat cawan + tanah basah
: W1
gr
Berat cawan + tanah kering
: W2
gr
Berat cawan
: W3
gr
Berat air
: (W1-W2)
gr
Berat tanah kering
: (W2-W3)
gr
W1-W2
Kadar air
: -------------- x 100 % =

gr

W2-W3
3.2.6.

Catatan

1. Jika tidak terdapat oven pengering, maka pelaksanaan pengeringan


dapat dilakukan dengan cara :
a. Jika benda uji yang akan diperiksa kadar airnya tidak mengandung
bahan organic atau bahan yang mudah terbakar, maka pengeringan
dapat dilakukan diatas kompor atau dibakar langsung setelah
disiram dengan spritus. Penimbangan dan pengeringan dilakukan
berulang-ulang, sehingga setelah tiga kali penimbangan terakhir
telah tercapai berat konstan.
b. Jika benda uji yang akan diperiksa mengandung bahan yang
mudah terbakar, maka tidak dilakukan pengeringan dengan cara
dibakar dengan spritus, tapi harus dikeringkan dengan kompor
dengan temperatur tidak lebih dari 600 C.
2. Masing-masing contoh harus dipakai cawan yang diberi tanda dan
tidak boleh sampai tertukar

3. Untuk tiap contoh harus dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar air
dapat diambil rata-rata.
4. Susunan benda uji di dalam oven harus diatur sehingga pengeringan
tidak terganggu, serta saluran udara harus dibuka.

3.2.7.

Analisa dan Kesimpulan

Analisa
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui tinggi rendahnya tanah
tersebut dan, tanah pelintung mempunyai kadar air tanah yang rendah.
Kesimpualan
Dari hasil praktikum ini kita dapat mengetahui berat basa atau
berat kering suatu tanah tersebut.

3.3.

Pengujian Kekuatan Tekan Bebas (Unconfined Compressiv


Strength)
(PB-0114-76)

3.3.1.

Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya kekuatan

tekan bebas contoh Tanah dan batuan yang bersifat kohesife dalam
keadaan asli maupun buatan (remoulded).
3.3.2.

Teori Dasar
Kekuatan tekan bebas adalah besarnya beban aksial persatuan

luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat regangan
aksialnya mencapai 20 %.
3.3.3.

Peralatan

1. Mesintekanbebas (Unconfined Compressive Strength)


2. Alatpengeluarcontoh
3. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter
4. Pisau tipis dan tajam
5. Pisau kawat
6. Stopwatch
7. Busur

3.3.4.

Prosedur Pelaksanaan

1. Pemeriksaan kekuatan tekan bebas dengan cara mengontrol regangan


2. Timbang benda uji dengan ketelitian 0,1 gram. Letakkan benda uji
pada mesin tekan secara sentries atau mesin diatur sehingga plat atas
menyentuh permukaan benda uji
3. Atur jarum arloji tegangan pada angka nol. Atur kedudukan arloji
regangan dan atur arloji pada angka nol
4. Pembacaan beban dilakukan pada regangan-ragangan 0,5 %, 1 %, 2
%, dan seterusnya dengan kecepatan regangan sebesar 1 - 2 % per
menit, biasanya diambil 1 % per menit
5. Percobaan ini dilakukan terus sampai benda uji mengalami
keruntuhan, keruntuhan ini dapat dilihat dari makin kecilnya beban
walaupun regangan makin besar.
6. Jika regangan telah mencapai 20 % tetapi benda uji belum runtuh,
maka pekerjaan dihentikan.

3.3.5.

Perhitungan

1. Besarnyareganganaksialdihitungdenganrumus :
AL
e

= -----------------Lo

= reganganaksial(%)

AL

= perobahanpanjangbendauji

Lo

= panjangbendaujisemula(cm)

2. Luas penampang benda uji rata-rata :


Ao
A

= --------------------

1-e
Ao

= Luas penampang benda uji semula (cm2)

3. Hitung besar tegangan normal dari :


t

= P/A (kg/cm2)

= n x (kg)

= pembacaan arloji tegangan

= angka kalibrasi dari cincin penguji (proving ring)

3.3.6.
Catatan
1. Untuk tanah yang getas kecepatan regangan diambil < 1 % per menit
2. Besar sensitivitas suatu jenis tanah dapat dihitung dari :
qu
St

= -----------------qu

St = sensitivitas
qu = kuat tekan bebas benda uji asli
qu = kuat tekan bebas benda uji buatan dengan berat isi yang sama
dengan benda uji asli.
3.3.7.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui suatu kerenggangan
tanah dengan cara menghitung waktu per 5 menit.
Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui kerenggangan dan
kepadatan suatu tanah tersebut dalam keadaan asli.

3.4.

Pengujian Kekuatan Geser


(PB-0116-76)

3.4.1.

Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kohesi (C) dan

sudut geser Tanah ().


3.4.2.

Teori Dasar
Uji geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan

langsung. Pengujian dilakukan dengan menempatkan contoh tanah ke


dalam kotak geser. Kotak ini terbelah, dengan setengah bagian yang bawah
merupakan bagian yang tetap dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak
ini tersedia dalam beberapa ukuran, tetapi biasanya mempunyai diameter
6.4 cm atau bujur sangkar 5,0 x 5,0 cm . Contoh tanah secara hati-hati
diletakkan di dalam kotak, sebuah blok pembebanan, termasuk batu-batu
berpori bergigi untuk drainase yang cepat, diletakkan di atas contoh tanah.
Kemudian suatu beban normal Pv dikerjakan. Kedua bagian kotak ini akan
menjadi sedikit terpisah dan blok pembebanan serta setengah bagian atas
kotak bergabung menjadi satu. Kuat geser sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor , antara lain :
1. Tekanan efektif atau tekanan antar butir.
2. Kemampuan partikel atau kerapatan
3. Saling keterkuncian antar partikel: jadi, partikel-partikel yang

bersudut akan lebih saling terkunci dan memiliki kuat geser yang
lebih tinggi yang lebih besar daripada partikel-partikel yang bundar
seperti pada tebing-tebing.
4. Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan

5. Daya tarik antar partikel atau kohesi.

3.4.3.

Peralatan

1. Alat geser langsung terdiri dari :


a. Stang penekan dan pemberi beban
b. Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan 2
buah arloji geser (extensiometer)
c. Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya terletak
dalam kotak
d. Beban-beban
e. Dua buah batu pori
2.
3.
4.
5.
6.

Alat pengeluar contoh dan pisau pemotong


Cincin cetak benda uji
Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
Stopwatch
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 5)0 C

3.4.4.
Prosedur Pelaksanaan
1. Timbang benda uji
2. Masukkan benda uji kedalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci
menjadi satu dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah
benda uji.
3. Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi untuk memberi
beban normal pada benda uji dan diatur sehingga beban yang
diterima oleh benda uji sama dengan beban yang diberikan pada
stang tersebut

4. Penggeseran benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberi


beban mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur
pembacaan arloji geser sehingga menunjukkan angka nol. Kemudian
buka kunci cincin pemeriksaan.
5. Berikan beban pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera
setelah

pembebanan

pertama

diberikan

isilah

kotak

cincin

pemeriksaan dengan air sampai penuh diatas permukaan benda uji,


jagalah permukaan ini supaya tetap selama pemeriksaan
6. Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses
konsolidasi tersebut pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan cara
pemeriksaan konsolidasi PB-0115-76.
7. Sesudah konsolidasi selesai dihitung t50 untuk menentukan kecepatan
penggeseran. Konsolidasi dibuat dalam tiga beban yang diperlukan.
Kecepatan penggeseran dapat ditentukan dengan membagi deformasi
geser maksimum kira-kira 50. t50. Deformasi geser maksimum kirakira 10 % diameter asli benda uji.
8. Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah
arloji geser setiap 15 detik
9. Berikan beban normal pada benda uji kedua sebesar dua kali beban
normal yang pertama dan lakukan langkah-langkah (f), (g) dan (h)
10. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar 3 kali beban
normal pertama dan lakukan langkah-langkah (f), (g) dan (h)
3.4.5.
Perhitungan
1. Hitunglah gaya geser (P) dengan jalan mengalihkan pembacaan arloji
geser dengan angka kalibrasi cincin penguji, dan hitunglah tegangan
geser maksimum (t) yaitu gaya geser maksimum dibagi luas bidang
geser.
t
t

P max
= --------------A
= tegangan geser maksimum (kg/cm2)

P max = gaya geser maksimum (kg)


A

= luas bidang geser benda uji (cm2)

2. Buatlah grafik hubungan antara tekanan normal t dengan tegangan


geser maksimum (t) Hubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga
membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertical, pada kohesi
(c) dan memotong sumbu horizontal (t) dengan sudut-sudut geser
tanah () sesuai dengan persamaan :
t = t tan
3.4.6.

Analisa dan Kesimpulan


Analisa
Praktikum ini di lakukan bertujuan untuk mengetahui gaya geser
atau gaya lekat tanah tersebut.

Kesimpulan
Dari hasil percobaan

menghasilkan kesimpulan bahwa untuk

melakukan percobaan geser langsung perlu terlebih dahulu menguji


penenpaatan benda uji agar benda uji tersebut sempurna penempatannya.
Tegangan geser yang di berikan adalah dengan memakai kecepatan
bergerak yang konstan dan perlahah-lahan.

3.5.

Pengujian Kepadatan Tanah

(PB-0111-76)
3.5.1.

Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara

kadar air dan kepadatan Tanah dengan memadatkan didalam cetakan


silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 2,5 kg
(5,5 lbs) dan tinggi jatuh 30 cm (12). Pemeriksaan kepadatan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Cara A : Cetakan diameter 102 mm (4) bahan lewat saringan 4.75 mm
(No. 4)
Cara B : Cetakan diameter 152 mm (6) bahan lewat saringan 4.75 mm
(No. 4)
Cara C : Cetakan diameter 102 mm (4) bahan lewat saringan 19 mm (3/4)
Cara D : Cetakan diameter 102 mm (6) bahan lewat saringan 19 mm (3/4)
3.5.2.

Teori Dasar
Compaction (pemadatantanah) adalah suatu proses dimana pori-

pori tanah diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis.


Suatu pemadatan tanah juga merupakan usaha(energi) yang dilakukan
pada massa tanah. Suatu pemadatan (Compactive Effort = CE) yang
dilakukan tersebut adalah fungsi dari variabel-variabel berikut:
CE=

W . H . L. B
V
dengan :
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya


terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)
2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)
Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah
ini:
Tabel Perbandingan metode Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D
698) dengan Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)
Test Identification
Diameter mould (inch)
Berathammer (lb)
Tinggi jatuh hammer (inch)
Jumlahlayer
Jumlahpukulan per-layer
C.E (lb/ft2)
Ukuran butiranma ksimum
yang lolos

AASHTO T 99

AASHTO T 180

ASTM D 698
4
6
5.5
5.5
12
12
3
3
25
56
12.375
12.375
No. 4
No. 4

ASTM D 1557
4
6
10
10
18
18
5
5
25
56
56.25
56.25
No. 4
No. 4

(3/4)

(3/4)

(3/4)

(3/4)

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat


suatu hubungan tersebut dibuat beberapa contoh tanah minimal empat
contoh dengan kadar air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang
lebih 4% antara setiap sampel. Dari percobaan tersebut kemudian dibuat
grafik yang menggambarkan hubungan antara kepadatan dan kadar air,
sehingga dari grafik tersebut diperoleh drymaksimum pada kadar air
optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu tanah
yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari Woptakan diperoleh nilai
kepadatan yang lebih kecil dari drymaksimum.
Dalam pengaplikasiannya dalam dunia teknik sipil, dynamic
compaction digunakan untuk meningkatkan kepadatan tanah ketika
keadaan di bawah permukaan tanah membuat metode lainnya tidak bisa
digunakan. Proses pemadatan ini adalah dengan menjatuhkan beban berat
berulang kali ke tanah dengan jarak jatuh yang sama.Berat beban yang
digunakan dan tinggi jatuh menentukan jumlah pemadatan yang

terjadi.Pemadatan dilakukan untuk memperbaiki beberapa sifat tanah,


antara lain:
1. Menaikkan kuat geser = menaikkan nilai dan c yang bertujuan untuk
memperkuat tanah.
2. Mengurangi kompresibilitas = mengurangi penurunan oleh beban.
3. Mengurangi permeabilitas = mengurangi nilai k.
4. Mengurangi sifat kembang-susut tanah.
Pada pemadatan, yang dapat berkurang hanya udara. Makin basah
tanah,makin mudah dipadatkan karena air berfungsi sebagai pelumas agar
butir-butir air mudah merapat, tetapi kadar air yang berlebihan akan
mengurangi hasil pemadatanyang dapat dicapai. Tanah yang kenyang air
tidak dapat dipadatkan.
Pemadatan pada tanah granuler atau pasir penanganannya paling
mudah.Sifat tanah pasir adalah kuat geser dan permeabilitasnya
tinggi.Perubahan volumesedikit setelah dipadatkan.
Tanah lanau bersifat cukup stabil dan kuat geser cukup
tinggi.Lanau sangatsulit dipadatkan bila basah karena permeabilitasnya
rendah.Perubahan volumesedikit setelah dipadatkan.Tanah lempung padat
mempunyai permeabilitas rendah sehingga air sulitmengalir keluar dari
rongga lempung. Butiran sulit merapat satu sama lain. Tanahlempung tidak
dapat dipadatkan dengan baik pada waktu sangat basah/jenuh.
3.5.3.

Peralatan

1. Cetakan diameter 102 mm (4) kapasitas 0.000943 0.000098 m3


(0.0333 0.0003 cu fe) dengan diameter dalam 161.6 0.406 mm
(4.000 0.016) tinggi 116,43 0.1270 mm (4.584 0.005)
2. Cetakan diameter 152 mm (6) kapasitas 0.002124 0.00021 m3
(0.07500 0.00075 cu fe) dengan diameter dalam 152.4 0.660 mm
(6.000 0.24) tinggi 116,43 0.1270 mm (4.584 0.005)
(Gambar No. 3). Cetakan harus dari logam yang mempunyai dinding
teguh dan dibuat sesuai dengan ukuran diatas. Cetakan harus

dilengkapi dengan leher sambung, dibuat dari bahan yang sama


dengan tinggi lebih kurang 60 mm (2 3/3) yang dipasang kuat dan
dapat dilepaskan. Cetakan yang telah dipergunakan beberapa lama
sehingga tidak memenuhi syarat toleransi diatas masih dapat
dipergunakan bila toleransi tersebut tidak dilampaui lebih dari 50 %.
3. Alat tumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk
rata diameter 50.8 0.27 mm (2.000 0.005)berat 2.485
0.009 kg (5.50 0.02 lb) dilengkapi dengan selubung yang bisa
mengatur tinggi jatuh secara bebas setinggi 304.8 1.524 mm
( 12.00 0.06). Selubung harus sedikitnya mempunyai 2 x 4 buah
lobang udara yang berdiameter tidak lebih kecil dari 9.5 mm (3/8)
dengan poros tegak lurus satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua
ujung selubung harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat
jatuh bebas tidak terganggu.Dapat juga dipergunakan alat tumbuk
mekanis dari logam yang dilengkapai alat pengontrol tinggi jatuh
bebas 304.8 1.524 mm (12.00 0.06) dan dapat membagi-bagi
tumbukan secara merata diatas permukaan. Alat penumbuk harus
mempunyai permukaan tumbuk yang rata berdiameter 50.8 0.127
mm (2.000 0.85) dan berat 2.495 0.009 kg (5.50 0.02 lb)
4. Alat pengeluar contoh
5. Timbangan kapasitas 11.5 kg dengan ketelitian 5 gr
6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 5)0 C
7. Alat perata besi (Straight edge) panjang 25 cm salah satu sisi
memanjang harus tajam dan sisi lain datar ( 0.01 dari panjang)
8. Saringan 50 mm (2) 18 mm (3/4) dan 4.75 mm (No. 4)
9. Talam, alat penganduk dan sendok.
3.5.4.

Prosedur Pelaksanaan

1. Cara A :

a. Timbang cetakan diameter 102 mm (4) dan keeping alas dengan


ketelitian 5 gr

(B1 gr).

b. Cetakan, leher dan keeping alas dipasang jadi satu, dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
c. Ambil salah satu dari kelima contoh diaduk dan dipadatkan
didalam cetakan dengan cara sebagai berikut : Jumlah seluruh
Tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi kelebihan
Tanah yang diratakan setelah leher sambung dilepas tidak lebih dari
0.5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk standar 2.5 kg
(5.5 pound) dengan tinggi jatuh 30.5 cm (12) Tanah dipadatkan
dalam tiga lapisan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25
tumbukan.
d. Potong kelebihan Tanah dari bagian keliling leher dengan
menggunakan pisau dan lepaskan leher sambung.
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan Tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
f. Timbang cetakan berisi benda uji serta keeping alas dengan
ketelitian 5 gr (B2) gr.
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar contoh (exstruder) dan potong sebahagian kecil dari
benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar
airnya (W) sesuai dengan PB-0210-76.
2. Cara B :
a. Timbang cetakan diameter 152 mm (6) dan keeping alas dengan
ketelitian 5 gr (B1 gr))
b. Cetakan, leher dan keeping alas dipasang jadi satu dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
c. Ambil salah satu dari kelima contoh diaduk dan dipadatkan dalam
cetakan dengan cara sebagai berikut

Jumlah seluruh Tanah yang akan dipergunakan harus tepat sehingga


tinggi kelebihan yang diratakan setelah leher leher dilepas tidak
lebih dari 0.5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk
standar 2.5 kg (5.5 pound) dengan tinggi jatuh 30.5 cm (12).
Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan
dengan tumbukan 56 kali tumbukan.
d. Potong kelebihan Tanah bagian keliling leher, dengan pisau dan
lepaskan leher sambung.
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan Tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
f. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan
ketelitian 5 gr (B2 gr)
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar contoh (exstruder) dan potong sebahagian kecil dari
benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.
Tentukan kadar air (W) dari benda uji sesuai PB-0210-76.
3. Cara C :
a. Timbang cetakan diameter 103 mm (1) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gr (B1 gr)
b. Cetakan, leher sambung dan keeping alas dipasang jadi satu dan
tempatkan pada landasan yang kokoh.
c. Ambil salah satu dari kelima contoh diaduk dan dipadatkan dalam
cetakan dengan cara sebagai berikut
Jumlah seluruh Tanah yang akan dipergunakan harus tepat sehingga
tinggi kelebihan yang diratakan setelah leher leher dilepas tidak
lebih dari 0.5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk
standar 2.5 kg (5.5 pound) dengan tinggi jatuh 30.5 cm (12).
Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan
dengan tumbukan 25 kali tumbukan.

d. Potong kelebihan Tanah bagian keliling leher, dengan pisau dan


lepaskan leher sambung.
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan Tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
f. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan
ketelitian 5 gr (B2 gr)
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar contoh (exstruder) dan potong sebahagian kecil dari
benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.
Tentukan kadar air (W) dari benda uji sesuai PB-0210-76
4. Cara D :
a. Timbang cetakan diameter 152 mm (6) dan keping alas dengan
ketelitian 5 gr (B1 gr)
b. Cetakan, leher sambung dan keeping alas dipasang jadi satu dan
tempatkan pada landasan yang kokoh.
c. Ambil salah satu dari Kelima contoh diaduk dan dipadatkan dalam
cetakan dengan cara sebagai berikut :
Jumlahseluruh Tanah yang akan dipergunakan harus tepat sehingga
tinggi kelebihan yang diratakan setelah leher leher dilepas tidak
lebih dari 0.5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk
standar 2.5 kg (5.5 pound) dengan tinggi jatuh 30.5 cm (12).
Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan
dengan tumbukan 56 kali tumbukan.
d. Potong kelebihan Tanah bagian keliling leher, dengan pisau dan
lepaskan leher sambung.
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan Tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan.

f. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan


ketelitian 5 gr (B2 gr)
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar contoh (exstruder) dan potong sebahagian kecil dari
benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.
Tentukan kadar air (W) dari benda uji sesuai PB-0210-76.

3.5.5.
Perhitungan
1. Hitung berat isi basah dengan mempargunakan rumus sebagai berikut:
B2 B1
= --------------- (gr / cm3)
V

= berat isi basah (gr / cm3)

B1

= berat cetakan dan keping alas (gr)

B2

= berat cetakan, keeping alas dan benda uji (gr)

= isi cetakan (cm3)

2. Hitung berat isi kering dengan menggunakan rumus berikut :


t x 100
d = --------------- (gr / cm3)
(100 + W)
d

= berat isi kering (gr / cm3)

= kadar air

3.5.6.
Catatan
1. Untuk cara A jika pada saat penimbangan awal hanya cetakan yang di
timbang, maka pada saat sample setelah di tumbuk hanya cetakan dan
sampel yang di timbang.
2. Tanah yang telah dipadatkan dapat dipergunakan lagi untuk percobaan
bila butir Tanah tidak pecah akibat penumbukan.
3. Untuk cara C dan D bila diinginkan supaya presentase bahan kasar
lewat saringan 50 mm (2) dan tertahan 4.75 cm (No. 4)

dipertahankan sama aslinya dilapangan maka bahan yang tertahan


saringan 19 mm ( ) harus diganti sebagai berikut :
4. Bahan yang lewat saringan 50 mm ( 2) dan tertahan saringan 19 mm
( ) diganti dengan bahan yang lewat saringan 19 mm ( ) dan
tertahan 4.75 mm (No. 4) dengan jumlah pengganti yang sama. Bahan
pengganti diambil dari bahan sisa.
5. Untuk Tanah yang berbutir halus (lanau dan lempung) petunjuk yang
baik guna mendapatkan kadar air optimum adalah batas plastis.
6. Alat tumbuk mekanis harus dikalibrasi
7. Kerataan alat perata harus diperhatikan
8. Alas untuk meletakkan cetakan waktu dilakukan pemadatan dapat
dibuat dari beton dengan tidak kurang

dari 91 kg dan diletakkan

pada dasar yang relatif stabil.


9. Bila dilapangan dapat dipergunakan lantai beton atau permukaan
gorong-gorong persegi atau lantai jembatan
10. Volume cetakan dikalibrasi menurut cara pemeriksaan isi agragat
11. Cara pemadatan seperti
3.5.7.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Pada prakrikum ini di lakukan untuk mengetahui hubungan antara
kadar air dan ke padatan tanah denagan memadatkan tanah di dalam
silinder.
Kesimpulan (kurang jelas
Dari hasil praktikum ini kita dapat mengetahui kepadatan tanah,
dengan cara menyaring tanah dengan saringan no 4 dan memadatkan
tanah dengan prooktor sebanyak 25 kali tumbukan.
3.6.

Pengujian CBR
(PB-0112-76)

3.6.1.

Tujuan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan CBR (California


Bearing Ratio) Tanah dan campuran Tanah agregat yang dipadatkan di
Laboratorium pada kadar air tertentu. CBR adalah perbandingan antara
beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman
dan kecepatan penetrasi yang sama.
3.6.2.

Teori Dasar
CBR atau harga CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi

suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan


penetrasi yang sama. Harga CBR dinyatakan dalam persen (%) dan Cara
yang digunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar adalah suatu
percobaan penetrasi yang disebut percobaan CBR. Dimana hasil percobaan
tersebut dapat digambarkan pada suatu grafik untuk mendapatkan tebal
perkerasan dari suatu nilai CBR tertentu. Percobaan CBR mempunyai
dasar teoritis dan grafik tabel perkerasan terhadap nilai CBR. Harga CBR
yang dicari yaitu harga CBR dilaboratorum.
3.6.3.
Peralatan
1. Mesin penetrasi (loading machine) berkapasitas sekurang-kurangnya
4.45 ton (10.000 lb) dengan kecepatan penetrasi sebesar 1.27 mm per
menit.
2. Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter dalam 152.4
0.6609 mm (6 0.0026) dengan tinggi 177.8 0.13 mm (7
0.005). Cetakan harus dilengkapi dengan leher sambung dengan
tinggi 50.8mm (2.0) dan keeping alas logam yang berlobang-lobang
dengan tebal 9.53 mm dan diameter lobang tidak lebih dari 1.58 mm
( 1/16).
3. Piringan pemisah dari logam (Spacer Disk) dengan diameter 150.8
mm (5 15/16) dan tebal 61.4 mm (2.416)
4. Alat penumbuk sesuai dengan cara pemeriksaan pemadatan
5. Alat pengukur pengembangan (sweel) yang terdiri dari keeping
pengembangan yang berlobang-lobang dengan batang pengatur tripot
logam dan arloji penunjuk.

6. Keping beban dengan berat 2.27 kg (5 pound) diameter 194.2 mm (5


7/8) dengan lobang tengah diameter 54.0 mm (2 1/8)
7. Torak penetrasi dari logam berdiameter 49.5 mm (1.95) luas 1935
mm2 (3 in2) dan panjang tidak kurang dari 1001.6 mm (4)
8. Satu buah arloji beban dan satu buah arloji pengukur penetrasi.
Peralatan lain seperti : talam, alat perata, dan tempat untuk perendam.
9. Alat timbang sesuai PB-0111-76 atau PB-0112-76
3.6.4.
Prosedur Pelaksanaan
1. Letakkan keeping pemberat diatas permukaan benda uji seberat
minimal 4,5 kg (10 pound) atau sesuai dengan beban perkerasan.
2. Untuk benda uji yang direndam beban harus sama dengan beban yang
dipergunakan waktu perendaman Letakkan pertama-tama keeping
pemberat 2.27 kg (5pound) untuk mencegah pengembangannya
permukaan benda uji pada begian lobang keeping pemberat. Pemberat
selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan benda
uji.
3. Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga
arloji beban

menunjukkan beban permulaan sebesar 4.5 kg (10

pound). Pembebanan permulaan ini diperlukan untuk menjamin


bidang sentuh yang semperna antara torak dan permukaan benda uji.
Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di nol
kan.
4. Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1.27 mm/menit (0.05)/menit. Catat pembacaan
pembebanan pada penetrasi 0.321 mm (0.0125), 0.62 mm (0.025),
1.25 mm (0.05), 1.87 mm (0.075), 2,5 mm (0.10), 3.75 mm
(0.15), 5 mm (0.29), 7.5 mm (0.30), 10 mm (0.40) dan 12.5 mm
(0.50)
5. Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum
terjadi sebelum penetrasi 12.50 mm (0.5)

6. Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan
atas benda uji setebal 25.4 mm
7. Pengambilan benda uji untuk kadar air dapat diambil dari seluruh
kedalaman bila diperlukan kadar air rata-rata. Benda uji untuk
pemeriksaan kadar air sekurang-kurangnya 100 gr untuk Tanah
berbutir halus atau sekurang-kurangnya 500 gr untuk Tanah berbutir
kasar.
3.6.5.
Perhitungan
1. Pengembangan (swell) adalah perbandingan antara perubahan tinggi
selama perendaman terhadap tinggi

benda uji semula dinyatakan

dalam prosen.
2. Hitung beban dalam kg (lb) dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa keadaan permulaan dari kurva beban cekung
akibat dari ketidak teraturan permukaan atau sebab-sebab lain. Dalam
hal ini titik nolnya harus dikoreksi seperti gambar No. 1.
3. Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada
penetrasi 2.54 mm (0.1) dan 5.08 mm ( 0.2) hitung harga CBR
dengan cara membagi beban standar masing-masing 70.31 kg/cm2
(1000 psi) dan 105.47 kg/cm2 (1500 psi) dan kalikan dengan 100
harga CBR diambil harga pada penetrasi 2.54 mm (0.1). Umumnya
harga CBR diambil pada penetrasi 0.1. Bila harga yang didapat pada
penetrasi 5.08 mm (0.2) ternyata lebih besar, percobaan harus
diulangi

lagi.

Apabila

percobaan

ulangan

ini

masih

tetap

menghasilkan nilai CBR pada penetrasi 5.08 mm (0.1) maka harga


CBR diambil harga pada penetrasi 5.08 mm

(0.2). Bila beban

maksimum dicapai pada penetrasi sebelum 5.08 mm (0.2), maka


harga CBR diambil dari beban maksimum dengan beban standar yang
sesuai.

3.6.6.

Catatan

h. Bila dikehendaki harga CBR dapat diperiksa pada kadar air atau berat
isi kering yang berlainan
i. Untuk menentukan CBR rencana ada beberapa cara diantaranya :
2. Cara merurut buku penetapan tebal perkerasan Bina Marga
O/PD/BM
3. Cara AASTHO T-193-74
j. Berat isi kering dihitung dengan kadar air pada waktu perendaman
k. Bila dikehendaki nilai CBR pada penetrasi 7.5 mm (0.3), 10.0 mm
(0.4) dan 12.5 mm (0.5) bagi besarnya beban pada penetrasi yang
bersangkutan masing-masing dengan 5700 : 6900 dan 7800 pound dan
kalikan dengan 100 lihat gambar.
3.6.7.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa (kurang pasti
Pada praktikum CBR ini, tanah yang di pakai harus melewati
saringan no 4 dengan berat masing-masing 5 kg.
Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui susut dan kembangnya
suatu tanah tersebut.

3.7.

Pemeriksaan Batas Batas Konsistensi Tanah (Atterberg Limit)

3.7.1.

Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit)

(PB-0109-76)
3.7.1.1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu
Tanah pada keadaan batas cair. Batas cair ialah kadar air batas dimana
suatu Tanah berobah dari keadaan air menjadi plastis.
3.7.1.2. Teori Dasar
Kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya tanah akan
berperilaku sebagai cairan kental (campuran tanah air tanpa kuat geser
yang dapat diukur). Dalam teknik tanah, batas cair ini didefenisikan secara
kasar sebagai kadar air dimana 25 kali pukulan oleh alat batas cair akan
menutup celah (groove) standart yang dibuat pada lempengan tanah
dengan panjang 12,7 cm. Casagrande (1958) dan yang lain telah
memodifikasi percobaan yang awalnya dibuat oleh Atterberg ini sehingga
tidak terlalu tergantung pada penilaian operatornya, dan dapat diulang
kembali. Dengan peralatan standart berbagai operator akan mampu
menghasilkan kembali nilai-nilai batas cair dengan perbedaan sekitar 2
sampai 3 persen.

3.7.1.3. Peralatan
1. Alat batas cair standar
2. Alat pembuatan alur (Groving Tool)
3. Sendok Dempul
4. Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm
5. Neraca dengan ketelitian 0,01 gr
6. Cawan kadar air minimal 4 bh
7. Spatula dengan panjang 2,5 cm
8. Botol tempat air suling
9. Air suling
10. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)0 C.

3.7.1.4. Prosedur Pelaksanaan


1. Letakkan 100 gr benda uji yang sudah dipersiapkan dalam pelat kaca
pengaduk
2. Dengan mempergunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan
menambah air suling sedikit demi sedikit sampai homogen
3. Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebahagian
benda uji ini dan letakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan
permukaannya sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian
yang paling tebal 1 cm.
4. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu,
dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis
tengah pemegang mangkok dan simetris. Pada waktu membuat alur
posisi alat pembuat alur (grooving tool) harus tegak lurus permukaan
mangkok.
5. Putarlah alat, sehingga mangkok naik / jatuh dengan kecepatan 2
putaran perdetik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur
benda uji bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat
jumlahnya waktu bersinggungan.
6. Ulangi pekerjaan (c) sampai dengan (e) beberapa kali sampai
diperoleh jumlah pukulan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk
meyakinkan apakah pengadukan contoh sudah betul-betul merata
kadar airnya. Jika ternyata pada 3 kali percobaan telah diperoleh
jumlah pukulan sama, maka ambillah benda uji langsung dari
mangkok pada alur, kemudian masukkan kedalam cawan yang telah
dipersiapkan dan periksalah kadar airnya.
7. Kembalikan benda uji keatas kaca pengaduk, mangkok alat batas cair
bersihkan. Benda uji diaduk kembali dengan merobah kadar airnya.
Kemudian ulangi langkah (b) sampai (f) minimal tiga kali berturutturut dengan fariasi kadar yang berbeda, sehingga diperoleh perbedaan
jumlah pukulan sebesar 8 10.

3.7.1.5. Perhitungan
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air
yang bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah
pukulan sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedangkan
besarnya kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa. Buatlah garis
lurus melalui titik-titik itu. Jika ternyata yang diperoleh tidak terletak pada
satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik berat titik tersebut.
Tentukan besar kadar airnya pada jumlah pukulan 25 dan kadar air inilah
yang merupakan batas cair (Liquid limit) dari benda uji tersebut.

3.7.1.6. Catatan
1.

Alat-alat yang dipakai harus diperiksa


dulu sebelum dipakai dan harus dalam keadaan kering.
a.

Periksa tinggi jatuh mangkok, alat batas cair apakah sudah


tepat 1.0 cm mangkok ini harus bersih, kering dan tidak goyang.

b.

Alat pembuat alur harus bersih, kering dan tidak aus

c.

Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian


ditimbang untuk menentukan beratnya.

2.

Beberapa jenis lempung akan mengalami


kesulitan untuk diaduk dan kadang-kadang jika terlalu banyak atau
lama pengadukannya akan berobah sifat. Agar pengadukan dapat
dilakukan lebih mudah dan lebih cepat, maka adukan disimpan dulu
dan ditutup dengan kain basah atau contoh yang telah disiapkan
direndam dulu selama 24 jam

3.

Beberapa

jenis

tanah

lempung

menunjukkan bahwa pada waktu pemukulan ternyata bersinggungan


alur disebabkan karena kedua begian massa Tanah diatas mengkok
bergeser terhadap permukaan mangkok, sehingga jumlah pukulan

yang didapat lebih kecil. Jumlah pukulan yang betul adalah jika proses
berimpitnya dasar alur disebabkan massa tanah seolah-olah mengalir
dan bukan karena tergeser. Kalau ternyata terjadi pergeseran, maka
percobaan harus diulangi beberapa kali dengan kadar air berbeda, dan
kalau masih terjadi pergeseran ini maka harga batas cair ini tidak
dapat diperoleh.
4.

Selama berlangsungnya percobaan pada


kadar air tertentu, benda uji tidak boleh dibiarkan mengering atau
terjadi perubahan kadar air

5.

Untuk memperoleh hasil yang teliti,


maka jumlah pukulan diambil antara 40 30, 30 20, 20 10
sehingga akan diperoleh 3 titik.

6.

Alat

pembuat

alur

Cassagrande

dipergunakan untuk tanah cohesive, alat pembuat alur ASTM untuk


tanah kepasiran.

3.7.1.7. Analisa dan Kesimpulan


Analisa
Tujuan di lakukan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar air
suatu tanah pada keadaan batas cair.dengan cara mengunakan alat kasa
grande.
Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini adalah agar tercapai batas cair standart kita
perlu menambahkan air pada sampel percobaan, sehingga keadaan tanah
semakin plastis (kadar kelecekan tinggi.

3.7.2.
Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)
(PB-0110-76)
3.7.2.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu
tanah pada keadaan batas plastis. Batas plastis ialah kadar air minimum
dimana tanah dalam keadaan plastis.
3.7.2.2. Teori Dasar
Batas Plastis (Plastis Limit) merupakan kadar air minimum
dimana tanah masih dalam keadaan plastis atau kadar air minimum dimana
tanah dapat digulung gulung sampai diameter 3,1 mm (1/8 inchi). Batas
plastis merupakan bagian bagian dari batas batas konsistensi atau
atteberg limit yang mana nantinya hal ini mengacu pada sifat sifat fisik
tanah. Sebagaimana perlu kita ketahui sifat sifat fisik tanah meliputi :
a. Cair.
b. Kental.
c. Plastis.
d. Semi Platis.
e. Padat.
Sifat sifat fisik tanah tersebut sangat mempengaruhi tanah jika
diberikan beberapa perilaku terhadapnya, salah satunya adalah gaya.
Pengaruh gaya sangat berperan dominan terhadap efektifitas suatu tanah.
Perubahan batas plastis suatu tanah dapat dinyatakan dalam suatu
persamaan :
P.L = L.L x P.I + W
Dimana :
PL = Platis limit (Batas plastis)
LL = Liquid limit (Batas cair)
PI = Plasticity index (Indeks plastisitas)

W = Kadar air.
PL (Plastis limit) atau batas plastis memiliki perbedaan dengan PI
(Plasticity Index) atau indeks platisitas. Dimana PI merupakan jumlah
kadar pada saat tanah dalam keadaan kondisi plastis dimana nilainya
diperoleh dari selisih antara liquid limit (LL) dengan PI (plastis limit).
Secara umum dapat ditulis dalan bentuk persamaan :
P.I = LL P L
Dimana :
L.L = Batas cair
P.L = Batas plastis
3.7.2.3. Peralatan
1. Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm
2. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm
3. Sendok dempul panjang 12,5 cm
4. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
5. Cawan kadar air minimal 2 buah
6. Botol tempat air suling
7. Air suling
8. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)0 C.

3.7.2.4. Prosedur Pelaksanaan


1. Letakkan benda uji diatas plat kaca kemudian diaduk sehingga kadar
airnya merata.
2. Setelah kadar airnya cukup merata, buatlah bola bola Tanah dari
benda uji seberat 8 gram, kemudian bola bola Tanah itu digelenggeleng diatas plat kaca.. Penggelengan dilakukan dengan telapak
tangan, dengan kecepatan 80 90 gelengan permenit.
3. Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang
dengan diameter 3 mm. Kalau pada waktu penggelengan itu ternyata

sebelum benda uji mencapai diameter 3 mm sudah retak, maka benda


uji disatukan kembali, ditambah air sedikit dan diaduk sampai merata.
Jika ternyata penggelengan bola-bola itu bisa mencapai diameter lebih
kecil dari 3 mm tanpa menunjukkan retakan-retakan, maka contoh
perlu dibiarkan beberapa saat agar kadar airnya berkurang sedikit.
4. Periksa kadar air batang tanah dan dilakukan ganda, benda uji untuk
pemeriksaan kadar air 5 gram.

3.7.2.5. Perhitungan
Tentukan kadar air rata rata pada (4 d) sebagai harga batas cair.

3.7.2.6. Catatan
1.
Alat alat yang dipakai harus diperiksa dulu
sebelum dipakai dan harus dalam keadaan bersih dan kering
2.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih cepat,
maka sebaiknya pengadukan benda uji untuk batas cair dilakukan
sekaligus, setelah pengadukan merata pisahkan 20 gram benda uji
untuk pemeriksaan batas plastis
3.
Indeks Plastisitas adalah selisih batas cair dan batas
plastis (PI = LL PL)
(PI = Plastis Indek, LL = Liquid Limit, PL = Plastis Limit )
4.

Contoh Tanah dinyatakan tidak plastis (Non Plastis


= NP) bila :
a.
b.

5.

Batas Cair atau Batas Plastis tidak dapat ditentukan atau


Batas Plastis > Batas Cair
Contoh perhitungan lihat PB 0109 76

3.7.2.7. Analisa dan Kesimpulan

Analisa
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar air suatu
tanah pada keadaan palastis, dengan cara mangaduk tanah dengan air kemudian
benda uji di bentuk.

Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat
keplastisan dari suatu tanah dapat di tentukan dengan banyaknya kadar air yang di
tambahkan pada sampel percobaan, semakin banyak kadar air maka keplastisan
suatu tanah semakin tinggi.

3.8.

Pengujian Berat Jenis Tanah

(PB-0108-76)
3.8.1.

Tujuan
Untuk menentukan berat jenis tanah yang mempunyai butiran

lewat saringan No.4 dengan Picnometer. Berat jenis tanah adalah


perbandingan antara berat butir tanah dan berat air suling dengan isi yang
sama pada suhu tertentu.
3.8.2.

Teori Dasar
Bobot jenis partikel (particle density) dari suatu menunjukkan

kerapatan dari partikel dapat secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan


sebagai perbandingan massa total dari partikel padatan dengan total
volume tidak termasuk ruang pori antar partikel. Berat jenis partikel ini
penting dalam penentuan laju sedimentasi, pergerakan partikel oleh air dan
angin.
Tabel Berat Jenis Tanah
Macam Tanah
Kerikil

Berat Jenis
2,65 2,68

Pasir

2,65 2,68

Lanau Tak Organik

2,62 2,68

Lempung Organik

2,58 2,65

Lempung Tak Organik

2,68 2,75

Humus

1,37

Gambut
1,25 1,80
Sumber: Hary Christiady, Mekanika Tanah 1, 1992.
Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir
tanah dan berat isi air suling dengan isi sama pada suhu 40 C.
3.8.3.

Peralatan

1. Picnometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan


kapasitas minimum 50 ml.
2. Desicator

3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai


(110 5)0 C
4. Neraca dengan ketelitian 0,01 gr
5. Termometer ukuran 00 500 C dengan ketelitian pembacaan 10
6. Saringan No. 4, 10, 40 dan penadahnya.
7. Botol berisi air suling
8. Bak perendam
9. Pompa hampa udara (vacuum, 1 1 PK) atau tungku listrik (hoot
plate)
3.8.4.

Prosedur Pelaksanaan

1. Cuci picnometer dengan air suling dan keringkan. Timbang


picnometer dan tutupnya dengan timbangan ketelitian 0,01 gr (W1)
2. Masukkan benda uji kedalam picnometer dan timbang bersama
tutupnya dengan ketelitian 0,01 gr (W2)
3. Tambahkan air suling sehingga picnometer terisi dua pertiga. Untuk
bahan mengandung lempung diamkan benda uji terendam selama 24
jam.
4. Didihkan isi picnometer dengan hati-hati selama minimal 10 menit,
dan miringkan botol sekali-sekali untuk membantu mempercepat
pengeluaran udara yang tersekap.
5. Dalam hal ini menggunakan pompa vakum tekanan udara didalam
picnometer atau botol ukur tidak boleh dibawah 100 mm Hg.
Kemudian isilah picnometer dengan air suling dan biarkan picnometer
beserta isinya untuk mencapai suhu konstan, tambahkan air suling
seperlunya sampai tanda batas atau sampai penuh. Tutuplah
picnometer keringkan bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian
0,01 gr (W3). Ukur suhu dari picnometer dengan ketelitian 100 C.
6. Bila isi picnometer belum diketahui maka tentukan isinya sebagai
berikut : Kosongkan picnometer dan bersihkan, isi picnometer dengan
air suling yang suhunya sama dengan suhu pada C dengan ketelitian 1 0

C dan pasang tutupnya. Keringkan bagian luarnya dan timbang dan


dikoreksi terhadap suhu, lihat catatan (W4)
7. Pemeriksaan dilakukan ganda (Doble)
3.8.5.

Perhitungan

1. Hitung berat jenis contoh dengan rumus dibawah ini :


Wt
Gs

: --------------------(W5-W3)

Wt

: berat contoh (gr)

W3

: berat picnometer + tanah + air (gr)

W5

: W2-W1+W4 (gr)

Apabila hasil kedua pemeriksaan berbeda lebih dari 0,03 pemeriksaan


harus diulang.
2. Ambil harga rata-rata hasil kedua pemeriksaan tersebut.
3.8.6.

Catatan

Kalibrasi Picnometer
1.

Picnometer dibersihkan, dikeringkan dan beratnya dicatat


(W1). Picnometer diisi air suling dan dimasukkan kedalam bejana air
pada suhu 250 C, sesudah isi botol mencapai suhu 25 0 C tutupnya
dipasang. Bagian luar picnometer dikeringkan dan picnometer beserta
isinya ditimbang (W25).

2.

Dari nilai (W25) yang ditentukan pada suhu 250 C, susunlah


table harga (W4) untuk suatu urutan suhu kira-kira antara 180 C
sampai dengan 310 C harga rata-rata (W4) dihitung sebagai berikut :
W4

W25 x K

Dimana,
W4

: berat picnometer dan air yang telah dikoreksi

W25

: berat picnometer dan air pada suhu 250 C

: factor koreksi (daftar No. 1)

3.

Faktor Koreksi

4.

Suhu

:K

:T

Daftar No. 1
T 18
K 1.0016

19
1.0014

20
1.0012

21
1.0010

22
1.0007

23
1.0005

24
1.0003

T 25
K 1,0000

25
0,9997

26
0,9995

28
0,9992

29
0,9989

30
0,9986

31
0,9983

5.

Untuk benda uji kering


Benda uji kering sudah ditumbuk dan diayak harus dimasukkan
kedalam oven kembali sampai beratnya konstan.

6.

Untuk benda uji tanpa pengeringan oven harus diketahui


berat keringnya dengan perhitungan kadar air dan berat isi adalah
sebagai (W2 W1)

3.8.7.

Analisa dan Kesimpulan

Analisa
Pada praktikum berat jenis tanah ini, tanah yang di pakai harus
melewati saringan no 200, dan menyatukan air suling dengan tanah tanah
tersebut kemudian di panas kan hingga mendidih.

Kesimpulan
dari hasil praktikum ini kita bisa membandingkan antara butiran
tanah dengan berat air suling.

3.9 Pengujian Konsolidasi


(PB-0115-76)
3.9.1.

Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan sifat sifat

pemampatan suatu jenis yaitu sifat sifat perubahan isi dan proses
keluarnya air dari dalam pori tanah yang diakibatkan adanya perubahan
tekanan vertikal yang bekerja pada tanah tersebut.
3.9.2.

Teori Dasar
Konsolidasi adalah peristiwa penyusutan volume secara perlahan-

lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat


pengaliran sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total
telah benar-benar hilang.
Penurunan konsolidasi adalah perpindahan vertikal permukaan
tanah sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam
proses konsolidasi. Perkembangan konsolidasi di lapangan dapat diketahui
dengan menggunakan alat piezometer yang dapat mencatat perubahan air
pori terhadap waktu.
Waktu proses konsolidasi bergantung pada beberapa faktor berikut:
a. Derajat kejenuhan
b. Koefisien permeabilitas tanah
c. Viskositas dan kompresibilitas dari rongga cairan
d. Panjang dari jalur drainase
Terjadi tiga tahapan yang berbeda dalam proses konsolidasi:
a. Tahap I

: Terjadi pemampatan awal yang terjadi akibat dari

b. Tahap II

pembebanan awal.
: Terjadi konsolidasi primer, yaitu saat dimana tekanan
air pori secara perlahan dipindahkan kedalam tegangan

efektif, yang merupakan akibat dari keluarnya air dari


pori-pori tanah.

c. Tahap III

Terjadi Konsolidasi sekunder, yaitu disaat tekanan

air pori telah hilang seluruhnya. Pemampatan yang


terjadi pada masa ini disebabkan oleh terjadinya
penyesuaian plastis dari partikel-partikel tanah.
Sementara itu, penurunan segera atau yang dapat disebut
immediate settlement, merupakan akibat dari deformasi elastis yang terjadi
pada tanah kering, basah dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.
3.9.3.
Peralatan
1. Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari alat pembebanan dan sel
konsolidasi
2. Arloji pengukur (ketelitian 0,01 mm dan panjang gerak tangkai
3.
4.
5.
6.
7.
8.

minimal 1 cm)
Beban beban
Alat pengeluar contoh dari dalam tabung
Pemotong terdiri dari pisau tipis dan tajam serta pisau kawat
Pemegang cincin contoh
Neraca dengan ketelitian 0,1 gr
Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai 110

5C
9. Stopwatch
3.9.4.
Prosedur Pelaksanaan
1. Timbang cincin dan benda uji dengan ketelitian 0,1 gr.
2. Tempatkan batu pori di bagian atas dan bawah dari cincin sehingga
benda uji yang sudah dilapisi kertas filter terai oleh kedua batu pori,
masukkan ke dalam sel konsolidasi.
3. Pasanglah plat penumpu diatas batu pori.
4. Letakkan sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji pada alat
konsolidasi sehingga bagian yang runcing dari plat penumpu
menyentuh tepat pada alat pembebanan.
5. Aturlah kedudukan arloji kemudian dibaca dan dicatat.

6. Pasanglah beban pertama sehingga tekanan benda uji sebesar 0,25


kg/cm2, kemudian arloji dibaca dan dicatat pada 0 detik, 15 detik, 30
detik, 45 detik, 1 menit dan seterusnya. Setelah beban pertama
dipasang biarkan beban pertama ini bekerja sampai pembacaan arloji
tetap. Biasanya setelah 24 jam sudah dianggap cukup. Sesudah 1
menit pembacaan sel konsolidasi diisi dengan air.
7. Setelah angka menunjukkan angka yang tetap atau setelah 24 jam
catatlah pembacaan arloji yang terakhir. Kemudian pasang beban yang
kedua sebesar beban pertama sehigga tekanan menjadi dua kali.
Kemudian baca dan catatlah sesuai dengan cara (1) diatas.
8. Lakukanlah cara (4) dan (7) untuk beban beban selanjutnya. Beban
beban tersebut akan menimbulkan tekanan normal terhadap benda
uji masing masing : 0,25 kg/cm2, 0,5 kg/cm2, 1,0 kg/cm2, 2,0 kg/cm2,
4,0 kg/cm2, dan 8,0 kg/cm2.
9. Besar beban maksimum ini sebetulnya tergantung pada kebutuhan,
sesuai dengan beban yang akan bekerja terhadap lapisan tanah
tersebut.
10. Setelah pembebanan

maksimum

dan

sesudah

menunjukkan

pembacaan yang tetap krangilah beban dalam dua langkah sampai


mencapai beban pertama misalnya jika dipakai harga harga tekanan
0,25 kg/cm2 sampai 8,0 kg/cm2, maka sebaiknya beban dikurangi dari
8,0 kg/cm2 menjadi 2,0 kg/cm2 dan sesudah itu dari 2,0 menjadi 0,5.
Pada waktu dikurangi, setiap pembebanan harus dibiarkan bekerja
sekurang kurangnya selama 5 jam. Arloji penunjuk hanya perlu
dibaca setelah 5 jam yaitu sebelum beban dikurangi lagi.
11. Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkanlah catat,
keluarkanlah cincin dan benda uji dari sel konsolidasi, ambillah batu
pori dari permukaan atas dan bawah. Keringkan permukaan atas dan
bawah benda uji.
12. Keluarkanlah benda uji dari cincin kemudian timban dan tentuka berat
keringnya.
3.9.5.

Perhitungan

1. Hitunglah berat tanah basah, berat isi dan kadar air benda uji sebelum
dan sesudah percobaan dan hitunglah berat tanah keringnya.
2. Ada dua cara untuk menggambarkan hasil percobaan konsolidasi, cara
pertama adalah membuat grafik penurunan terhadap tekanan, cara
kedua adalah membuat grafik angka angka pori terhadap tekanan.
Pada kedua cara ini untuk harga harga tekanan dipergunakan skala
logaritma. Bila dipakai cara pertama, maka pembacaan penurunan
terakhir pada setiap pembebanan digambarkan pada grafik terhadap
tekanan. Bila dipakai cara kedua, maka dilakukan perhitungan seperti
berikut :
a. Menghitung tinggi efektif benda uji :
Bk
Hitung Ht : ------------A.G
Ht
: Tinggi Efektif Benda Uji (Tinggi Butiran Butiran
Tanah)
A
: Luas Benda Uji
G
: Berat Jenis Tanah
Bk
: Berat Benda Kering
b. Hitung besar penurunan total (AH) yang terjadi pada setiap
pembebanan.
AH
: Pembacaan arloji pada permulaan percobaan
dikurangi pembacaan arloji sesudah pembebanan
yang bersangkutan.
c. Hitung angka pori semula (angka pori asli = c0)
H0 H
c0 = ---------------Ht
c0 = Tinggi contoh semula
d. Hitung perubahan angka pori (Ae) pada setiap pembebanan dari
rumus
H
Ae = -----------------Ht
e. Hitung angka pori (e) pada setiap pembebanan dengan rumus :
e
= e0 Ae

f. Gambarkanlah harga harga angka pori ini pada grafik angka pori
terhadap tekanan dengan mempergunakan skala logaritmis untuk
tekanan.
3. Hitunglah derajat kejenuhan sebelum dan sesudah percobaan dengan
rumus :
W.G
Sr = ------------------e
Sr
= Derajat kejenuhan
W
= Kadar air
G
= Berat jenis tanah
e
= Angka pori
4. Harga koefisien konsolidasi Cv/Hitunglah tinggi benda uji rata rata
(Hm) pada setiap pembebanan. Buatlah grafik pembacaan penurunan
terhadap akar pangkat dua dari waktu setiap pembebanan. Sebagian
dari grafik ini merupakan garis lurus dan ttik potong dari garis ini
dengan ordinat (0) dianggap sebagai titik nol yang benar. Dari titik 0
ditarik garis CA denga membuat jarak b = 1,15a. Titik perpotongan
garis CA ini dengan lengkung penurunan adalah harga t 90, yaitu waktu
untuk mencapai konsolidasi 90%. Hitunglah harga koefisien
knsolidasi pada setiap pembebanan dengan rumus :
0,212 Hm2
Cv
= ------------------T90
Cv
= Koefisien konsolidasi ( cm2/detik)
Hm
= Tinggi benda uji rata rata pada pembebanan yang
bersangkutan (cm)
t90
= Waktu untuk mencapai konsolidasi 90%
Gambarkan grafik hubungan antara Cv dan beban (skala logaritmis)
3.9.6.
Catatan
1. Setiap alat perlu diperhitungkan besar beban untuk mendapatkan
tekanan sesuai dengan 4h.
2. Untuk memperhitungkan faktor pengaruh alat harus diadakan koreksi
terhadap pengaruh alat dan dapat ditentukan dengan mempergunakan
benda uji besi yang mempunyai ukuran sama dengan ukuran benda
uji. Pembebanan dilakukan seperti biasa. Penurunan yang dibaca
pada setiap pembebanan adalah harga koreksi yang diperlukan.

3. Untuk menjaga supaya tidak terjadi perubahan pada kadar air semula,
benda uji harus segera diperika. Benda uji tidak boleh dipasang dan
dibiarkan dalam alat beberapa lama sebelum pertama diberikan.
4. Pada permulaan percobaan batu pori benar benar rapat pada
permukaan benda uji, dan plat penumpu serta alat pembebanan harus
rapat satu sama lainnya. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka pada
pembebanan yang pertama mungkin diperoleh pembacaan penurunan
yang lebih jauh lebih besar daripada harga yang sesungguhnya.
5. Selama percobaan sel konslidasi harus tetap penuh dengan air.
6. Pada beberapa macam tanah tertentu, ada kemungkinan bahwa pada
pembebanan yang pertama akan terjadi pengembanagn (swelling)
etelah sel konsolidasi diisi air. Bilamana hal ini terjadi, maka
pasanglah segera beban yang kedua dan bacalah arloji penurunan
seperti diatas. Jika pada pembebanan yang kedua inimmasih terjadi
pengembangan lagi, pasanglah beban ketiga dan seterusnya sampai
tidak terjadi pengembangan lagi.

3.9.7.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Pada praktikum konsolidasi ini bertujuan untuk menentukan
kembang susutnya suatu tanah tersebut, dan pembacaan di lakukan
dengan mengugunakan arloji dan stopwatc.
Kesimpulan
Dari praktikum ini kita bisa mengetahui kembang susutnya suatu
tanah yang kita uji tersebut.

Anda mungkin juga menyukai