Yaryar
Yaryar
BAB II
INVESTIGASI LAPANGAN
2.1.Bor Tangan
(PB-0000-76)
2.1.1.
Tujuan
Pemboran tangan biasanya digunakan untuk pengambilan contoh
Teori Dasar
Dalam percobaan ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed
Pelaksanaan :
Bor tangan dilaksanakan dengan menggunakan bermacam-macam
bor (auger) pada ujung bagian bawah dari serangkaian stang bor yang
teridiri dari mata iwan yang berfungsi sebagai pembuat lubang dan tabung
sampel yang berfungsi sebagai pengambil sampel tanah yang telah di bor.
Bagian atas terdiri dari stang berbentuk T untuk memutar stang bor.
Sebelum pemboran dilaksanakan perlu diketahui beberapa hal antara lain :
1. Lokasi dan titik pemboran
2. Kedalaman pemboran yang diharapkan.
2.1.4.
Peralatan yang dipergunakan :
a. Bor Jenis Jarret mata bor Iwan diameter 10 cm dengan tinggi mata bor
20 cm.
b. Kepala stang bor pengambil contoh 6,8 cm dengan kuncinya.
c.
d.
e.
f.
2.1.5.
Prosedur Pelaksanaan
Bersihkan lokasi yang akan di bor, kemudian bor dimasukkan
kedalam tanah dengan memutar stang sambil menekan stang bor tersebut.
Setelah mata bor penuh lalu diangkat dan tanah yang ada didalam mata bor
diambil lalu masukkan kedalam kantong plastik.
a. Pengambilan Contoh Tanah Tidak Asli (Terganggu)
Untuk contoh ini dapat diambil dari contoh tanah dengan bor. Tanah
yang diambil adalah contoh dari lapisan yang ditentukan dengan
pemeriksaan visual.Contoh dimasukkan dalam kantong plastik dan diberi
label.
b. Pengambilan Contoh Tanah Asli
Dipakai tabung contoh dengan ukuran 6,8 cm dengan panjang 40 cm.
Tabung tersebut dimasukkan kedalam lobang bor dan kemudian ditekan
perlahan-lahan sampai mencapai kedalaman 40 cm. Stang bor kemudian
diputar dengan arah berbalik sehingga contoh tanah terlepas dari
kelilingnya lalu diangkat keatas, lalu dilepas dari kepala tabung. Ujung
tanah diratakan kemudian diberi paraffin pada ujung-ujung sebagai
isolator. Setelah lilin dan paraffin mongering contoh diberi label dan
ditempatkan pada tempat yang terlindung.
B. I /1
0,50 0,90
Yang berarti :
B
: Bor
2.2.1.
Tujuan
2.2.2.
Teori Dasar
Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL (Transport
Peralatan
a. Conus
b. Stang Beban
c. Rol/meter pengukur
d. Beban
2.2.4.
Prosedur Pelaksanaan
2.2.5.
Perhitungan
Contoh perhitungan:
Jumlah Tumbukan
5
10
15
2.2.6.
Penurunan
24.8
52.0
79.4
Jenis Tanah
Lempung Kepasiran
Lempung Kepasiran
Lempung Kepasiran
Analisa
Dynamic Cone Penetration (DCP) bertujuan untuk mengetahui
kepadatan tanah yang belum pernah dipadatkan atau tanah yang terganggu
dilapangan dengan cara menghitung jumlah nilai tumbukan serta
penurunannya. Tumbukan dilakukan dengan interval lima tumbukan.
Apabila penurunan sudah maksimal, maka DCP diangkat.
Kesimpulan
2.3.
2.3.1.
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui perlawanan penetrasi
2.3.2.
Teori
Sondir merupakan salah satu pengujian tanah untuk mengetahui
karakteristik tanah yang dilakukan di lapangan atau pada lokasi yang akan
dilakukan pembangunan konstruksi. Sondir ada dua macam, yang pertama
adalah sondir ringan dengan kapasitas 0-250 kg/cm dan yang kedua
adalah sondir berat dengan kapasitas 0-600 kg/cm. Jenis tanah yang cocok
disondir dengan alat ini adalah tanah yang tidak banyak mengandung batu.
Qc adalah perlawanan penetrasi
terhadap ujung konus yang diyatakan dalam gaya persatuan luas (kg/cm).
JHL adalah jumlah hambatan lekat perlawanan geser tanah terhadap
selubang bikonus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang (kg/cm).
2.3.3.
Peralatan
1. Mesin Sondir ringan (2 ton) atau mesin sondir berat (10 ton)
2. Seperangkat pipa sondir lengkap dengan batang dalam, sesuai dengan
kebutuhan dengan panjang masing-masing 1 m
3. Manometer 2 buah dengan kapasitas :
a. Sondir ringan 0 sampai 50 kg/cm2 dan 0 sampai 250 kg/cm2
b. Sondir berat 0 sampai 50 kg/cm2 dan 0 sampai 600 kg/cm2
4. Konus dan bikonus
5. 4 (empat) buah angker dengan perlengkapan (angker daun dan spiral)
6. Kunci- kunci pipa, alat-alat pembersih, oli, minyak hidrolikdi
2.3.4.
Prosedur Pelaksanaan
1.
2.
3.
Pasang
konus
atau
bikonus,
sesuai
4.
5.
6.
a.
Tekanlah batang :
Apabila dipergunakan bikonus maka penetrasi ini
pertama-tama akan menggerakkan ujung konus kebawah sedalam 4
cm, dan bacalah manometer sebagai perlawanan penetrasi konus
(PK) Penekenan selanjutnya akan menggerakkan konus beserta
selubung konus kebawah sedalam 8 cm, bacalah manometer
maka
pembacaan
2.3.5.
Perhitungan
b.
c.
2.3.6.
a.
Luas konus
10
Luas Torak
= 0 i HL
Buatlah grafik :
1. Perlawanan Penetrasi Konus (PK) terhadap kedalaman
2. Jumlah Hambatan Lekat (JHL) terhadap kedalaman
Catatan
Keuntungan yang diperoleh pada penggunaan
2.
3.
4.
Dapat
dipergunakan
untuk
c.
d.
e.
2.3.7.
Analisa
Praktikum uji sondir ini digunakan untuk mengetahui posisi
kedalaman tanah keras serta beban yang bisa ditahan oleh tanah, dan kita
bisa merancang suatu tiang pancang atau pondasi sutu bangunan yang mau
kita desain
Kesimpulan
Dalam praktikum ini kita dapat mengetahui tanah keras di suatu
tempat tersebut, dan mengetahui perlawanan penetrasi konus dengan
hambatan lekat tanah, dan pembacaan di lakukan menggunakan
manometer.
2.4.
2.4.1.
Tujuan
Teori Dasar
Percobaan kerucut pasir (sand cone) merupakan salah satu jenis
timbunan sangat penting untuk diperhatikan, tidak hanya kadar air dan
berat keringnya. Pengujian untuk kontrol pemadatan di lapangan
dispesifikasikan dan hasilnya menjadi standar untuk mengontrol suatu
proyek.
Ada 2 spesifikasi untuk pekerjaan tanah yaitu :
1. Spesifikasi dari hasil akhir.
2. Spesifikasi untuk cara pemadatan.
2.4.3.
Peralatan
1. Botol transparan untuk tempat pasir dengan isi botol kurang 4 liter
2. Corong kalibrasi pasir diameter 16.51 cm
3. Pelat untuk corong pasir ukuran 30.48 cm x 30.48 cm dengan lobang
bergaris tengah 16.51 cm.
4. Peralatan kecil yaitu : Palu, sendok, Kuas, pahat dan peralatan untuk
mencari kadar air.
5. Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian sampai 1.0 gr
6. Satu buah timbangan kapasitas 500 gr ketelitian 0.1 gr.
7. Pasir bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak mengandung
bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan No. 10 (2 mm) dan
tertahan pada saringan No. 200 (0.075 mm)
2.4.4.
7.
Prosedur Pelaksanaan
Menentukan isi botol pasir :
a.
Timbanglah alat (Botol + Corong) = (W1 gr)
b.
Letakkan alat dengan botol dibawah, bukalah kran dan isi
dengan air jernih sampai penuh diatas kran. Tutuplah kran dan
c.
d.
8.
9.
e.
10.
a.
b.
g.
2.4.5.
Perhitungan
(W3 W1)
= ----------------- gr
(W2 W1)
= (W4 W5)
Isi Lobang
Berat Tanah
Berat Isi Tanah
(d Lap)
2.4.6.
Catatan
2.4.7.
Analisa
Pada praktikum ini dilaksanakan di Jaya Mukti Jln. Kusuma
gang.rambutan. praktikum ini di gunakan untuk mengetahui kepadatan
atau kerapatan tanah yang sudah di padatkan di lapangan. Dalam
praktikum ini, usahakan penggalian sesuai dengan ukuran diameter plat
dan kedalaman 8 cm.
Kesimpulan
Dari percobaan ini hasilnya dapat kita gunakan untuk menentukan
kepadatan lapisan tanah atau perkerasan dari sample tanah yang di uji.
2.5.
Pengujian SPT
(PB-0000-76)
2.5.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui perlawanan Tanah
terhadap penetrasi sebuah tabung belah baja di dalam lobang bor.
2.5.2. Teori Dasar
Dalam mengambil contoh tanah, selain dengan cara pengeboran,
dapat juga dilakukan dengan melakukan percobaan StandardPenetration
Test (SPT ). Percobaan ini menguraikan suatu prosedur penggunaan split
spoon sample tanah yang representatif serta mendapatkan suatu ukuran
perlawanan tanah terhadap penetrasi sampler.
Prinsip kerjanya adalah dengan memasukkan ujung penetrometer
ke dalam tanah dan dengan sejumlah pukulan yang dilakukan dengan cara
menjatuhkan sebuah beban secara bebas. Beban yang dijatuhkan dengan
ketinggian tertentu dan juga dengan jumlah pukulan tertentu akan
menghasilkan
penurunan
penetrometer
(biasanya
penurunan
telah
Kepadatan
Derajat kepadatan
<4
Sangat Lepas
0,00-0,15
5-10
Lepas
0,15-0,35
11-24
Sedang
0,35-0,65
25-40
Padat
0,65-0,85
>50
Sangat Padat
0,85-1,00
Consistency
Unconfined compression
strengtht ( N/m2 )
<2
Very soft
< 20
24
Soft
20 40
58
Firm
40 75
9 15
Stiff
75 150
16 30
Very stiff
150 300
> 30
Hard
> 300
Hasil pengujian dengan SPT ini sebaiknya selalu dianggap sebagai
perkiraan kasar saja, bukan hasil yang teliti Umumnya hasil percobaan
penetrasi statis seperti alat sondir lebih dipercaya dari pada hasil percobaan
SPT.
Nilai N yang diperoleh dari percobaan Standard Penetration Test
(SPT) dapat dihubungkan secara empiris dengan beberapa sifat lain dari
tanah yang bersangkutan karena nilai penetrasi baku N adalah angka yang
biasa digunakan untuk menghubungkan parameter fisik dari tanah. Harga
unconfined compressive strength dari tanah lempung juga dapat
diperkirakan berdasarkan angka penetrasi bakunya (N). Dalam suatu tabel,
dapat diperkirakan hubungan antara harga N dari suatu tanah lempung
pada suatu kedalaman tertentu dengan kondisi kekerasan dan harga
unconfined compressive strength.
Angka
Penetrasi
Kekerasan
Standar
02
24
48
8 16
16 32
>32
Sangat
Lembek
Lembek
Agak Kaku
Kaku
Sangat Kaku
Keras
Kekuatan
Unconfined
0 0,25
0,25 0,5
0,5 1
12
24
>4
2.5.3. Peralatan
1. Satu set Tripot
2. Stang SPT
3. Tabung Belah
4. Palu Pemukul ( 63,5 kg)
5. Tali
6. Kunci Pipa
7. Katrol
2.5.4.
Prosedur Pelaksanaan
1. Buat lobang bor hingga kedalaman dimana uji SPT akan dilakukan
2. Masukkan tabung belah SPT kedasar lobang dengan perantara batang
pemancang
3. Memancang/memukul tabung belah SPT dengan perantara batang
pemancang sedalam 18 inc (457.2 mm) kedalam Tanah dasar lobang
bor.
4. Hitung jumlah pukulan yang diperlukan untuk mendapatkan penetrasi
12 inc (305 mm) terakhir. Jumlah pukulan yang diperlukan tersebut
disebut dengan nilai N SPT
5. Pemukulan dilakukan dengan menggunakan palu pemukul seberat 140
lb (63.5 kg) yang dilepaskan secara jatuh bebas dari ketinggian 30 inc
(762 mm)
2.5.5.
Catatan
Setelah penetrasi awal akibat berat sendiri dan diukur pemukulan
palu SPT dapat dimulai dan dilakukan dalam dua tahapan sebagai berikut :
a. Tahap awal.
Pemukulan dilakukan untuk mencapai penetrasi sedalam 150 mm.
Bila jumlah pukulan kurang dari 50 pukulan maka nilai pengujian ini
diabaikan. Bila jumlah mencapai 50 pukulan maka nilai N dinyatakan
sebesar 50 pukulan/X mm penetrasi : dimana X adalah kedalaman
penetrasi yang dicapai. Pemukulan tahap awal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya gangguan pada bagian atas dasar
lobang bor.
b. Tahap Pengujian
Pemukulan
dilakukan
untuk
mencapai
penetrasi
300
mm
BAB III
PERCOBAAN LABORATORIUM
3.1.
Analisa Butiran
3.1.1.
Analisa Saringan
(PB-0201-76)
3.1.1.1. Tujuan
Untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregar kasar
dan halus dengan menggunakan saringan.
3.1.1.2. Teori Dasar
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi
yang keras dan penyal (solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan
sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral padat berupa massa
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragment.
Agregat diklasifikasikan menjadi 3 bagian berdasarkna ukuran
partikelnya yaitu:
1
atau
dapat
dikatakan
distribusi
partikel-partikel
yang paling halus, satu set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan
tutup.
Gradasi dari jenis agregat dibedakan atas 3 (tiga) yaitu :
1
jika persen yang lolos saringan lapis dari sebuah gradasi memenuhi.
Gradasi sela (gap gradation) atau buruk (poorly graded) yaitu salah
satu atau lebih ukuran butir agregat tidak ada atau campuran agregat
dengan atau fraksi hilang atau fraksi sedikit sekali. Sering disebut
dengan gradasi senjang.
Analisa Saringan Ageregat adalah
butiran aggregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka angka
presentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
3.1.1.3. Peralatan
1. Timbangan dan Neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
2. Satu set saringan :No. 4,10,20,40,100 dan No. 200 (Standar ASTM)
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 5)0 C
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang saringan
6. Talam, Kuas, Sikat Kuningan, Sendok
3.1.1.4. Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak.
Agregat Halus
Ukuran maksimum No. 4 : berat minimum 500 gr
Ukuran maksimum No. 8 : berat minimum 100 gr
Agregat Kasar
Ukuran maksimum No 3.5: berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum No 3. : berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum No 2.5: berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum No 2 : berat minimum 20 kg
3.1.2.
Analisa Hidrometer
(PB-0107-76)
3.1.2.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran
butir (Gradasi) dari tanah yang lewat saringan No. 200
3.1.2.2. Teori Dasar
Analisa Hidrometer
didasarkan
pada
prinsip
sedimentasi
(pengendapan) butir butir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah
dilarutkan dalam air, partikel partikel tanah akan mengendap dengan
kecepatan yang berbeda tergantung pada bentuk, ukuran, dan beratnya.
3.1.2.3. Peralatan
3.1.2.5. Perhitungan
1. Perhitungan analisa saringan dapat dilakukan seperti dalam cara
pemeriksaan PB-0201-76.
2. Dari pembacaan Rh tentukan diameter dengan menggunakan
nomogram terlampir.
3. Hitung persen berat dari butiran yang lebih kecil dari diameter (D)
dari rumus-rumus berikut :
a. Untuk hidrometer dengan pembacaan 5-60 gr / lt
a ( Rh + K )
P = _____________ x 100
W3
3.1.2.6. Catatan
1. Bahan bahan dispresi yang dipakai adalah :
a.
b.
: HI + 0,5 ( h -------- ) cm
A
Hi
nomogram) cm.
h
Vh
didapat dengan
Hr = HI + 0,5 (h ---------- )
A
HI, h, Vh dan A : masing-masing seperti yang disebutkan tadi
1. Gambarkan hubungan antara Hr dan Rh sebagai lengkungan halus
2. Koreksi K merupakan jumlah koreksi-koreksi yaitu koreksi
meniscus (km) koreksi bahan dispresi (ka) dan koreksi suhu (kt).
Nilai K yang tercantum dalam table 1 hanya berlaku untuk
konsentrasi bahan dipersi yang diberikan diatas dan untuk
hidrometer dengan diameter 0,5 cm
3. Bahan dispersi yang mudah didapat di Indonesia adalah
Waterglass yang ternyata cukup memuaskan. Bila dalam
penggunaan waterglass tidak berhasil dapat digunakan Sodium
Hexamethapospat (calgon).
3.1.2.7. Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Pada pengujian hidrometer, benda uji yang dipakai sebanyak 100
gr dimasukkan kedalam air suling yang sudah digabungkan dengan
Sodium
Hexamethapospat
menggunakan
mechanical
sebagai
stirrer
bahan
sampai
dispersi
bahan
dan
teraduk
diaduk
secara
apabila
3.2.
3.2.1.
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air tanah.
3.2.2.
Teori Dasar
Kadar air tanah adalah penentuan angka perbandingan antara berat
air dan berat tanah kering yang terkandung yang dinyatakan dalam
persen (%).
3.2.3.
Peralatan
1. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi (110
5)0 C
2. Cawan kedap udara dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup,
cawan dapat terbuat dari gelas atau logam misalnya aluminium
3. Neraca dengan ketelitian 0.01 gr
Neraca dengan ketelitian 0.10 gr
Neraca dengan ketelitian 1.00 gr
3.2.4.
Prosedur Pelaksanaan
Benda uji yang mewakili tanah yang diperiksa ditempatkan dalam
cawan yang bersih, kering dan diketahui beratnya, lalu ditimbang dan
dimasukkan kedalam oven selama 4 jam (sampai berat konstan) setelah itu
didinginkan dalam desicator, setelah dingin ditimbang dan beratnya
dicatat.
3.2.5.
Perhitungan
Kadar air dapat dihitung seperti berikut :
Berat cawan + tanah basah
: W1
gr
Berat cawan + tanah kering
: W2
gr
Berat cawan
: W3
gr
Berat air
: (W1-W2)
gr
Berat tanah kering
: (W2-W3)
gr
W1-W2
Kadar air
: -------------- x 100 % =
gr
W2-W3
3.2.6.
Catatan
3. Untuk tiap contoh harus dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar air
dapat diambil rata-rata.
4. Susunan benda uji di dalam oven harus diatur sehingga pengeringan
tidak terganggu, serta saluran udara harus dibuka.
3.2.7.
Analisa
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui tinggi rendahnya tanah
tersebut dan, tanah pelintung mempunyai kadar air tanah yang rendah.
Kesimpualan
Dari hasil praktikum ini kita dapat mengetahui berat basa atau
berat kering suatu tanah tersebut.
3.3.
3.3.1.
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya kekuatan
tekan bebas contoh Tanah dan batuan yang bersifat kohesife dalam
keadaan asli maupun buatan (remoulded).
3.3.2.
Teori Dasar
Kekuatan tekan bebas adalah besarnya beban aksial persatuan
luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat regangan
aksialnya mencapai 20 %.
3.3.3.
Peralatan
3.3.4.
Prosedur Pelaksanaan
3.3.5.
Perhitungan
1. Besarnyareganganaksialdihitungdenganrumus :
AL
e
= -----------------Lo
= reganganaksial(%)
AL
= perobahanpanjangbendauji
Lo
= panjangbendaujisemula(cm)
= --------------------
1-e
Ao
= P/A (kg/cm2)
= n x (kg)
3.3.6.
Catatan
1. Untuk tanah yang getas kecepatan regangan diambil < 1 % per menit
2. Besar sensitivitas suatu jenis tanah dapat dihitung dari :
qu
St
= -----------------qu
St = sensitivitas
qu = kuat tekan bebas benda uji asli
qu = kuat tekan bebas benda uji buatan dengan berat isi yang sama
dengan benda uji asli.
3.3.7.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui suatu kerenggangan
tanah dengan cara menghitung waktu per 5 menit.
Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui kerenggangan dan
kepadatan suatu tanah tersebut dalam keadaan asli.
3.4.
3.4.1.
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kohesi (C) dan
Teori Dasar
Uji geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan
bersudut akan lebih saling terkunci dan memiliki kuat geser yang
lebih tinggi yang lebih besar daripada partikel-partikel yang bundar
seperti pada tebing-tebing.
4. Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan
3.4.3.
Peralatan
3.4.4.
Prosedur Pelaksanaan
1. Timbang benda uji
2. Masukkan benda uji kedalam cincin pemeriksaan yang telah terkunci
menjadi satu dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah
benda uji.
3. Stang penekan dipasang vertikal untuk memberi untuk memberi
beban normal pada benda uji dan diatur sehingga beban yang
diterima oleh benda uji sama dengan beban yang diberikan pada
stang tersebut
pembebanan
pertama
diberikan
isilah
kotak
cincin
P max
= --------------A
= tegangan geser maksimum (kg/cm2)
Kesimpulan
Dari hasil percobaan
3.5.
(PB-0111-76)
3.5.1.
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara
Teori Dasar
Compaction (pemadatantanah) adalah suatu proses dimana pori-
W . H . L. B
V
dengan :
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)
AASHTO T 99
AASHTO T 180
ASTM D 698
4
6
5.5
5.5
12
12
3
3
25
56
12.375
12.375
No. 4
No. 4
ASTM D 1557
4
6
10
10
18
18
5
5
25
56
56.25
56.25
No. 4
No. 4
(3/4)
(3/4)
(3/4)
(3/4)
Peralatan
Prosedur Pelaksanaan
1. Cara A :
(B1 gr).
b. Cetakan, leher dan keeping alas dipasang jadi satu, dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
c. Ambil salah satu dari kelima contoh diaduk dan dipadatkan
didalam cetakan dengan cara sebagai berikut : Jumlah seluruh
Tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi kelebihan
Tanah yang diratakan setelah leher sambung dilepas tidak lebih dari
0.5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk standar 2.5 kg
(5.5 pound) dengan tinggi jatuh 30.5 cm (12) Tanah dipadatkan
dalam tiga lapisan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25
tumbukan.
d. Potong kelebihan Tanah dari bagian keliling leher dengan
menggunakan pisau dan lepaskan leher sambung.
e. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan Tanah sehingga
betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
f. Timbang cetakan berisi benda uji serta keeping alas dengan
ketelitian 5 gr (B2) gr.
g. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan
alat pengeluar contoh (exstruder) dan potong sebahagian kecil dari
benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar
airnya (W) sesuai dengan PB-0210-76.
2. Cara B :
a. Timbang cetakan diameter 152 mm (6) dan keeping alas dengan
ketelitian 5 gr (B1 gr))
b. Cetakan, leher dan keeping alas dipasang jadi satu dan tempatkan
pada landasan yang kokoh.
c. Ambil salah satu dari kelima contoh diaduk dan dipadatkan dalam
cetakan dengan cara sebagai berikut
3.5.5.
Perhitungan
1. Hitung berat isi basah dengan mempargunakan rumus sebagai berikut:
B2 B1
= --------------- (gr / cm3)
V
B1
B2
= kadar air
3.5.6.
Catatan
1. Untuk cara A jika pada saat penimbangan awal hanya cetakan yang di
timbang, maka pada saat sample setelah di tumbuk hanya cetakan dan
sampel yang di timbang.
2. Tanah yang telah dipadatkan dapat dipergunakan lagi untuk percobaan
bila butir Tanah tidak pecah akibat penumbukan.
3. Untuk cara C dan D bila diinginkan supaya presentase bahan kasar
lewat saringan 50 mm (2) dan tertahan 4.75 cm (No. 4)
Pengujian CBR
(PB-0112-76)
3.6.1.
Tujuan
Teori Dasar
CBR atau harga CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi
6. Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan
atas benda uji setebal 25.4 mm
7. Pengambilan benda uji untuk kadar air dapat diambil dari seluruh
kedalaman bila diperlukan kadar air rata-rata. Benda uji untuk
pemeriksaan kadar air sekurang-kurangnya 100 gr untuk Tanah
berbutir halus atau sekurang-kurangnya 500 gr untuk Tanah berbutir
kasar.
3.6.5.
Perhitungan
1. Pengembangan (swell) adalah perbandingan antara perubahan tinggi
selama perendaman terhadap tinggi
dalam prosen.
2. Hitung beban dalam kg (lb) dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa keadaan permulaan dari kurva beban cekung
akibat dari ketidak teraturan permukaan atau sebab-sebab lain. Dalam
hal ini titik nolnya harus dikoreksi seperti gambar No. 1.
3. Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada
penetrasi 2.54 mm (0.1) dan 5.08 mm ( 0.2) hitung harga CBR
dengan cara membagi beban standar masing-masing 70.31 kg/cm2
(1000 psi) dan 105.47 kg/cm2 (1500 psi) dan kalikan dengan 100
harga CBR diambil harga pada penetrasi 2.54 mm (0.1). Umumnya
harga CBR diambil pada penetrasi 0.1. Bila harga yang didapat pada
penetrasi 5.08 mm (0.2) ternyata lebih besar, percobaan harus
diulangi
lagi.
Apabila
percobaan
ulangan
ini
masih
tetap
3.6.6.
Catatan
h. Bila dikehendaki harga CBR dapat diperiksa pada kadar air atau berat
isi kering yang berlainan
i. Untuk menentukan CBR rencana ada beberapa cara diantaranya :
2. Cara merurut buku penetapan tebal perkerasan Bina Marga
O/PD/BM
3. Cara AASTHO T-193-74
j. Berat isi kering dihitung dengan kadar air pada waktu perendaman
k. Bila dikehendaki nilai CBR pada penetrasi 7.5 mm (0.3), 10.0 mm
(0.4) dan 12.5 mm (0.5) bagi besarnya beban pada penetrasi yang
bersangkutan masing-masing dengan 5700 : 6900 dan 7800 pound dan
kalikan dengan 100 lihat gambar.
3.6.7.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa (kurang pasti
Pada praktikum CBR ini, tanah yang di pakai harus melewati
saringan no 4 dengan berat masing-masing 5 kg.
Kesimpulan
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui susut dan kembangnya
suatu tanah tersebut.
3.7.
3.7.1.
(PB-0109-76)
3.7.1.1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu
Tanah pada keadaan batas cair. Batas cair ialah kadar air batas dimana
suatu Tanah berobah dari keadaan air menjadi plastis.
3.7.1.2. Teori Dasar
Kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya tanah akan
berperilaku sebagai cairan kental (campuran tanah air tanpa kuat geser
yang dapat diukur). Dalam teknik tanah, batas cair ini didefenisikan secara
kasar sebagai kadar air dimana 25 kali pukulan oleh alat batas cair akan
menutup celah (groove) standart yang dibuat pada lempengan tanah
dengan panjang 12,7 cm. Casagrande (1958) dan yang lain telah
memodifikasi percobaan yang awalnya dibuat oleh Atterberg ini sehingga
tidak terlalu tergantung pada penilaian operatornya, dan dapat diulang
kembali. Dengan peralatan standart berbagai operator akan mampu
menghasilkan kembali nilai-nilai batas cair dengan perbedaan sekitar 2
sampai 3 persen.
3.7.1.3. Peralatan
1. Alat batas cair standar
2. Alat pembuatan alur (Groving Tool)
3. Sendok Dempul
4. Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm
5. Neraca dengan ketelitian 0,01 gr
6. Cawan kadar air minimal 4 bh
7. Spatula dengan panjang 2,5 cm
8. Botol tempat air suling
9. Air suling
10. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)0 C.
3.7.1.5. Perhitungan
Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air
yang bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah
pukulan sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedangkan
besarnya kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa. Buatlah garis
lurus melalui titik-titik itu. Jika ternyata yang diperoleh tidak terletak pada
satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik berat titik tersebut.
Tentukan besar kadar airnya pada jumlah pukulan 25 dan kadar air inilah
yang merupakan batas cair (Liquid limit) dari benda uji tersebut.
3.7.1.6. Catatan
1.
b.
c.
2.
3.
Beberapa
jenis
tanah
lempung
yang didapat lebih kecil. Jumlah pukulan yang betul adalah jika proses
berimpitnya dasar alur disebabkan massa tanah seolah-olah mengalir
dan bukan karena tergeser. Kalau ternyata terjadi pergeseran, maka
percobaan harus diulangi beberapa kali dengan kadar air berbeda, dan
kalau masih terjadi pergeseran ini maka harga batas cair ini tidak
dapat diperoleh.
4.
5.
6.
Alat
pembuat
alur
Cassagrande
3.7.2.
Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)
(PB-0110-76)
3.7.2.1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu
tanah pada keadaan batas plastis. Batas plastis ialah kadar air minimum
dimana tanah dalam keadaan plastis.
3.7.2.2. Teori Dasar
Batas Plastis (Plastis Limit) merupakan kadar air minimum
dimana tanah masih dalam keadaan plastis atau kadar air minimum dimana
tanah dapat digulung gulung sampai diameter 3,1 mm (1/8 inchi). Batas
plastis merupakan bagian bagian dari batas batas konsistensi atau
atteberg limit yang mana nantinya hal ini mengacu pada sifat sifat fisik
tanah. Sebagaimana perlu kita ketahui sifat sifat fisik tanah meliputi :
a. Cair.
b. Kental.
c. Plastis.
d. Semi Platis.
e. Padat.
Sifat sifat fisik tanah tersebut sangat mempengaruhi tanah jika
diberikan beberapa perilaku terhadapnya, salah satunya adalah gaya.
Pengaruh gaya sangat berperan dominan terhadap efektifitas suatu tanah.
Perubahan batas plastis suatu tanah dapat dinyatakan dalam suatu
persamaan :
P.L = L.L x P.I + W
Dimana :
PL = Platis limit (Batas plastis)
LL = Liquid limit (Batas cair)
PI = Plasticity index (Indeks plastisitas)
W = Kadar air.
PL (Plastis limit) atau batas plastis memiliki perbedaan dengan PI
(Plasticity Index) atau indeks platisitas. Dimana PI merupakan jumlah
kadar pada saat tanah dalam keadaan kondisi plastis dimana nilainya
diperoleh dari selisih antara liquid limit (LL) dengan PI (plastis limit).
Secara umum dapat ditulis dalan bentuk persamaan :
P.I = LL P L
Dimana :
L.L = Batas cair
P.L = Batas plastis
3.7.2.3. Peralatan
1. Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm
2. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm
3. Sendok dempul panjang 12,5 cm
4. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
5. Cawan kadar air minimal 2 buah
6. Botol tempat air suling
7. Air suling
8. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5)0 C.
3.7.2.5. Perhitungan
Tentukan kadar air rata rata pada (4 d) sebagai harga batas cair.
3.7.2.6. Catatan
1.
Alat alat yang dipakai harus diperiksa dulu
sebelum dipakai dan harus dalam keadaan bersih dan kering
2.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih cepat,
maka sebaiknya pengadukan benda uji untuk batas cair dilakukan
sekaligus, setelah pengadukan merata pisahkan 20 gram benda uji
untuk pemeriksaan batas plastis
3.
Indeks Plastisitas adalah selisih batas cair dan batas
plastis (PI = LL PL)
(PI = Plastis Indek, LL = Liquid Limit, PL = Plastis Limit )
4.
5.
Analisa
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar air suatu
tanah pada keadaan palastis, dengan cara mangaduk tanah dengan air kemudian
benda uji di bentuk.
Kesimpulan
Hasil dari praktikum ini kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat
keplastisan dari suatu tanah dapat di tentukan dengan banyaknya kadar air yang di
tambahkan pada sampel percobaan, semakin banyak kadar air maka keplastisan
suatu tanah semakin tinggi.
3.8.
(PB-0108-76)
3.8.1.
Tujuan
Untuk menentukan berat jenis tanah yang mempunyai butiran
Teori Dasar
Bobot jenis partikel (particle density) dari suatu menunjukkan
Berat Jenis
2,65 2,68
Pasir
2,65 2,68
2,62 2,68
Lempung Organik
2,58 2,65
2,68 2,75
Humus
1,37
Gambut
1,25 1,80
Sumber: Hary Christiady, Mekanika Tanah 1, 1992.
Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir
tanah dan berat isi air suling dengan isi sama pada suhu 40 C.
3.8.3.
Peralatan
Prosedur Pelaksanaan
Perhitungan
: --------------------(W5-W3)
Wt
W3
W5
: W2-W1+W4 (gr)
Catatan
Kalibrasi Picnometer
1.
2.
W25 x K
Dimana,
W4
W25
3.
Faktor Koreksi
4.
Suhu
:K
:T
Daftar No. 1
T 18
K 1.0016
19
1.0014
20
1.0012
21
1.0010
22
1.0007
23
1.0005
24
1.0003
T 25
K 1,0000
25
0,9997
26
0,9995
28
0,9992
29
0,9989
30
0,9986
31
0,9983
5.
6.
3.8.7.
Analisa
Pada praktikum berat jenis tanah ini, tanah yang di pakai harus
melewati saringan no 200, dan menyatukan air suling dengan tanah tanah
tersebut kemudian di panas kan hingga mendidih.
Kesimpulan
dari hasil praktikum ini kita bisa membandingkan antara butiran
tanah dengan berat air suling.
Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan sifat sifat
pemampatan suatu jenis yaitu sifat sifat perubahan isi dan proses
keluarnya air dari dalam pori tanah yang diakibatkan adanya perubahan
tekanan vertikal yang bekerja pada tanah tersebut.
3.9.2.
Teori Dasar
Konsolidasi adalah peristiwa penyusutan volume secara perlahan-
b. Tahap II
pembebanan awal.
: Terjadi konsolidasi primer, yaitu saat dimana tekanan
air pori secara perlahan dipindahkan kedalam tegangan
c. Tahap III
minimal 1 cm)
Beban beban
Alat pengeluar contoh dari dalam tabung
Pemotong terdiri dari pisau tipis dan tajam serta pisau kawat
Pemegang cincin contoh
Neraca dengan ketelitian 0,1 gr
Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai 110
5C
9. Stopwatch
3.9.4.
Prosedur Pelaksanaan
1. Timbang cincin dan benda uji dengan ketelitian 0,1 gr.
2. Tempatkan batu pori di bagian atas dan bawah dari cincin sehingga
benda uji yang sudah dilapisi kertas filter terai oleh kedua batu pori,
masukkan ke dalam sel konsolidasi.
3. Pasanglah plat penumpu diatas batu pori.
4. Letakkan sel konsolidasi yang sudah berisi benda uji pada alat
konsolidasi sehingga bagian yang runcing dari plat penumpu
menyentuh tepat pada alat pembebanan.
5. Aturlah kedudukan arloji kemudian dibaca dan dicatat.
maksimum
dan
sesudah
menunjukkan
Perhitungan
1. Hitunglah berat tanah basah, berat isi dan kadar air benda uji sebelum
dan sesudah percobaan dan hitunglah berat tanah keringnya.
2. Ada dua cara untuk menggambarkan hasil percobaan konsolidasi, cara
pertama adalah membuat grafik penurunan terhadap tekanan, cara
kedua adalah membuat grafik angka angka pori terhadap tekanan.
Pada kedua cara ini untuk harga harga tekanan dipergunakan skala
logaritma. Bila dipakai cara pertama, maka pembacaan penurunan
terakhir pada setiap pembebanan digambarkan pada grafik terhadap
tekanan. Bila dipakai cara kedua, maka dilakukan perhitungan seperti
berikut :
a. Menghitung tinggi efektif benda uji :
Bk
Hitung Ht : ------------A.G
Ht
: Tinggi Efektif Benda Uji (Tinggi Butiran Butiran
Tanah)
A
: Luas Benda Uji
G
: Berat Jenis Tanah
Bk
: Berat Benda Kering
b. Hitung besar penurunan total (AH) yang terjadi pada setiap
pembebanan.
AH
: Pembacaan arloji pada permulaan percobaan
dikurangi pembacaan arloji sesudah pembebanan
yang bersangkutan.
c. Hitung angka pori semula (angka pori asli = c0)
H0 H
c0 = ---------------Ht
c0 = Tinggi contoh semula
d. Hitung perubahan angka pori (Ae) pada setiap pembebanan dari
rumus
H
Ae = -----------------Ht
e. Hitung angka pori (e) pada setiap pembebanan dengan rumus :
e
= e0 Ae
f. Gambarkanlah harga harga angka pori ini pada grafik angka pori
terhadap tekanan dengan mempergunakan skala logaritmis untuk
tekanan.
3. Hitunglah derajat kejenuhan sebelum dan sesudah percobaan dengan
rumus :
W.G
Sr = ------------------e
Sr
= Derajat kejenuhan
W
= Kadar air
G
= Berat jenis tanah
e
= Angka pori
4. Harga koefisien konsolidasi Cv/Hitunglah tinggi benda uji rata rata
(Hm) pada setiap pembebanan. Buatlah grafik pembacaan penurunan
terhadap akar pangkat dua dari waktu setiap pembebanan. Sebagian
dari grafik ini merupakan garis lurus dan ttik potong dari garis ini
dengan ordinat (0) dianggap sebagai titik nol yang benar. Dari titik 0
ditarik garis CA denga membuat jarak b = 1,15a. Titik perpotongan
garis CA ini dengan lengkung penurunan adalah harga t 90, yaitu waktu
untuk mencapai konsolidasi 90%. Hitunglah harga koefisien
knsolidasi pada setiap pembebanan dengan rumus :
0,212 Hm2
Cv
= ------------------T90
Cv
= Koefisien konsolidasi ( cm2/detik)
Hm
= Tinggi benda uji rata rata pada pembebanan yang
bersangkutan (cm)
t90
= Waktu untuk mencapai konsolidasi 90%
Gambarkan grafik hubungan antara Cv dan beban (skala logaritmis)
3.9.6.
Catatan
1. Setiap alat perlu diperhitungkan besar beban untuk mendapatkan
tekanan sesuai dengan 4h.
2. Untuk memperhitungkan faktor pengaruh alat harus diadakan koreksi
terhadap pengaruh alat dan dapat ditentukan dengan mempergunakan
benda uji besi yang mempunyai ukuran sama dengan ukuran benda
uji. Pembebanan dilakukan seperti biasa. Penurunan yang dibaca
pada setiap pembebanan adalah harga koreksi yang diperlukan.
3. Untuk menjaga supaya tidak terjadi perubahan pada kadar air semula,
benda uji harus segera diperika. Benda uji tidak boleh dipasang dan
dibiarkan dalam alat beberapa lama sebelum pertama diberikan.
4. Pada permulaan percobaan batu pori benar benar rapat pada
permukaan benda uji, dan plat penumpu serta alat pembebanan harus
rapat satu sama lainnya. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka pada
pembebanan yang pertama mungkin diperoleh pembacaan penurunan
yang lebih jauh lebih besar daripada harga yang sesungguhnya.
5. Selama percobaan sel konslidasi harus tetap penuh dengan air.
6. Pada beberapa macam tanah tertentu, ada kemungkinan bahwa pada
pembebanan yang pertama akan terjadi pengembanagn (swelling)
etelah sel konsolidasi diisi air. Bilamana hal ini terjadi, maka
pasanglah segera beban yang kedua dan bacalah arloji penurunan
seperti diatas. Jika pada pembebanan yang kedua inimmasih terjadi
pengembangan lagi, pasanglah beban ketiga dan seterusnya sampai
tidak terjadi pengembangan lagi.
3.9.7.
Analisa dan Kesimpulan
Analisa
Pada praktikum konsolidasi ini bertujuan untuk menentukan
kembang susutnya suatu tanah tersebut, dan pembacaan di lakukan
dengan mengugunakan arloji dan stopwatc.
Kesimpulan
Dari praktikum ini kita bisa mengetahui kembang susutnya suatu
tanah yang kita uji tersebut.