Anda di halaman 1dari 21

Rekayasa Lalulintas

Jurusan Teknik Sipil


Program Sarjana Sekolah Tinggi Teknologi
Dumai

MATA KULIAH
REKAYASA LALULINTAS

Pokok Bahasan
Teknik Lalulintas

Disusun Oleh :
Asda Usradinda, ST
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Dumai

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI


DUMAI
Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas

2016
DAFTAR ISI

Pokok Bahasan Perkuliahan


Pendahuluan
Karakteristik Kendaraan
Karakteristik pengemudi dan pejalan kaki
Karakteristik arus lalulintas
Distribusi jalur dan arah
Proyeksi lalulintas
Kapasitas dan tingkat pelayanan jalan
Perhitungan APILL (fase dan stage, arus lalulintas jenuh,
waktu hijau, waktu hilang)
Survai lalulintas (volume, kecepatan, parkir)
Efek lalulintas terhadap lingkungan (kebisingan, polusi udara,
getaran).
Pokok Bahasan Praktikum
Menghitung kapasitas ruas jalan secara manual

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas

BAB I
Pendahuluan

A. Arus Lalulintas
Lalulintas akan terjadi jika beberapa komponen telah berada
dalam satu lokasi dan kondisi, sehingga terjadi interaksi antara satu
komponen dengan komponen lainnya sebagai sarana, infrastruktur
dan pengguna. Arus (volume) lalulintas, dinyatakan sebagai jumlah
kendaraan yang melewati suatu titik tertentu dalam satu ruas jalan
tertentu dalam satu satuan waktu tertentu, dan dinyatakan dengan
satuan kendaraan/jam (Tamin, 2000 dan Tamin 2003) dan jika
kendaraan yang disurvai terdiri dari berbagai macam kendaraan maka
satuan akan menjadi SMP/jam. Lalulintas terbentuk akibat adanya
interaksi

dari

berbagai

macam

komponen,

adapun

komponen

pembentuk arus lalulintas antara lain :


1.

Manusia sebagai pengemudi dan pejalan


kaki
a.

Prilaku pengemudi dipengaruhi


1)

Usia
Makin tua maka prilaku di jalan raya cenderung lebih hatihati, penuh pertimbangan dan sebaliknya pada usia muda.

2)

Jenis kelamin
Untuk wanita cenderung lebih hati-hati

dibandingkan laki-

laki.
3)

Latar belakang pendidikan


Diharapkan bagi pengemudi yang memiliki latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi semakin patuh terhadap
peraturan lalulintas.

b.

Manusia sebagai pejalan kaki (Pedestrian)


Karakteristik pejalan kaki dapat mempengaruhi rancangan dan
lokasi alat kontrol pejalan kaki (Fahrurrozy, 2007).

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas
1)

Jenis pergerakan pejalan kaki dapat dibedakan :


a)

Pergerakan yang menyusuri jalan.

b)

Pergerakan yang memotong jalan.

2)

Fasilitas yang diperlukan sesuai dengan jenis


pergerakan :
a)

Untuk menyusuri jalan diperlukan trotoar

b)

Untuk memotong jalan diperlukan : zebra cross,


lolipop, pelican, jembatan dan trowongan.
Tabel 1.1. Fasilitas Penyeberangan

Jenis Fasilitas

Kelebihan
Kekurangan
Mudah dilaksanakan Sering
terjadi
Zebra Cross
pelanggaran
Berbiaya murah
Memberikan
Tanda
kenyamanan
pada penyeberangan
penyeberang
sering hilang
Lolipop
Sulit digunakan jika
arus lalulintas tidak
berimbang
Lebih rapi dan teratur Penggunaan
Perlindungan
tergantung
dari
Pelican
SDM pengemudi
terhadap
penyeberang
lebih
baik
Lebih terkonsentrasi Berbiaya mahal
Pemisahan
antara Rawan kriminalitas
Jembatan
arus
lalulintas Jalan
tempuh
Penyeberangan dan
dengan
semakin jauh
Terowongan
penyeberang
lebih Kesulitan
bagi
aman
lansia dan orang
cacat
3)

Penentuan Jenis Penyeberangan


Didasarkan pada jumlah kendaraan yang lewat dan volume
penyeberangan jalan yang dapat diformulasikan sebagai
berikut :

dengan :

P x V2

P : Jumlah pejalan kaki yang menyeberang selama 1 jam


dengan
panjang jalan 100 m (Orang/Jam).

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas
V : Volume kendaraan

yang

lewat dengan total 2 arah

selama
satu jam (Kend/Jam).
4)

Rekomendasi

Pemilihan

Jenis

Fasilitas

Penyeberangan
Pemilihan jenis penyeberangan bagi pejalan kaki dapat
berpedoman pada hasil hitungan (P x V2) sebagai berikut :

Tabel 1.2. Rekomendasi Fasilitas Penyeberangan


P
(orang/jam)
50 1100

V
(kend/jam)
300 500

> 2 x 108

50 1100

400 750

>108
>108
> 2 x 108

50 1100
>1100
50 1100

> 500
> 500
> 700

> 2 x 108

>1100

> 400

P x V2
>108

2.

Jenis fasilitas
Zebra cross
Zebra cross
pelindung
Pelican
Pelican
Pelican
pelindung
Pelican
pelindung

dengan

dengan
dengan

Sarana kendaraan / moda atau alat angkut


Beberapa karakteristik kendaraan yang perlu diketahui kaitannya
dengan pengaruh terhadap lalulintas dan perkerasan jalan sebagai
berikut :
a.

Dimensi ukuran kendaraan


1) Berguna untuk menentukan besar nilai EMP (Ekuivalen Mobil
Penumpang).
2) Dimensi juga berguna untuk menentukan SRP (Satuan Ruang
Parkir) yang berguna untuk perencanaan ruang parkir.
3) Ukuran

lebar

kendaraan

juga

dapat

digunakan

untuk

merencanakan lebar minimal perkerasan jalan.

b.

MST (Muatan Sumbu Terberat) atau tekanan gandar


belakang.
1)

Menentukan tebal dan jenis perkerasan jalan

2)

Perencanaan jembatan

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas
3)

Penentuan kelas jalan.

c.

Radius Putar Kendaraan


Radius putar digunakan untuk perencanaan tikungan/jari-jari
jalan,

tikungan. Ruas jalan di kota diusahakan yang minimal,

hal ini untuk mengurangi kecepatan kendaraan pada saat


membelok, sehingga pejalan kaki tidak mengalami kesulitan
pada saat menyeberang.
d.

Tinggi Kendaraan
Untuk keperluan perencanaan ruang bebas ke arah vertikal.

3.

Prasarana

atau

infrastruktur

(Jaringan

Jalan)
Dalam

Undang-undang

No.

38

Tahun

2004

tentang

jalan,

disebutkan bahwa jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat


dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengakapannya yang diperuntukkan
bagi lalulintas.
a.

Jaringan jalan dapat diklasifikasikan menurut :


1)

Tekanan gandar (MST)

2)

Lalulintas harian rata-rata (LHR) menurut


PPGJR

3)

Peranan dan fungsi jalan menurut PP No 26


Tahun 1985 dan diperbaharui dengan PP No 34 Tahun 2006,
tentang jalan.

b.

Tujuan pembentukan kelas jalan


1)

Menentukan kewenangan pemeliharaan jalan

2)

Beban lalulintas (kelas jalan lebih tinggi maka


arus juga tinggi)

3)
c.

Menentukan hirarkhi (tingkatan) pelayanan.


Persyaratan dalam Perencanaan Hirarkhi Jalan

Berdasarkan PP No 26 tahun 1985, Jo, PP No 34 Tahun 2006,


ukuran lebar jalan sebesar :
Tabel 1.3. Tipe, Kecepatan dan Lebar Minimum Ruas
Jalan

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas
Kecepatan
Rata-rata
(km/jam)

Ruas jalan

Arteri Primer
60
Kolektor Primer
40
Lokal Primer
20
Arteri Sekunder
30
Kolektor Sekunder
20
Lokal Sekunder
10
Sumber : PP No. 26 Tahun 1985

Lebar Badan
Jalan Minimum
(m)
PP
RPP
8
11
7
9
6
6,5
8
11
7
9
5
6,5

Syarat terjadinya pergerakan arus lalulintas maka harus terpenuhi tiga


komponen tersebut diatas.
Arus Lalulintas

B.

Volume arus lalulintas jalan digunakan untuk merencanakan


lebar perkerasan jalan. Salah satu metode hitungan yang dipakai
adalah metode manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, untuk
jalan luar kota atau antar kota diklasifikasikan sebagai jalan primer,
sedangkan untuk jalan perkotaan

diklasifikasikan

sebagai

jalan

sekunder.

Pola Pergerakan Arus Lalulintas

1.

Variasi waktu, dapat dibedakan menjadi :

a.

Waktu jam-jaman dalam sehari. Ini dipengaruhi

1)

oleh : arus lalulintas bekerja dan arus lalulintas sekolah.


2)

Harian dalam seminggu

3)

Bulanan dalam setahun. Pada saat ini fluktuasi


arus lalulintas dipengaruhi oleh masa libur sekolah dan akhir
tahun.

b.

Komposisi kendaraan dalam arus


Untuk ruas jalan antar kota memiliki kondisi arus yang
tercampur (mixed traffic) antara arus menerus dengan arus
menuju pusat kota. Arus menerus berukuran besar dan arus ke
kota berukuran kecil. Untuk jalan-jalan perkotaan ada pembatas
atau larangan lewat bagi jenis kendaraan tertentu.

2.

Distribusi Arah Arus Lalulintas

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas
Arus searah dan arus dua arah. Pola pengerakan yang terjadi
terutama pada jam sibuk pagi didominasi oleh arus menuju pusat
kota. Kendaraan lebih banyak datang ke kota dari pada ke luar
kota, sehingga terjadi kondisi yang tidak berimbang.
Untuk keperluan perencanaan geometri maka perlu data arus
lalulintas. Data arus lalulintas yang digunakan adalah Volume Jam
Puncak (VJP) atau Peak Hour Volume (PHV). PHV merupakan volume 1
(satu) jam tersibuk yang tersusun dari volume 15 menitan secara
berurutan. Tujuan dari PHV adalah untuk perencanaan geometri jalan
berdasarkan Peraturan Geometrik Jalan Raya (PPGJR) No. 13 Tahun
1970 sebesar 14 % - 15 % LHR atau terletak pada jam sibuk ke 30 dari
data AADT (Annual Average Daily Traffic).

Vjp = 15 %
LHR
% LHR

15
%

30

Jam ke - 30

Menurut AASHTO garis lengkung tersebut tetap dari tahun ke


tahun. VJP diambil pada tumit garis lengkung yang terjadi pada
volume jalan ke-30 dengan volume lalu lintas = 15 % LHR.
Mengapa yang diambil jam sibuk ke-30 ?
Arus lalulintas terdiri dari berbagai tipe kendaraan dengan
karakteristik yang berbeda, baik dimensi maupun gerakan jalan, yang
mempengaruhi pengguna ruang di jalan (Fahrurrozy, 2007). Satuan
arus lalulintas yang digunakan adalah Satuan Mobil Penumpang (SMP),
ini merupakan satuan arus lalulintas dimana arus berbagai tipe
kendaraan

telah

diubah

menjadi

kendaraan

mobil

penumpang

maupun kendaraan ringan dengan menggunakan satuan Ekuivalen


Mobil Penumpang (EMP). Besar kecilnya nilai SMP dari kendaraan,

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas
tidak semata-mata ditentukan oleh ukuran kendaraan, namun juga
oleh gangguan kecepatannya terhadap kecepatan mobil penumpang
pada suatu ruas jalan tertentu.
EMP adalah nilai faktor konversi beberapa tipe kendaraan
dibandingkan dengan kendaraan ringan, dampaknya terhadap arus
lalulintas (kendaraan ringan sebagai kendaraa standar). Dampaknya
terhadap perilaku arus lalulintas yang dimaksud adalah pengaruh
pengurangan terhadap kecepatan arus lalulintas.
Formulasi untuk perhitungan PHF dan PHV adalah sebagai
berikut :

PHF

PHV
4 xVolume 15" Tersibuk

selama 1 jam

Menurut MKJI (Manual Kapsitas Jalan Indonesia), komposisi


kendaraan dalam arus lalulintas dikelompokkan menjadi :
1. HV

: Heavy Vehicle (truk gandeng,trailer,truk besar,bis besar).

2. MHV : Medium Heavy Vehicle (bus sedang,truk sedang,dll)

C.

3. LV

: Light Vehicle (jeep,sedan,station wagon,dll)

4. Mc

: Motorcycle

5. UM

: Un Motorized

LHR (lalulintas harian rata-rata)


LHR atau sering juga disebut dengan volume rata-rata selama
24 jam. Ini merupakan data LHR yang diperlukan untuk menentukan
tebal perkerasan jalan (perkerasan lentur atau kaku).
1. Menurut PPGJR No 13 tahun 1970
VJP = 14 % - 15 % LHR ini untuk jalan luar kota.
2. Menurut MKJI 1997
VJP = 0,09 x LHR (normal) ini untuk jalan perkotaan
= 9 % x LHR
VJP = 0,11 % x LHR ini untuk jalan luar kota
= 11 % x LHR

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas
VJP dapat ditentukan dengan :

1.

Mencacah kendaraan tiap jam yang lewat

2.

Volume lalu lintas tiap jam dinyatakan dalam % LHR

3.

Satu tahun didapat data sebanyak : 365 x 24 jam =


8760 jam

4.

Data diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil

5.

Urutan data tadi mulai data terbesar disebut dengan


jam ke-1, ke-2 dan seterusnya.

6.

Digambarkan hubungan antara jam ke - ... dan volume


lalu lintas dalam % LHR dan akan didapat garis lengkung.
Metode untuk mendapatkan data volume arus lalulintas atau

lalulintas harian rata-rata adalah dengan metode pencacahan arus


lalulintas (Traffic Counting). Langkah-langkahnya antara lain :
1.

Mencatat semua jenis kendaraan yang lewat pada


masing-masing arah.

2.

Kendaraan dicatat pada tiap interval 15 menitan.

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

Rekayasa Lalulintas

BAB II
KAPASITAS RUAS JALAN
(Menurut MKJI 1997)

A.

Kapasitas Jalan Perkotaan


1.

Kapasitas
Ruas jalan merupakan bagian jalan di antara dua simpang.
Kapasitas didefinisikan sebagai arus lalulintas maksimum yang
dapat melewati suatu bagian jalan pada satu arah atau dua arah
selama waktu tertentu dengan kondisi jalan dan arus lalulintas
yang ditetapkan (Munawar, 2007). Kapasitas praktis merupakan
arus lalulintas yang masih memberikan kecepatan yang dapat
diterima atau arus lalulintas maksimum dengan batas kenyamanan
tertentu.

Ada

beberapa

software

yang

digunakan

dalam

perhitungan kapasitas, seperti Kaji 1,0 dan 2,0.


Besarnya
Indonesia

kapasitas

(MKJI)

berdasarkan

1997,

kapasitas

Manual
jalan

Kapasitas

perkotaan

Jalan
dapat

diformulasikan sebagai berikut :


C
Dimana :

= Co x Fcw x Fcsp x Fcsf x


Fccs

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

10

Rekayasa Lalulintas
C

: kapasitas ruas jalan (smp/jam)

Co

: kapasitas dasar (smp/jam)

FCw

: faktor penyesuaian lebar lajur

FCsp : faktor penyesuaian distribusi arah


FCsf

: faktor penyesuaian hambatan samping

FCcs : faktor penyesuaian ukuran kota


a.

Kapasitas Dasar (Co)


Besar kapasitas dasar (Co) adalah sebagai berikut :
1)

Empat lajur terbagi atau jalan satu arah 1650


smp/jam perlajur,

2)

Empat lajur tak terbagi 1500 smp/jam perlajur,

3)

Dua lajur tak terbagi 2900 smp/jam total 2 (dua)


arah.

Kapasitas

dasar

(Co)

atau

kapsitas

dasar

total

arah

tergantung pada tepi jalan, tipenya adalah :


1)

Tipe 2/2 ND

2)

Tipe multi lajur ( 4 lajur) maka :


Co* = n x Co
Dimana :
Co* : kapasitas dasar total
Co

: kapasitas dasar perlajur

: jumlah lajur

Hubungan kapasitas jalan multilajur dapat dilihat dimana, jalan


multi lajur terdiri dari 4 lajur, baik dipisahkan oleh median
maupun marka jalan. Kapasitas ruas jalan multilajur didasarkan
pada kapasitas total semua lajur.
b.

Faktor Lebar Jalan (FCw)


1)

Faktor penyesuaian lebar jalur lalulintas,

2)

Lebar standar 3,50 meter per lajur

3)

Jika kapsitas kecil dari 3,50 meter per lajur


maka kapasitas berkurang,

4)

Jika lebih besar dari 3,50 meter per lajur maka


kapasitas bertambah.

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

11

Rekayasa Lalulintas

c.

Faktor Penyesuaian Distribusi Arah (FCsp)


1)

Khusus untuk jalan terbagi,

2)

Kalau

arus

lalulintas

untuk

masing-

masing arah sama maka faktor sama dengan 1 (satu),


3)

Jika distribusi arah tidak sama, maka


kapasitas berkurang.

d.

Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf)


1)

Tergantung

tingkat

hambatan

samping,
2)

Tergantung dari lebar bahu atau


kerb.

e.

Faktor Ukuran Kota (FCcs)


1)

Mempengaruhi

agresivitas

pengemudi,
2)

Semakin

besar

kota,

semakin agresif, semakin tinggi kapasitas,


3)

Kota : wilayah perkotaan,


bukan batas administratif perkotaan.

2.

Tipe Jalan
a.

Tipe 2/2 UD

: yaitu ruas jalan terdiri dari 2 lajur

untuk 2 arah tidak dipisahkan oleh median keras (hanya marka


jalan)
b.

Tipe 4/2 ND

: yaitu ruas jalan terdiri dari 4 lajur

tidak dipisahkan oleh median keras (hanya marka jalan)


c.

Tipe 4/2 D

: yaitu ruas jalan terdiri dari 4 lajur

untuk 2 arah dipisashkan oleh median keras.


B.

Kapasitas Jalan Luar Kota


1.

Kapasitas
Kapasitas ruas jalan luar kota dipengaruhi oleh faktor kondisi
topografi atau alinyemen horizontal yang dapat dibedakan sebagai
berikut :

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

12

Rekayasa Lalulintas
a. datar
b. bukit
c. pegunungan
Faktor penyesuaian yang berpengaruh pada kapasitas adalah :
a. Fcw
b. FCsp
c. FCsf
Faktor

penyesuaian

ukuran

kota

diabaikan

atau

kurang

berpengaruh. Sehingga rumus kapasitas dapat diformulasikan


menjadi :
C
Dengan :

= Co x FCw x FCsp x
Fcsf

: kapasitas ruas jalan (smp/jam)

Co

: kapasitas dasar (smp/jam)

Fcw

: faktor penyesuaian lebar lajur

Fcsp

: faktor penyesuaian distribusi arah

Fcsf

: faktor penyesuaian lebar kreb/trotoar dan hambatan

samping
2.

Kriteria Alinyemen
Untuk membatasi biaya pembanguna jalan, maka perencanaan
jalan disesuaikan dengan kondisi medan. Medan di bagi menjadi 3
bagian : Datar, Perbukitan, Pegunungan. Pembedaannya adalah
dari data besarnya kemiringan melintang rata-rata dari potongan
melintang tegak lurus jalan.
Tabel. 2.1. Klasifikasi Kondisi Medan
Tipe alinyemen
Datar
Bukit
Gunung

C.

Naik atau turun


<10 km
10 30 km
> 30 km

Kecepatan Kendaraan

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

13

Rekayasa Lalulintas
Kecepatan (speed) lalulintas, merupakan jarak yang dapat
ditempuh dalam satu satuan waktu tertentu dan dinyatakan dalam
km/jam (Tamin, 2003). Kecepatan dapat dibedakan menjadi :
1.

Kecepatan

rerata

ruangan

(space

mean

speed),

kecepatan rata-rata pada suatu ruas tertentu dan biasanya


ditentukan berdasarkan jarak tertentu.
2.

Kecepatan setempat (Spot Speed), kecepatan pada


saat tersebut atau dapat dilihat dari kecepatan speedometer.

Adapun formulasi untuk menghitung kecepatan adalah :


S = L/T
Dengan :
S

: kecepatan/speed (km/jam)

: Jarak tempung/Long distance (km)

: Waktu tempuh/ Time (jam)


Dalam perencanaan arus lalulintas maka perlu diperkirakan

kecepatan rencana dari kendaraan yang akan melintasi. Salah satu


cara penentuan kecepatan adalah dengan pengamatan bergerak
(moving

car

observer).

Survey

dengan

metode

MCO

dapat

memperoleh data kecepatan arus lalulintas rata-rata, kepadatan ratarata dan volume rata-rata pada ruas jalan yang berlaku pada saat itu.
MCO merupakan cara sederhana dengan floating vehicle dimana
kendaraan berjalan sepanjang ruas jalan dengan kecepatan mengikuti
kecepatan rata-rata. Untuk mendapatkan hasil survei dengan teliti
maka perlu dilkaukan koreksi dengan kendaraan yang menyiap dan
siap.

Y
KPK

Timur

Barat
X

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

KPK
Y

14

Rekayasa Lalulintas
Gambar. 2.1. Survai Moving car Observation (MCO)
Cara survai Moving Car Obeservation adalah :
1.

Mecatat

jumlah

Mencatat

jumlah

Mencatat

jumlah

Mencatat

waktu

kendaraan yang disiap (D)


2.
kendaraan yang menyiap (M)
3.
kendaraan yang berpapasan (B)
4.

tempuh dari A ke B (T AB) dan dari B ke A (T BA)


5.

Menentukan panjang
segmen jalan yang akan diamati (L)

6.

Pelaksanaan

survai

yang dilakukan pada satu putaran penuh (PP)


7.

Waktu

tempuh

saat

memutar tidak dihitung


8.

Surveyor

tidak

menggunakan kendaraan tersendiri ke dalam arus lalulintas.


Diupayakan kecepatan kendaraan sesuai dengan kondisi normal.

Dengan :
Vt/b

Volume

kendaraan

ke

arah

timur/

barat

(kendaraan/jam)
Mt/b

: Jumlah

kendaraan

yang

menyiap

kendaraan

pengamat
sewaktu kendaraan pengamat bergerak ke timur/
barat
Dt/b

: Jumlah kendaraan yang

disiap sewaktu kendaraan

pengamat
bergerak ke arah timur/ barat

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

15

Rekayasa Lalulintas
Bb/t

: Jumlah

kendaraan berpapasan

dengan kendaraan

pengamat
Sewaktu kendaraan pengamat bergerak ke arah barat
/ timur
(kendaraan dicatat ke arah timur/ barat)
Tt/b

: Waktu tempuh dari masing-masing arah (jam/menit)

Catatan :

o Tt dan Tb diperoleh dari hasil survai di lapangan


o Vt dan Vb dari hasil hitungan,
Sehingga kecepatan jarak rata-rata (space mean speed) dapat
dihitung.
L
St
x60km / jam
Tt
L
Sb
x 60km / jam
Tb

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

16

Rekayasa Lalulintas

BAB III
EFEK LALULINTAS TERHADAP LINGKUNGAN

A.

Pendahuluan
Lingkungan dapat dipengaruhi oleh kegiatan

transportasi,

seperti kebisingan, polusi udara, getaran, kelambatan pejalan kaki,


dan rasa tidak aman yang dirasakan oleh pejalan kaki. Efek terhadap
lalulintas akan memiliki dampak baik dibidang teknis maupun
ekonomi. Dalam bidang ekonomi akan memiliki nilai kerugian yang
tidak tampak (kongesti), sedangkan dalam bidang teknis akan
memiliki

dampak

terhadap

keamanan

dan

kenyamanan

bagi

pengguna (user).
Dalam kegiatan suatu proyek, untuk memprediksi efek atau
dampak yang terjadi akibat lalulintas yang direncanakan maka perlu
diteliti masalah Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dan Analisis
Dampak Lalulintas (ANDALALIN).
B.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


Suratmo (2004) menjelaskan bahwa ANDAL merupakan telaah
secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan
yang direncanakan, dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) merupakan laporan dari kegiatan yang direncanakan beserta
dampak-dampak yang terjadi.
Dokumen AMDAL dapat dibagi menjadi :
1.

Kerangka acuan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

2.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

17

Rekayasa Lalulintas
4.

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Adapun tahap atau angkah-langkah AMDAL, antara lain :


1.

Tahap Pra Konstruksi/persiapan

2.

Tahap Konstruksi
Uraian tentang rencana usaha atau kegiatan dan jadwal usaha atau
kegiatan

pada

tahap

konstruksi.

Uraian

secara

mendalam

difokuskan pada usaha atau kegiatan yang menjadi timbulnya


dampak penting terhadap lingkungan.
3.

Tahap Operasi
Uraian tentang rencana tata usaha atau kegiatan dan jadwal usaha
atau kegiatan pada tahap operasi. Uraian secara mendalam
difokuskan pada usaha atau kegiatan yang menjadi penyebab
timbulnya dampak penting terhadap lingkungan.

4.

Tahap Pasca Operasi


Uraian tentang rencana usaha atau kegiatan dan jadwal usaha atau
kegiatan pada tahap pasca operasi.

Adapun prosedur pelaksanaan AMDAL menurut Perauran Pemerintah


(PP) No. 27 Tahun 1999, yaitu :

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

18

Rekayasa Lalulintas

Rencana
Kegiatan
Dampak Penting

Bebas AMDAL

KA ANDAL

Komisi Penilai
UKL dan UPL
ANDAL RKL/RPL

Ijian Usaha /kegiatan


((Gubernur/ KA ANDAL
Instansi yang
bertanggungjawab)).

Komisi Penilai

KEPUTUSAN KELAYAKAN
LINGKUNGAN

C.

Analisis Dampak Lalulintas (ANDALALIN)


Tamin (2000) menyatakan bahwa pada dasarnya analisis
pengaruh pengembangan tata guna lahan (land use) terhadap sistem
pergerakan lalulintas di sekitarnya. Pengaruh pergerakan lalulintas ini
diakibatkan oleh bangkitan lalulintas yang baru, lalulintas beralih, dan
oleh kendaraan keluar-masuk dari/ke lahan tersebut. ANDALALIN
sangat beragam, hal ini tergantung pada kondisi setempat dan
kebijakan yang ada.
Secara

umum metode

ADALALIN

mengacu

pada

Analisis

Dampak Lingkungan (AMDAL). Daerah yang ada merupakan daerah


yang dikembangkan dengan memberikan nilai bangkitan dan tarikan
lalulintas baru yang membebani lalulintas yang ada.
References :

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

19

Rekayasa Lalulintas
Direktorat Pembinaan Jalan Perkotaan, Panduan Survei dan Perhitungan
Waktu Perjalanan Lalu Lintas No. 001/T/BNKT/1990, Direktorat
Jenderal Bina Marga.
Fahrurrozy, 2007, Karaketristik Kendaraan, EMP, SMP dan Karaketristik
Lalulintas, Magister Sistem dan Teknik Transportasi, UGM,
Yogyakarta.
IHCM (1997), Indonesia Highway Capacity Manual, Manual, Directorate
General of Bina Marga, Department of Public Works.
Malkamah, 2007, Perencanaan Transportasi dan Lingkungan, Magister
Sistem dan Teknik Transportasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Munawar, 2004, Analisis Lalulintas, Beta Offset, Yogyakarta.
Munawar, A, 2007, Kapasitas Jalan dan Tingkat Pelayanan Jalan, Magister
Sistem dan Teknik Transportasi, UGM, Yogyakarta.
Suratmo, 2004, Analisis Mengenai Damapk Lingkungan, Gadjah Mada
University Press , Yogyakarta.
Tamin, O.Z,. 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB,
Bandung.
Tamin, O.Z,. 2003, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Soal dan
Aplikasi, ITB, Bandung.
Widodo, W, Rekayasa Lalulintas, Bahan Kuliah, Teknik Sipil, UMY,
Yogyakarta.
Singkatan :
SMP
EMP
MKJI
MCO
KPK
ND
UD
D
VJP

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Satuan Mobil Penumpang


Ekuivalen Mobil Penumpang
Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Moving Car Observation
Kendaraan Pengukur Kecepatan
Non Devided
Un Devided
Devided
Volume Jam Puncak

Asda Usraadinda, ST, STT, Dumai, 2016

20

Anda mungkin juga menyukai