PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama
pada beberapa negara
industri
usia
lanjut,
yang buruk.
Prevalensi gagal jantung kongestif akan meningkat seiring dengan
meningkatnya populasi usia lanjut, karena populasi usia lanjut dunia
bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, dan relatif
bertambah besar pada negara berkembang termasuk Indonesia.
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari
struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan
jantung
metabolisme tubuh.
1.2
Tujuan
- Untuk memenuhi tugas sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti serangkaian kegiatan kepaniteraan klinik di Puskesmas
-
1.3
BAB II
STATUS PASIEN
2.1
IDENTITAS PASIEN
2
Nama
: Tn. S
Usia
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Alamat
: Air Baja
2.2
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama :
Pusing 4 hari yang lalu
Riwayat Tambahan :
Sesak nafas
Keluhan Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas kecamatan penjaringan dengan
keluhan pusing 4 hari yang lalu, pusing terus menerus, pusing di
rasakan seperti ingin jatuh. Pasien juga mengeluh sesak nafas,
sesak dirasakan sudah 1 tahun, sesak nafas tanpa disertai batuk,
dahak dan darah. Sifat sesak hilang timbul atau kumatkumatan. Intensitas sesak nafasnya terasa memberat setelah
pasien melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas seharihari. Pasien menyatakan sesak jika tidur terlentang, sehingga untuk
mengurangi sesak nafasnya pasien lebih sering tidur dengan
diganjal 2-3 bantal pada punggungnya, sehingga pasien merasa
susah untuk tidur, Pasien tidak merasa sesak nafas pada saat hawa
dingin, karena debu, bulu binatang, karena debu rumah, atau baubau yang menyengat, dan juga tidak pernah mengeluh nafas
disertai dengan bunyi mengi, pasien tidak mengeluhkan nyeri
dada.
3
Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya belum berobat untuk mengobati keluhannya.
Riwayat Alergi:
-
Tanda vital
Suhu
Nadi
Pernafasan
Tekanan Darah
: 37 0 C
: 100 kali per menit
: 30 kali per menit
: 180/100 mmHg
4
Antropometri
Berat badan
Tinggi badan
IMT
: 56 kg
: 170 cm
: BB = 56 = 19,37 (normal)
TB 1,7
STATUS GENERALIS
Kepala :
Normocephal, rambut putih, tidak mudah rontok, distribusi merata
Mata : `
Pupil
: Isokhor
Refleks cahaya
: +/+
Konjungtiva
: Anemis -/-
Sklera
: Ikterik -/-
Palpebra
: Edema (-/-)
Septum deviasi
:-
Sekret
: -/-
Hiperemis
: -/-
Hidung :
Telinga :
Serumen : -/-
Sekret : -/-
Mulut :
Leher :
Torax
Paru
Inspeksi
Normochest
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Ronkhi -/-
Wheezing -/-
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
Hepatomegali (-)
Spleenomegali (-)
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
2.4
RESUME
Laki-laki 70 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan Penjaringan
dengan keluhan pusing 4 hari yang lalu, pusing terus menerus,
pusing di rasakan seperti ingin jatuh. Pasien juga mengeluh
dipsneu, dipsneu dirasakan sudah 1 tahun. Sifat sesak hilang timbul
atau kumat-kumatan. Pasien menyatakan dipsneu jika tidur
terlentang, sehingga untuk mengurangi dipsneu pasien lebih sering
tidur dengan diganjal 2-3 bantal pada punggungnya. Pasien juga
mengatakan sulit untuk berjalan, kedua kakinya terasa berat jika di
gunakan untuk berjalan.
Riwayat perokok berat dimasa mudanya.
Pemeriksaan fisik :
TD : 180/100 mmHg
Pernapasan : 30 kali per menit
2.5
DAFTAR MASALAH
Hipertensi
Dipsneu e.c Congestive Heart Failure
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
ASSESMENT
Hipertensi
Laki-laki 70 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan Penjaringan
dengan keluhan pusing 4 hari yang lalu, pusing terus menerus, pusing di
rasakan seperti ingin jatuh.
Pemeriksaan fisik :
TD : 180/100 mmHg
WD : Hipertensi derajat 2
R. DX : Darah lengkap, Gula darah puasa, Profil lipid, EKG
R. Th/ :
Non medikamentosa :
-
Medikamentosa
R/ Diazepam 2mg
PCT 500mg
Prognosis
Hipertensi
Dubia ad bonam
Congestive Heart Failure
Dubia ad bonam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1
Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung
kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan
(Mansjoer, 2001).
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan
curah jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Apabila tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema
11
paru dan bendungan di system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung
kongestif (Kabo & Karim, 2002). Gagal jantung kongestif adalah ketidak
mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001), Waren &
Stead dalam Sodeman, 1991), Renardi, 1992).
4.2
Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium
Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriol.
Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka
curah jantung berkurang (Brunner and Suddarth 2002).
4.3
Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal
12
respon
simpatik
kompensatorik.
Meningkatnya
aktivitas
13
4.4
Klasifikasi
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,
gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal
jantung kongestif. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu deffort, fatigue,
ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap,
ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan cheyne stokes, takikardi,
pulsus alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
Pada
gagal
jantung
kanan
timbul
edema,
liver
engorgement,
Manisfestasi Klinik
Manifestasi klinis dari gagal jantung harus dipertimbangkan relative
permulaan, secara khas gejala-gejala hanya muncul pada latihan atau aktivitas
fisik; toleransi terhadap latihan semakin menurun dan gejala-gejala muncul lebih
awal dengan aktivitas yang lebih ringan.
Diagnosa gagal jantung kongestif menurut Framingham dibagi menjadi 2
yaitu kriteria mayor dan kriteria minor.
Kriteria mayor :
1.Dispnea nocturnal paroksismal atau ortopnea.
2.Peningkatan tekanan vena jugularis
3.Ronkhi basah tidak nyaring
4.Kardiomegali
5.Edema paru akut
6.Irama derap S3
7.Peningkatan tekanan vena >16 cm H20
8.Refluks hepatojugular.
Kriteria minor :
1.Edema pergelangan kaki
2.Batuk malam hari
3.Dispneu deffort
4.Hepatomegali
5.Efusi pleura
15
Penatalaksanaan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban
kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi
miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari : 1) beban
awal, 2) kontraktilitas, dan 3) beban akhir.
Dosis digitalis :
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 2 mg dalam 4-6 dosis selama 24
jam dan dilanjutkan 2 x 0.5 mg selama 2-4 hari
-
b.
Dosis penunjang untuk gagal jantun: digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c.
d.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang
berat :
16
3.
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretik dan vasodilator.
a.
Pada gagal jantung dengan NYHA kelas IV, penggunaan diuretic, digoksin dan
penghambat angiotensin converting enzyme (ACE), diperlukan mengingat usia
harapan hidup yang pendek.
Untuk gagal jantung kelas II dan III diberikan:
-
Diuretik
Yang digunakan furosemid 40-80 mg. Dosis penunjang rata-rata 20 mg. Efek
samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau
diganti dengan spironolakton. Diuretik lain yang dapat digunakan antara lain
hidroklorotiazid, klortalidon, triamteren, amilorid, dan asam etakrinat. Dampak
diuretik yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau
kelangsungan, tapi merupakan pengobatan garis pertama karena mengurangi
gejala dan pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Penggunaan penghambat
17
Vasodilator
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
18
19