KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
BAB I ........................................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 2
Latar Belakang..................................................................................................................................... 2
1. Perumusan Masalah.................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
1. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah ............................................................................... 3
2. Nilai Religi.................................................................................................................................... 3
3. Nilai Peri Kemanusiaan ............................................................................................................... 3
4. Nilai Kesatuan ............................................................................................................................. 4
5. Nilai Musyawarah ....................................................................................................................... 4
6. Nilai Keadilan Sosial .................................................................................................................... 4
7. Nilai-Nilai Pancasila Sebelum Kemerdekaan............................................................................... 4
8. Nilai-Nilai Pancasila Pasca Indonesia Merdeka ........................................................................... 6
9. Pancasila Dalam Era Reformasi ................................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................................................... 10
Kesimpulan........................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan
ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu ny. Ayni Suwarni Herry selaku
dosen pembina mata kuliah ini.
“Tiada gading yang tak retak”, begitupun dengan makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran
konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan selanjutnya. Akhirnya penulis tetap
berharap seoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektifitas penyelenggaraan suatu negara.
Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatur penyelenggaraan negara disegala bidang, baik
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun pertahanan-keamanan. Berdasar pada
latar belakang historis yang sulit dibantah , bahwa 1 Juni 1945 yang disebut sebagai lahirnya
pancasila, Ir. Soekarno sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak pernah berbicara
ataupun menulis tentang pancasila, baik dalam sebagai pandangan hidup, atau apalagi sebagai dasar
negara. Dalam pidatonya, beliau menyebutkan atau menjelaskan bahwa gagasan tentang pancasila
tersebut terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam sebelumnya.
Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan ketua BPUPKI Dr.
Radjiman Widyodiningrat mengenai apa yang akan dijadikan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk?
Lima dasar atau sila yang buliau ajukan itu dinamakan filosofische grondslag yaitu nilai-nilai esensial
yang terkandung dalam pancasila, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta
keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu kala sebelum mendirikan negara. Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui
suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-
kerajaan pada abad ke IV dan ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak
pada abad ke VII ketika timbulnya kerajaan-kerajaan besar di Jawa Timur dan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan Nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa,
antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908,
kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928.
1. Perumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini
yaitu :
PEMBAHASAN
Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka mengalami hidup tiga jaman yaitu :
1. Paleolitikum
2. Mesolitikum
3. Neolithicum
Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masaPra Sejarah hakekatnya adalah nilai-nilai Pancasila
itu sendiri, yaitu :
2. Nilai Religi
Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan adanya penguburan, terutama
Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta dalam menghadapi tantangan alam tenaga
gaib sangat tampak. Selain itu ditemukan alat-alat baik dari batu maupun perunggu yang digunakan
untuk aktifitas religi seprti upacara mendatangkan hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan
roh leluhur juga dan penempatan menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai
tempat roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan slelebagai batas antara dunia manusia dan
roh leluhur.
Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam makna animism dan
dinamisme sebagai wujud dari religious behavior.
5. Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki aturan untuk
kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh kembangnya adat sosial.
Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang dipimpin oleh
seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus Inter Pares (yang pertama
diantara yang sama).
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan ditemukannya prasasti 7 Yupa . Raja
Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberikan sedekah kepada
Brahmana dan para Brahmana membangun Yupa itu sebagai tanda terima kasih kepada Raja yang
dermawan. Sosial Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Politik Indonesia pertama kalinya
Kerajaan, menampilkan nilai-nilai Kenduri, berupa : SedekahKetuhanan Brahmana.
Pada abad ke VII muncullah sebuah kerajaan di Sumatera yaitu kerajaan Sriwijaya, dibawah
kekuasaan wangsa Syailendra . Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan Bukit. Perdagangan dilakukan
dengan mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai Raja yang disebut Tuha An Vatakvurah
sebagaipengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan
barang dagangannya.Demikian pula dalam sistem pemerintahannya kerajaan dalam menalankan
sistem pemerintahannya tidak dapat dilepaskandengan nilai Ketuhanan. Sedangkan agama dan
kebudayaandikembangkannya dengan mendirikan suatu Universitas agama Buddha.
Pada tahun 1293, berdirilah keraaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada
pemerintahan Raja Hayamwuruk.Pada waktu itu, agama Hindu dan Budha hidup berdampingan
dalam satu Kerajaan, bahkan salah satu bawahan kekuasaannya yaitu Pasai justru memeluk agama
Islam. Toleransi positif dalam beragama dijunjung tinggi sejak masa bahari yang telah silam.
Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan nilai-
nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara kebangsaan Indonesia 17 Agustus 1945. Namun ,
sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya mengalami keruntuhan
dengan “Sinar Hilang Kertaningbumi” pada permulaan abad ke XVI (1520).
Pattimura di Maluku Akhir abad ke XVI , Belanda Abad XVII , pada awalnya (1817) datang ke Belanda
menguasai daerah-daerah yang Indonesia. strategis dan kaya akan Baharuddin di hasil rempah-
rempah Palembang (1819) Imam Bonjol di Minangkabau (1821- 1837) Namun kedudukannya
semakin diperkuat dengan kekuatanPangeran Diponegoro di militerJawa Tengah (1825-1830)
Melihat praktek-praktekJelentik , Polim, Teuku Tjik penjajahan Belanda tersebut di Tiro, Teuku Umar
maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah dalam perang Aceh Nusantara, antara lain :
(1860)
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda“Jepang Pemimpin Asia, Jepang saudara tuabangsa
Indonesia” . Agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia , pemerintahan Jepang menjanjikan
Indonesia Merdeka kelak di kemudian hari. Pada tanggal 29 April 1945 , Jepang memberikan hadiah
ulang tahun kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kedua pemerintah Jepang berupa “ kemerdekaan
tanpa syarat” sebagai realisasi janji-janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas
untuk menyelidiki usaha- usaha periapan kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Sidang ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 , pada tanggal 29 Mei 1945, dalam
pidato Muh. Yamin, beliau mengusulkan calon rumusan dasar negara negara Indonesia sebagai
berikut : Pada tanggal 31 Mei1945, dalam pidato Prof. Dr. Peri Peri Peri Supomo mengemukakan
Kebangsaan Kemanusiaan Ketuhanan teori-teori negara sbb : Teori Negara
Perseorangan(Individualis), Paham Negara Peri Kesejahteraan Kelas ( Class Theory), Paham
Kerakyatan Rakyat Negara Integralistik. 5 Prinsip sebaga Dasar negara tersebut kemudian oleh
Soekarno Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam agar diusulkan agar dinamakan pidato Ir. Soekarno
Pada tanggal 22 Juni 1945, Ir. Soekarno mengadakan pertemuanuntuk membentuk panitia kecil yang
terdiri atas sembilan orang dan dikenal dengan s ebutan Panitia Sembilan. Panitia ini mencapai suatu
hasil yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan antara golongan Islam dan golongan
kebangsaan. Pada tanggal 11 Juli 1945 keputusan penting dalam rapat BPUPKI kedua adalah
menghendaki Indonesia Raya yangsesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan
Indonesiayang pada bulan Juli 1945 itu sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Irian, Tarakan dan
Morotai yang masih dikuasai Jepang. Pada tanggal 14 Juli badan penyelidik bersidang lagi dan
melapirkan hasil pertemuannya terdiri atas susunan UU yang terdiri dari 3 bagian .
Pada tanggal 16 Agustus 1945, diadakan pertemuan di Pejambon , Jakarta. Dan diperoleh kepastian
bahwa Jepang telah menyerah , maka Soekarno dan Hatta setuju untukdilaksanakannya proklamasi
kemerdekaan yang dilaksanakan di Jakarta. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945, di
Jl.Pegangsaan Timur 56 Jakarta, pada hari Jum’at pukul 10.00 WIB, Bung Karno dengan didampingi
Bung Hatta membacakan naskah proklamasi dengan hikmat.Sehari setelah proklamasi kemerdekaan,
pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang pertama, dilanjutkan dengan sidang
PPKI kedua, ketiga dan keempat.
Pancasila menjadi kedok penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Baru. Tameng legitimasi bagi
berbagai hal untuk melaksanakan pembangunan, menghasilkan keserakahan dan aneka pelanggaran
yang menjauh dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Meski stabilitas politik tercapai dan
pembangunan ekonomi dapat teraih, namun kebebasan dan hak-hak warga negara yang diatur
dalam konstitusi dilaksanakan berdasarkan tafsir sepihak hanya untuk memuaskan dahaga
kekuasaan dan melanggengkannya. Kebebasan dibatasi dan melahirkan tekanan politik bagi aktivis
demokrasi yang menghendaki partisipasi politik dalam proses pembangunan. Dimana pembangunan
dilakukan dengan melanggar HAM warga negara, dan negara bergeming untuk mempertimbangkan
manusia/warga negara yang menjadi korban pembangunan yang diatasnamakan dengan Pancasila.
Gugatan terhadap pelaksanaan Pancasila versi Orba mengalami puncaknya pada Mei 1998. Dipicu
oleh krisis ekonomi, gerakan mahasiswa dan kekuatan anti Soeharto memaksa lengser keprabon dan
menyerahkan kursi kepresiden kepada wakilnya. Pelanggaran HAM dan keterbatasan partisipasi
politik yang berkelindan dengan krisis moneter melahirkan semangat perjuangan anti Soeharto yang
memerintah tidak dengan demokratis. Kebebasan (politik) yang diperjuangkan dan berhasil pada
tahun 1998 harus mampu menyuburkan internalisasi dan aktulaisasi nilai-nilai Pancasila. Membuka
kembali ruang diskursus untuk mendalami semua gagasan yang terkandung dalam Pancasila, dan
meletakkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menempatkan Pancasila kembali dalam diskursus keseharian akan dipandang sebagai alien karena
stigma negative Pancasila dari hasil penafsiran Pancasila yang sepihak pada masa orde baru. Tafsir
ulang yang tidak sekedar partisipatif yang dimotori oleh negara/pemerintah, melainkan pemahaman
dari hasil deliberasi dalam mengartikulasi nilai-nilai Pancasila. Kebebasan politik yang sudah
digenggam dalam manifestasi partisipasi politik dan otonomi daerah harus diarahkan untuk
memperkuat basis pemikiran mengenai Pancasila. Pancasila yang tidak hanya didasarkan pada tafsir
penguasa seperti dipraktekkan selama ini, melainkan menggali kembali nilai-nilai Pancasila yang
berkembang di masyarakat. Sehingga Pancasila terus mengalami artikulasi dalam kehidupan
keseharian dan tetap membumi, tidak teralienasi dari nilai-nilai (yang masih) dianut oleh masyarakat
Indonesia.
Tragedi Trisakti adalah salah satu tragedi puncak jatuhnya rezim Soeharto. Tragedi Trisakti yang
meletus pada tanggal 12 Mei 1998 memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan
mahasiswa pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar baik dari dalam
maupun dari luar negeri, akhirnya kekuasaan Soeharto dapat ditumbangkan, ia akhirnya memilih
mengundurkan diri dari kursi kekuasaan yang telah didudukinya selama 32 tahun.
Menurut Panitia Lima (Bung Hatta, Subardjo, Maramis, Sunarjo, Pringgodigdo) Pancasila dapat
dipahami bukan hanya dengan membaca teksnya, melainkan dengan mempelajari terjadinya teks
itu. Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai nasionalisme menjadi aset penting bagi
kehidupan era ini, sebab anekaragam sosial dan kemajemukan budaya (agama, suku, geografis,
pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks butuh ”kesadaran bersama yang baru secara
rohaniah” sebagai bangsa.
Jika mencermati keberadaan Pancasila dalam kehidupan politik yang banyak mengalami perubahan
konstitusional dan rezim kekuasaan (1945 – 1978) Pancasila selalu dipertahankan. Menurut Yamin
(1959), hal demikian memperlihatkan Pancasila mengandung kenyataan yang hidup dan tumbuh
dalam sanubari orang per orang dalam masyarakat, sehingga Pancasila selalu dipertahankan oleh
rakyat Indonesia yang mendukung tiap-tiap negara nasional yang lahir di atas bumi tumpah darah
Indonesia. Dengan Pancasila rakyat Indonesia telah bersatu dalam revolusi dan dalam perjuangan
sejak hari proklamasi. Pancasila merupakan kristalisasi daripada intisari perjuangan kemerdekaan
nasional di abad ke-20.
Menurut Sartono Kartodirdjo, Pancasila akan menjadi penentu dalam orientasi tujuan sistem sosial –
politik, kelembagaan dan kaidah-kaidah pola kehidupan, yang bukan hanya menjadi faktor
determinan, juga sebagai payung ideologis bagi pelbagai unsur dalam masyarakat yang bersifat
majemuk.
Pancasila sebagai asas kerohanian dibutuhkan era ini yang karakternya memperlihatkan euforia
keanekaragaman dan kejamemukan dengan corak paradoks (nilai-nilai budaya yang mengontrol)
serta ketegangan antara kesadaran individualisme dan kolektivisme dalam penyesuaian (dimana
individualisme tanpa kolektivisme akan merusak sedang kolektivisme tanpa individualisme akan
menghancurkan).
Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai nasionalisme menjadi sebagai aset penting
bagi kehidupan era ini, sebab anekaragam sosial dan kemajemukan budaya (agama, suku, geografis,
pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks butuh ”kesadaran bersama yang baru secara
rohaniah” sebagai bangsa.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini, Pancasila harus
tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan
kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum
terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan
konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era reformasi
adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif,
sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara.
Melihat perilaku sebagaian besar elit politik kita sekarang yang sangat pragmatis, feodalistik, dan
materialis, serta tidak lagi dominan menggunakan ideologi Pancasila sebagai pendekatan imperatif
dalam kerja politik mereka hampir pada semua level dan kelembagaan politik serta dalam membuat
dan mengawasi produk perundang-undangan, kelihatannya masa depan reformasi dan
demokratisasi, integrasi politik, serta kebangsaan Indonesia seperti yang dicita-citakan oleh para
pendiri bangsa, masih unpredictable.
PENUTUP
Kesimpulan
Nilai-nilai Pancasila lahir tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan masyarakatnya pada jaman pra
sejarah.
Pancasila yang tidak hanya didasarkan pada tafsir penguasa seperti dipraktekkan selama ini,
melainkan menggali kembali nilai-nilai Pancasila yang berkembang di masyarakat. Sehingga Pancasila
terus mengalami artikulasi dalam kehidupan keseharian dan tetap membumi, tidak teralienasi dari
nilai-nilai (yang masih) dianut oleh masyarakat Indonesia.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini, Pancasila harus
tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan
kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum
terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan
konflik komunalisme yang masih rawan.
1. Saran-saran
2. Seharusnya mahasiswa lebih memahami seberapa pentingnya Pendidikan Pancasila agar dapat
menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
3. Bagi pemerintah diharapkan mampu mempertahankan Pendidikan Pancasila sebagai modul
pembelajaran sebagai modal P4 ( Pedoman, Penghayatan, Pengamalan Pancasila).
Pendidikan Kewarganegaraan 10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto.2007.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas XII.Jakarta:Erlangga
Tim Dosen Pendidikan Pancasila.2011.Modul Pendidikan Pancasila.Surabaya:UNESA UNIVERSITY
PRESS
http://pancasilafti.wordpress.com/2012/05/16/pancasila-yang-menyejarah/
Pendidikan Kewarganegaraan 11 | P a g e