Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEWARNAAN GRAM BAKTERI DAN PEMBERIAN ANTISEPTIK PADA


KULIT
MODUL KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG
KELOMPOK PRAKTIKUM B1

Nama

: Meika Meidina Yuanita

NIM

: I1011151025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
1

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Pewarnaan Gram
a. Menguasai teknik pewarnaan gram
b. Mengetahui bahwa pewarnaan gram dapat membantu diagnosis infeksi kulit dan
jaringan penunjang
c. Mempermudah melihat bentuk jasad
d. Memperjelas bentuk dan ukuran jasad
e. Melihat struktur luar dan dalam jasad
f. Melihat reaksi jasad terhadap pewarnaan.
2. Antiseptik Kulit
a. Untuk mengetahui daya anti mikroba dari beberapa macam antiseptik terhadap
mikroorganisme.
b. Mengetahui kekuatan antiseptik terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
B. METODOLOGI
1. Pewarnaan Gram
a. Alat dan bahan
1) Gelas alas
2) Lampu spiritus/bunsen
3) Ose
4) Pensil pewarna
Zat warna
1) Kristal violet
2) Cairan lugol
3) Etil akohol 95%
4) Saftranin
5) Aquadest
Bakteri Biakan
1) Staphylococcus sp
2) Escherichia coli
3) Bacillus Thuringensis
b. Cara kerja
1) Buatlah sediaan pada gelas alas, yaitu suspensi bakteri/jamur (yeast) disebarkan di
atas gelas alas sehingga merupakan lapisan tipis, keringkan, lalu sediaan ini
direkatkan di atas nyala api dua atau tiga kali.
2) Tuangkan kristal violet biarkan selama 30 60 detik
3) Cuci dengan air menggunakkan aquadest
4) Tuangkan cairan Lugol, biarkan selama 30 60 detik, kemudian cuci dengan
aquadest
5) Tuangkan etil alkohol 70%, biarkan selama 5 detik
6) Cuci dengan aquadest
2

7) Tuangkan safranin, biarkan selama 30 60 detik, kemudian cuci dengan aquadest


dan keringkan.
8) Teteskan dengan satu tetes minyak emersi lalu lihat dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x100.
2. Antiseptik Kulit
a. Alat dan Bahan
1) Petri disk berisi nutrient agar
2) Cotton bud
3) Sabun
4) Povidone iodine
5) Alkohol 70%
6) Kasa/ tissue steril
b. Cara Kerja
1) Bagian bawah lempeng agar darah dibagi dalam 4 sektor dengan pensil gelas
2) Tempelkan jempol tangan yang tanpa perlakuan pada sektor ke-1.
3) Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air. Keringkan menggunakan tissue /
kasa, kemudian tempelkan jempol tangan pada sektor ke-2.
4) Tempelkan telunjuk tangan tanpa perlakuan sama seperti perlakuan yang ke-1
kemudian pada sektor ke-3
5) Usap kapas dengan menggunakan antiseptik Povidone iodine dan alkohol 70 %
dengan arah memutar dari dalam keluar, kemudian ditanam pada sektor ke-4
lempeng agar darah.
6) Inkubasi lempeng tersebut selama 18-24 jam, 35oC.
C. PEMBAHASAN
1. Pewarnaan Gram
Escherichia coli

Bakteri E. coli merupakan merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, bergerak,
tidak berspora, positif pada tes indol, glukosa, laktosa, dan sukrosa.[1]
Dinding sel bakteri gram negatif tersusun atas membran luar, peptidoglikan dan membran dalam.
Peptidoglikan yang terkandung dalam bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks
dibandingkan gram positif. Membran luarnya terdiri dari lipid, liposakarida dan protein.
Peptidoglikan berfungsi mencegah sel lisis, menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel.
[2]

Teori salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel bakteri
Gram Negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka pori- pori akan
membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri menjadi tidak berwarna.
Sedangkan bakteri gram positif akan mengalami denaturasi selama pemberian alcohol. Hal ini akan
mengecilkan pori- pori sehingga menghasilkan kompleks Kristal iodium. Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga
permeabilitas dinding selnya menjadi berkurang. Sedangkan bakteri Gram negative hanya memiliki
1-2 lapisan peptidoglikan sehingga memiliki permeabilitisan dinding sel yang lebih besar.[3]
Maka, berdasarkan teori di atas jika bakteri ini diberikan pewarnaan maka akan terpulas
warna merah. Terlihat pada dokumentasi hasil, pada nomor 2 adalah sediaan yang paling mendekati
dengan warna merah dibandingkan yang lainnya terlihat berwarna ungu. Hal ini dapat terjadi karena
ketidaktelitian praktikan saat melakukan pewarnaan. Misalnya terlalu lama saat mendiamkan reagen
maupun terlalu lama mendiamkan alcohol setelah dilakukannya penetesan.

Bacillus thuringiensis

Bacillus thuringiensis adalah bakteri gram-positif, berbentuk batang, yang tersebar secara
luas di berbagai negara. Bakteri ini termasuk patogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman
konifer maupun pada tanah. Apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri ini
akan membentuk fase sporulasi. Saat sporulasi terjadi, tubuhnya akan terdiri dari protein Cry yang
termasuk ke dalam protein kristal kelas endotoksin delta. Apabila serangga memakan toksin
tersebut maka serangga tersebut dapat mati.[4]
Jika bakteri ini diberikan pewarnaan maka akan terlihat warna ungu karena bakteri ini
termasuk ke dalam bakteri Gram positif. Pada dokumentasi hasil nomor 2 adalah hasil yang benar
karena memperlihatkan warna ungu. Sedangkan hasil nomor 1 dan 3 tidak tepat karena berwarna
merah. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya, terlalu lama saat penggunaan alkohol
4

sehingga dapat melunturkan pewarna dasarnya yaitu Crystal Violet, yang pada akhirnya pada saat
penggunaan safranin, warna safranin lah yang akan muncul.

Malassezia furfur

Malasseiza furfur berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal, dan
mempunyai hifa yang pendek dan bengkok. Malassezia furfur menghasilkan konidia yang sangat
kecil (mikrokonidia) pada hifanya, tetapi disamping itu juga menghasilkan konidia yang besar
(makrokonidia), multiseptat, berbentuk gelondong yang jauh lebih besar daripada mikrokonidianya.
Malassezia merupakan sejenis jamur yang dapat ditemukan pada kulit manusia dalam berbagai
kondisi termasuk ketombe, dermatitis, pityriasis versicolor, dermatitissobborhea, dan folikulitis.
Dalam kondisi immunocompromise Malassezia dapat menyebabkan infeksi sistemik. Malassezia
termasuk dalam divisi Basidiomycota yang merupakan pathogen bagi manusia.[5]
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa jamur ini menunjukkan warna ungu.
Membuktikan bahwa jamur ini termasuk ke gram positif. Jamur mengandung kitin yang dapat
menyerap pewarna dasar dengan kuat sama dengan dinding sel bakteri gram positif. Pulasan warna
ungu yang terbentuk dapat dilihat pada dokumentasi hasil nomor 1-3.

Staphylococcus aureus

Bakteri ini bersifat Gram-positif yang berbentuk kokus dan tersusun dalam rangkaian tidak
beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1m. Staphylococcus sp. tidak bergerak serta
tidak mampu membentuk spora[4]. Jika dilakukan pewarnaan, karena bakteri ini termasuk ke Gram
positif maka akan terlihat warna ungu. Pada gambar dokumentasi hasil, didapatkan warna merah
pada nomor 1 dan 2 serta warna pink muda keunguan pada nomor 3. Sama seperti sebelumnya, hal
ini dapat terjadi karena ketidaktelitian praktikan baik dalam menuangkan jumlah reagennya ataupun
dalam perhitungan waktu mendiamkan sediaan dengan reagennya.

Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli merupakan merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang,
bergerak, tidak berspora, positif pada tes indol, glukosa, laktosa, dan sukrosa.[1]
Dinding sel bakteri gram negatif tersusun atas membran luar, peptidoglikan dan membran dalam.
Peptidoglikan yang terkandung dalam bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks
dibandingkan gram positif. Membran luarnya terdiri dari lipid, liposakarida dan protein.
Peptidoglikan berfungsi mencegah sel lisis, menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel.
[2]

Teori salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel bakteri
Gram Negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka pori- pori akan
membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri menjadi tidak berwarna.
Sedangkan bakteri gram positif akan mengalami denaturasi selama pemberian alcohol. Hal ini akan
6

mengecilkan pori- pori sehingga menghasilkan kompleks Kristal iodium. Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga
permeabilitas dinding selnya menjadi berkurang. Sedangkan bakteri Gram negative hanya memiliki
1-2 lapisan peptidoglikan sehingga memiliki permeabilitisan dinding sel yang lebih besar.[3]
Maka, berdasarkan teori di atas jika bakteri ini diberikan pewarnaan maka akan terpulas
warna merah. Terlihat pada dokumentasi hasil, nomor 1 adalah sediaan dengan hasil pewarnaan
yang benar yaitu berwarna merah. Sedangkan yang nomor 2 dan 3 tidak sesuai karena
memperlihatkan hasil warna ungu. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktelitian praktikan saat
melakukan pewarnaan. Misalnya terlalu lama saat mendiamkan reagen maupun terlalu lama
mendiamkan alcohol.
2. Antiseptik Kulit
Laki-laki

Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan
membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar
mahluk hidup. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Obatobatan seperti antibiotik misalnya, membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan
disinfektan berfungsi sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda yang
tidak bernyawa. Diantara zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah alkohol, iodium,
hidrogen peroksida dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda.
7

Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat
antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang
sama), atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri,
pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan.
Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang
hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibacterial adalah antiseptik
hanya dapat dipakai melawan bakteri. Pembersih tangan merupakan salah satu produk antiseptik.
Dalam pembuatan pembersih tangan ini digunakan alkohol (etanol) dari kulit pisang, karena alkohol
mempunyai potensi sebagai antiseptik yang cukup optimal pada kadar 70%.[6]
Berdasarkan hasil percobaan yang diamati setelah diinkubasi selama satu hari, terdapat
perbedaan pertumbuhan bakteri pada jari yang tidak diberikan perlakuan ( variable terkontrol) dan
jari yang diberikan perlakuan. Baik yang dicuci dengan sabun dan air mengalir maupun yang diberi
povidon iodine. Terlihat bahwa pertumbuhan bakteri pada variable nomor 1 yaitu jempol yang tidak
diberi perlakuan, lebih banyak dari pada yang lainnya. Diikuti dengan variable nomor 2 yaitu jari
jempol yang dicuci menggunakan sabun terlebih dahulu, bakteri yang tumbuh juga lumayan banyak
tetapi tidak sebanyak yang nomor 1. Sedangkan variable nomor 3 yaitu jari telunjuk yang tidak
diberikan perlakuan menunjukkan pertumbuhan bakteri yang cukup banyak lalu variable nomor 4
yaitu jari telunjuk yang dioleskan dengan povidon iodine sebelumnya, sedikit sekali bakteri yang
terlihat.
Terlihat dengan jelas pada dokumentasi hasil bahwa variable nomor 1 dan 3 memiliki
pertumbuhan bakteri yang lebih banyak dibandingkan dengan variable nomor 2 dan 4 karena
diberikan perlakuan menggunakan sabun dan povidon iodine yang dapat membunuh serta
menghambat pertumbuhan dari bakteri.

Perempuan
8

Berdasarkan hasil percobaan yang diamati setelah diinkubasi selama satu hari, terdapat
perbedaan pertumbuhan bakteri pada jari yang tidak diberikan perlakuan ( variable terkontrol) dan
jari yang diberikan perlakuan. Baik yang dicuci dengan sabun dan air mengalir maupun yang diberi
povidon iodine. Terlihat bahwa pertumbuhan bakteri pada variable nomor 1 yaitu jempol yang tidak
diberi perlakuan, lebih banyak dari pada yang lainnya. Diikuti dengan variable nomor 2 yaitu jari
jempol yang dicuci menggunakan sabun terlebih dahulu, bakteri yang tumbuh juga lumayan banyak
tetapi tidak sebanyak yang nomor 1. Sedangkan variable nomor 3 yaitu jari telunjuk yang tidak
diberikan perlakuan menunjukkan pertumbuhan bakteri yang cukup banyak lalu variable nomor 4
yaitu jari telunjuk yang dioleskan dengan povidon iodine sebelumnya, sedikit sekali bakteri yang
terlihat.
Hal yang terjadi pada probandus perempuan dan laki- laki sama yaitu terlihat dengan jelas
pada dokumentasi hasil bahwa variable nomor 1 dan 3 memiliki pertumbuhan bakteri yang lebih
banyak dibandingkan dengan variable nomor 2 dan 4 karena diberikan perlakuan menggunakan
sabun dan povidon iodine yang dapat membunuh serta menghambat pertumbuhan dari bakteri.
Hanya saja perbandingan jumlah bakteri pada 1 probandus dengan yang lainnya berbeda.

D. KESIMPULAN
1. Pewarnaan Gram
9

Pewarnaan Gram dilakukan menggunakan 4 reagen yaitu crystal violet, lugol,


alkohol, dan safranin. Pada bakteri Gram positif seharusnya menunjukkan warna ungu
karena memiliki dinding sel yang tebal sehingga dapat mempertahankan pewarna dasar
pada saat diteteskan alcohol yang pada dasarnya akan melunturkan pewarna dasar.
Sehingga pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat warna dari pewarna dasar
yaitu warna ungu. Bakteri Baccilus thuringiensis, Staphylococcus aureus dan jamur
Malassezia furfur termasuk ke dalam gram positif. Sebaliknya, pada Gram negative,
dinding selnya lebih tipis daripada Gram Positif serta mengandung lipid. Dimana saat lipid
ini diberikan alcohol maka pori- pori dinding selnya akan membesar sehingga pewarna
dasar tersebut luntur dan pada saat diberikan safranin, warna safranin yang akan terlihat
pada saat dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop (warna merah). Gram negative
pada praktikum ini adalah bakteri Escherichia coli.
Kesalahan juga dapat terjadi dikarenakan ketidaktelitian praktikan, yaitu mengenai
waktu pendiaman reagen saat setelah diteteskan maupun jumlah reagen yang diberikan
apakah sudah cukup atau kurang bahkan lebih.
2. Antiseptik Kulit
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada jari yang telah diberikan
antiseptic yaitu berupa sabun ataupun povidon iodine, menunjukkan gambaran sedikit
bakteri yang dapat terlihat. Sedangkan pada jari yang tidak diberikan antiseptic
sebelumnya, menunjukkan banyak bakteri yang tumbuh. Terbukti sesuai dengan teori
bahwa

antiseptic

digunakan

untuk

menghambat

pertumbuhan

dan

membunuh

mikroorganisme berbahaya ( patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar makhluk
hidup.

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J., Barer, M. Medical Microbiology. Elsevier Limited:
England; 2007.
2. Purwoko,T. Fisiologi Mikroba, Penerbit PT Bumi Aksara: Jakarta; 2007.
3. Madigan, M.T. Brock Biology of Microorganism. Pearson Education: inc. United State of
America; 2003.
10

4. David Wainhouse. Ecological methods in forest pest management. Oxford University Press.
ISBN 978-0-19-850564-8. 2005.
5. Saunders, Charles W, Anika S dan Joseph H. Malassezia Fungi Are Specialized to Live on
Skin

and

Associated

with

Dandruff,

Eczema,

and

Other

Skin

Diseases.

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc3380954/pdf/ppa. 2012. ( Diakses 05 November


2016)
6. Waluyo, Lud. Mikrobiologi Lingkungan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang;
2015.

11

Anda mungkin juga menyukai