KEANEKARAGAMAN HAYATI
DI PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY
AREA KAMOJANG, JAWA BARAT
A. GAMBARAN UMUM
PT. Pertamina Geothermal Energy (PT. PGE) Area Kamojang mempunyai komitmen
yang kuat dalam upaya perlindungan Keanekaragaman Hayati. Hal ini dapat dilihat
dari salah satu item pada kebijakan perusahaan, dibentuknya Tim Perlindungan
Keanekaragaman Hayati serta tersedianya dana yang mencukupi untuk kegiatan ini.
Pada Item nomer 5 dari Kebijakan PT. PGE Area Kamojang berisikan Komitmen untuk
melaksanakan konservasi sumberdaya, efisiensi energi, konservasi air, pengurangan emisi,
pengurangan serta pemanfaatan limbah dan sampah, perlindungan keanekaragaman
hayati, pencegahan kerugian dan senantiasa melakukan upaya peningkatan berkelanjutan
terhadap sistem manajemen mutu, kesehatan & keselamatan kerja dan lingkungan di setiap
aspek. Tekad yang kuat untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati ini mendapat
dukungan penuh dari P T P e rt a m i n a Ge ot he r ma l E n e r g y (P T P GE ) da n
PT. Pertamina Persero, yang tertuang dalam Kebijakan Manajemen Pertamina tentang
Penerapan Perbaikan Berkelanjutan Untuk Kualitas Lingkungan Hidup Yang Lebih Baik
yang berisi tentang dampak perubahan iklim, pengelolaan udara bersih, manajemen
energi, pengelolaan limbah B3 dan padat, pengelolaan air serta Perlindungan
Keanekaragaman Hayati.
Tim Perlindungan Keanekaragaman Hayati terdiri dari fungsi HSSE dan fungsi
G o v e r n m e n d a n P u b l i c R e l a t i o n dengan dibantu anggota-anggota dari fungsi
Operation dan fungsi Engineering. Tim Perlindungan keanekaragaman Hayati ini
mempunyai tugas untuk menyusun Rencana dan strategi Program perlindungan
keanekaragaman hayati jangka panjang (5 Tahun) yang kemudian di perjelas dalam
program tahuanan, serta melakukan kerjasama dengan stakeholder dan melakukan
publikasi tentang perlindungan keanekaragaman Hayati yang sudah dilakukan di Wilayah
Kerja Pengusahaan (WKP) Kamojang.
Untuk menjaga lingkungan ini, program reboisasi dengan menanam pohon endemik
Kamojang menjadi pilihan utama. Adapun program reboisasi ini dilakukan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Pembibitan (Nursery),
Program nursery mulai dilakukan di PT. PGE Area Kamojang pada tahun 2011 dan
berlangsung sampai saat ini, dengan pertimbangan bahwa kebutuhan bibit pohon endemik
Kamojang sangat banyak, sedangkan ketersediaan bibit pohon sangat sulit didapatkan
dipasaran. Kalaupun ada dipasaran, biasanya ukurannya tidak sesuai yang kita inginkan
dan dengan harga sangat tinggi. Sementara dengan pembibitan sendiri, kita bisa mengatur
jumlah bibit pohon yang akan ditanam serta ukuran bibit pohon tersebut.
Pada pertengahan tahun 2015, Perusahaan telah berhasil melakukan pembibitan kayu
alam rimba dan kayu produksi sebanyak 20.600 bibit pohon. total produksi nursery
meningkat menjadi 233.476 pohon. Keuntungan lain program pembibitan sendiri ini
Di antara banyak jenis bibit yang ditumbuhkembangkan di nursery ini, terdapat 2 jenis
tumbuhan langka lokal yang menurut verifikasi tim UGM tahun 2013 harus dilestarikan,
yaitu Ki Hujan dan Ki Ara. Menurut laporan, pohon Ki Ara yang merupakan endemik di
Kamojang sudah sangat sulit ditemui, meskipun ditemui jumlahnya sangat sedikit dan sangat tua,
bahkan tim UGM sudah menyatakan bahwa pohon jenis ini hampir punah secara lokal (hal 17).
Sedangkan pohon Ki Hujan dikatakan sangat sulit berkembang meskipun bibitnya tersebar di
banyak tempat di Kamojang. Sehingga PT. PGE Area Kamojang berinisiatif untuk
memperbanyak bibit Ki Ara dan Ki Hujan.
Selain itu, sebagian jenis pohon merupakan tumbuhan yang bisa digunakan sebagai
tanaman obat, misalnya: Kiamis untuk obat encok dan cacingan, Kibeureum mengandung
politenol dan steroid, Suren sebagai obat astringen, demam dan ginjal membesar
2. Pembuatan Kompos
Pupuk merupakan hal yang sangat penting dalam proses reboisasi, baik sejak penyemaian hingga
sampai pemeliharaan pohon. Jenis pupuk ini tidak selalu sama antara jenis pohon satu dengan
yang lainnya. Akan tetapi khusus untuk jenis pupuk kompos, cocok untuk semua jenis pohon.
Di PT. PGE Area Kamojang, pemanfaatan pupuk kompos ini sangat dominan, terutama untuk
pemeliharaan bibit pohon.
Pupuk Kompos ini dibuat dengan memanfaatkan sampah-sampah domestik yang dihasilkan.
Selain itu, sampah-sampah hasil dari babat rumput di area sumur-sumur diolah menjadi kompos.
Semenjak tahun 2011 hingga 2015, sudah ada 2.880 Kg sampah domestik kantor yang dijadikan
kompos. Sampah domestik yang dijadikan kompos sebesar 42% dari seluruh sampah yang
dimanfaatkan di tahun 2015 (September).
Tahun
Jumlah
Tanaman
Monitoring
Hidup
Penyula
man
Mati
Total
Hidup
%
Keberhasilan
1996
350
225
125
225
64,3%
1999
300
200
100
200
66,7%
2002
1.000
848
152
848
84,8%
2003
4.500
4.130
370
1.378
5.508
122,4%
2004
13.000
10.685
2.315
10.685
82,2%
2006
605
442
163
442
73,1%
2007
3.796
2.419
1.881
2.419
63,7%
2008
12.200
10.709
1.491
450
11.159
91,5%
2009
4.035
3.507
528
24
3.166
78,5%
10
2010
36.441
35.341
1.100
913
30.847
84,6%
11
2011
63.650
51.431
12.219
9.000
60.389
94,9%
12
2012
41.010
38.300
2.710
300
37.675
91,9%
13
2013
24.000
23.987
13
23.987
99,9%
14
2014
27.000
24.975
2.025
350
25.325
93,8%
15
2015
20.600
19.800
800
800
20.600
100,0%
Jumlah
252.487
226.999
25.992
13.215
233.475
92,5%
Penanaman bibit pohon ini selalu melibatkan masyarakat sekitar area operasi Kamojang.
Semenjak tahun 2013 hingga sekarang, pihak Karang Taruna Kamojang selalu dilibatkan
dalam proses penghijauan di sekitar area. Selain itu, PT. PGE Area Kamojang juga
mengedukasi pelajar-pelajar di sekitar area operasi akan perlunya menjaga lingkungan
dengan melibatkan mereka dalam kegiatan penanaman ini.
4. Pemeliharaan Reboisasi
Pemeliharaan penghijauan merupakan kegiatan yang rutin dilakukan. Kegiatan ini
dilakukan rata-rata 3-4 kali setahun dengan melibatkan masyarakat sekitar. Adapun
kegiatan pemeliharaan ini diantaranya dengan membersihkan rumput-rumput disekitar
pohon, kemudian memberikan pupuk yang sesuai.
ditemukan ada bibit pohon yang mati, warga akan menyulami dengan bibit pohon yang
baru. Dengan program ini presentase keberhasilan penanaman pohon meningkat per
September 2015
Grafik Presentase Keberhasilan Penanaman Pohon
5.
Salah satu inovasi yang dikembangkan tahun 2015 adalah program sterilisasi media kultur
jaringan anggrek dengan uap buangan dari jalur pipa blow down. Kegiatan ini
mensubstitusikan penggunaan LPG sebagai bahan bakar untuk proses sterilisasi media
tanam dengan uap geothermal yang lebih ramah lingkungan. PGE mengembangkan alat
sterilisasi yang dapat dimanfaatkan oleh petani anggrek menggantikan alat konvensional
yang biasa mereka gunakan. Anggrek yang dibudidayakan adalah anggrek hutan khas
Kamojang. Kegiatan ini selain mampu memberikan nilai tambah ekonomis bagi petani juga
mampu menjaga keanekaragaman hayati di sekitar daerah operasi PGE Area Kamojang.
PT. PGE Area Kamojang telah melakukan identifikasi status fauna semenjak tahun 2007
melalui laporan rutin mengenai Keanekaragaman Hayati. Pada tahun 2015, dilakukan audit
verifikasi keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh tim ahli biologi independen dari Pihak
Ketiga
Program Perlindungan fauna yang dilakukan di PT. PGE Area Kamojang selain dengan
menciptakan habitat bagi tempat hunian satwa, juga dengan melakukan sosialisasi ke
warga sekitar agar tidak melakukan aktifitas di dalam hutan yang mengancam
keanekaragaman hayati. Sosialisasi tersebut dengan melibatkan instansi dari BBKSDA dan
pihak expert. Selain itu, juga diberikan tulisan larangan-larangan berburu di beberapa titik.
perdagangan illegal satwa langka, dan menyediakan berbagai alternatif perlakuan yang dapat
diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Direncanakan akan ada beberapa jenis elang yang akan
direhabilitasi di Kamojang antara lain Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Elang brontok (Nisaetus
cirrhatus), dan Elang Ular (Spilornis cheela).
KAMOJANG
KAMOJANG
KAMOJANG