Anda di halaman 1dari 6

Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan, perubahan (PP No. 19 Tahun 2005), menetapkan delapan Standar
yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar yang
dimaksud meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Salah satu
standar yang dinilai langsung berkaitan dengan mutu lulusan yang diindikasikan
oleh kompetensi lulusan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Ini
berarti bahwa untuk dapat mencapai mutu lulusan yang diinginkan, mutu tenaga
pendidik (guru), dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas, laboran,
pustakawan, tenaga administrasi, pesuruh) harus ditingkatkan.
Perubahan arah kebijakan tentang guru dan dosen di Indonesia telah
membawa sejumlah angina perubahan yang berarti dan penting bagi mereka,
terutama menyangkut persoalan profesionalitas. Setiap sekolah dalam hal ini para
pengelola dan gurunya pasti telah mencoba dengan berbagai macam cara yang
kreatif untuk menerjemahkan kebijakan pemerintah demi pengembangan para
gurunya. Tentu saja demi kepentingan ini yang diperlukan oleh setiap lembaga
sesungguhnya adalah perlunya penekanan pada aspek open manajemen dan
penyediaan infrastruktur dan suprastruktur yang memungkinkan para guru bias
leluasa dan merasa tertantang untuk selalu meningkatkan kinerjanya. Keluwesan
kultural dan structural setiap lembaga sekolah sangat memainkan peran yang
cukup signifikan dalam kerangka memberi penyadaran para guru untuk selalu
berinovasi dalam setiap aspek pendidikan.
Peningkatan kinerja seperti ini, sangat perlu dilakukan oleh setiap guru
sebagai bentuk kewajiban melakukan peningkatan pada standar kompetensi, baik
pada aspek penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik, meliputi
pemahaman karakteristik peserta didik dan tahapan perkembangannya dalam

aspek intelektual, personal dan spiritual. Serta tak kalah penting adalah
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan seorang guru, termasuk pada
aspek ini adalah pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang religious dan
berkepribadian, pemilikan sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri serta
mengembangkan profesionalisme kependidikan (Syamsul Maarif. 2011: viii).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen).
Guru merupakan unsur sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan di sekolah, karena guru merupakan unsur manusiawi yang sangat
dekat hubungannya dengan siswa dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah.
Adapun penanggung jawab keterlaksanaan proses pembelajaran di kelas adalah
guru. Pemberdayaan terhadap mutu guru perlu dilakukan secara terus menerus,
dan berkelanjutan. Hal tersebut tentu tidak lepas dari unsur manajemen kelas.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen). Landasan pelaksanaan
sertifikasi guru adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Syamsul Maarif. 2011: 21).
Pelaksanaan sertifikasi guru dapat dilaksanakan melalui uji kompetensi
maupun pemberian sertifikat langsung. Pemerintah telah mengaturnya dalam
Peraturan Menteria Agama Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemenuhan beban
kerja guru Madrasah yang bersertifikasi pendidik..
Disiplin dalam bekerja juga sangat penting artinya bagi guru. Karena itu,
kedisiplinan harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru. Penanaman
yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi kebiasaan bagi guru.
Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing, pada umumnya
mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya
tidak disiplin. Sesungguhnya masalah kedisiplinan ini menjadi perhatian bagi

setiap manusia. Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam


mengarahkan kehidupan manusia untuk meraih cita-citanya serta kesuksesan
dalam bekerja, karena tanpa adanya kedisiplinan maka seseorang tidak
mempunyai patokan tentang apa yang baik dan yang buruk dalam tingkah
lakunya. Kemampuan profesional Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang
kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan
peserta didik dapat belajar dengan tenang. Kepala Sekolah dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen).
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen).
Guru professional adalah guru yang memiliki kemampuan penguasaan
terhadap materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (PP
No. 19 Tahun 2005).
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogik;
Kompetensi kepribadian; Kompetensi profesional; dan Kompetensi social (PP
No. 19 Tahun 2005). Dengan demikian guru professional sebagaimana dinyatakan
oleh Piet A. Sahertin (1994: 29-30) adalah seorang yang memiliki makna alhi
(expert),

tanggungjawab (responsibility)

baik

tanggungjawab

intelektual,

tanggungjawab moral serta memiliki rasa kesejawatan (Syamsul Maarif. 2011:


21).

Kemampuan profesional guru adalah kemampuan dalam melaksanakan


tugas, yang dibekali dengan Kompetensi (kemampuan dasar). Direktorat
Pendidikan Dasar (1994) mengembangkan lima kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap guru sekolah dasar, antara lain : (1) penguasaan kurikulum;
(2) penguasaan materi setiap mata pelajaran; (3) penguasaan metode dan teknik
evaluasi; (4) komitmen terhadap tugas; (5) disiplin dalam arti luas. Kemampuan
profesi adalah salah satu unsur penunjang bagi guru dalam mewujudkan prestasi
kerja (kinerja). Kinerja diartikan sebagai ukuran kerja (performance), pelaksanaan
kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja atau unjuk kerja atau penampilan kerja
(L.A.N, 1992). Prestasi kerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan
motivasi, kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan tidak akan
menghasilkan keluaran yang tinggi (Sedarmayanti, 2001) dalam Tesis Sumarno
(2009: 2-3).
Guru yang professional adalah syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar
bagi peningkatan dan perbaikan kualitas pendidikan. Sebab seorang disebut
professional apabila dia memiliki keahlian (expertise) dan mempunyai kualifiksasi
personal yang bisa diwujudkan dalam bentuk kompetensi dan kemampuan yang
didukung oleh kepemilikan pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan lain-lain.
Sehingga

pelaksanaan

tugasnya

dapat

terukur,

jelas

dan

dapat

dipertanggungjawabkan kebenaran serta keberhasilannya.


Dengan demikian Guru Profesional adalah guru yang mampu mengelola
dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Glickman (1981) menegaskan bahwa seorang akan bekerja secara
professional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan kinerja.
Maksudnya adalah seseorang akan bekerjasama professional bilamana memiliki
kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan
sebaik-baiknya. Seorang guru dapat dikatakan professional bila memiliki
kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of
commitment) Tesis (Sumarno. 2009: 2).
Kesadaran pengembangan setiap guru untuk lebih professional seperti ini
mutlak dilakukan. Sebab pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang sembrono dan

bisa dilakukan oleh sembarang orang. Melainkan guru adalah sebuah profesi yang
menuntut keahlian tertentu dan khusus, meminjam ungkapan James M. Cooper
dalam buku Classroom Teaching Skill; A Teacher is person charged with the
responsibility of helping others to learn and to behave in new different ways.
Oleh karenanya, seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi dan
keahliannya agar benar-benar menjadi guru yang ahli dan professional (Syamsul
Maarif. 2011: ix).
Dalam interaksi saya dengan sesama kolega guru MI di Kabupaten
Lampung Timur, saya masih mendapati guru yang bekerja kurang disiplin,
kurangnya keprofessionalan guru terlihat di mana masih kurangnya upaya para
guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran yang sesuai, kurangnya
keinginan untuk meningkatkan kompetensi diri, seringnya absen mengajar karena
alasan yang kurang penting. Karena itu saya harus mencari faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi professionalisme guru. Dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi professional guru, salah satu faktor tersebut adalah dengan
mengikutsertakan guru dalam program sertifikasi, dengan mengikuti program
sertifikasi guru, diharapkan para guru akan bekerja lebih professional.
Di samping mengikutsertakan guru dalam program sertifikasi, seorang
guru juga perlu memiliki motivasi kerja yang tinggi, dengan memiliki motivasi
kerja yang tinggi seorang guru akan bekerja dengan professional. Seperti yang
telah dikatakan sebelumnya, bahwa seorang guru dikatan professional apabila
memiliki kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi, dengan mengikutsertakan
guru dalam program sertifikasi, diharapkan akan memberikan dorongan motivasi
kerja yang tinggi.
Motivasi kerja mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan
sekolah. Masalah kerja menjadi sorotan bagi orang banyak, kerja seorang
pemerintah akan dirasakan oleh masyarakat, dan kerja guru akan dirasakan oleh
peserta didiknya atau orang tua walinya. Maka guru harus benar-benar kompeten
di bidangnya, memiliki motivasi tinggi dan juga harus bisa mengabdi secara
optimal dan bertanggungjawab.

Para guru madrasah ibtidaiyah di kabupaten batang yang sudah


bersertifikasi terus melakukan peningkatan kualitasnya sehubungan dengan
professionalitasnya, seperti dengan membuat perencanaan pembelajaran, dan terus
meningkatkan prospek kerjanya. Namun ada beberapa guru yang sudah mengikuti
pelatihan sertifikasi, sepulang dari pelatihan, guru tersebut kembali ke keadaan
yang seperti dulu. Tak jarang guru yang sudah sertifikasi belum meningkatkan
kualitas kerjanya secara maksimal, bahkan belum membuat perubahan prospek
kerjanya menjadi seorang yang professional. Hal itu sangat disayangkan,
sebetulnya seorang guru yang sudah sertifikasi hendaknya mampu menjadi
inspirasi untuk meningkatkan motivasi kerjanya sehingga bisa mencapai
keprofesionalannya dan bisa memberikan contoh bagi guru lain.
Berangkat dari latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui
apakah program pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Batang sudah
berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu dengan
menunjukkan adanya peningkatan profesonalisme guru sebagai dampak dari
sertifikasi dan motivasi kerja guru, mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian dengan mengangkat judul Pengaruh Sertifikasi dan Motivasi Kerja
Guru Terhadap Profesionalisme Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Batang,
hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah sertifikasi dan motivasi kerja guru
berpengaruh terhadap profesionalisme guru.

Anda mungkin juga menyukai