2 X 11 Penyakit Guru Dan Dosen
2 X 11 Penyakit Guru Dan Dosen
Padahal, Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mensyaratkan dosen perguruan tinggi minimal S2. Dalam UU itu
disebutkan, para pendidik jenjang pendidikan dasar dan menengah
persyaratannya adalah minimal bergelar S1. Sementara, untuk mendidik
di jenjang pendidikan akademis S1, maka sekurang-kurangnya bergelar
strata dua (S2), sedangkan bagi program pascasarjana adalah doktor (S3)
dan profesor.
Guru dalam istilah Jawa merupakan kepanjangan dari Digugu dan
Ditiru. Digugu berarti dipercaya dan diindahkan kata-katanya. Ditiru
berarti dapat dijadikan teladan. Dengan demikian berarti teladan yang
kata-katanya dapat dipercaya. Jaman telah berubah, tetapi meskipun
demikian, seharusnya konotasi Guru tetap tidak berubah tergerus oleh
jaman. Tetapi kenyataannya?
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini
jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi
formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan
suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Secara formal,
guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang
memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal
minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah
sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di
Indonesia.
Sedangkan definisi Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan
tugas
menyebarluaskan
utama
ilmu
mentransformasikan,
pengetahuan,
mengembangkan,
teknologi,
dan
seni
dan
melalui
adalah
Kharisma.
Bocah
penyandang
autis
yang
pandai
apa? Iri dan dengki kepada siapa? Selanjutnya, inilah diagnosis penyakit
Guru dan Dosen lainnya.
1.
BATUK (BAca nganTUK). Umumnya guru malas membaca, sekalikali membaca, kantuk datang menggoda akhirnya membaca tak
tahan lama. Karena jarang membaca ilmunya tidak bertambah,
wawasannya tidak luas. Materi pelajaran yang diberikan kepada
siswa tidak mengikuti perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Jadilah guru yang jumud, kaku bahkan ortodok.
(Sebelas penyakit guru dan Dosen yang kedua ini dapat Anda baca di
sini.
yang
kurang
bagus
(penyakit
Guru/Dosen).
Penyakit
diklasifikasi
hanya
menjadi
tiga
jenis,
yaitu
kepribadian,
Salam Takzim,
Bagus H. Jihad