Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

I.

DEFINISI
Meningitis merupakan salah satu komplikasi dari penyakit infeksi
Tuberkulosis paru yang mengenai susunan saraf pusat yang mengenai selaput
otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens.
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur dan parasite. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam
meningitis yang disebab oleh bakteri yaitu Mycobacterium Tuberkulosa.
Bakteri tersebut meneybar ke otak dari bagian tubuh yang lain dengan cara
hematogen. Pada meningitis ini terjadi suatu reaksi inflamasi di daerah
tersebut sehingga membentuk granuloma-granuloma di dalam lapisan otak.

II.

EPIDEMIOLOGI
Morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya
buruk.Komplikasi meningitis TB terjadi setiap 300 TB primer yang tidak
terobati. CDC melaporkan pada tahun 1990 morbiditas meningitis TB 6,2%
dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB sebanding dengan TB primer,
umumnya berantung pada status sosio-ekonomi, hygiene masyrakat, umur,
status gizi dan faktor genetic yang menentukan respon imun seseorang.
Menurut penelitian Euro Surveillence terdapat 35/100.000 kejadian pada
daerah Asia Tenggara.

III.

FAKTOR RESIKO
Faktor predisposisi berekembangnya infeksi TB adalah malnutrisi,
penggunanaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan
diabetes mellitus. Dari segi usia, anak-anak lebih sering dibandingkan dengan
dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada usia
dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah 3
bulan.

IV.

ANATOMI MENINGEN

Otak dan medulla spinalis diselubungi oleh tiga lapisan (meningens) yang
berasal dari mesodermal. Duramater yang kuat terletak paling luar, diikuti oleh
arachnoid, dan terakhir piamater. Piamater terletak tepat pada permukaan otak
dan medulla spinalis. Di antara duramater dan arachnoid terdapat ruang
subdural. Antara arachnoid dan piamater terdapat ruang subarachnoid. Ruang
subarachnoid ini berisi dengan cairan serebrospinalis (LCS)
Cairan serebrospinalis dibentuk di pleksus khoroideus keempat ventrikel
serebri ( ventrikel lateral kanan dan kiri, ventrikel ketiga dan verntrikel
keempat). Cairan ini mengalir melalui sistem ventrikel (ruang LCS internal)
dan kemudian masuk ke ruang subarachnoid yang mengililingi otak dan
medulla spinalis (ruang LCS eksternal). Cairan ni diresoprsi di granulasiones
arakhnoideae sinus sagitalis superior dan di selubung perinueral medulla
spinalis.
Suplai darah duramater. Arteri-arteri dural relative berkaliber besar karena
pembuluh darah tersebut menyuplai tulang tengkorak selain duramater.
Pembuluh darah terbesar adalah arteri meningea media, yang cabangcabangnya tersebar di seluruh konveksitas tengkorak. Arteri ini adalah cabang
dari arteri maksilaris, yang berasal dari arteri karotis eksterna; arteri meningea
media memasuki tengkorak melalui foramen spinosum. Arteri meningea
anterior relative kecil dan mendarahi bagian tengah duramater frontalis dan
bagian anterior falks serebri. Arteri ini masuk ke dalam rongga tengkorak
melalui bagian anterior lamina kribrosa. Pembuluh darah ini adalah cabang
arteri ethmoidalis anerior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika,
dengan demikian pembuluh tersebut membawa darah dari arteri karotis
interna. Arteri meningea posterior memauki rongga tengkorak melalui foramen
jugulare untuk mendarahi duramater di fosa kranii posterior
V.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Terdapat beberapa etiologi yang dapat mengakibatkan meningitis seperti
bakteri, virus dan jamur. Salah satunya dari kelompok bakteri adalah
Mycobacterium tuberculosis. Berikut adalah penjelasan mengenai bakteri
tersebut.
a) Taksonomi mycobacterium tuberculosis :
2

Kingdom
: Plant
Phylmum
: Scizopyhta
Klas
: Szomycetes
Ordo
: Actinomycetales
Famili
: Mycobacteriaceae
Genus
: Mycobacterium
Spesies
: Mycobacterium tuberculosis
b) Morfologi
Kuman Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak
bengkok, berukuran panjan 5 mikrometer dan lebar 3 mikrometer.
Dengan pewaranaan Ziehl-Neelsen akan tampak berwarna merah
dengan latar belakang biru. Hidup dengan suhu optimum 37 oC, tidak
tumbuh pada suhu 25oC atau lebih dari 40oC. Media padat yang biasa
dipergunakan adalah Lowenstein-jensen. Mycobacterium tuberculosis
dapat mati jika terkena cahaya matahari langsung selama 2 jam. Karena
kuma ini tidak tahan terhadap sinar ultraviolet. Sifat bakteri ini mudah
menular, mempunyai daya tahan tinggi dan mampu bertahan hidup
beberapa jam ditempat gelap dan lembab. Oleh karena itu, dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant (tidur), tertidur lama selama
beberapa tahun. Basil ini ada dalam percikan dahak dan dapat bertahan
hidup 8-10 hari.
VI.

PATOFISIOLOGI
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa meningitis tuberculosis
merupakan salah satu komplikasi dari tuberculosis paru. Meningitis TB terjadi
akibat

penyebaran

infeksi

secara

hematogen

ke

meningen.

Dalam

perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk lesi di otak


atau meingen akibat penyebaran basil secara hematogen sealam infeksi primer.
Penyebaran secara hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi
keadaan ini jarang ditemukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat
terlepasnya basil dan antigen TB dari focus kaseosa (lesi permulaan di otak)
akibat trauma atau proses imunologik, langsung masuk ke ruang subarachnoid.
Meningitis TB biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Terdapat istilah Rich foci, yaitu suatu lesi di pembuluh darah yang
menumpuk. Sehingga jika Rich ini semakin lama semakin membesar makaa
akan terjadi rupture dan memasuki rongga subarachnoid. Lokasi penyebaran
tuberkel atau Rich focus tergantung pada letaknya CNS. Tuberkel masuk ke
dalam rongga subarachnoid mengakibatkan Meningitis. Jika masuuk lebih
3

dalam lagi yaitu di otak atau parenkim medulla spinalis mengakibatkan


tuberkuloma atau abses. Abses atau penggumpalan darah bisa rupture menuju
ventrikel sedangkan Rich focus tidak.
Penebalan infiltrat di kortikal atau pembuluh darah meningen,
menghasilkan suatu inflamasi, obstruksi dan infark. Basal meningitis dapat
menunjukkan beberapa disfungsi dari saraf kranial yaitu III, VI, dan VII.
VII.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala untuk meningitis ini tidak selalu sama. Tergantung dari usia dan
etiologi. Gejala yang paling umum adalah demam tinggi, sakit pada kepala,
pilek, mual, muntah dan kejang. Gejala klinis meningitis tuberkulosa dapat
dibagi dalam 3 stadium.
1. Stadium I : stadium awal
Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala,
malaise, demam, anoreksia
2. Stadium II : Intermediate
Gejala menjadi lebih jelas
Mengantuk
Kejang
Deficit neurologic fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial ( N
III, N VII, dan gerakan involunter )
Hidrosefalus, papil edema
3. Stadium III : Advanced
Penurunan kesadaran
Disfungsi batang otak
Dekortikasi
Deserebrasi

VIII.

DIAGNOSIS
Diagnosis pada Meningitis TB dapat ditegakkan dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berikut adalah penjelasan
mengenai penegakkan diagnosisnya.
1. Anamnesa :
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis
Batuk dalam jangka lama (batuk berdarah)
Riwayat mengkonsumsi obat TBC dalam waktu lama
Keringat pada malam hari
Penurunan nafsu makan dan berat badan

Sakit kepala
Timbul gejala-gejala seperti pada manifestasi klinis
2. Pemeriksaan fisik :
Ditemukan rangsang meningen positif
Ditemukan deficit neurologis fokal seperti hemiparesis,

paresis saraf kranial pada Nervus III, dan VII


Ditemukan dekortikasi dan deserebrasi.
3. Pemeriksaan penunjang :
Rontgen thorax
:
TB apex paru , TB milier
CT Scan brain dengan kontras :
Ditemukan massa nodular, massa ring enhanced
Lumbal fungsi
:
Berwarna kekuningan, Reaksi Pandy +++, Jumlah sel
patologi hingga 1500/microliter dengan gambaran seluler
campuran terutama sel mononuclear, rasio album lebih
tinggi daripada glukosa dengan glukosa serum. Dengan
temuan lainnya IgG dan IgA meningkat, terdapat
mikrobakterium pada kultur dan PCR.

IX.

MRI

PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa yang digunakan
Pada tuberculosis Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4-7 bulan. Untuk meningitis
tuberculosis jangka waktu untuk meminum OAT adalah 12 bulan. Berikut
adalah tabel mengenai OAT yang digunakan :

Selain pengobatan diatas. Dapat juga diberikan steroid yang bertujuan


untuk

menghambat

reaksi

inflamasi,

mencegah

komplikasi

infeksi,

menurunkan edema serebri, mencegah perlekatan, mencegah arteriritis/infark


otak. Indikasi untuk pemberian steroid ini adalah adanya kesadaran menurun,
serta deficit neurologist fokal. Dosis yang diberikan adalah Dexamethasone 10
mg IV, kemudian 4 x 5 mg IV selama 2 minggu, selanjutnya diturunkan
perlahan selama 1 bulan.
2. Terapi suportif / simptomatis yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis
dan indikasi rawat. Untuk pasien dengan meningitis TB diindikasikan
untuk rawat inap. Karena termasuk tuberculosis di luar paru yang
mengancam jiwa pasien.
X.

PROGNOSIS
Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya di diagnosis dan di
terapi sedini mungkin. Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh,
baik sembuh dengan cacat motoric atau mental atau meninggal tergantung
pada :
Umur penderita
Jenis kuman penyebabnya
Berat ringan infeksi
Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
Kepekaan kuaman terhadap antibiotic yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA

Snell, Richard. 2014. Neuroanatomi Klinik. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Edisi 7. Bab 15. 437-449


M.Baehr, M. Frotscher. 2012.Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Edisi 4. Bab 10. 358-365


Harrison. 2013. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Penyakit Infeksi.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Volume 2. Bab 7. 799-802


Ramachandran S, Tarakad.2014. Tuberculous Meningitis. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview#a6
Lidsay KW. Guillain-Barre Syndrome dalam Neurology and Neurosurgery
Illustrated
National Institue of Clinical Excellence. NICE Clinical Guideline CG33,
Tuberculosis. Clinical Diagnosis and Management of Tuberculosis, and

Measures for Its Prevention and Control , 2011


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia. Diunduh dari :
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html

Anda mungkin juga menyukai