Zulebid tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah
diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada
panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulebid masuk kembali ke rumah dan menemui istrinya.
Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar
tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua
kecintaanku itu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang. Kiranya
Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.
Istrinya menyahut, Pergilah suamiku, betapa besar pula bertumbuhnya kecintaanku kepadamu,
namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku
menyertaimu
Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah
berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa orang musuh
pun tewas ditangannya.
Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhid
ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya.
Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berseliweran di udara. Ia
merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas
dari tangannya.
Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat.
Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Teringat akan masa kecilnya
bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya.
Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya.
Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum
yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk
memandangnya sambil mendoakannya.
Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai
memejam, senyum menghiasinya Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.
Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para
mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh.
Akhirnya dikuburkanlah jenazah zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada
lain.
Tanpa dimandikan ..
Tanpa dikafankan ..
Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid.
Rasulullah terpekur di samping pusara tersebut.
Para sahabat terdiam membisu.
Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang
di dari pelupuk mata beliau
Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum.
Wajah beliau berubah menjadi cerah. Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah
menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah