Bab Iv
Bab Iv
PEMBAHASAN
Diagnosis pasien adalah G1P0A0, Hamil 6 minggu, Kehamilan Ektopik Terganggu dan Anemia
Ringan.
Diagnosis G1P0A0 karena kehamilan ini merupakan kehamilan Pertama pada pasien
(Primigravida). Usia kehamilan berdasarkan HPHT (rumus Neagle) 26/06/2016 dan tinggi
fundus uteri sudah tepat yaitu 6 minggu. Menurut literature usia kehamilan 6-10 minggu
merupakan usia kehamilan terbanyak mengalami KET, Maka hal ini sesuai dengan teori.
Diagnosis Kehamilan ektopik terganggu pada pasien ini sudah tepat karena sesuai dengan
literature dari Anamnesis didapatkan trias KET yaitu amenore, nyeri perut bagian bawah dan
perdarahan pervaginam.
Anamnesis : Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET).
Pada ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai
dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi
meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas
pucat, basah dan dingin. Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah
masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut
bawah dan bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua.
Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi
perdarahan ditemukan dari 51-93%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan Hcg ( human
chorionic gonadotropin ).
Pada kasus dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemah, didapakan
konjungtiva anemis (+/+), Abdomen tampak sedikit membutit, nyeri tekan (+). Pemeriksaan
Inspekulo ukuran portio sebesar jempol tangan, kuldosintesis terdapat darah merah segar beserta
bekuan darah. VT bimanual : ukuran portio sebesar jempol tangan , tertutup, nyeri goyang portio
(+), ukuran cavum uteri sebesar telur bebek. Cavum daugals menonjol, daugls pungsi (+), nyeri
tekan (+).
Pemeriksaan umum : Yang menonjol dari KET ialah penderita tampak kesakitan, pucat
dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan rongga perut. Pada
pemeriksaan ginekologik ditemukan serviks yang nyeri bila digerakkan dan kavum Douglas
yang menonjol dan nyeri raba.5
Pada kasus sebelum dilakukan pembedahan diberikan obat Kalnex 3x1 Amp sesuai
dengan literature Kalnex termasuk golongan obat tranexamic acid. Tranexamic acid
digunakan untuk membantu menghentikan kondisi perdarahan. Tranexamic acid
merupakan agen antifibrinolytic. Golongan obat ini bekerja dengan menghalangi
pemecahan bekuan darah, sehingga mencegah pendarahan. Dosis kalnex Amp 250
mg/mL 1-2 Amp/hr IV.
Pasien juga diberi obat ceftriaxon 1x2 gr, yang merupakan antibotik golongan
sefalosporin. Ceftriaxone mempunyai spektrum luas dan waktu paruh eliminasi 8 jam.
Ceftriaxone efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Ceftriaxone
juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri. Dosis
ceftriaxone 1 gr/vial 1-2gr/hari.
Pasien juga mendapatkan Ketorolac 3x30 gr. Ketorolac adalah obat anti inflamasi
nonsteroid (NSAID). Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut.
Efeknya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim
siklooksogenase (prostaglandin sintetase). Selain menghambat sintese prostaglandin, juga
menghambat tromboksan A2. ketorolac tromethamine memberikan efek anti inflamasi
dengan menghambat pelekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan
membrane lisosom dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke
tempat peradangan. Dosis ketorolac Amp 30 mg/mL 30-60 mg/hr terbagi 3 dosis.
Penanganan akhir pasien sesuai literature adalah Laparotomi. Pada pasien dilakukan
tindakan salpingektomi sinistra dengan mempertimbangkan kondisi pasien mendekati
syok, dan lokasi kehamilan ektopik berada pada tuba pars intersisial. Dari hasil
laparotomi didapatkan bekuan darah serta hasil konsepsi.
Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami ruptur, karena
perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi. Hemoperitonium yang
luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis kardiopulmunonal yang serius. Insisi
suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan, dan tuba yang meregang diangkat. Mesosalping
diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba kemudian dieksisi
dengan memotong irisan kecil pada myometrium di daerah cornu uteri, hindari insisi yang
terlalu dalam ke myometrium. Jahitan matras angka delapan dengan benang absorable 0
digunakan untuk menutup myometrium pada sisi reseksi baji. Mesosalping ditutup dengan
jahitan terputus dengan menggunakan benang absorbable. Hemostasis yang komplit sangat
penting untuk mencegah terjadinyahematom pada ligamentum latum.