Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PILIH KASIH

DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.

TUNGGUL DIGJOYOJATI (P13374207150)


HARLIS RESPATI (P13374207150)
TSANIA TSALSABILA (P13374207150)
KHUMAIROTUL ULYA (P1337420715033)
TICA SRI ANUGRAHENI (P133742071503)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI D-IV KEPERAWATAN MAGELANG
2015/2016
KATA PENGANTAR
1

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Taufik serta HidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah tentang PILIH KASIH sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen KWN.
2. Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak
menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Magelang,06 Oktober 2016

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................
2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
4
A.

Latar belakang............................................................................................................
4

B.

Rumusan masalah......................................................................................................
4

C.

Tujuan........................................................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
5

A. Pengertian pilih kasih atau ketidakadilan...............................................................................


5
B. Ciri ciri pilih kasih atau ketidakadilan................................................................................
8
C. Faktor faktor yang mempengaruhi pilih kasih...........................................................
D. Contoh kasus pilih kasih atau ketidakadilan..................................................................
E. Cara mengatasi pilih kasih atau ketidakadila..............................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
15
A. Kesimpulan

15

B.

Saran................................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Manusia pada umumnya pernah merasakan ketidakadilan yang kemudian akan
menimbulkan penderitaan bagi yang mengalaminya. Keadilan adalah sifat (perbuatan,
perlakuan, dan sebagainya) yang adil sosial kerja sama untuk menghasilkan masyarakat
yang bersatu secara organis sehingga setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan
yang sama dan nyata untuk tumbuh dan belajar hidup pada kemampuan aslinya.
Ketidakadilan adalah sifat yang tidak adil, memihak kepada satu pelaku yang dianggap
berkepentingan dan bisa menimbulkan kerugian. Ketidakadilan bisa timbul didalam
sifat manusia, biasanya terjadi karena seseorang tersebut memihak ke salah satu pihak
sehingga akan ada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan tersebut telah mengalami
penderitaan. Maka disimpulkan ketidakadilan disebut juga dengan pilih kasih :
memihak; berat sebelah. Pilih kasih atau pilih bulu bermaksud seseorang yang
membezakan perhatian dan rasa kasih sayangnya di antara satu sama lain atau tidak adil.
pilih kasih. Maksud : melebihkan pertimbangan kepada orang yang dikasihi.

2. Rumusan masalah
a. Apa pengertian dari pilih kasih atau ketidakadilan ?
b. Apa ciri ciri dari pilih kasih atau ketidakadilan ?
c. Bagaimana contoh kasus dari pilih kasih atau ketidakadilan ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari pilih kasih atau ketidakadilan
b. Untuk mengetahui apa ciri ciri dari pilih kasih atau ketidakadilan
c. Untuk mengetahui Bagaimana contoh kasus dari pilih kasih atau ketidakadilan
4

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Menurut KBBI Pilih Kasih: memihak, berat sebelah. Pilih kasih atau
pilih bulu bermaksud seseorang yang membedakan perhatian dan rasa kasih
sayangnya di antara satu sama lain atau tidak adil. Maksud daari pilih kasih :
melebihkan pertimbangan kepada orang yang dikasihi
Pilih Kasih (Favoritisme) :Memberikan pelayanan yang berbeda
berdasarkan alasan hubungan keluarga, afiliasi partai politik, suku, agama dan
golongan yang bukan kepada alasan objektif seperti kemampuan, kualitas,
rendahnya harga, profesionalisme kerja.
Ketidakadilan adalah sifat yang tidak adil, memihak kepada satu pelaku
yang dianggap berkepentingan dan bisa menimbulkan kerugian bagi yang
mengalami ketidakadilan. Ketidakadilan dapat terbentuk menjadi dua yaitu,
ketidakadilan individu dan ketidakadilan sosial. Ketidakadilan individu adalah
ketidakadilan yang bisa memberikan dampak negatif kepada seseorang yang
mengalaminya. Ketidakadilan sosial adalah ketidakadilan yang bisa dirasakan
bukan hanya individu, tetapi bisa dirasakan oleh semua kalangan masayarakat.
Akibat adanya ketidak samaan ini maka ada perbedaan kelas antara
keadilan universal dan keadilan hukum yang memungkinkan pembenaran
keadilan hukum
2. Ciri ciri pilih kasih atau ketidakadilan
3. Faktor faktor penyebab pilih kasih atau ketidakadilan
Tingkat kekayaan seseorang.
Tingkatan kekayaan seseorang itu mempengaruhi berapa lama hukum yang
ia terima.
Tingkat jabatan seseorang.
Orang yang memiliki jabatan tinggi apabila mempunyai masalah selalu
penyelesaian masalahnya dilakukan dengan segera agar dapat mencegah
tindakan hukum yang mungkin bisa dilakukan. Tetapi berbeda dengan

pegawai rendahan. Pihak kejaksaan pun terkesan mengulur-ngulur janji


untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Nepotisme.
Mereka yang melakukan kejahatan namun memiliki kekuasaan atau peranan
penting di negara ini dapat dengan mudahnya keluar dari vonis hukum. Ini
sangat berbeda dengan warga masyarakat biasa yang akan langsung di vonis
sesuai hukum yang berlaku dan sulit untuk membela diri atau bahkan
mungkin akan dipersulit penyelesaian proses hukumnya.
Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum.
Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum muncul karena hukum itu lebih
banyak merugikannya. Di lihat dari yang diberitakan di telivisi pasti
masalah itu selalu berhubungan dengan uang. Seperti faktor yang di jelaskan
di atas membuat kepercayaan masyarakat umum akan penegakan hukum
menurun.
4. Contoh kasus pilih kasih kasih atau ketidakadilan
Aparat penegak hukum sepertinya sudah benar-benar tak peduli lagi dengan
keadilan warga negara. Mereka hanya bisa garang saat berhadapan dengan orang
kecil, tetapi seketika nyali menciut saat berurusan dengan para penguasa. Segala
macam kritik masyarakat hanya masuk telinga kanan, lalu keluar dari telinga kiri.
Semakin kentara jika membandingkan penanganan kasus kecelakaan maut anak
Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa dengan kasus loncatnya
mahasiswi Universitas Indonesia Annisa Azward dari angkot. Memang dalam kasus
ini Annisa adalah korban, dan sopir angkot, Jamal bin Samsuri yang terjadi hari
Rabu tanggal 6 Februari 2013 memang harus diperiksa.
Tetapi yang mengherankan adalah soal penahanan. Sejak kejadian, Jamal
langsung ditahan di Unit Lantas Daan Mogot, Jakarta Barat. Hasil pemeriksaan
belum ditemukan adanya unsur kriminalitas, seperti percobaan perampokan,
pemerkosaan, dan penculikan. Dugaan sementara mahasiswi semester empat itu
nekat loncat karena ketakutan.
Jika memang dalam perjalanan ditemukan unsur pidana, tentu Jamal harus
dihukum dengan ketentuan yang berlaku. Kini polisi sudah menetapkan Jamal
sebagai tersangka, dengan dijerat Pasal 283 dan Pasal 310 ayat 3 UU Lalu Lintas,
yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang dan diancam hukuman 5 tahun penjara.

Selain itu, Jamal juga bisa dijerat dengan UU Lalu Lintas karena membawa angkot
di luar trayek.
Jika menengok kasus Jamal tentu tak seberat dengan Rasyid. Putra bungsu Hatta
Rajasa itu pada 1 Januari 2013 silam, mengemudikan mobil BMW dengan
kecepatan tinggi lalu menabrak mobil Luxio di Tol Jagorawi. Dalam kecelakaan
tersebut dua orang meninggal. Memang Rasyid sudah menjadi tersangka, tapi
diistimewakan. Rasyid dijerat pasal 283, 287, dan 310 UU Lalu Lintas Nomor 22
Tahun 2009, dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara.
Setelah kejadian, polisi tidak menahan Rasyid dengan alasan trauma, dan
pihakkeluarga memberi jaminan Rasyid akan kooperatif. Ternyata Rasyid kembali
mendapat perlakuan khusus. Saat pelimpahan berkas tahap kedua dari Polda Metro
Jaya ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur, Rasyid tidak ditahan.
Kasus yang dialami sopir angkot lebih ringan jika dibandingkan dengan kasus
anak Hatta yang menelan korban jiwa. Seharusnya, jika Jamal yang belum terbukti
melakukan pidana ditahan, Rasyid juga mendapat perlakukan yang sama.
Kasus lain adalah mengenai bebasnya Gayus Tambunan, terdakwa kasus
penggelapan pajak, kasus Nazarudin, Tersangka kasus korupsi wisma atlet ASEAN
Games ini menghabiskan 6 triliun rupiah kas negara, namun belum diproses secara
formal hingga kini. Dilanjutkan pada kasus yang tak kalah ironis bagaimana seorang
tersangka Tipikor yang merugikan negara Rp 40,75 miliar bernama Syaukani yang
merupakan mantan Bupati Kutai, Kartanegara, mendapat grasi dari Presiden SBY dan
atas petimbangan MA masa tahanannya dikurangi 3 tahun karena yang bersangkutan
menderita sakit parah dan berakibat pada bebasnya sang koruptor. Patrialis Akbar yang
saat itu menjabat sebagai Menkumham memberikan penjelasan bahwa dasar dari
pemberian grasi tersebut adalah alasan kemanusiaan. Namun Ketika ditanya soal grasi
yang diberikan MA terlalu besar, Patrialis tidak mau berkomentar banyak, beliau hanya
menyatakan itu merupakan keputusan MA dan pemerintah hanya menjalankannya.
Kemudian kasus penabrakan pejalan kaki di trotoar oleh pengemudi mobil
Daihatsu Xenia bernama Aftriani Susanti. Setelah diselidiki, penyebab penabrakan
tersebut diketahui bahwa sang pengemudi berada dalam pengaruh alkohol dan sabusabu. Namun, yang menakjubkan ialah ia hanya dikenakan vonis 6 tahun penjara,
padahal kesalahannya berlipat ganda, yaitu membunuh orang, merusak trotoar,
mengonsumsi sabu-sabu, dan mengemudi dalam pengaruh alkohol.
7

Sebuah fenomena menarik dapat kita simpulkan dari vonis masa tahanan yang
diberikan pada kasus-kasus diatas. Kesalahan mereka sangat berat dan merugikan
banyak orang. Namun, ketika uang disodorkan pada penegak hukum, segala perkara
dapat selesai dengan mudah, semua dapat diperingan. Bayangkan dengan kondisi
kronis yang dialami rakyat kecil.
Sebagai contoh, seorang pencuri buah kakao di perkebunan swasta, ia hanya
mengambil buah-buah yang jatuh dari pohon, kemudian hendak dijualnya untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya. Namun, pemilik kebun tidak terima dan
melaporkan kejadian itu ke polisi. Pencuri buah kakao ini pun divonis 1,5 bulan
penjara, padahal pencuri ini adalah seorang nenek berusia senja, memang apapun
namanya mencuri adalah kesalahan dan tidak dapat dibenarkan. Namun demikian
jangan lupa hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Apa mungkin seorang
nenek berusia lanjut dan buta huruf dihukum hanya karena ketidaktahuan dan
keawamannya tentang hukum.
Ketidakadilan hukum Indonesia niscaya telah memperburuk citra diri bangsa
yang memang sudah rusak, sekaligus menjajah bangsa sendiri. Kita seharusnya
merasa malu dengan moral bangsa ini yang begitu naif. Ada pertanyaan besar yang
timbul dari serangkaian kasus di negeri ini, apakah hukum di Indonesia bisa dibeli
dengan uang? Jika bisa, konglomerat tidak perlu takut melanggar hukum karena
mereka dapat bernegoisasi di belakang pengadilan agar mendapatkan keringanan
hukum. Yang menjadi masalah adalah rakyat kecil yang semakin tidak terlindungi
dan semakin tertindas.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apa bangsa ini sudah dibilang merdeka dan
mandiri sedangkan hukumnya saja di kontrol dengan uang? Indonesia bahkan belum
dapat di bilang sepenuhnya merdeka karena bangsa ini masih terbelenggu oleh
ketidakadilan pemerintahannya sendiri. Hukum dan keadilan menjadi barang mahal
di negeri ini. Prinsip peradilan yang cepat, biaya ringan dan sederhana sulit untuk
ditemukan dalam praktik peradilan. Di negeri ini, law enforcement diibaratkan bagai
menegakkan benang basah kata lain dari kata sulit dan susah untuk diharapkan.
Bahkan secara faktual tidak dapat dipungkiri semakin banyak undang-undang
yang lahir maka hal itu berbanding lurus semakin banyak pula komoditas yang dapat
diperdagangkan. Ironisnya tidak sedikit pula bagian dari masyarakat kita sendiri
yang berminat sebagai pembelinya. Di sini semakin tanpak bahwa keadilan dan
kepastian hukum tidak bisa diberikan begitu saja secara gratis kepada seseorang jika
8

disaat yang sama ada pihak lain yang menawarnya. Kenyataan ini memperjelas
kepada kita hukum di negeri ini tidak akan pernah memihak kepada mereka yang
lemah dan miskin.
Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum
Indonesia. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di
negara kita. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali. Namun
keadaan yang terjadi di Indonesia adalah hal yang sebaliknya. Bagi masyarakat
kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi
masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya
menjerat mereka dengan tuntutan hukum.
Tetapi peraturan sudah diundangkan, UUD Negara RI 1945 sudah
diamandemen dan yang paling penting segala ketetapan atau ketentuan tersebut
sudah diberlakukan. Jadi marilah kita sama-sama belajar tentang hukum yang
berlaku di Indonesia ini. Hukum yang diakui oleh negara ini. Yang tujuan
sebenarnya adalah tidak lain semata-mata untuk kebaikan bangsa ini sendiri.
Kasus yang lain seperti seorang maling ayam yang harus dijatuhi
hukuman kurungan penjara dalam hitungan tahun. Ini sangat berbeda dengan
para pejabat pemerintah atau mereka yang mempunyai banyak uang yang
memang secara hukum terbukti bersalah namun dengan mudahnya membeli
keadilan dan mempermainkan hukum sesuka mereka. Keduanya dalam kondisi
yang sama namun dapat kita lihat bagaimanakah hukum itu berjalan dan
dimanakah hukum itu berlaku.
Contoh di atas adalah sebagian kecil dari hal-hal yang terjadi di sekitar
kita. Namun dari hal tersebut yang akhirnya membuat orang-orang di negara ini
akan menggambarkan bahwa hukum di negara kita tidak adil.
Mengingat hal ini, setiap kita akan bertanya apa penyebabnya?. Begitu banyak
penyebab sistem hukum di Indonesia bermasalah mulai dari sistem peradilannya,
perangkat hukumnya, dan masih banyak lagi. Diantara hal-hal di atas, hal yang
terutama sebenarnya adalah ketidak konsistenan penegak hukum. Seperti contoh
kasus di atas. Hal tersebut sangat menggambarkan kurangnya konsistensi
penegak hukum di negara ini, dimana hukum seolah-olah dapat dapat di beli.
Negara hukum Indonesia yang dapat juga diistilahkan sebagai negara
hukum Pancasila, memiliki latar belakang kelahiran yang berbeda dengan
9

konsep negara hukum yang dikenal di Barat walaupun negara hukum sebagai
genus begrip yang tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 terinspirasi oleh
konsep negara hukum yang dikenal di Barat. Jika membaca dan memahami apa
yang dibayangkan oleh Soepomo ketika menulis Penjelasan UUD 1945 jelas
merujuk pada konsep rechtstaat. Karena negara hukum dipahami sebagai konsep
Barat, sampai pada kesimpulan bahwa negara hukum adalah konsep modern
yang tidak tumbuh dari dalam masyarakat Indonesia sendiri, tetapi barang
impor. Negara hukum adalah bangunan yang dipaksakan dari luar. Lebih
lanjut, proses menjadi negara hukum bukan menjadi bagian dari sejarah sosial
politik bangsa kita di masa lalu seperti terjadi di Eropa.
Akan tetapi apa yang dikehendaki oleh keseluruhan jiwa yang tertuang
dalam Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945, demikian juga rumusan terakhir
negara hukum dalam UUD 1945 setelah perubahan adalah suatu yang berbeda
dengan konsep negara hukum Barat dalam arti rechtstaat maupun rule of law.
Dalam banyak hal konsep negara hukum Indonesia lebih mendekati konsep
socialist legality, sehingga ketika Indonesia lebih mendekat pada sosialisme,
Wirjono Prodjodikoro berkesimpulan negara bahwa Indonesia menganut
Indonesia socialist legality. Akan tetapi istilah tersebut ditentang oleh Oemar
Seno Adji yang berpandangan bahwa negara hukum Indonesia bersifat spesifik
dan banyak berbeda dengan yang dimaksud socialist legality.
Karena terinspirasi dari konsep negara hukum Barat dalam hal ini
rechtstaat maka UUD 1945 menghendaki elemen-elemen rechtstaat maupun rule
of law menjadi bagian dari prinsip-prinsip negara Indonesia. Bahkan secara
tegas rumusan penjelasan UUD 1945 menegaskan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) bukan negara yang berdasar
atas kekuasaan belaka (machtstaat). Rumusan Penjelasan UUD mencerminkan
bahwa UUD 1945 menghendaki pembatasan kekuasaan negara oleh hukum.
Untuk mendapatkan pemahaman utuh terhadap negara hukum Pancasila
harus dilihat dan diselami ke dalam proses dan latar belakang lahirnya rumusan
Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kehendak lahirnya negara Indonesia
serta sebagai dasar filosofis dan tujuan negara. Dari kajian dan pemahaman itu,
kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa konsep negara hukum Pancasila
disamping memiliki kesamaan tetapi juga memiliki perbedaan dengan konsep
negara hukum Barat baik rechtstaat, rule of law maupun socialist legality.

10

Seperti disimpulkan oleh Oemar Seno Adji, antara konsep negara hukum Barat
dengan negara hukum Pancasila memiliki similarity dan divergency.
Jika konsep negara hukum dalam pengertian rechtstaat dan rule of law
berpangkal pada dignity of man yaitu liberalisme, kebebasan dan hak-hak
individu (individualisme) serta prinsip pemisahan antara agama dan negara
(sekularisme), maka latar belakang lahirnya negara hukum Pancasila didasari
oleh semangat kebersamaan untuk bebas dari penjajahan dengan cita-cita
terbentuknya Indonesia merdeka yang bersatu berdaulat adil dan makmur
dengan pengakuan tegas adanya kekuasaan Tuhan. Karena itu prinsip Ketuhanan
adalah elemen paling utama dari elemen negara hukum Indonesia.
5. Cara mengatasi pilih kasih atau ketidakadilan
Untuk memperbaiki penegakan hukum di Indonesia maka para aparat
hukum haruslah taat terhadap hukum dan berpegang pada nilai-nilai moral dan
etika yang berlaku di masyarakat. Apabila kedua unsur ini terpenuhi maka di
harapkan penegakan hukum secara adil juga dapat terjadi di Indonesia.
Kejadian-kejadian yang selama ini terjadi diharapkan dapat menjadi proses
mawas diri bagi para aparat hukum dalam penegakan hukum di Indonesia. Sikap
mawas diri merupakan sikap terpuji yang dapat dilakukan oleh para aparat
penegak hukum disertai upaya pembenahan dalam sistem penegakan hukum di
Indonesia.
Kegiatan revormasi hukum perlu dilakukan dalam rangka mencapai
supremasi hukum yang berkeadilan. Beberapa konsep yang perlu di wujudkan
antara lain:
Penggunaan hukum yang berkeadilan sebagai landasan pengambilan

keputusan oleh aparatur negara.


Adanya lembaga pengadilan yang independen, bebas dan tidak memihak.
Aparatur penegak hukum yang professional.
Penegakan hukum yang berdasarkan prinsip keadilan.
Kemajuan dan perlindungan HAM.
Partisipasi publik.
Mekanisme kontrol yang efektif.

11

Seharusnya pemerintah Indonesia dapat bertindak lebih adil dan untuk


kalangan atas lebih memperhatikan lagi dengan segala aspek dalam hukum yang
ada dalam negara kita ini. Bertindaklah seadil-adilnya agar tidak ada pihak yang
dirugikan.

BAB III
PENUTUP
Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
corynebacterium diphtheria.mudah menular dan yang serang terutama traktus
respiratorius bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudomembran dan
dilepaskannyaeksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal.
Tanda dan gejalanya adalah demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala,
anoreksia, lemah,nyeri telan,sesak napas,serak hingga adanya stridor.

12

DAFTAR PUSTAKA
1.

FKUI.1985.Ilmu kesehatan anak.Jakarta; Bagian Ilmu


kesehatan anak FKUI.

2.
3.

Dr.TH.rampengan,DSAK

dan

Dr,I.R.laurentz,DSA.1993.penyakit infeksi tropik pada anak.jakarta:EGC.


A.aziz alimut hidayat.2008.pengantar ilmu keperawatan

anak.jakarta:salemba medika.
4.
Berham

dkk.2000.Ilmu

kesehatan

anak

nelson

volume:2.Jakarta;EGC
5.

Bulecheck,

Gloria

M.2013.Nursing

Intervensions

Classification (NIC).Jakarta:mocomedia
6.
Moorhead, Sue.2013.Nursing Outcomes Classification
(NOC).Jakarta: mocomedia

13

14

Anda mungkin juga menyukai