BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Mutakhir
Penelitian mengenai dampak interkoneksi DG terhadap rugi-rugi daya dan
keandalan pada jaringan distribusi tenaga listrik telah banyak dilakukan dan
menunjukkan hasil yang positif terhadap penurunan nilai rugi-rugi daya serta
mampu meningkatkan keandalan pada jaringan distribusi. Berikut beberapa ulasan
penelitian mengenai dampak DG terhadap rugi-rugi daya dan keandalan pada
jaringan distribusi tenaga listrik:
1. Penelitian mengenai pengaruh beroperasinya DG terhadap penurunan nilai
rugi daya telah dilakukan oleh Dion A.P, 2015. Pada penelitian tersebut
dilakukan analisis terhadap rugi daya dengan menggunakan metode bagi
dua yaitu membagi penyulang menjadi dua bagian untuk memperoleh nilai
rugi daya terendah. Hasil penelitian tersebut adalah penurunan nilai rugirugi daya pada jaringan distibusi Penyulang Bangli. Sebelum terpasangnya
PLTS 1 MWp besarnya rugi daya pada penyulang Bangli adalah 168,7 kW
yang kemudian menjadi 107,4 kW setelah terpasangnya PLTS 1 MWp pada
penyulang tersebut.
2. Penelitian mengenai pengaruh pemasangan DG terhadap perbaikan
keandalan sistem distribusi telah dilakukan oleh Sunanda, 2013. Pada
penelitian tersebut Metode analisis sensitivitas bus digunakan untuk
mengetahui lokasi terbaik pemasangan DG dengan parameter peningkatan
keandalan pada sistem. Berdasarkan semua studi kasus yang sudah
dilakukan, perbaikan indeks keandalan (indeks keandalan sistem maupun
indeks keandalan setiap beban) yang paling optimum terjadi ketika DG
dipasang pada bus 4. Nilai indeks keandalan sistem pada kondisi tersebut
adalah SAIFI sebesar 3,14 pemutusan/pelanggan, SAIDI sebesar 23,2052
jam/pelanggan, CAIDI sebesar 7,39 jam/pemutusan, ASAI = 0,9974 atau
99,74 %, dan ASUI sebesar 0,0026 atau 0,26 %.
DG terhadap rugi-rugi daya dan keandalan pada sistem distribusi tenaga listrik.
Pada tugas akhir ini DG yang digunakan adalah sebuah pembangkit listrik tenaga
sampah yang diinterkoneksikan ke sistem distribusi tenaga listrik, sedangkan untuk
mengetahui pengaruh interkoneksi DG maka dilakukan analisis menggunakan Load
Flow Analysis dan Reliability Assessment yang masing-masing digunakan dalam
analisis rugi-rugi daya dan keandalan pada sistem distribusi tenaga listrik.
2.2
daya yang dihasilkan antara 1 kW sampai dengan 10 MW, yang disambungkan pada
sistem distribusi dan biasanya ditempatkan pada bus yang langsung menyuplai
pusat beban dan atau pada gardu induk distribusi. Berikut adalah contoh
interkoneksi DG pada jaringan diribusi tenaga listrik:
Distributed Generation
Gardu
Induk
Tipe DG
Micro DG
Small DG
Medium DG
Large DG
Range Daya
1 watt < 5 kW
5 kW < 5 MW
5 MW < 50 MW
< 300 MW
2.2.1
kasus
tersebut
tergolong
langka.
Banyaknya
pilihan
dalam
10
11
2.3
2.3.1
menengah terletak diantara gardu induk dengan gardu pembagi atau gardu distribusi
yang memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan untuk konsumen. Standar
tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (SPLN
1, 1995). Pada sistem distribusi primer saluran yang digunakan untuk menyalurkan
energi listrik ke konsumen disebut sebagai penyulang (Feeder). Umumnya setiap
penyulang diberi nama sesuai dengan daerah beban yang dilayani oleh penyulang
tersebut. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mengingat dan menandai
jalur-jalur beban yang dilayani oleh penyulang tersebut.
12
2.3.3
ke satu sumber dan antara titik sumber dan titik bebannya hanya terdapat satu
saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya. Sistem radial pada jaringan
distribusi merupakan sistem terbuka, yaitu tenaga listrik yang disalurkan secara
radial melalui gardu induk ke konsumen-konsumen dilakukan secara terpisah satu
sama lainnya. Sistem ini merupakan sistem yang paling sederhana diantara sistem
yang lain dan paling murah, sebab sesuai konstruksinya sistem ini menghendaki
sedikit sekali penggunaan material listrik, apalagi jika jarak penyaluran antara
gardu induk ke konsumen tidak terlalu jauh (Suswanto D, 2009). Dinamakan radial
karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari
jaringan itu dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani. Namun jaringan
yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi gangguan akan
terjadi blackout atau padam pada bagian yang tidak dapat dipasok (Buku I PLN,
2010). Sistem distribusi tipe radial dapat dilihat pada gambar 2.2.
13
2.3.4
penyaluran melalui dua atau lebih saluran penyulang atau feeder yang saling
berhubungan membentuk rangkaian berbentuk cincin (Ring). Sistem ini secara
ekonomis menguntungkan, karena gangguan pada jaringan terbatas hanya pada
saluran yang terganggu saja. Sedangkan pada saluran yang lain masih dapat
menyalurkan tenaga listrik dari sumber lain dalam rangkaian yang tidak terganggu.
Sehingga kontinuitas pelayanan sumber tenaga listrik dapat terjamin dengan baik.
Yang perlu diperhatikan pada sistem ini apabila beban yang dilayani bertambah,
maka kapasitas pelayanan untuk sistem rangkaian tertutup ini kondisinya akan lebih
jelek. Tetapi jika digunakan titik sumber (Pembangkit Tenaga Listrik) lebih dari
satu di dalam sistem jaringan ini maka sistem ini akan benyak dipakai, dan akan
menghasilkan kualitas tegangan lebih baik, serta regulasi tegangannya cenderung
kecil (Suswanto D, 2009). Sistem ini cocok untuk digunakan pada daerah beban
yang padat dan memerlukan keandalan tinggi. Sistem distribusi tipe ring / loop
dapat dilihat pada gambar 2.3.
14
2.3.5
Pada konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu pengulang cadangan (standby
atau express feeder) dan penyulang operasi (working feeder). Penyulang cadangan
tidak dibebani dan berfungsi sebagai backup supply jika terjadi gangguan pada
penyulang operasi. Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka faktor pembebanan hanya
50%. Berdasarkan konsep Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6
penyulang operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan
konfigurasi spindel penuh adalah 85 %. Ujungujung penyulang berakhir pada
gardu yang disebut Gardu Hubung dengan kondisi penyulang operasi NO
(Normally Open), kecuali penyulang cadangan dengan kondisi NC (Normally
Close) Dalam keadaan normal memang express feeder ini sengaja dioperasikan
tanpa beban (Buku I PLN, 2010). Sistem distribusi tipe spindel dapat dilihat pada
gambar 2.4.
2.4
15
2.4.1
tenaga listrik melalui kawat penghantar tanpa isolasi. Sistem ini merupakan
konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik dan paling banyak digunakan
untuk melayani konsumen. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar
tanpa bahan isolasi yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.
Penggunaan penghantar tanpa isolasi harus memperperhatikan faktor yang terkait
dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus
dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut. Baik antar phasa, jarak
penghantar dengan bangunan, dengan tanaman maupun dengan jangkauan manusia.
Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh
yang dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer
(Buku 5 PLN, 2010) .
Dalam pengoperasian saluran udara tegangan menengah perlu mempertimbangkan jenis penghantar yang digunakan dalam saluran tersebut. Penentuan
jenis penghantar sangat diperlukan untuk menentukan karakteristik mekanis
maupun karakteristik listrik saat aliran daya terjadi. Penghantar saluran distribusi
16
2.4.2
17
kabel yang biasa digunakan pada saluran kabel udara tegangan menengah adalah
XLPE dan berselubung PVC berpenggantung penghantar baja dengan tegangan
Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM dan
berisolasi penuh (SPLN 43-5-2, 1995). Berikut merupakan gambar dari kabel yang
digunakan untuk saluran udara tegangan menengah yang ditunjukkan pada gambar
2.7.
2.4.3
yaitu menyalurkan tenaga listrik melalui kawat penghantar. Hanya saja penghantar
yang digunakan pada konstruksi ini adalah penghantar berisolasi dan tertanam
didalam tanah. Konstruksi ini memang lebih mahal dibandingkan dengan
konstruksi SUTM akibat konstruksi isolasi penuh pada penghantar per phasa dan
pelindung mekanis yang dipersyaratkan sesuai keamanan ketenagalistrikan. Namun
konstruksi ini memiliki keuntungan seperti tidak terpengaruh oleh cuaca buruk,
bahaya petir, badai, tertimpa pohon dan gangguan lain yang sifatnya eksternal
(Suswanto D, 2009). Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah
(SKTM) sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik merupakan upaya
utama peningkatan kualitas pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM,
penggunaan SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor
eksternal dan meningkatkan keamanan ketenagalistrikan (Buku 5 PLN, 2010).
18
2.4.4
Impedansi Saluran
Impedansi (Z) terdiri dari Resistansi (R) dan Reaktansi (X). Impedansi
2.4.5
Resistansi Saluran
Setiap konduktor memberi perlawanan atau tahanan terhadap mengalirnya
arus listrik dan hal ini dinamakan resistansi. Resistansi atau tahanan dari suatu
konduktor (kawat penghantar) adalah penyebab terpenting dari rugi daya (power
19
losses) pada saluran transmisi, resistansi yang dimaksud adalah resistansi efektif
yaitu perbandingan rugi daya pada penghantar dengan arus pangkat dua. Resistansi
efektif sama dengan resistansi arus searah (dc), Rdc ini tergantung kepada jenis
bahan kawatnya (Tanjung A, 2012). Besarnya resistansi dinyatakan dengan
persamaan berikut:
R = ................................................................................................ (2.2)
dimana,
R = Resistansi (Ohm)
= Resistivitas atau tahanan jenis penghantar (Ohm)
l = Panjang kawat (m)
A = Luas penampang kawat (mm2)
2.4.6
20
2.5
21
2.5.1
Klasifikasi Bus
Untuk mengetahui besarnya nilai aliran daya dan rugi-rugi daya dalam
22
= ; = 1,2, ,
...........................................................(2.5)
=1
.................................................................... (2.7)
+ =
=1
Apabila bagian real dan imajiner dari Persamaan (2.7) dipisahkan maka akan
diperoleh :
]
= [
.................................................................... (2.8)
=1
] .................................................................... (2.9)
= [
=1
23
Besaran daya pada sistem tenaga listrik juga dapat dinyatakan dalam 3 (tiga) bentuk
umum, antara lain (El-Hawary, 1982):
a. Bentuk Siku-siku (Rectangular Form).
b. Bentuk Kutub (Polar Form)
c. Bentuk Hibrid (Hybrid Form), yang merupakan perpaduan dari bentuk
siku-siku dan bentuk polar.
Jika tegangan dinyatakan dalam bentuk polar maka diperoleh persamaan:
Vp = Vp p ..................................................................................... (2.10)
Vq = Vq q .................................................................................... (2.11)
Jika impedansi dinyatakan dalam bentuk siku-siku maka diperoleh persamaan:
Ypq = Gpq + jBpq .................................................................................. (2.12)
sehingga persamaan daya pada Persamaan (2.8) dan (2.9) akan menjadi:
Analisis aliran daya pada saluran sistem tenaga listrik dapat ditentukan dengan
persamaan aliran daya kompleks saluran seperti berikut:
+ =
.......................................................................... (2.15)
Arus yang mengalir pada bus kirim (p) dari suatu saluran p ke q adalah :
= ( ) +
............................................................. (2.16)
dengan :
ypq
= Admitansi saluran
= Admitansi line charging total
24
Sehingga dapat diketahui daya yang mengalir dari bus p ke bus q adalah:
= + =
................................................................ (2.17)
.............................................................. (2.18)
adalah metode Gauss-Seidel dan Newton Raphson. Metode Newton Raphson lebih
cepat mencapai nilai konvergen sehingga proses iterasi yang berlangsung lebih
sedikit namun setiap iterasinya memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Karena
jumlah iterasinya lebih sedikit maka secara keseluruhan waktu yang diperlukan
lebih singkat dalam proses penyelesaian studi aliran daya. Metode Newton Raphson
pada dasarnya merupakan metode Gauss-Seidel yang telah diperluas dan
disempurnakan. Metode ini dapat mengatasi kelemahan dari metode Gauss Seidel
antara lain dalam hal ketelitian dan jumlah iterasi (Sulasno, 1993). Dalam
penyelesaian analisis iterasi pada metode Newton Raphson, nilai dari daya aktif (Pp)
dan daya reaktif (Qp) yang telah dihitung harus dibandingkan dengan nilai yang
ditetapkan, dengan menggunakan persamaan analisis sebagai berikut (Pai,1979) :
Pp = Pp spec Pp calc
p = 1,2,,n ; p s
25
Qp = Qpspec Qpcalc
p = 1,2,,n ; p s ; p g
Superskrip spec merupakan yang ditetapkan (specified) dan calc merupakan yang
dihitung (calculated). Analisis proses iterasi ini berlangsung hingga perubahan
daya aktif (Pp) dan perubahan daya reaktif (Qp) tersebut telah mencapai nilai
konvergen ( ) yang telah ditentukan. Umumnya nilai konvergen yang ditentukan
berkisaran antara 0,01 sampai 0,0001 (Sulasno, 1993).
Matrik Jacobian terdiri dari turunan parsial dari P dan Q terhadap masingmasing variabel, besar dan sudut fasa tegangan. Nilai besar dan sudut fasa tegangan
yang diasumsikan serta daya aktif dan daya reaktif yang dihitung digunakan untuk
mendapatkan elemen-elemen Jacobian. Setelah itu akan diperoleh harga dari
perubahan besar tegangan,
||
,
||
] =[
()
] [||]
()
|| () ............................................................... (2.23)
Untuk p q
=
= | || |[ sin( ) cos( )]
.......... (2.24)
=
| |
= | || |[ cos( ) + sin( )]
26
= | || |[ cos( ) + sin( )]
| |
= | || |[ sin( ) cos( )]
b. Untuk p = q
=
=
2
= | |
| |
= + | |
2
=
= | |
............................................................... (2.25)
2
= | |
Dengan,
............................................................................. (2.28)
||(+1) = || + || = | | (1 +
||
) ....................................... (2.29)
||
27
2.6
sistem memenuhi fungsi yang dibutuhkan dalam periode waktu yang diberikan
selama digunakan dalam kondisi beroperasi. Dengan kata lain keandalan berarti
peluang tidak terjadi kegagalan selama beroperasi. Sistem yang mempunyai
keandalan tinggi akan mampu memberikan tenaga listrik setiap saat dibutuhkan,
sedangkan sistem mempunyai keandalan rendah bila tingkat ketersediaan
tenaganya rendah yaitu sering padam. Adapun macam macam tingkatan
keandalan dalam pelayanan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) hal antara lain (Hartati
dkk, 2007):
1.
2.
3.
28
2.6.1
Indeks Keandalan
Indeks keandalan merupakan suatu indikator keandalan yang dinyatakan
2.
29
SAIFI =
SAIFI =
N
N
.............................................................................. (2.30)
Dengan :
i
SAIDI =
UN
................................................................................ (2.31)
N
Dengan :
Ui = waktu padam pelanggan dalam periode tertentu (jam/tahun)
Ni = jumlah pelanggan yang dilayani pada titik beban i
30
................................................................................ (2.32)
ASAI =
N 8760 UN
.......................................................... (2.33)
N8760
atau
Dengan 8760 adalah total jumlah jam dalam satu tahun kalender.
atau
ASUI =
UN
N8760
.......................................................................... (2.34)
Dengan 8760 adalah total jumlah jam dalam satu tahun kalender.
31
Informasi dari indeks kegagalan memiliki kegunaan yang seperti berikut ini
(Priatna, 2014):
1. Melengkapi manajemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan pada sistem kelistrikan secara keseluruhan.
2. Untuk mengidentifikasi subsistem dengan capaian dibawah standar dan
untuk memastikan penyebabnya.
3. Melengkapi manajemen dengan data capaian mengenai mutu layanan
pelanggan untuk masing-masing daerah operasi.
4. Menyediakan historisis keandalan dari sirkit individu untuk diskusi dengan
pelanggan sekarang atau calon pelanggan.
5. Memenuhi syarat pelaporan pengaturan.
6. Menyediakan suatu basis untuk menetapkan ukuran-ukuran kesinambungan
layanan.
7. Menyediakan data capaian yang penting bagi suatu pendekatan probabilistik
untuk studi keandalan sistem distribusi.
Standar nilai untuk indeks keandalan sistem distribusi tenaga listrik
ditunjukkan oleh tabel berikut :
Indeks
SAIFI
SAIDI
Standar
1,7 kali/tahun
4,8 jam/tahun