Tugas Respirai Ppok
Tugas Respirai Ppok
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan
udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif,
Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal
dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale
(S Meltzer, 2001 : 595). Tetapi dalam suatu Negara, yang termasuk didalam COPD
adalah emfisema paru- paru dan Bronchitis Kronis. Nama lain dari copd adalah
"Chronic obstructive airway disease " dan "ChronicObstructive Lung Diseases
(COLD)"
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit PPOK
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep dasar dengan PPOK
b. Mengidentifikasikan diagnosa keperawatan pada pasien PPOK
c. Melakukan perencanaan pada pasien PPOK
BAB II
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
A. PENGERTIAN
PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari
dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan
Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).
Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses
penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis
Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan
yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah : Bronchitis
kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001 : 595)
Tetapi dalam suatu Negara, yang termasuk didalam COPD adalah emfisema paru- paru dan
Bronchitis Kronis. Nama lain dari copd adalah "Chronic obstructive airway disease " dan
"ChronicObstructive Lung Diseases (COLD)"
PPOK adalah merupakan konisi irevensibel yang berkaitan dengan dispnea aktivitasan
dan penurunan aliran masuk dan kelua paru- paru(brunner &suddarth,2002).
Ppok merupakan obstruksi saluran aluran pernafasan yang progresif Dan
irevesibel,erjadi bersamaan bronchitis,efisema atau kedua-duanya (snider,2003).
B. ANATOMI FISIOLOGI DAN PARU-PARU
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
(gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m 2 pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan C02 dikeluarkan dari darah. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Pembagian paru-paru; paru-paru dibagi 2 (dua) :
2
1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus Pulmo dekstra superior,
Lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2. Paru-paru kiri, terdiri dari; Pulmo sinester lobus superior dan lobus inferior. Tiaptiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu; 5 (lima) buah segment pada lobus superior,
dan 5 (lima) buah segment pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu;5
(lima) buah segmen pada lobus superior; 2 (dua) buah segmen pada lobus medialis, dan 3
(tiga) buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikal yang berisi
pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat
sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabangcabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2 - 0,3 mm.
Letak paru-paru :
Pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum.
Pada ba-gian tengah iiu tcrdapal lampuk paiu-paru alau hilus Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi 2 (dua):
1.
Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru.
2.
Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana
sewaktu bernapas bergerak.
Pembuluh darah pada paru :
Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1/3 dan tebal ventrikel
kiri, Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih
kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Selain
aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dad aorta
melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah "kaya oksigen" (oxyge-nated) dibandingkan
dengan darah pulmonal yang relatif kekurangan oksigen.
3
Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis membawa
darah yang sedikit mengandung 02 dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabang-cabangnya
menyentuh saluran-saluran bronkial sampai ke alveoli halus. Alveoli itu membelah dan
membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung
udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler.
Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena pulmonalis dan
sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung
kiri (darah mengandung 02), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh
vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru
mempunyai persediaan darah ganda.
Kapasitas paru-paru. Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara
didalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut :
1.
Kapasitas total. Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi
sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada beberapa hal:
Kondisi paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang,
2.
Kapasitas vital. Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksima.l
Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak 5 liter
3.
Waktu ekspirasi. Di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara. Pada waktu kita
bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2 1/2 liter)
4.
C. KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dala kelompok penyakit paru obstruksi krnik adalahsebagai
berikut :
1. Bronchitis kronis
a. Definisi
Bronchitis kronis adalah ganggua klinis yang ditandai dengan pembentukan muus yang
4
berlebihan dalam bronkus an temanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentukan
sputum
selama3
bulan
dalam
setahun
,palin
sedikit
than
berturut-turut
(Brunner&suddart,2002).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilkokus ,streptokokus,pneumokokus.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik,asap obil,asap rokok.
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar ukus pada broki besar yang mana akan meingkatan
prodksi mucus
2) Mucus lebih
3) Kerusakan fungsi fungsi cilliary shngg menurunkan mekanisme
pembersihan mucus.oleh
dari
paru-paru. Obstruksi
ini
menyebabkan
penurunan
ventilasi
dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai
PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia
(overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan
FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya
menuju penyakit cor pulmonal dan CHF
2. Emfisema
1. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
2. Etiologi
1)
2)
Predisposisi genetic
5
3)
Merokok
4)
Polusi udara
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa
kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
EMPHYSEMA
Usia 30 40 tahun
BRONKHITIS
20 30 tahun batuk akibat
merokok (cacat pada usia
Minimal
Dispnea relatif dini
Ketidakseimbangan minimal
Kurus dan ramping
Dada seperti tong
Hyperventilasi
FEV 1 rendah
pertengahan)
Banyak sekali
Lambat
Ketidakseimbangan nyata
Gizi cukup
Tidak membesar
hypoventilasi
FEV 1 rendah
Pa O2
Norml/rendah
moderat
Meningkat
Sa O 2
Polisitemia
Normal
Normal
Desaturasi
Hb
dan
Sputum
Dispne
Rasio V/Q
Bnetuk Tubuh
Diameter AP dada
Gambaran respirasi
Volume Paru
Hematokrit
6
Sianosis
Jarang
meningkat
sering
D. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas yang dihirup
oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1.
1.
2.
2.
a.
b.
3.
a.
asap rokok
perokok aktif
perokok pasif
polusi udara
polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
infeksi saluran nafas bawah berulang
E. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi
adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran
gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang
sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan
pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran
napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital
(KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas
vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari
saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses
ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD,
7
2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di
paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi
akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila
tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas
dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan
adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan
perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).
F. MANIFESTASI KLINIS
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk
bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan
sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan
mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari,
tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa
9
penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas
dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
otot
polos
bronchial
dan
edema
mukosa. Terbatasnya
aliran
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
Fisioterapi
Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
Mukolitik dan ekspektoran
Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan
PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)
Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi,
untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise,
Ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas
sehari-hari
karena
sulit bernafas
Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot
b. Sirkulasi
Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
13
diameterAPdada)
Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh
dansianosis perifer
Pucat dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
d. Makanan/ cairan
Gejala :
Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
menunjukkan edema (bronchitis)
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat
e. Hyegene
Gejala :
Penurunan
kemampuan/peningkatan
kebutuhan
bantuan
melakukan
aktivitassehari-hari
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan
f. Pernafasan
Gejala :
Produksi
sputum
(hijau,
puith,
atau
kuning)
dapat
polusi
kimia/iritan
Tanda :
hidung.
Dada: gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas
: mungkin
redup
dengan
ekspirasi
mengi
inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)
Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara
denganemfisema); bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan,
mukosa)
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abukeseluruhan;
warna merah (bronchitis kronis, biru mengembung). Pasiendengan
emfisema sedang sering disebut pink puffer karena warna kulitnormal
suara
karena
distress pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga
dan infeksi bronkopulmonal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan kebutuhan oksigen.
f. Kurang perawatan diri berhubungan
dengan
keletihan
sekunder
akibat
aliran
16
Intervensi:
Respiratory monitoring
1) Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
Rasional: mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam menetukan
intervensi yang akan diberikan.
2) Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi otot
supraclavicular dan interkostal
Rasional: menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan menetukan
intervensi yang akan diberikan.
3) Monitor suara napas tambahan
Rasional: suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan kepatenan jalan
napas yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecukupan pertukaran udara.
4) Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul, napas
cheyne-stokes, apnea, napas biots dan pola ataxic
Rasional: mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola
napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Airway suctioning
5) Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction
Rasional: waktu tindakan suction yang tepat membantu melapangan jalan nafas pasien
6) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
17
Rasional : Mengetahui adanya suara nafas tambahan dan kefektifan jalan nafas untuk
memenuhi O2 pasien
7) Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan suction
Rasional : memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai indikasi kenapa
dilakukan tindakan suction
8) Gunakan universal precaution, sarung tangan, goggle, masker sesuai kebutuhan
Rasional : untuk melindungai tenaga kesehatan dan pasien dari penyebaran infeksi dan
memberikan pasien safety
9) Gunakan alat disposible steril setiap melakukan tindakan suction trakea
Rasional: jalan nafas merupakn area steril sehingga alat digunkan juga steril untuk
mencegah penularan infeksi
10) Pilihlah selang suction dengan ukuran setengah dari diameter endotrakeal,
trakheostomy, atau saluran nafas pasien
Rasional: penggunaan dimater yang lebih kecil agar tidak menyumbat jalan nafas dan
memberikan ruang agar pasien mampu melakukan respirasi
11) Gunakan aliran rendah untuk menghilangkan sekret (80-100 mmHg pada dewasa)
Rasional : aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas
12) Monitor status oksigen pasien (SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik (MAP dan
irama jantung) sebelum, saat, dan setelah suction
Rasional : Mengetahui adanya perubahan nilai SaO 2 dan satus hemodinamik, jika
terjadi perburukan suction bisa dihentikan.
13) Lakukan suction pada oropharing setelah selesai suction pada trakea
Rasional : melancarkan jalan nafas sehingga SaO2 menjadi optimal
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi dan spasme bronkus ditandai dengan dispnea, nilai AGD tak normal (Pa O 2
<80mmHg), retraksi dinding dada, sianosis sentral dan perifer (+), batuk produktif
(+).
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pertukaran gas klien
adekuat dengan kriteria hasil:
Respiratory status
-
Tidak tampak retraksi dinding dada (skala 5 = no deviation from normal range)
Intervensi:
Acid Base Management
1) Monitor kadar hasil AGD
Rasional: untuk mengevaluasi proses penyakit, memudahkan menetukan terapi atau
mengevaluasi keefektifan terapi yang telah diberikan
2) Monitor tanda-tanda gagal napas
Rasional: dapat memberikan tindakan penanganan yang tepat dan cepat pada klien
3) Pertahankan bersihan jalan napas
Rasional: bersihan jalan napas mempengaruhi intake oksigen dari luar tubuh ke dalam
tubuh
4) Sarankan waktu istirahat yang adekuat
Rasional: untuk mengurangi kerja pernapasan
5) Monitor status neurologis
Rasional: Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen dapat menunjukkan
hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.
6) Kontrak dengan pengunjung untuk membatasi kunjungan
Rasional: agar klien dapat beristirahat secara adekuat untuk mebantu mengurangi kerja
pernapasan
Oxigen Therapy
7) Jaga kebersihan mulut, hidung, dan trakea
19
Rasional: bersihan jalan napas yang adekuat dapat memaksimalkan intake oksigen
yang dapat diserap oleh tubuh.
8) Monitor volume aliran oksigen dan jenis canul yang digunakan
Rasional: volume aliran oksigen harus diberikan sesuai indikasi untuk pasien anak (15 liter/menit).
9) Monitor keefektifan terapi oksigen yang telah diberikan
Rasional: untuk membantu menentukan terapi berikutnya
10) Monitor tanda-tanda keracunan oksigen dan atelektasis
Rasional: oksigen yang berlebihan dalam tubuh sangat berbahaya karena oksigen
dapat mengikat air dan dapat menyebabkan dehidrasi.
11) Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan oksigen tambahan
selama aktifitas dan/atau tidur
Rasional: membantu klien memenuhi kebutuhan oksigen saat istirahat.
c.
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
Intervensi :
1).Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas.lapor peningkatan
dispnea,peningkatan
peningkatan upaya
Intervensi :
1).
2). Dorong klien untuk mandi,berpakaian,dan berjalan dalam jarak dekat,istirahat sesuai
kebutuhan untuk menghindari keletihan dan dispnea berlebihan.Bahas tindakan
penghematan energy
3). Ajarkan tentang postural drainase bila memungkinkan
f. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penghentian aliran
darah,masalah
jam
yang ditangani.
23
Intervensi :
1). Catat derajat ansietas dan takut.informasikan pasien atau orang terdekat bahwa
perasaanya normal dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu pasien meningkatkan
beberapa perasaan kontrol emosi.
2). Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan pasien untuk
memahami dan menangani informasi.
Rasional : menghilangkan ansietas karena ketidaktauan dan menurunkan takut tentang
keamanan pribadi.pada fase dini penjelasan perlu di ulang dengan sering dan singkat
karena pasien karena pasien mengalami penurunan lingkup perhatian
3). Berikan tindakan kenyamanan misalnya pijatan punggung perubahan posisi
Rasional : alat untuk menurunkan stress dan perhatian tak langsung untuk
meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping.
4). Bantu pasien untuk mengidentifikasikan perilaku membantu misal posisi yang
nyaman,focus bernafas,teknik relaksasi
Rasional : Memberikan pasien tindakan mengontrol untuk menurunkan ansietas dan
tegangan otot
5). Kembangkan program aktivitas dalam batas kemampuan fisik
Rasional : Memberikan kesehatan untuk membentuk energi dengan perasaan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan
yang dilaksanakan untuk mebantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang telah
disusun.Prinsip dari memberikan tindakan keperawatan meggunakan komunikas terapeutik
serta penjelaan setiap tindakan yng diberikan kepada klien.selain itu,juga berprinsip
melakukan tindakan keperawatan
dapat
berupa
tindakan
keperawatan
secara
independent,dependent,dan
interdependent.Tindakan independent yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa
petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya.Tindakan dependen ialah
tindakan yang berhubungan dengan tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga
kesehatan lain.Tindakan interdependent ialah tindakan engan keperawatan yang memerlukan
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi,radiologi,fisioterapi,dan lain-lain.
24
e.
Evaluasi keperawatan
1.
No. Dx
1
Evaluasi
S : Klien tidak mengeluh sesak nafas.
O: klien mampu batuk efektif dan klien mampu mengeluarkan
sputum, bunyi nafas normal, frekuensi irama kedalaman nafas
normal.
S : Klien tidak mengeluh sesak nafas.
O : Tidak ada sianosis dan nilai AGD dalam rentang normal.
5.
klien
meunjukan
peningkaan
perfusi
sesuai
secara
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah :
Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001 : 595)
Tetapi dalam suatu Negara, yang termasuk didalam COPD adalah emfisema paruparu dan Bronchitis Kronis. Nama lain dari copd adalah "Chronic obstructive airway
disease " dan "ChronicObstructive Lung Diseases (COLD)"
PPOK adalah merupakan konisi irevensibel yang berkaitan dengan dispnea
26
aktivitasan dan penurunan aliran masuk dan kelua paru- paru(brunner &suddarth,2002).
Ppok merupakan obstruksi saluran aluran pernafasan yang progresif Dan
irevesibel,erjadi bersamaan bronchitis,efisema atau kedua-duanya (snider,2003).
B. SARAN
Semoga teori askep PPOK ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan PPOK.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta,
EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarths,
Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
27
28