Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN SKENARIO I

SISTEM RESPIRASI
TONSILITIS

Disusun Oleh :
Lusia Lilik Kurnia M

1102070 / IIA

Chelsea Tangalobo Parassa

1102019 / IIA

Primalova Septiavy E

1102092 / IIA

Cahya Puji Angraeni

1102017 / IIA

Ristri Putri Utami

1002090 / IIA

Kornelis Neke Beti

1102064 / IIA

Kusumo Estri Pamungkas

1102065 / IIB

Constantina Ludia Mainolo

1102021 / IIB

Laila Dianingsih

1102066 / IIB

Yolla Jaga Pramudita

1102120 / IIB

Paskalis Djama Dahi

1102090 / IIB

Susantri Mirahai Turege

1102105 / IIB

SEMESTER III PRODI S1 KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2012

A. Pengertian
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar
lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga
disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut
kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar
akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa,
bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak (www.mediastore.com, 2006).
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi
(www.mediastore.com, 2006).
B. KLASIFIKASI
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006) :
1. Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians,
dan streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi
bercak putihyangmengisikiptitonsilyangdisebutdetritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut


menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan
berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.
C. Anatomi Fisiologi
Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Tonsil terletak pada kerongkongan dibelakang kedua ujung lipatan belakang
mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Rina of Waldeyer. Kedua tonsil
terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya diantara lengkung langit-langit dan
mendapat persediaan limfosit yang melimpah didalam cairan yang ada pada
permukaan dalam sel-sel tonsil.

Tonsil terdiri atas:

1. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
2. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak
dibelakang koana
3. Tonsil linguis, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar keseluruh tubuh dengan
cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan kerongkongan,
oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

Peradangan pada tonsil disebut dengan peradangan tonsilitis, penyakit ini


merupakan salah satu gangguan telinga, hidung dan tenggorokan (THT). Kuman
yang dimakan oleh imunitas selluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan
tetap bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang
(tonsilitis kronis).
Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid berkerja terus
dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid
akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. (pearce, 2006 ;
syaifuddin. 2006)
D. Etiologi
Menurut Adams George (1999) Tonsilitis bakterialis supuralis akut. paling sering
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993) Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Streptococcus B hemoliticus grup A


Streptococcus viridens
Streptococcus pyogenes
Staphilococcus
Pneumococcus
Virus
Adenovirus
ECHO
Virus influenza serta herpes

Menurut Medicastore Firman S (2006) Penyebabnya adalah infeksi bakteri


streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan
mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsillitis.
E. PATOFISIOLOGI

Menurut Iskandar N (1993) yaitu : Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan
radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada
korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus
disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsillitis lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut.
Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang
akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya
timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai
dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

PATHWAY
Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilitis akut

Edema tonsil

hipertermi

Tonsil & adenoid membesar

Obstruksi pada tuba eustakii

Nyeri telan

Sulit makan & minum

kelemahan
Resiko
perubahanstatus nutrisi
< dari kebutuhan tubuh

Kurangnya
pendengaran

Infeksi sekunder

Otitis media
Intoleransi
aktifitas

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Mangantara , imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
Nyeri sering kali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama)
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
5. Sulit menelan
6. Mual anoreksia
7. Edema faring
8. Mulut berbau
9. Tonsil hipermia
10. Kelenjar limfe leher membengkak
Menurut Smelzer , Suzune (2000)
Gejala yang timbul sakit tenggorokan , demam , ngorok , dan kesulitan menelan
Menurut Hembing , (2000)
1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah , sakit saat
menelan,dan kadang-kadang muntah
2. Tonsil bengkak , panas , gatal , sakit pada otot dan sendi , nyeri pada seluruh
badan,kedinginan , sakit kepala ,dan sakit pada telinga
3. Pada tonsillitis dapat menyebabkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar
nanah pada lekukan tonsil.
G. Pemeriksaan
1. Tes laboratorium
Tes laboratorium digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan
demam reumatik, glomerul nefritis, dan demam jengkering.

2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji retensi bila diperlukan
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik,
dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
H. Penatalaksanaan
Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya perawatan dengan
perawatan sendiri dan dengan menggunakan anribiotik. Tindakan operasi hanya
dilakukan jika sudah mencapi tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri.
1. Perawatn sendiri
Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu
hilang dengan sendirinya. Selama satu atau dua minggu sebaiknya penderita
banyak istiraht, minum hangat juga mengkonsumsi cairan menyejukkan.
2. Antibiotic
Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotic yang akan berperan
dalam proses penyembuhan. Antibiotic oral perlu diminum selama 10 hari.
3. Tindakan operasi
Tonsilektomi biasanya dilakukan pada anak-anak jika mengalami tonsillitis
selama tujuh kali atau lebih dalam setahun.
Amandel membengkak dan berakibat sulit bernapas adanya abses.
a. Tonsillitis terjadi sebanyak 7 x atau lebih/ tahun
b. Tonsillitis terjadi sebanyak 5 x atau lebih/ tahun dalam kurun waktu 2
tahun
c. Tonsillitis terjadi sebanyak 3 x atau lebih/ tahun dalam kurun waktu 3
tahun
d. Tonsillitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotic
Farmakologi
1. Golongan penisilin :
a. Penicillin
b. Amoxilin
c. Oxacilin
d. Dicoxacilin
e. Nafcilin
f. Clavulanate
g. Ampicilin-sulbactam
2. Golongan Sefalosporin :
a. Cephalexin
b. Cefozolin
c. Ceftriaxone

d. Cefuroxime
e. Cefadroxil
f. Cefepime
3. Golongan lain :
a. Clindamycin
b. Vancomycin
c. Daptomycin
d. Eritromycin
e. Gentamicin
f. Tobranycin

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian fokus
a. Wawancara
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Apakah mempunyai kebiasaan merokok
5) Bagaimana pola makannya
6) Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
b. Pengkajian Pola
1) Data dasar pengkajian
Integritas Ego
Gejala : perasaan takut
Khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga,
kemampuan kerja, dan keuangan.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
2) Makanan / Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, inflamasi,

kebersihan gigi buruk/kurang.


3) Hygiene
Tanda : kesulitan menelan
4) Nyeri/ Keamanan
Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke
telinga
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati.
5) Pernafasan
Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja
dengan serbuk kayu, debu.
(Firman,2006;Doenges,1999)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.
2. Post operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret
b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan
c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka.
(Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001)
1. Pre Operasi
Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai
dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan nutrisi pasien adekuat
Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tandatada malnutrisi, mampu
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan
INTERVENSI
RASIONAL
Awasi masukan dan berat badan sesuai Memberikan informasi sehubungan dengan
indikasi

kebutuhan nutrisi dan keefektifan terapi

Auskultasi bunyi usus

Makan hanya dimulai setelah bunyi usus

membaik setelah operasi


Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan Kandungan makan dapat mengakibatkan
sesuai toleransi

ketidak toleransian, memerlukan perubahan

pada kecepatan/tipe formula


Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan selang yang sesuai
indikasi
Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri menurun
INTERVENSI
RASIONAL
Monitoring perkembangan nyeri
Mengetahui perkembangan tindakan dari
yang dilakukan
Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi
Mengetahui keadaan pasien
Berikan tindakan nyaman dan akivitas Meningkatkan relaksasi dan
hiburan

membantu

pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu


disamping

diri

sendiri/ketidaknyamanan.

Dapat menurunkan kebutuhan dosis analgetik


Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
mulut,tenggorokan
Catatan
indikator

non-verbal

yang memerlukan evaluasi lanjutan


respon Dapat
meningkatkan
kerjasama

dan

automatic terhadap nyeri evaluasi efek partisipasi dalam program pengobatan


samping

(Doenges,2000)

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan suhu tubuh normal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37C) tubuh tidak terasa panas, pasin tidak gelisah
INTERVENSI
RASIONAL
Pantau suhu pasien (derajad dan pola) Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit
perhatikan menggigil/diaphoresis
infeksius
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan Suhu ruangan

harus

diubah

untuk

linen tempat tidur sesuai indikasi


mempertahankan suhu mendekati normal
Berikan kompres mandi hangat, hindari Dapat membantu mengurangi demam

penggunaan alcohol
Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin)

Gunakan untuk mengurangi demam

asetaminofon

dengan

aksi

hipotalamus
mungkin

sentralnya
meskipun

dapatberguna

pada
demam
dalam

mengatasi pertumbuhan organism dan


meningkatkan autodestruksi dari selsel yang terinfeksi
(Doenges,2000)
Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah
Kriteria hasil :
1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada
2. Mengidentifikasi persepsi diri negative
INTERVENSI
RASIONAL
Diskusikan situasi atau dorong pernyataan Pasien sangat sensitif terhadap perubahan
takut atau masalah, jelaskan hubungan antara tubuh
gejala dengan asal penyakit
Dukung dan dorong pasien,

berikan Pemberian

perawatan yang positif, perilaku bersahabat

perawatan

kadang-kadang

memungkinkan penilaian perasaan pasien


untuk memuat upaya untuk membantu pasien

Dorong

keluarga/orang

menyatakan

perasaa,

terdekat
berkunjung

merasakan nilai pribadi.


untuk Anggota keluarga dapat merasa bersalah
atau tentang kondisi pasien dan takut terhadap

berpartisipai pada perawatan


kematian.
Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu
baik mengenai penyembuhan fungsi tubuh menurunkan
ataupun kemandirian pasien

perasaan

marah

dan

ketidakberdayaan dan menimbulakn perasaan

adanya perkembangan
Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan
Membantu peningkatan rasa harga
berdandan yang baik

diri dan kontorl atas salah satu bagian


kehidupan
(Doenges,2000)

Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.


Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas
kecemasan.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji sejauh mana kecemasan klien
Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
Informasikan pasien /orang terdekat tentang Mengembangkan rasa percaya diri
peran advokat perawat intra operasi
Identifikasikan tingkat rasa cemas
Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
Validasi sumber rasa takut
Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik
Beritahu pasien kemungkinan dilakukan
Mengurangi rasa takut
operasi

(Doenges,2000)

Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas
dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
INTERVENSI
RASIONAL
Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi
ekspirasi memanjang di banding inspirasi
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki
nafas, misalnya: mengi, krekel, ronki

terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi

pada respon terhadap pengumpulan secret


Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, Peninggian
kepala
tempat
tidur
misalnya peninggian kepala tempat tidur, mempermudah fungsi pernafasan dengan
duduk pada sandaran tempat tidur

menggunakan

gravitasi

namun,

pasien

dengan distresi berat akan mencari posisi


yang paling mudah untuk bernafas
Dorong pasien untuk mengeluarkan lender Membersihkan jalan nafas dan membantu
secara perlahan

mencegah komplikasi pernafasan


(Doenges,2000)

2.

Post Operasi

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan


Tujuan : berkurangnya volume cairan yang terjadi
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume cairan
dapat terstasi ditandai dengan tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler cepat
INTERVENSI
Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan

RASIONAL
Potensial kekurangan cairan, khususnya bila

tidak ada tambahan cairan


Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil Perubahan TD dan nadi dapat digunakan
normal pasien/sebelumnya. Ukur TD dengan untuk perkiraan kasar kehilangan darah,
posisi duduk atau berbaring serta ukur nadi
missal nadi diduga 25% penurunan >110
Catat respon fisiologi individual pasien Simtomatologi
dapat
berguna
dalam
terhadap perdarahan, misalnya perubahan mengukur berat badan atau lamanya episode
mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat, perdarahan.
berkeringant, takipnea, peningkatan suhu
Awasi

batuk

dan

bicara

karena

Memburuknya

gejala

dapat

menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau

tidak adekuatnya penggataian cairan


akan Aktivitas batuk dan bicara meninkakan

mengiritasi luka dan menambah perdarahan

tekanan

intraabdomen

dan

dapat

mencetuskan perdarahan langit


(Doenges,2000)

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri
terkontrol
INTERVENSI
RASIONAL
Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat,
konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter juga dapat menimbulkan komplikasi
atau lokasi atau intensitas nyeri
Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri Tindakan non-analgetik diberikan dengan
dengan:
1. minum air dingin atau air es

cara alternative untuk mengurangi nyeri dan


menghilangkan ketidaknyamanan

2. hindarkan makanan pedas, panas,


asam dan keras
3. melakukan teknik relaksasi
Menciptakan lingkungan yang tenang dan Menurunkan
nyaman
Pantau tanda vital

stress

dan

rangsangan

berlebihan, meningkatkan istirahat


Perubahan frekuensi jantung atau
menunjukkan

bahwa

pasien

TD

mengalami

nyeri, khususnya bila alas an lain untuk


perubahan tanda vital telah terlihat
(Doenges,2000)

Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi,
menunjukkan tehnik atu perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman
INTERVENSI
RASIONAL
Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas Mengurangi kontaminasi silang
walaupun menggunakan sarung tangan steril
Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk
prosedur aseptic
mencegah infeksi
Siapkan lokasi operasi menurut produsen Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi
khusus

operasi
(Doenges,2000)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema

: Tonsilitis

Waktu

: 30 menit

Sasaran

: Mahasiswa kelompok 2 Stikes Bethesda Yakkum

Tempat

: Ruang SGD kelompok 2

I. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan mahasiswa kelompok 2 memiliki pengetahuan
mengenai Tonsilitis
II. Tujuan Intruksional Khusus
1. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengerti pengertian Tonsilitis
2. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengetahui tanda dan Tonsilitis
3. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengetahui penyebab Tonsilitis
4. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengerti patofisiologi Tonsilitis
5. Mahasiswa SGD kelompok 2 mengertahui etiologi Tonsilitis
6. Mahasiswa SGD kelompok 2 Mengetahui cara Pencegahan Tonsilitis
III. Pokok Materi

Pengertian Tonsilitis
Tanda dan Tonsilitis
Penyebab Tonsilitis
Patofisiologi Tonsilitis
5. Etiologi Tonsilitis
6. Cara Pencegahan Tonsilitis
1.
2.
3.
4.

IV. Metoda
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media
Power Point
Leaflet
VI. Kegiatan Penyuluhan
NO.
1.

Kegiatan
Pendahuluan
a. Penyampaian
salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan topic
penyuluhan
d. Menjelaskan tujuan
e. Apersepsi

2.

Penyampaian materi
a. Materi
a) Menjelaskan
Pengertian Tonsilitis
b) Menjelaskan
Tanda
dan Gejala Tonsilitis
c) Menjelaskan Penyebab
Tonsilitis
d) Menjelaskan

tentang

Patofisiologi Tonsilitis
e) Menjelaskan tentang
Etiologi Tonsilitis
f) Menjelaskan

Respon pasien
a. Membalas salam
b. Memperhatikan
c. Memperhatikan

Waktu
10
menit

d. Memperhatikan
e. Memperhatikan

a. Memperhatikan
penjelasan dan
memperhatikan

10
menit

Pencegahan

terhadap

Tonsilitis
a) Memberikan
kesempatan
bertanya
b) Menjawab
pertanyaan
3.

Penutup
a. Menyimpulkan
hasil penyuluhan
b. Menjawab

b. Bertanya
c. Memperhatikan
jawaban

a. Memperhatikan
b. Menjawab
10
a. Menjawab

pertanyaan
Evaluasi
a. Menanyakan

menit

kembali ke peserta
penyuluhan
VII.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Evaluasi
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Tonsilitis
Mahasiswa dapat menyebutkan tanda dan gejala Tonsilitis
Mahasiswa mengerti tentang penyebab Tonsilitis
Mahasiswa mengerti patofisiologi Tonsilitis
Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi Tonsilitis
Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan terhadap Tonsilitis
Yogyakarta, 18 Oktober 2012

Pembimbing

Penyuluh

Tiur Agustina S.kep,Ns

SGD kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA

1. Doengus, Marylin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


2. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI
3. R. Sjamsuhidayat & Wimdejong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC
4. Smeltzer Suzamec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunerr &

Suddarth. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai