Rheumathoid Arthritis (Bagus) PDF
Rheumathoid Arthritis (Bagus) PDF
PENDAHULUAN
rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai antara
dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis
dapat mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2012).
Di Indonesia sendiri kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan
dengan negara maju seperti Amerika. Prevalensi kasus rheumatoid arthritis di
Indonesia berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% sementara di Amerika mencapai
3% (Nainggolan, 2009). Angka kejadian rheumatoid arthritis di Indonesia
pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1% hingga 0,3%. Pada
anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah
penderita rheumatoid arthritis di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal,
2012).
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan
pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu
sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan
kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa
pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang
disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya berupa
keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari
tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan
organ. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri,
keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan
demikian hal yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah
pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup. Bahkan kasus rheumatoid
arthritis
yang
tidak
begitu
parah
pun
dapat
mengurangi
bahkan
Obat
ini
tidak hanya
meringankan
gejala tetapi
juga
Kualitas
hidup
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
terapi, seperti jenis obat atau terapi juga ikut berperan dalam kualitas hidup
pasien (Chen et al., 2005).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai gambaran pengobatan pada pasien rheumatoid arthritis dan kualitas
hidupnya. Penelitian ini dilakukan terhadap pasien rheumatoid arthritis yang
menjalani rawat jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada khususnya serta rumah sakit lainnya dalam
menetapkan kebijakan pelayanan kesehatan dalam menangani penyakit
rheumatoid arthritis.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran pengobatan rheumatoid arthritis pada pasien rawat
jalan di RS PKU?
2. Bagaimana kualitas hidup pasien rheumatoid arthritis di instalasi rawat
jalan RS PKU?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas hidup pasien rheumatoid
arthritis di instalasi rawat jalan RS PKU?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pengobatan
dan kualitas hidup pasien rheumatoid arthritis di instalasi rawat jalan RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2.
Tujuan khusus
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.
b.
c.
1.
Farmasis
Sebagai bahan dan motivasi farmasis untuk dapat meningkatkan peran
farmasi
klinik
dalam
pelayanan
kefarmasian
terutama
dalam
2.
3.
Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman penelitian tentang
pelayanan kesehatan khususnya pada penyakit rheumatoid arthritis serta
sebagai
pembanding,
pendukung
dan
pelengkap
untuk
penelitian
selanjutnya.
E. Tinjauan Pustaka
1.
Rheumatoid arthritis
a. Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan
kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon
10
c. Patogenesis
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat
membedakan komponen self dan non-self. Kasus rheumatoid arthritis
sistem imun tidak mampu lagi membedakan keduanya dan menyerang
jaringan sinovial serta jaringan penyokong lain. Inflamasi berlebihan
merupakan manifestasi utama yang tampak pada kasus rheumatoid
arthritis. Inflamasi terjadi karena adanya paparan antigen. Antigen dapat
berupa antigen eksogen, seperti protein virus atau protein antigen
endogen (Schuna, 2005).
Paparan antigen akan memicu pembentukan antibodi oleh sel B.
Pada pasien rheumatoid arthritis ditemukan antibodi yang dikenal
dengan Rheumatoid Factor (RF). Rheumatoid Factor mengaktifkan
komplemen kemudian memicu kemotaksis, fagositosis dan pelepasan
sitokin oleh sel mononuklear sehingga dapat mempresentasikan antigen
kepada sel T CD4+. Sitokin yang dilepaskan merupakan sitokin
proinflamasi dan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis
seperti TNF-, IL-1 dan IL-6. Aktivasi sel T CD4+ akan memicu sel-sel
inflamasi datang ke area yang mengalami inflamasi. Makrofag akan
melepaskan prostaglandin dan sitotoksin yang akan memperparah
inflamasi. Protein vasoaktif seperti histamin dan kinin juga dilepaskan
yang menyebabkan edema, eritema, nyeri dan terasa panas. Selain itu,
aktivasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga dapat menstimulasi
11
12
jendela ini mungkin berkisar antara 3-4 bulan (NHMRC, 2009). Oleh
karena itu, penting sekali untuk mendiagnosis penyakit dan memulai
modifikasi terapi penyakit sesegera mungkin. Diagnosis rheumatoid
arthritis memerlukan sejumlah tes untuk meningkatkan kepastian
diagnosis,
membedakannya
memprediksi
perkembangan
dengan
penyakit
bentuk
pasien,
artritis
serta
yang
lain,
melakukan
13
cairan
sinovial.
Peradangan
yang
mengarah
pada
14
15
ini
lebih
umum
daripada
rata-rata
pada
wanita
16
17
g. Tatalaksana Terapi
1). Tujuan terapi rheumatoid arthritis
Pengobatan penderita rheumatoid arthritis bertujuan untuk :
a). Menghilangkan gejala peradangan/inflamasi yang aktif baik
lokal maupun sistemik.
b). Mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan.
c). Mencegah terjadinya deformitas atau kelainan bentuk sendi dan
menjaga fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik.
d). Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang
mengalami rheumatoid arthritis agar sedapat mungkin menjadi
normal kembali (Rizasyah, 1997).
2). Strategi terapi
Pengobatan rheumatoid arthritis memiliki dua komponen (Shiel,
2011):
a). Mengurangi inflamasi serta mencegah kerusakan dan kecacatan
sendi.
b). Menghilangkan gejala, terutama nyeri.
3). Tata laksana terapi
Obat-obatan dapat digunakan untuk mengurangi peradangan pada
sendi, menghilangkan rasa sakit dan mencegah atau memperlambat
terjadinya kerusakan sendi. Terapi fisik dapat dilakukan untuk
18
19
20
(b). Perbaikan
tendon.
Peradangan
dan
kerusakan
sendi
dapat
21
Respon buruk
DMARD lain
monoterapi
(Metotreksat jika tidak
digunakan diatas)
Kombinasi
DMARD
DMARD biologik
mono atau kombinasi
dengan DMARD
Respon buruk
22
23
Kualitas hidup
a. Definisi
Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda oleh para
peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multidisipliner
24
25
26
diminta
untuk
membuat
tanda
digaris
tersebut
untuk
27
28
29
G. Kerangka Konsep
Karakteristik pasien :
1. Usia
2. Jenis kelamin
Karakteristik penyakit :
1. Penyakit penyerta
2. Durasi penyakit
Kualitas hidup
pasien
rheumatoid
arthritis
H. Hipotesis
Berdasarkan uraian dalam landasan teori, dapat dirumuskan hipotesis
yaitu usia, jenis kelamin, penyakit penyerta, durasi penyakit, jenis obat yang
digunakan dan tingkat nyeri yang dialami mempengaruhi kualitas hidup
pasien rheumatoid arthritis di instalasi rawat jalan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.