Agus Panji
Agus Panji
Oleh :
AGUS PANJI
NPM. 711.6.2.0003
Oleh :
AGUS PANJI
NPM. 711.6.2.0003
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan bukan
Merupakan jiblakan atau tiruan dari skripsi orang lain untuk memperoleh gelar
dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun
Agus Panji
NPM : 711.6.2.0003
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan karunia Nya
yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul Hubungan Manajemen Diri Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Rheumatoid Artritis Di UTP Puskesmas Rubaru
Skripsi ini tidak lepas dari masukan dan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada :
1. Hj. Alwiyah, SE.,MM , selaku Rektor Universitas Wiraraja Sumenep.
2. Mujib Hannan, S.KM.,S.Kep.Ns M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.
3. Dian Ika Puspitasari,S.Kep.Ns, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep,
4. Syaifurrahman Hidayat S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I dan
Jamali S.Si,.M.Kes selaku dosen pembimbing II
5. Kedua orang tua saya H. Moh. Sunahwi (alm) dan Hj. Rahwiya
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
dan sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan waktu,tenaga,dan sumber
pustaka yang peneliti miliki sehingga saran dan kritik dari pembaca akan sangat
membantu untuk langkah penelitian selanjutnya.
Penulis
vi
ABSTRAK
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit kronis yang menyebabkan nyeri,
kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi.
Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, Sendi-sendi kecil di
tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat.Prevalensi kasus rheumatoid
arthritis Indonesia berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% sementara di Amerika
mencapai 3% (Nainggolan, 2009). Angka kejadian rheumatoid arthritisdi
Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1% hingga 0,3%.
Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan menajemen diri dengan
tingkat kecemasan pada pasien rheumatoid artritis di wilayah kerja Upt
Puskesmas Rubaru.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan crossectional, dengan
teknik sampling Purpossive sampling. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 161
orang dengan jumlah sampel yang terdiri dari 30 orang. Penelitian ini dilakukan
pada pasien Rheumatoid artritis di wilayah kerja Upt Puskesmas Rubaru
Sumenep. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearmanrho.
Hasil penelitian ini menunjukkan Sebagian besar tingkat kecemasan pasien
dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan berat sebanyak 17 orang. Dan
Sebagian besar tingkat manajemen diri pasien adalah manajemen diri ringan
sebanyak 21orang. Uji analisa dengan menggunakan uji spearman-rho didapatkan
hasil p= 0,032 (< 0,05).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubunngan antara menejemen
diri dengan tingkat kecemasan pada pasien rheumatoid artritis di wilayah kerja
Upt Puskesmas Rubaru. Hal ini bisa menjadi pengetahuan baru bagi tenaga
kesehatan untuk menjelaskan kepada pasien Rheumatoid artritis bahwa
manajemen diri sangatlah penting digunakan pada pasien rheumatoid karena dapat
mengurangi tingkat kecemasan.,
Kata kunci : Manajemen diri dan kecemasan
vi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................iiii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii
iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................iv
iv
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vv
ABSTRAK ............................................................................................................vi
vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................vii
vii
DAFTAR TABEL.....viii
xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xii
ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiii
x
DAFTAR SINGKATAN. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................111
1.1 Latar Belakang.
vii
viii
viii
ix
ix
xi
DAFTAR TABEL
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka teori23
Gambar 3.1 kerangka konsep.25
Ganbar 4.1 kerangka kerja.27
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Informed Consent
Lampiran 4 Koesioner kecemasan
Lampiran 5 Koesioner Manajemen diri
Lampiran 6 Hasil Uji Korelasi Spearman-Rho
Lampiran 7 Hasil Uji Analisa
Lampiran 8 Kecemasan Responden dan manajemen diri responden
Lampiran 9 Berita Acara Perbaikan Penguji I
Lampiran 10 Berita Acara Perbaikan Penguji II
Lampiran 11Berita Acara Perbaikan Penguji III
Lampiran 12 Surat Keterangan Konsultasi
Lampiran 13 Surat Keterangan Konsultasi
xiii
xiv
DAFTAR SINGKATAN
WHO
RA
: Rheumatoid Artritis
DHEA
: Dehidropiandrosteron
HSP
HRS-A
Rs
: Rank Spearman
BPS
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu Negara merupakan harapan semua
bangsa.Hal ini dapat terlihat dari peningkatan taraf hidup dan perhatian
kesehatan masyarakat.Namun peningkatan-peningkatan taraf hidup dan
perhatian kesehatan masyarakat dapat mengakibatkan terjadinya transisi
epidemi-ologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka
kesakitan karena penyakit degenerative, seperti penyakit rheumatik.
Penyakit rheumatik yang disebut artritis (radang sendi).Dalam ilmu
kesehatan radang sendi ini di kenal dengan Rheumatoid arthritis.Rheumatoid
arthritismerupakan penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan,
pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi.
Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, Sendi-sendi kecil di
tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat.Pada rheumatoid arthritis
kekakuan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu
sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari.
Penyakit ini mengenai otototot skelet, tulang, ligamentum, tendon
dan persendian pada lakilaki maupun wanita khususnya usia dewasa atau
lanjut usia (lansia). Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk
terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien atau lebih
menyerang jenis kelamin yang satu dibandingkan lainnya. Dampak keadaan
ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan
athritis dan 23,2 juta sisanya adalah penderita dengan keluhan nyeri sendi
kronis.
Prevalensi kasus rheumatoid arthritis Indonesia berkisar 0,1% sampai
dengan 0,3% sementara di Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009). Angka
kejadian rheumatoid arthritisdi Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18
tahun) berkisar 0,1% hingga 0,3%. Pada anak dan remaja prevalensinya satu
per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah penderita rheumatoid arthritisdi
Indonesia 360.000 orang lebih.Sedangkan jumlah keseluruhan di Kabupaten
Sumenepangka kejadian rheumatoid artritis sebesar 14.525 jiwa (Dinkes
sumenep 2014) di UPT Puskesmas Rubaru sebanyakn 161 pasien.
Tabel 1.1 Jumlah pasien rheumatoid artritis pada bulan januari s/d maret 2015
Usia
45-54 th
55-59 th
60-69 th
>70
Jumlah
Jumlah pasien
7
34
80
40
161
%
4,3
21,11
49,68
24,84
100%
respon
terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal
terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang
belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.
Kecemasan ditandai dengan adanya rasa takut atau khawatir yang mendalam
dan berkelanjutan sehingga perlu adanya manejemen diri guna membangun
percaya diri.
Kecemasan itu sudah sangat mengganggu dalam kehidupan seharihari maka diperlukan tindakan untuk mengatasinya, meliputi: terapi
humanistika, terapi psikofarmaka, terapi somatik, psikoterapi, terapi
psikososial, terapi regilius, pendekatan keluarga, konseling, diantara faktorfaktor tersebut terdapat manajemen diri di dalam terapi psikososial, (Hawari,
2008).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan observasi data catatan
medis rheomatoid artritis di UPT Puskesmas Rubaru yang dilakukan penulis
terhadap 10 data pasien yang mengalami penyakit rheumatoid artritis. 2
paling
mengetahui
akan
kekurangan
dan
kelebihan
dirinya.
yang
dialaminya
akan
semakin
rendah
segenap kegiatan dan langkah mengatur dan mengelola diri sendiri sebaikbaiknya, sehingga mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup yang
telah ditetapkan oleh individu yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang, Hubungan antara Manajemen Diri Dengan
Tingkat Kecemasan pada Pasien Rheumatoid Artritis .
latar
belakang
diatas,maka
dapat
dirumuskan
manajemen
diri
pasien
rheumatoid
artritis
di
UPTPuskesmas Rubaru
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien rheumatoid artritis di
UPT. Puskesmas Rubaru
masukan
kepada perawat
akan
pentingnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rheumatoid Artritis
College
of
Rheumatology,2012)
10
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
b. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
CorticotraoninReleasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta.
Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan
menghambat respon imun selular (TH1).Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk senang
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya
penyakit RA (Suarjana, 2009).
d. Heat Shock Protein(HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino
homolog.Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel
T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host.Sehingga bisa
menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga
mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
e. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo, 2012).
2.1.4 Manifestasi Klinis Rheumatoid Artritis
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling
sering di tangan.RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan
11
lutut.Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti
oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat, 2010).
Gejala umum rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada
tingkat peradangan jaringan.Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif
ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif.Remisi dapat terjadi
secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa
bulan atau tahun.Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada
umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala
kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan
energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan
kekakuan.Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari.Disamping
itu juga manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya
mencerminkan stadium serta beratnya penyakit.Rasa nyeri, pembengkakan, panas,
eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk
rheumatoid artritis (Smeltzer & Bare, 2002).
2.2 Kecemasan
2.2.1 Pengertian Kecemasan
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh
setiap manusia.Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan seharihari.Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun
wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2005:66).Kecemasan adalah sesuatu yang
12
menimpa
hampir
setiap
orang
pada
waktu
tertentu
dalam
tanggapan
dari
sebuah
ancaman
nyata
ataupun
dialami
ketika
berfikir
tentang
sesuatu
tidak
13
Nevid
Jeffrey
S,
Rathus
Spencer
A,
&
Greene
Beverly
adalah
rasa
khawatir,
takut
yang
tidak
jelas
kecemasan
padapenampilan
yang
yang
menampak,
berupa
gejala-gejala
sehingga
fisik
dapat
maupun
disaksikan
mental.Gejala
14
Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masingmasingorang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury,
2007:74)menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang
berfungsisebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika
terdapatancaman
berasal
dari
perasaan
tidak
sadar
yang
berada
yang
benar-benar
ada.
Kholil
Lur
Rochman,
Ada
saja
hal-hal
yang
sangat
kejadianmenimbulkan
rasa
takut
mencemaskan
hati,
dan
Kecemasan
cemas.
hampir
setiap
tersebut
Diikuti
oleh
bermacam-macam
fantasi,
delusi,
ilusi,
dan
delusion
15
akan
ketakutan
terhadap
sesuatu
yang
terjadi
dimasa
Stuart
dan
Sundeen
(1998),
ada
beberapa
teori
penyebab
kecemasanantara lain:
a. Teori psikoanalitik
Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian
16
b. Teori interpersonal
Bahwa kecemasan timbul akibat ketakutan atau ketidakmampuan untuk
berhubungan secara interpersonal serta sebagai akibat penolakan.Hal ini dikaitkan
dengan trauma perkembangan, perpisahan, kehilangan, dan lain sebagainya.
c. Teori perilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Teori biologik
Dalam
otak
terdapat
reseptor
spesifik
terhadap
benzodiazepin,
ketidakmampuan
fisiologis
atau
penurunan
kapasitas
17
18
menyempit, rangsanganluar mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah
tidur dan perasaan tidak enak dan firasat buruk.
c. Kecemasan Berat
Pada tingkat ini, lapangan persepsi individu sangat sempit.Seseorang
cenderunghanya memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal yang
penting.tidak mampuberpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
pengarahan atau tuntutan.Responnya meliputi nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat, rasa tertekanpada dada, berkeringat dan sakit kepala, mulamual, gugup, lapang persepsi sangatsempit, tidak mampu menyelesaikan masalah,
verbalisasi cepat, takut pikiran sendiridan perasaan ancaman meningkat dan
seperti ditusuk-tusuk.
d. Panik
Pada tingkat ini, lapangan persepsi individu telah terganggu sehingga tidak
dapatmengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun telah
diberipengarahan. Respon panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan
palpitasi,penglihatan kabur, hipotensi, lapang persepsi sempit, mudah tersinggung,
tidak dapatberpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak,
kehilangankendali dan persepsi kacau, menjauh dari orang.
Jika kecemasan itu sudah sangat mengganggu dalam kehidupansehari-hari
maka diperlukan tindakan untuk mengatasinya, meliputi:
a. Terapi humanistika
Terapi
yang
berfokus
pada
membantu
klien
mengidentifikasi
19
psikofarmaka
cemas(anxiolytic)
dan
berfokus
obat-obat
Clobazam,Bromazepam,Lorazepam,
anti
pada
penggunaan
depresan
Meprobamate,
obat
anti
seperti
Diazepam,
Alprazolam,
Oxazolam,
somatik
dilakukan
dengan
memberikan
obat-obatan
20
f.
Terapi psikoreligius
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran,
kedekatan kepada Allah, dzikir dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan
harapan positif (Hawari, 2008).
g. Pendekatan Keluarga
Dukungan (support) keluarga cukup efektif dalam mengurangi kecemasan
(Nevid, 2005).
h. Konseling
Konseling dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila ada motivasi dari
kedua belah pihak, antara klien yang mendapat konsultasi dan konselor orang
yang memberikan konsultasi, (Hawari, 2008).
2.3. Pengertian Manajemen Diri
Manajemen diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan
mengelola dirinya (secara fisik, emosi, pikiran, jiwa, dan spiritual) sehingga dia
mampu mengelola orang lain dan berbagai sumber daya untuk mengendalikan
maupun menciptakan realitas kehidupan sesuai dengan misi dan tujuan hidupnya
menurut Prijosaksono dalam Rinanda(2006).
Manajemen diri, menurut Gie dalam Rinanda (2006) adalah segenap
kegiatan dan langkah mengatur dan mengelola diri sendirisebaik-baiknya,
sehingga mampu membawa kearah tercapainya tujuan hidup yang telah ditetapkan
oleh individu yang bersangkutan.Pengertian Manajemen diri menurut Soekadji
(1983) adalah suatu prosedur yang menuntut seseorang untuk mengarahkan atau
21
menata tingkah lakunya sendiri. Prosedur ini melibatkan subjek dalam beberapa
tahap, yaitu:
a. Menentukan sasaran tingkah laku yang hendak dicapai
b. Memonitor tingkah laku dengan cara menentukan sendiri prosedur yang hendak
dipakai untuk memonitor perkembangan yang sudah dicapai.
2.3.1. Aspek Manajemen Diri
Kemampuan manajemen diri yang dimiliki oleh setiap individu berbeda,
menurut Pedler dan Boydell dalam Rinanda (2006) tingkat efektifitas individu
dalam melakukan Manajemen diri dipengaruhi oleh sejauh mana individu mampu
mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan empat aspek yang dimiliki
oleh seorang yang memiliki Manajemen diri yang baik yaitu:
a. Kesehatan
Kondisi fisik dan psikis dapat mempengaruhi seseorang dalam
mengarahkan aktifitas kehidupan.Kesehatan fisik menjadi modal utama untuk
melakukan aktifitas, sedangkan kesehatan menciptakan kondisi mental yang
stabil. Kondisi kesehatan individuyang baik akan menciptakan keseimbangan
dalam diri individu yang bersangkutan. Hal ini akan mempermudah individu
dalam melakukan Manajemen diri.
b. Ketrampilan
keahlian yang dimiliki menggambarkan kualitas individu, ada berbagai
macam ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Seberapa jauh kesadaran
individu tentang hal ini akan menentukan seberapa jauh individu menyususn
rencana untuk kehidupan
22
c. Aktivitas
Seberapa jauh individu mampu menyelesaikan aktivitas hidup dengan
baik, contoh kemampuan dalam membuat keputusan dan mengambil inisiatif.
Individu yang mampu mengembangkan aktivitas hidup dengan baik adalah
individu yang memiliki kepekaan terhadap berbagai alternatif atau cara pandang
dan memiliki imajinasi moral yang tinggi sehingga keputusan-keputusan
mempertimbangkan dua hal sekaligus yaitu: yang memberikan manfaat baginya
dan orang lain.
d. Identitas
Seberapa jauh pengetahuan, pemahaman, dan penilaian individu terhadap
diri akan mempengaruhi cara individu tersebut bertindak. Pengetahuan tentang
identitas diri merupakan kunci Manajemen diri.Pemahaman dimulai dari tahap
kesadaran individu akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Selanjutnya
individu menjadi kreatif dan dapat mengelola sesuatu yang baik dalam diri dalam
situasi dantantangan yang baru.
23
Faktor yg mempengaruhi
Kecemasan :
Faktor predisposisi :
1. Sikap
2. keyakinan
kecemasan
Faktor prepitasi
1. Faktor Internal
a. Pendidikan &
Status ekonomi
b.
Keadaan fisik
c.
Tipe kepribadian
d.
Lingkungan &
Penatalaksanaan
kecemasan :
1. Terapi humanistika
- Penerimaan diri
2. Terapi psikofarmaka
- Penggunaanobat anti
cemas
3. Terapi somatic
- Mengurangi keluhan
fisik
4. Psikoterapi
- Relaksasi
dengan
sugesti
5. Terapi psikososial
- Manajemen diri
6. Psikoreligius
- Pendekatan agama
7. Pendekatan keluarga
- Dukungan keluarga
8. Konseling
- Konseling antarklien
situasi
2. Faktor Eksternal
a. Ancaman terhadap
integritas fisik
b. Ancaman terhadap
Self System
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Penatalaksanaan kecemasan :
1. Terapi humanistika
- Penerimaan diri
2. Terapi psikofarmaka
- Penggunaan obat anti cemas
3. Terapi somatic
- Mengurangi keluhan fisik
4. Psikoterapi
- Relaksasi dengan sugesti
5. Terapi psikososial
- Manajemen diri
s Psikoreligius
6
- Pendekatan agama
7 Pendekatan keluarga
- Dukungan keluarga
8 Konseling
- Konseling antarklien
1. tidak ada
Kecemasan pada
pasien
rheumatoid artritis
kecemasan.
2. kecemasan
ringan.
3. kecemasan
sedang.
4. kecemasan
berat.
1. Faktor eksternal
2. Keyakinan
d. Tipe kepribadian
situasi
: Tidak Diteliti
: Diteliti
Gambar
3.1
kerangka
konsep
Kecemasan
24
menurut
(Hawari,
2008)
25
Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa ada 2 faktor yang
mempengaruhi kecemasan yaitu : faktor predisposisi dan faktor prepitasi,pada
penatalaksanaan kecemasan terdapat upaya meningkatkan kekebalan terhadap
stress, dengan cara terapisikofarmaka, terapi somatik dan
psikoterapi,pada
Hipotesis
Ada hubungan Manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada pasien
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menguraikan
ada tindakannya hubungan dua atau beberapa variabel di dalamnya suatu
komunitas atau masyarakat.Sedangkan dilihat dari waktu penelitian, rencana
penelitian yang digunakan adalah cross sectional karena objek penelitian diukur
dan dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu bersamaan (Nursalam, 2008).
26
27
4.2 FrameWork
Populasi
Seluruh pasien rheumatoid artritis di wilayah kerja Upt Puskesmas
Rubaru Kabupaten Sumenep tahun 2015
sebanyak 161 orang
Sampel
Sebagian pasien rheumatoid artritis di wilayah kerja Upt Puskesmas
Rubaru Kabupaten Sumenep 2015
Sebanyak 30 orang
Variabel Dependen
Kecemasan
Variabel independen
Manajemen Diri
Pengumpulan data
Kuesioner
ANALISIS DATA
Uji rank sperman
Hasil
Kesimpulan
Ganbar 4.1 kerangka kerja
28
inklusi
adalah
karakteristik
umum
subyek
29
Pasien
penderita
rheumatoid
artritis
yang
terdiagnosa
c.
d.
2. Kriteria ekslusi
a.
4.5
30
Variable Penelitian
1.
2.
31
Variabel
Manajemen
diri
Kecemasan
Definisi
operasional
Kemampuan
untuk mengenali
dan mengelola
dirinya secara
Kesehatan,
Keterampilan,
aktifitas,
identitas.
Parameter
Alat ukur
Skor
Kesehatan
Keterampil
an
Aktifitas
Identitas
Skala
likert
HRS-A
(Hamilton
rating
scale
anxiety)
Tidak ada
<14
Ringan
14-20
Sedang
21-27
Berat
28-41
Panik
42-56
Konflik
Tingkat
emosional yang kecemasan
terjadi
yang pasien
bersumber dari
eksternal
dan
internal
Skala data
Ordinal
32
a.
selalu
: nilai 4
b.
sering
: nilai 3
c.
kadang-kadang
: nilai 2
d.
tidak pernah
: nilai 1
Alat ukur Manajemen diri menggunakan skala likert yang terdiri dari aspek
kesehatan, keterampilan, aktifitas, identitas, masing-masing kelompok gejala
diberi penilaian antara 15-30 dengan penilaian :
a.
15 - 30
b.
c.
46 - 60
3.
koesioner kecemasan
nilai 0
b.
nilai 1
: gejala ringan
c.
nilai 2
: gejala sedang
d.
nilai 3
: gejala berat
e.
nilai 4
< 14
b.
14 - 20
: kecemasan ringan
c.
21 - 27
: kecemasan sedang
33
d.
28 - 41
: kecemasan berat
e.
42 - 56
Editing/memeriksa
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data (Setiadi, 2007). Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai
diisi responden dilakukan terhadap :
a.
b.
34
2.
komputer (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, jawaban-jawaban yang sudah diberi
kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung
frekuensi data dari masing-masing variabel.
4.10 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis bivariat. Menurut
Notoatmodjo (2010), analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi.
Untuk mengetahui hubungan Manajemen Diri dengan tingkat kecemasan pada
pasien Rheumatoid Artritis digunakan uji statistik korelasi RankSpearman (rs).
Menurut Afifi A.A. & Clark V. (1990) diadopsi oleh Windu Purnomo (2002)
dalam Nursalam (2008) bahwa jika variabel bebas terdiri dari satu variabel
berskala ordinal, dan variabel tergantung berskala ordinal maka uji statistik
menggunakan uji korelasi (rs). Menurut Santjaka (2011), berdasarkan uji statistik
tersebut dapat diputuskan Ho diterima (Ha ditolak) bila nilai rs< = 5%,
sebaliknya Ho ditolak (Ha diterima) bila nilai rs> = 5%. Penghitungan dilakukan
dengan cara manual.
35
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Sebelah Timur
: Kecamatan Manding
Sebelah Utara
Sebelah Barat
: Kecamatan Pasongsongan
36
37
38
39
Persentase
Ringan
21
70%
2
3
Cukup
Baik
Total
3
6
30
10%
20%
100 %
40
Tingkat
Kecemasan
Tidak ada gejala
Ringan
Sedang
Berat
Berat sekali
Total
Ringan %
1
1
9
10
21
3.3
3.3
30.0
33.3
70.0
Manajemen Diri
Cukup %
0
0
3
0
3
0
0
10.0
0
10.0
Total %
Baik %
0
1
5
0
6
0
3.3
16.7
0
20.0
0
2
17
10
30
3.3
6.7
56.7
33.3
100.
0
30
BAB 6
PEMBAHASAN PENELITIAN
6.1 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 23 orang (76,66%) dan laki-laki sebanyak 7 orang
(23,33%). Hal ini menunjukkan bahwa rheumatoid artritis lebih rentan terhadap
perempuan, sesuai dengan pendapat purnomo (2012), bahwa rheumatoid
seringkali terjadi pada orang usia lanjut dan lebih banyak dialami oleh wanita.
Menurut data BPS dalam Profil Penduduk Lanjut Usia 2009, jumlah lansia
perempuan sebesar 10,44 juta orang atau 8,96% dari seluruh penduduk
perempuan, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan lak-ilaki yang hanya
8,88 juta orang atau 7,76% dari seluruh penduduk laki-laki. Jumlah penduduk
lansia perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki disebabkan usia
harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Hal
ini
danMadyaningrum
juga
didukung
(2008)
yang
oleh
penelitian
mengatakan
Jayanti,
bahwa
Sedyowinarso
mayoritas
lansia
41
42
54 tahun sebanyak 7 orang (4,3%), hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
umur lansia maka semakin rentan terhadap rheumatoid artitis, sesuai
denganpendapat Fatimah (2010) bahwa semakin tua seseorang semakin rentan
terhadap berbagai penyakit begitu juga semakin tua seseorang semakin sulit untuk
penyembuhan yang lebih cepat, ini disebabkan oleh respon organ terhadap obat
yang masuk kedalam tubuh responnya pun lebih lama
Dari hasil penelitien diketahui bahwa responden yang mengalami tingkat
kecemasan berat sebanyak 17 orang (56,7%), dan sebagian kecil responden
mengalami kecemasan ringan sebanyak 1 orang (3,3%). Hal ini menunjukkan
bahwatingkat kecemasan merupakan gejala yang sering terjadi pada pasien
Rheumatoid artritis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hawari(2008) bahwa
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalamdan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas(Reality Testing Ability/RTA,masih
baik), kepribadian masih tetap utuhtidak mengalami keretakan kepribadian
/spilitting of personality,perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki
manajemen diri ringan sebanyak 21 orang (70%), cukup sebanyak 3 orang (10%),
dan yang mememiliki manajemen diri baik sebanyak 6 orang (20%).Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien rheumatoid artritis memiliki
kemampuan manajemen diri yang tidak baik. Sesuai dengan pendapat Pedler dan
Boydell dalam Rinanda (2006) bahwa tingkat efektifitas individu dalam
43
diri
dapat
Mengurangi
Kecemasan
dengan
mengarahkan
ataumengatur dan mengontrol tingkah lakunya, sebab subjek adalah orang yang
paling mengetahui akan kekurangan dan kelebihan dirinya. Diperlukannya
manajemen diri pada penderita rheumatoid artritis agar tidak menimbulkan
kecemasan, karena kecemasan dapat menyebabkan kondisi fisik dan psikologis
penderita semakinmemburuk. Kesimpulannya adalah jika penderita rheumatoid
memiliki kemampuan manajemen diri yang baik, maka kecemasan yang
dialaminya akan semakin rendah.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang hubungan manajemen diri dengan tingkat
kecemasan pada rheumatoid artritis di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rubaru
Tahun 2015.dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
7.1.1 Sebagian besar manajemen diri pasien rheumatoid artritis di wilayah kerja
UPT puskesmas rubaru adalah manajemen diri ringan.
7.2.2 Sebagian besar tingkat kecemasan pasien rheumatoid artritis adalah
kecemasan berat.
7.2.3 Ada hubungan antara manajemen diri dengan tingkat kecemasan pada pasien
rheumatoid artritis di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rubaru Tahun 2015.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi puskesmas Rubaru
Kepada pihak puskesmas di harapkan dapat mengembangkan organisasi
lebih lanjut dan dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam bidang promosi
kesehatan, agar dapat menambah pengetahuan tentang penyakit rheumatoid
artritis.
1. bagi petugas puskesmas dapat mengadakan pelatihan Manajemen Diri
44
45
46
DAFTAR PUSTAKA
American College of Rheumatology. (2010). Osteoarthritis. Diakses dari
http://www.rheumatology.org/practice/clinical/patients/diseases_and_condit
ions/osteoarthritis.pdf pada tanggal 09 November 2011.
A.Wiramihardja, Sutardjo, Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2007.
Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel, artikel. Makna Kepemimpinan Tersedia
di: http:// agungadiono.blogspot.com
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L.,et al.2008. The seventh edition of the
benchmark evidence-based pharmacotherapy. McGraw-Hill Companies
Inc.USA.
Fitri Fauziah & Julianty Widuri. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Helmick, et al.2008. Estimates of the prevalence of arthritis and other rheumatic
conditions in the United States. Part I. Di akses melalui :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18163481 pada 29 September 2013
pukul 14:00 WIB.
Symmons, Deborah., Mathers, Colin., Pfleger Bruce. 2006. The Global Burden of
Rheumatoid Arthritis In The Year 2000. Diakses melalui :
www.who.int/healthinfo/statistics/bod_rheumatoidarthritis p pada 12
November 2013 Pukul 22.00 WIB.
Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press.
Namora Lumongga Lubis. (2009). Depresi, Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana.
Nevid, J. F., dkk. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Singgih D.
Gunarsa. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia.
Suarjana, I Nyoman.2009. Artritis Reumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al. Interna
Publishing. Jakarta.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) Keperawatan Medikal Bedah,
Buku Satu, Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC.
47
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Bapak/Ibu
di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Keperawatan UNIVERSITAS WIRARAJA :
Nama
: Agus panji
NIM
: 711.6.2.0003
penulis
Agus Panji
Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama, saya
bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan
mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Wiraraja dengan Judul Hubungan
Manajemen Diri dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Rheomatoid Artritis di wilayah
kerja UPT Puskesmas Rubaru.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berkaitan negatif terhadap saya
dan keluarga saya oleh karena ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
(..................................)
Responden
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
Nama responden :
Nama peneliti
: Agus Panji
Judul
Mahasiswa
Lampiran 4
KUESIONER KECEMASAN PENDERITA RHEUMATOID ARTRITIS
DATA UMUM RESPONDEN
Jenis Kelamin
Usia
Petunjuk :
Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai dengan yang anda rasakan saat
ini dengan skala penilaian :
Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan)
Nilai 1: gejala ringan
Nilai 2 : gejala sedang
Nilai 3 : gejala berat
Nilai 4 : gejala berat sekali
No
1
Gejala Kecemasan
perasaan cemas (ansietas)
cemas
firasat buruk
takut akan pikiran sendiri
mudah tersinggung
ketegangan
merasa tegang
lesu
tidak bisa istirahat tenang
mudah terkejut
mudah menangis
gemetar
gelisah
ketakutan
pada gelap
pada orang asing
ditinggal sendiri
pada binatang besar
pada keramaian
tidur
gangguan kecerdasan
sukar konsentrasi
daya ingat menurun
daya ingat buruk
gejala kardiovaskuler
takikardia
berdebar-debar
nyeri di dada
denyut nadi mengeras
rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
detak jantung menghilang (berheti sekejap)
10
11
12
ejakulasi dini
ereksi melemah
ereksi hilang
13
gejala autonom
mulut kering
muka merah
mudah berkeringat kepala pusing
kepala terasa berat
kepala terasa sakit
bulu-bulu berdiri
14
muka merah
Lampiran 5
KUESIONER MANAJEMEN DIRI PADA PENDERITA RHAMTOID
ARTRITIS
DATA UMUM RESPONDEN
Jenis Kelamin
Usia
Petunjuk :
Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai dengan yang anda rasakan saat
ini dengan skala penilaian :
selalu
: nilai 4
sering
: nilai 3
kadang-kadang
: nilai 2
tidak pernah
: nilai 1
1. Kesehatan
No
2. Keterampilan
No
3. Aktifitas
No
kaki
3
4. Identitas
No
Lampiran 6
Nonparametric Correlations
Correlations
Manajemen Diri Kecemasan
Responden
Respondnen
Spearman's rho Manajemen Diri Correlation Coefficient
Responden
Sig. (2-tailed)
N
Kecemasan
Respondnen
Correlation Coefficient
-.393
.032
30
30
1.000
.032
30
30
-.393
Sig. (2-tailed)
N
1.000
Statistics
Jenis
Usia
Kelamin
Pendidikan Pekerjaan Kecemasan
Responden Responden Responden Responden Respondnen
N
Valid
30
30
30
30
30
30
Missi
ng
Usia Responden
Frequency
Valid
Manajemen Diri
Responden
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
45-54
15
50.0
50.0
50.0
55-59
30.0
30.0
80.0
60-69
16.7
16.7
96.7
> 70
3.3
3.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Lampiran 7
Jenis Kelamin Responden
Frequency
Valid
Laki laki
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
23.3
23.3
23.3
Perempuan
23
76.7
76.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Pendidikan Responden
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
10.0
10.0
10.0
14
46.7
46.7
56.7
SD
23.3
23.3
80.0
SMP
16.7
16.7
96.7
SMA
3.3
3.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Tidak sekolah
Pekerjaan Responden
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
20.0
20.0
20.0
20
66.7
66.7
86.7
Pedagang
10.0
10.0
96.7
PNS
3.3
3.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Petani
Lampiran 8
Kecemasan Respondnen
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Ringan
3.3
3.3
3.3
Sedang
6.7
6.7
10.0
Berat
17
56.7
56.7
66.7
Berat Sekali
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ringan
21
70.0
70.0
70.0
Cukup
10.0
10.0
80.0
Baik
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Lampiran 12
Surat Keterangan Konsultasi
Lampiran 13
Surat Keterangan Konsultasi