langsung dengan asam amino tirosin. Oksidasi iodin ini dijalankan oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
Ikatan iodin dengan molekul tiroglobulin dinamakan organifikasi
tiroglobulin. Pada sel tiroid, iodin teroksidasi berhubungan dengan enzim
iodiinase. Kemudian, ketika molekul tiroglobulin dilepaskan dari aparatus Golgi
dan disekresikan melewati membran apikal ke dalam folikel, iodin berikatan
dengan asam amino tirosin di dalam molekul tiroglobulin.
Tirosin diiodisasi menjadi bentuk monoiodotirosin dan diiodotirosin. Lalu,
beberapa menit, jam, atau bahkan hari ke depan, residu iodotirosin di coupled satu
dengan yang lainnya.
Produk hormonal utama dari reaksi coupling ini adalah tiroksin yang
masih merupakan bagian dari molekul tiroglobulin.
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin yang unik karena
kemampuan menyimpan jumlah hormon yang banyak. Setelah sintesis hormon
tiroid, masing-masing tiroglobulin terdiri dari 30 molekul tiroksin dan beberapa
molekul T3. Dalam bentuk ini, hormon tiroid disimpan di dalam folikel dalam
jumlah yang cukup untuk menyuplai kebutuhan tubuh selama 2 3 bulan. Oleh
karena itu, ketika sintesis hormon tiroid terganggu atau berhenti, efek
defisiensinya tidak terlihat dalam beberapa bulan.
Pelepasan T4 dan T3 dari Kelenjar Tiroid
Tiroglobulin sendiri tidak dilepaskan ke sirkulasi dalam jumlah yang bisa
diukur; tiroksin dan T3 pertama kali harus cleaved dari molekul tiroglobulin, lalu
kemudian proses pelepasan hormon ini berjalan. Permukaan apikal sel tiroid
mengeluarkan ekstensi pseudopod untuk membentuk vesikel pinositik yang
masuk ke apex sel tiroid. Lalu, lisosom di dalam sitoplasma sel berfusi dengan
vesikel ini untuk membentuk vesikel digestif yang mengandung enzim digestif
dari lisosom yang bergabung dengan koloid. Protease multipel pada enzim
tersebut mencerna molekul tiroglobulin dan melepaskan tiroksin dan T3 dalam
bentuk bebas. Lalu, hormon ini berdifusi melewati basis sel tiroid menuju kapiler.
Kemudian, hormon tiroid dilepaskan ke dalam darah.
Sebanyak 75% tirosin yang teriodinasi di dalam tiroglobulin tidak pernah
menjadi hormon tiroid namun tetap dalam bentuk monoiodotirosin dan
diiodotirosin. Selama digesti molekul tiroglobulin yang melepaskan tiroksin dan
T3, tirosin teriodinase ini juga bebas dari molekul tiroglobulin. Namun, mereka
tidak disekresikan ke dalam darah. Malah, iodin di cleaved dari mereka oleh
enzim deiodinase yang membuat iodin tersedia lagi untuk digunakan ulang oleh
kelenjar tiroid untuk membentuk hormon tiroid baru. Pada kelainan kongenital
berupa ketiadaan enzim deiodinase ini, timbul defisiensi iodin karena kegagalan
proses daur ulang ini.
(FSH),
luteinizing
hormone
(LH),
dan
human
chorionic
dalam granul sekretori dan hormon yang matang dilepaskan sebagai respon
terhadap TRH dari hipotalamus.
Sintesis TSH
a. Transkripsi
Gen subunit TSH dan ditranskripsikan menjadi RNA prekursor
oleh beberapa langkah enzimatik dengan peran faktor transkripsi yang umum
dan spesifik. RNA yang sudah ditranskripsi menjalani proses pemotongan
pada jembatan ekson-intron yang menghasilkan mRNA. mRNA ini akan
keluar dari nukleus dan ditranslasikan menjadi protein di dalam sitoplasma
sebelum modifikasi posttranslasi, penggabungan subunit, penyimpanan, dan
b. Glikosilasi TSH
Glikosilasi TSH memiliki peran yang signifikan terhadap aktivitas
biologis. Subunit TSH memiliki lokasi glikosilasi tunggal, yaitu residu
aspargin pada posisi 23, sementara subunit pada 2 tempat, yaitu residu
aspargin pada posisi 52 dan 78, seperti yang terlihat pada gambar. Subunit
yang bebas diglikosilasi pada tempat yang berbeda, yaitu reside tionin pada
posisi 39. Residu ini terletak pada lokasi yang diyakini penting untuk proses
kombinasi dengan subunit TSH . Belum diketahui apakah glikosilasi pada
residu ini merupakan langkah tetap yang menghambat kombinasi dengan
subunit TSH atau apakah hal ini terjadi pada subunit bebas yang
berlebihan karena terpaparnya lokasi ini.
subunit
mempercepat
dan
memodifikasi
pembentukan
Biosintesis TSH
Diagram skematik aktivasi dan deaktivasi hormon tiroid pada sel yang
mengekspresikan D2 dan D3
Sekresi TSH
Produksi TSH harian berkisar antara 100 400 mU dengan waktu
paruh sekitar 50 menit. Tingkat sekresi meningkat hingga 15 kali lipat pada
hipotiroid dan tertekan pada hipertiroid. Tingkat glikosilasi TSH menunjukkan
tingkat klirens metabolik seperti bioaktivitas, dan pada hipotiroid, molekul
tampak sangat sialylated yang memperkuat bioaktivitas. TSH hipofisis fetus
secara imunoreaktif terdeteksi pada usia 12 minggu. Setelah kelahiran, terjadi
peningkatan TSH, yang bertahan selama 5 hari sebelum stabil kembali seperti
kadar pada dewasa. Sekresi TSH bersifat pulsatil. Sekretori berdenyut setiap 2
3 jam yang tersebar dengan periode sekresi TSH yang tonik dan nonpulsatil.
Sekresi TSH sirkadian mencapai puncak di antara jam 11 malam hingga 5
pagi, sebagian besar disebabkan karena peningkatan amplitudo denyutan yang
tidak berhubungan dengan tidur. Sekresi TSH selama 24 jam bersifat stabil
dan banyak yang tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, indeks massa tubuh,
dan umur. Hormon tiroid menekan sekresi dan amplitudo denyutan TSH.
Sekresi TSH merupakan hasil interaksi yang kompleks antara sentral
(hipotalamus) dan hormon perifer, seperti yang tampak pada gambar. TRH
secara langsung mengatur sekresi TSH in vivo dan in vitro. Lesi pada PVN
yang menurunkan kadar TRH dan TSH di dalam darah binatang yang normal
atau hipotiroid menyebabkan hipotiroid. Walaupun kadar TSH menurun pada
binatang dengan lesi PVN, kadar TSH tetap memperlihatkan respon terhadap
perubahan kadar hormon tiroid di dalam darah. Oleh karena, TRH
menentukan set point untuk kontrol umpan balik dari hormon tiroid.
Sementara itu, somatostatin (SS) menghambat sekresi TSH basal dan yang
dirangsang oleh TRH secara in vivo dan in vitro. Sekresi TSH kemungkinan
diatur melalui sistem kontrol dari stimulasi TRH dan inhibisi SS dari
hipotalamus.
bersifat
menghambat
adenylate
cyclase,
yang
kemudian