yang berbahaya bagi ibu dan anak. Kompresi aortokaval ini terutama terjadi apabila
penderita dalam keadaan supine terlentang. Karena perfusi plasenta sangat
tergantung pada tensi, maka penurunan cardiac output yang berakibat penurunan
tensi akan mengakibatkan penurunan perfusi plasenta yang menyebabkan
terjadinya depresi fetal. Apalagi kalau seandainya penderita mendapat blokade
simpatis oleh regional anestesi, maka tonus vena di ekstremitas bawah makin
berkurang, venous return akan lebih kurang lagi berarti cardiac output juga akan
rendah sekali, sehingga terjadi hipotensi yang berat dan perfusi plasenta akan lebih
buruk lagi.
Begitu posisi diubah menjadi letak miring, kompresi pada vena cava inferior
berkurang, venous return kembali normal, maka cardiac output dan tensipun akan
baik kembali. Jadi, semua penderita yang akan di sectio caesarea dengan anestesi
spinal harus diletakkan miring ke kiri dengan jalan memberi bantal pada bokong
penderita.
Penurunan tekanan darah ini sebanding dengan tingginya level saraf simpatis yang
terblok. Saraf simpatis yang terblok pada anestesi adalah dua atau lebihdermatom
diatasnya dari tempat injeksi. Penurunan tekanan darah lebih besar terjadi pada ibu
hamil dibandingkan orang normal karena penekanan pembuluh darah besar oleh
uterus yang membesar.
2.Terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler arteiol dan pembuluh darah vena kecil
oleh karena blok simpatis, sehingga terjadi vasodilatasi sedang daerah yang tidak
teranestesi terjadi vasokonstriksikarena reflek baroreseptor.
5.Hipoksia dan iskemia dari pusat kardiorespirasi di otak, terlihat jelas pada pasien
dengan hipovolemia sebelumnya.
6.Tekanan pada pembuluh darah besar oleh uterus yang membesar atau tumor
abdomen yang besar akibatnya aliran darah vena yang menuju ke jantung
berkurang.
Insidensi hipotensi (tekanan sistolik turun di bawah 100 mmHg, atau penurunannya
lebih dari 30 mmHg dari pada sebelum induksi) dapat mencapai 80%. Keadaan ini
antara lain disebabkan oleh karena Pada posisi pasien terlentang terjadi kompresi
parsial atau total vena kava inferior dan aorta oleh masa uterus (beratnya kurang
lebih 6 kg). 90% pasien yang mengalami kompresi parsial tidak menunjukkan gejala
hipotensi. Keadaan ini disebabkanoleh mekanisme kompensasi dengan kenaikan
venokonstriktor neurogenik. Sedangkan 10% sisanya dapat menderita hipotensi
berat (tekanan sistolik bisa sampai 70 mmHg); dan hampir 75% mengalami
gangguan darah balik, sehingga curah jantung berkurang sampai 50%.
Kecemasan dan rasa sakit setiap orang yang ada diruang operasi harus selalu
ingat bahwa wanita yang berada dibawah analgesia regional tetap sadar.harus hati-
hati sekali berbicara dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perawtan ibu
dan janinnya,sehingga ibu tersebut tidak menginterpretasikan ucapan ucapan atau
tindakan tindakan tersebut sebagai indikaasi bahwa ia dan janinnya dalam bahaya,
atau kesejahteraan kurang diperhatikan.
Hipotensi biasanya disebabkan cleh penurunan venous return pada jantung,
gangguan fungsi ventrikel kiri, vasodilatasi arteri yang berlebihan yang kurang
umum.
Mengutif dr jurnal
Berbagai cara digunakan untuk mencegah serta menangani hipotensi yang terjadi
pada seksio sesarea, antara lain posisi uterus miring ke kiri (minimum 15) dengan
cara mengganjalpelvis atau memiringkan meja, posisi sedikit head up setelah
penyuntikan obat anestesia lokal hiperbarik, pemberian cairan kristaloid atau koloid
sebelum tindakan anestesia spinal, vasopresor (efedrin, penilefrin, atau dopamin),
obat yang paling sering dipergunakan adalah efedrin, biasanya diberikan secara
intravena dengan dosis 510 mg. Cara lain yang dapat dilakukan untuk menangani
hipotensi adalah dengan cara elevasi tungkai bawah dan atau membungkusnya
(mempergunakan stocking)
https://www.scribd.com/doc/162204507/Komplikasi-Anestesi-Spinal-Dan-Epidural
http://akperla.blogspot.co.id/2011/12/spinal-anestesi.html
http://karikaturijo.blogspot.co.id/2010/04/spinal-anestesi.html