Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang pesat
terutama di bidang otomtisasi. Perkembangan ini tampak jelas terutama di industri manufaktur,
di mana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih
menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah
menggunakan robotic (full automatic).

Model apapun yang digunakan dalam sistem otomatisasi industri sangat tergantung
kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun
sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor dan transduser yang
digunakan.
Sensor dan transudser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Bisanya besaran masukan pada kebanyakan
sistem kendali bukan merupakan besaran listrik. Umumnya besaran tersebut adalah besaran fisik,
kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk merubah ke dalam besaran listrik pada sistem, biasanya
besaran-besaran tersebut diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat
yang disebut sensor dan transduser.
Salah satu sensor yang umum digunakan adalah sensor suhu. Sensor ini sangat sering
digunakan dalam proses manufaktur terutama yang berkaitan dengan proses pemanasan maupun
pendinginan. Sensor tersebut bertugas untuk mengetahui kondisi lingkungan atau sebuah sistem
yang digunakan sebagai input agar dapat ditindaklanjuti dalam sebuah proses atau pengendalian
sistem. Beberapa sensor suhu yang umum digunakan antara lain termokopel.

1
1.2. Rumusan Masalah

Pada laporan ini akan membahas mengenai :

Pengertian Sensor Suhu termokopel


Prinsip kerja Sensor Suhu termokopel
Karakteristik dan jenis-jenis termokopel

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami tentang sensor
termokopel, konstruksi sensor termokopel, operasi sensor temokopel dan aplikasi dari sensor
termokopel

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1. Pengertian Termokopel

Secara harafiah thermocouple berasal dari kata thermo yang berarti suhu dan couple
yang berarti sepasang. Dalam pengertian sebenarnya termokopel adalah sepasang kawat
logam yang tidak sama jenisnya dihubungkan bersama-sama yang apabila kedua ujungnya
masing-masing dimasukkan ke dalam dua tempat yang berbeda suhunya, maka timbul gaya
gerak listrik (ggl). Tegangan gerak listrik dipengaruhi oleh temperatur antara kedua
ujungnya.

Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang
sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas
kesalahan pengukuran kurang dari 1 C

Gambar. Diagram skematik thermocouple

Dua termoelemen A dan B dihubungkan dan jika temperatur antara junction pertama (cold
junction) dan kedua (hot junction) berbeda maka akan timbul arus akibat gaya gerak listrik
(EMF).

Gambar. Pengukuran EMF

Jika cold junction open circuit dan dihubungkan dengan voltmeter dengan impedansi yang
tak terhingga (besar sekali), seperti yang terlihat pada gambar 2, maka akan terbaca tegangan

3
pada voltmeter, tegangan tersebut dikenal sebagai tegangan Seebeck. Jika thermocouple
digunakan untuk mengukur temperatur hot junction maka tegangan Seebeck pada coldjunction,
hot junction serta temperatur cold junction harus diketahui terlebih dahulu

EMF, sebenarnya timbul karena gradien temperatur sepanjang kawat yang menghubungkan
hot junction dan cold junction. Dengan mengasumsikan kawat thermocouple homogen maka
EMF didapat akibat perbedaan temperatur hot junction dan cold junction.

Hubungan tegangan antara termoelemen A dan B dengan perbedaan temperatur adalah:

Dimana : EAB(T) adalah tegangan Seebeck

S(T) adalah koefisien Seebeck,

T adalah perbedaan temperatur antara hot junction dengan cold junction.

2.2. Prinsip Kerja Termokopel

Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seeback
menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara
gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk
mengukur perubahan panas ini gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada
ujung benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi
suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur
benda. Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan
tegangan yang berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan
pengukuran, yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga
70 microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern.
Beberapa kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,
kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa
termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan temperatur absolut.

4
Termokopel Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan - sambungan yang dingin dijaga
sebagai temperatur referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. contoh,
pada gambar di atas, hubungan dingin akan ditempatkan pada tembaga pada papan sirkuit.
Sensor suhu yang lain akan mengukur suhu pada titik ini, sehingga suhu pada ujung benda yang
diperiksa dapat dihitung.

Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile,
dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan
dingin ke suhu yang lebih rendah. Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik,
yang memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi.

Dengan adanya suhu tetapan pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di
laboratorium, secara sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi
sambungan langsung dan instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan
ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti termistor atau dioda)
untuk mengukur suhu sambungan input pada peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi
gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya. Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin
yang diketahui dapat disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal
dengan kompensasi hubungan dingin.

Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut kabel
ekstensi atau kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat
dengan jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai pada termokopel itu sendiri. Kabel-
kabel ini lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak terlalu murah, dan biasanya
diproduksi pada bentuk yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh umumnya sebagai kawat
tertutup fleksibel atau kabel multi inti. Kabel- kabel ini biasanya memiliki spesifikasi untuk
rentang suhu yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk
keakuratan tinggi.

Kabel kompensasi pada sisi lain, kurang presisi, tetapi murah. Mereka memakai perbedaan
kecil, biasanya campuran material konduktor yang murah yang memiliki koefisien termoelektrik
yang sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu terbatas), dengan hasil yang tidak
seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output yang mirip dengan termokopel,

5
tetapi operasi rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk menjaga agar kesalahan yang
diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan termokopel.
Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap beda suhu antara sambungan
panas dan dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan tambahan
ditambahkan pada tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu antara sambungan panas
dan dingin.

Besarnya tegangan keluaran pada termokopel ditentukan dengan rumus:

Vout = Vh - Vc

Keterangan :

Vnet = tegangan keluaran thermokopel

Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi

Vc = tegangan referensi

Untuk mempermudah konversi maka dapat menggunakan table hubungan tegangan dengan
temprature, sebagai berikut :

6
Gambar 2. Tabel referensi tegangan ke temperature

Dalam pengukuran tegangan pada termokopel ada beberapa syarat yang ahrus terpenuhi
agar tegangan yang didapat tidak nol. Adapaun syarat-syaratnya sebagai berikut :

1 Jika kedua kawat atau thermoelement terbuat dari material yang sama sehingga menyebabka
tidak ada perbedaan suhu dianatara kedua ujung kawat.

2 Suhu T1 sama dengan T2 sehingga menyebabkan termokopel tidak dapat mengukur suhu
ruang karena kedua ujungnya ada pada temperatur yang relatif sama, yaitu berada pada suhu
ruang. Oleh karena itu, kita tiba pada kondisi tidak mudahnya karena pada dasarnya
temperatur pada reference end atau tail end haruslah relatif tetap. Hal yang tidak mungkin
tentunya sehingga ada istilah cold junction compensation untuk menkompensasi kondisi ini.
Sebuah IC seperti misalnya MAX667 bisa dipergunakan untuk kompensator.

7
2.3. Konstruksi Termokopel

Untuk skonstruksi sederhana termokopel diperlihatkan oleh gamabar dibawah ini :

Gambar 2. Sirkuit sederhana termokopel

8
Gambar 2.11 kontruksi dalam Termokopel

Pada konstruksi termokopel terdapt dua buah kawat yang terbuat dari amterail yang
berbeda, salah satunya digunakan sebagai measuring junction (hot) dan reference junction (cold).
Pada kawat rerfernce junction tidak akan mengalami perubahan dan akan tetap pada suhu
reference. Pada pengukuran perbedaan potensial dari kedua kawat akan menggunakan voltmeter
dan sebelumnya akan di amplify dahulu agar dapat terbaca oleh voltmeter karena tegangan yang
dihasilkan terlalu kecil. Pengukuran panas saluran Thermokopel menghasilkan tegangan yang
lebih besar dari tegangan saluran referensi. Perbedaan antara dua tegangan itu sebanding dengan
perbedaan suhu.

9
2.4. Jenis-Jenis Termokopel

Beberapa jenis thermocouple berdasarkan aplikasi penggunaannya :


a. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy)
Thermocouple untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu 200 C
hingga +1200 C.

Gambar 2.2 NiCr-NiSi (Tipe K)

b. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))


Tipe E memiliki output yang besar (68 V/C) membuatnya cocok digunakan pada
temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.

Gambar 2.3 NiCr CuNi (Tipe E)

10
c. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (40 hingga +750 C) membuatnya kurang populer dibanding tipe
K. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 V/C.

Gambar 2.4 Fe-CuNi (Tipe J)

d. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))


Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk
pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 C.
Sensitifitasnya sekitar 39 V/C pada 900 C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan
perbaikan tipe K

Gambar 2.5 Nicrosil-Nisil (Tipe N)

11
e. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu
0 C hingga 42 C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 C.

Gambar 2.6 Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)

f. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)


Cocok mengukur suhu di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C) dan biaya tinggi
membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.

Gambar 2.7 Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)

g. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)


Cocok mengukur suhu di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C) dan biaya tinggi
membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi
Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 C).

12
Gambar 2.8 Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)

h. Type T (Copper / Constantan)


Cocok untuk pengukuran antara 200 to 350 C. Konduktor positif terbuat dari
tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur
alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 V/C.

Gambar 2.9 Type T (Copper / Constantan)

Keterangan: Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena
sensitifitasnya rendah (sekitar 10 V/C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur
temperatur tinggi (>300 C).

2.5. Karakteristik Termokopel


Gambar 3.3. memperlihatkan tge termal untuk beberapa bahan termokopel yang lazim.
Nilai yang diperlihatkan didasarkan pada temperatur referensi sebesar 0 C.
Untuk menjamin umur yang panjang dalam lingkungan operasinya, termokopel
dilindungi didalam sebuah tabung logam pelindung atau logam yang ujungnya terbuka atau
13
tertutup. Guna mencegah pengotoran termokopel bila yang digunakan adalah logam-logam mulia
(platina dan paduannya), tabung proteksi dilembam secara kimia dan dihampakan dengan
ketat. Karena termokopel biasanya berada pada lokasi yang jauh dari instrumen pencatat,
sambungan-sambungan dibuat dengan menggunakan kawat-kawat perpanjangan (extention
wires) khusus yang disebut kawat-kawat kompensasi adalah dari bahan yang sama dengan kawat
type termokopel.
Termokopel tersedia dari pabrik bersama sertifikat kalibrasinya atau bersama sertifikat uji
yang didasarkan pada perbandingan presesi terhadap termokopel yang disahkan oleh
laboratorium penguji dan kalibrasi.
Pengukuran temperatur yang paling sederhana dengan menggunakan sebuah termokopel
adalah menghubungkan lansung sebuah milivoltmeter sensitif ke ujung dingin. Berarti defleksi
alat pencatat hampir berbanding langsung dengan beda temperatur antara ujung panas dan titik
referensi. Instrumen sederhana ini mememiliki kekurangan- kekeurangan serius, terutama karena
termokopel hanya dapat menyalurkan daya yang sangat terbatas untuk menggerakkan
mekanisme alat pencatat.

Gambar 3.3. Tegangan keluaran sebagai fungsi temperatur untuk berbagai bahan termokopel.

14
Pada umumnya yang digunakan dalam industri-industri adalah: Cooper-Constanta
(CRC), Iron-Constanta (IC), Crromel-Constanta (CC), Chromel- Allumel (CA) dan Platinum-
Platinum Rhodium (PR).

Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang luas, hingga
1800 K. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana perbedaan suhu yang kecil harus
diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya rentang suhu 0C hingga 100 C dengan
keakuratan 0,1 C. Untuk aplikasi ini, termistor dan RTD lebih cocok. Adapun contoh
penggunaan termokopel yang umum dikenal antara lain :
Untuk industri besi dan baja
Pengaman pada alat-alat pemanas
Untuk termopile sensor radiasi
Pembangkit listrik tenaga panas radioisotope, salah satu aplikasi termokopel.

Kelebihan Dan Kekurangan Termokopel


Adapun kelebihan dan kekurangan dari termokopel adalah sebagai berikut :
kelebihan dari termokopel adalah:
a Mudah dibaca, karena memiliki layar yang tidak mudah keruh dan skala yang jelas
b Respon cepat untuk setiap adanya perubahan suhu
c Akurasi yang tepat dalam pengukuran suhu
d Baik digunakan untuk pengukuran variasi suhu dengan jarak kurang dari 1 cm
e Termokopel tidak mudah rusak dan tahan lama

Kekurangan termokopel yakni:


a Kalibrasi yang sulit, saat termokopel dinyalakan, suhu yang tertera adalah suhu pada
ruangan tersebut
b Hanya dapat digunakan untuk mengukur perbedaan suhu
c Termokopel membutuhkan perlengkapan tambahan yang harganya biasanya cukup
mahal
2.6. Aplikasi Penggunaan Termokopel

2.6.1. Pengukuran Temperatur Pada Pipa Aliran Fluida

15
Temperatur aliran fluida (cairan, gas, atau uap air) yang mengalir di dalam sebuah pipa dapat
diukur dengan menggunakan termometer kaca, termometer tahanan listrik, atau
juga thermocouple. Termometer yang digunakan untuk mengukur temperatur aliran fluida
dipasang di dalam sebuah selongsong yang berfungsi untuk melindungi termometer dari keausan,
rangkaian ini biasa disebut dengan istilah thermowell. Namun di antara beberapa jenis
termometer yang dapat digunakan untuk mengukur temperatur aliran fluida
tersebut, thermocouple menjadi jenis yang paling banyak digunakan. Hal ini
karena thermocouple dapat dipasang di sisi luar selongsong, selongsong tersebut ditanamkan
masuk ke dalam pipa aliran fluida.

Instalasi termokopel pada pipa aliran fluida

Pada sistem ini, termokopel membaca temperatur yang ada pada sisi luar selongsong.
Selongsong yang kontak langsung dengan fluida tersebut berfungsi untuk memindahkan panas
secara konduksi sehingga temperaturnya sama dengan temperatur fluida. Selain itu selongsong
tersebut didesain sekecil mungkin agar perpindahan panas yang terjadi dapat terisolir. Kecepatan

16
aliran fluida serta tekanan fluida juga harus menjadi pertimbangan utama dalam mendesain
penggunaan selongsong termokopel ini.

2.6.2. Pengukuran Temperatur Pada Pipa Boiler

Pada pengoperasian boiler, sangat penting bagi operator untuk mengontrol temperatur
metal pipa boiler di setiap bagian. Bagian-bagian tersebut termasuk pipa dinding furnaceyang
didinginkan oleh air dan uap air pada temperatur saturasi, pipa economizer yang didinginkan
oleh air pada temperatur di bawah titik saturasi, serta pipa-pipa superheater dan reheater yang
didinginkan oleh uap air pada temperatur di atas titik saturasinya. Pengukuran temperatur-
temperatur tersebut berfungsi untuk menjaga agar pipa-pipa boiler tetap bekerja pada temperatur
amannya, mengetahui keseragaman temperatur pipa-pipa yang tersusun secara paralel, atau
untuk mengetahui kenaikan temperatur fluida antara sisi inlet dengan sisi outlet pipa.

Instalasi Thermocouple Pada Pipa Boiler

17
Gambar di atas mengilustrasikan bentuk dasar instalasi thermocouple pada pipa boiler.
Desain terbaik ditunjukkan oleh gambar (A) yang apabila dipasang dengan baik, termokopel
tersebut dapat menunjukkan temperatur metal pipa serta fluida yang mengalir di dalamnya
sekaligus. Pemasangan thrmocouple dengan cara seperti ini akan mengurangi efek kerugian
perpindahan panas secara konduksi pada sensor thermocouple.

Chordal Thermocouple Hasil Pengembangan The Babcock & Wilcox Company

Untuk mengukur temperatur pipa pada boiler, diperlukan sebuah sistem khusus untuk
melindungi sensor thermocouple dari kondisi ekstrim temperature furnace yang tinggi serta
kemungkinan adanya slag yang terbentuk di permukaan pipa boiler. Sebuah teknologi
thermocouple dikembangkan oleh The Babcock & Wilcox Company, mereka mendesain instalasi
thermocouple pada pipa boiler dengan menanamkan sensor thermocouple ke dalam metal pipa.
Sistem ini membuat pembacaan temperatur menjadi sangat akurat karena minimnya kerugian
panas yang keluar dari kawat sensor, serta menjadikannya tahan terhadap kondisi ekstrim pipa
boiler. Thermocouple sistem ini juga dapat digunakan untuk mengukur temperatur metal pipa

18
maupun uap air pada sisi pipa superheater dan reheater boiler. Dengan desainnya yang unik,
thermocouple ini mampu mengeluarkan data temperatur metal sisi luar (sisi gas panas) maupun
sisi dalam (sisi air/uap air). Pembacaan temperatur yang dihasilkan juga sangat akurat, dari
grafik berikut dapat kia lihat pengaruh adanya deposit slagyang menempel pada pipa boiler
terhadap temperatur metal pipa. Kemampuan pembacaan yang akurat ini menjadi modal penting
bagi operator boiler untuk dapat menjaga operasional boiler agar selalu bekerja pada kondisi
amannya.

Pembacaan Chordal Thermocouple Pada Berbagai Kondisi

2.6.2. Pengukuran Temperatur Gas

Untuk mengukur temperatur dari gas sebenarnya tidaklah terlalu rumit, karena temperatur
gas lebih mudah seragam dengan lingkungan sekitarnya. Permasalahan muncul jika temperatur

19
lingkungan atau wadah dari gas tersebut berbeda dengan temperatur gs itu sendiri, salah satu
contoh dari ksus ini adalah temperatur gas panas hasil pembakaran di dalam furnace boiler.
Pembacaan temperatur gas sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kecepatan aliran gas,
temperatur lingkungan sekitar gas, ukuran sensor ukur temperatur yang digunakan, serta
konstruksi dari sensor temperatur yang digunakan.

Pyrometer optik dan pyrometer radiasi tidak didesain untuk mengukur temperatur gas.
Begitu juga dengan thermocouple yang tidak menggunakan cover dengan baik akan
menghasilkan pembacaan yang jauh dari temperatur aktual gas tersebut. Alat ukur yang cocok
untuk mengukur temperatur gas adalah High Velocity Thermocouple dan Multiple-Shield High
Velocity Thermocouple. Keduanya didesain untuk dapat mengurangi kerugian pengukuran akibat
adanya perpindahan panas radiasi dari gas tersebut. Selain itu alat ini dapat mengukur temperatur
gas tinggi di sekitar lingkungan dengan temperatur rendah atau juga sebaliknya mengukur
temperatur gas rendah di lingkungan yang bertemperatur tinggi.

Desain Pelindung Untuk High Velocity Thermocouple dan


Multiple-Shield High Velocity Thermocouple

20
Salah satu desain thermocouple yang digunakan khusus untuk mengukur temperatur gas
panas hasil pembakaran furnace boiler telah dikembangkan juga oleh The Babcock & Wilcox
Company. Thermocouple ini difasilitasi dengan aliran air pendingin. Sensornya dilindungi dari
pengaruh radiasi gas dengan menggunakan tabung porselen anti radiasi. Gas panas yang
dialirkan pada sensor ini dijaga pada kecepatan aliran 20,34 kg/m2s oleh sebuah orifice.
Temperatur perpindahan konveksi dari gas yang mengalir ke sensor ini sudah mencerminkan
temperatur gas panas tersebut.

High Velocity Thermocouple Dengan Pendingin Air

2.7. Ketelitian Satuan

Thermocouple adalah dua logam yang didekatkan yang apabila terpapar oleh kalor
dengan suhu tertentu akan menghasilkan beda potensial. Termokopel Suhu didefinisikan sebagai
jumlah dari energi panas dari sebuah objek atau sistem. Perubahan suhu dapat memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap proses ataupun material pada tingkatan molekul
(Wilson, 2005). Sensor suhu adalah device yang dapat melakukan deteksi pada perubahan suhu
berdasarkan pada parameter-parameter fisik seperti hambatan, ataupun perubahan voltage

21
(Wilson, 2005). Salah satu jenis sensor suhu yang banyak digunakan sebagai sensor suhu pada
suhu tinggi adalah termokopel seperti pada Gambar dibawah ini

Gambar Thermocouple (Wilson, 2005)

Termokopel merupakan jenis logam yang berbeda disatukan salah satu ujungnya dan
ujung tersebut dipanaskan maka akan timbul beda potensial pada ujung-ujung yang lain, hal ini
diakibatkan oleh kecepatan gerak elektron dari dua material yang berbeda daya hantar panas
sehingga mengakibatkan beda potensial. Dalam perancangan serta penggolongan dari
termokopel sendiri sudah diatur oleh Instrument Society of America (ISA).
Termokopel dibangun berdasarkan Asas Seeback dimana bila dua jenis logam yang berlainan
disambungkan ini akan menjadi rangkaian tertutup sehingga perbedaan temperature pada
sambungan akan menimbulkan beda potensial listrik pada kedua logam tersebut, selanjutnya
akan dibaca oleh alat ukur temperatur (Fraden, 2003).

Termokopel dapat dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile,
dimana tiap sambungan yang panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan
dingin ke suhu yang lebih rendah. Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik,
yang memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu
tetapan pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara
sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan langsung dan

22
instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu
peralatan lain yang sensitif terhadap suhu (seperti termistor atau dioda) untuk mengukur suhu
sambungan input pada peralatan, dengan tujuan untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-
ujungnya. Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat
disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan kompensasi
hubungan dingin.

2.8. Cara Menggunakan

Termokopel merupakan salah satu aplikasi dari prinsip termodinamika, dimana


termokopel ini sering digunakan pada: Industri besi dan baja, Pengaman pada alat-alat pemanas,
Untuk termopile sensor radiasi, Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi
termopile.

Prinsip kerja dari termokopel adalah, adanya perbedaan panas secara gradien akan
menghasilkan tegangan listrik, hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur
perubahan panas ini gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda

23
panas yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan
mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda.
Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang
berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran,
yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70
microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa
kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,
kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa
termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan temperatur absolut.

24
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Peralatan dan Bahan

Dalam percobaan termokopel ini digunakan alat berupa satubuah aplifer (amp), satu buah
Voltmeter (V), dua set termokopel, satu buah thermometer, satu set statip dengan
kelengkapannya, satu buah kompor listrik, dan digunakan potongan es batu secukupnya.

3.2. Cara Kerja

Alat dirangkai seperti pada gambar 3.1 dan jarum penunjukkan voltmeter bergerak.
Ditambahkan es batu sampai didapat suhu pada thermometer 20 oC kemudian dicatat nilai pada
penunjukan voltmeter. Beda potensial dicatat pada suhu 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90 oC
dengan cara kompor listrik dinyalakan agar didapat kenaikan suhu tersebut. Untuk penurunan
suhu ditambahkan es batu perlahan dan dicatat perubahan beda potensial pada suhu 90, 80, 70,
60,50, 40, 30, dan 20oC.

25
VOLTMETER

TERMOKOPEL

THERMOMETER

KOMPOR LISTRIK

26
Gambar 3.1 Skema alat percobaan termokopel
3.3. ANALISA DATA

No Suhu (C) Tegangan (mV)


1. 20 -0,4
2. 30 0
3. 40 0,5
8 8 8
4. 50 1,1
5. 60 1,7
6. 70 2,2
7. 80 2,7
8. 90 3,4
Tabel 4.1 Tegangan saat kenaikan suhu

No Suhu (C) Tegangan (mV)


1. 90 3,5
2. 80 2,6
3. 70 2,2
4. 60 1,6
5. 50 1,1
6. 40 0,5
7. 30 0
8. 20 -0,4
Tabel 4.2 Tegangan saat Penurunan suhu

27
3.4. GRAFIK

Grafik TeganganSaat Kenaikan Suhu


4
3 f(x) = 0.05x - 1.6
2 R = 1
V(mV) Linear ()
1
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-1
T ((C)

Gambar 4.1 Grafik Tegangan saat Kenaikan suhu

Grafik Tegangan Saat Penurunan Suhu


4

3 f(x) = 0.05x - 1.62


R = 0.99
2
V (mv) Linear ()
1

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-1

T ((C)

Gambar 4.2 Grafik Tegangan saat Penurunan suhu

28
3.5. PEMBAHASAN

Pada percobaan termokopel ini memiliki tujuan untuk menjelaskan konsep temperature
pada logam dan untuk menera termokopel dari konsep temperature tersebut.
Dalam percobaan termokopel ini di gunakan 1 macam termokopel, termokopel ini terdiri
dari 2 logam yang berbeda yang disambungkan menjadi satu dan kedua ujungnya lainnya
disambungkan menuju alat voltmeter, pada percobaan ini digunakan 2 variasi yaitu menghitung
tengangan saat suhu pada air dinaikan dan juga menghitung tegangan pada saat suhu di turunkan.
Untuk menurunkan suhu kami menggunakan es batu sehingga penurunan suhu lebih cepat.
Langkah kerja yang kami lakukan pada percobaan termokopel dengan suhu naik adalah
pertama kami rangkai semua alat yang digunakan, kemudian saat termokopel telah berada dalam
air langkah selanjutnya kami menurunkan suhu air dalam gelas beker dengan cara menambahkan
es batu, dan suhu yang terlihat pada thermometer pada air pun perlahan berkurang hingga pada
suhu 20oC diperoleh tegangan sebesar -0,4 mv. Setelah diperoleh tegangan pada suhu tersebut
kami menyalakan kompor listrik yang telah terhubung ke PLN untuk mendidihkan air dalam
wadah tersebut dan suhu pada air perlahan meningkat, saat thermometer telah menunjukan suhu
30o C kami peroleh tegangan yang tertera pada voltmeter sebesar 0 mV. Suhu terus dinaikan dan
dicatat nilai teganga yang telah diperoleh untuk setiap kelipatan suhu 10 oC. suhu tertinggi yang
kami amati adalah 90o C dan diperoleh tegangan sebesar 3,5mv.
Pada saat suhu telah mencapai 90oC percoaan termokopel dilanjutkan untuk penurunan
suhu, kami menambahkan es batu sdikit demi sedikit ke dalam air hingga thermometer
menunjukan suhu air pada awalnya sebesar 90 oC berubah menjadi sebesar 80oC dan kami
peroleh tegangan pada voltmeter menunjukan 2,7mV. Suhu terus kami turunkan dengan cara
menambahkan es batu pada air dan dicatat perubahan tegangan yang terjadi setiap penurunan
suhu dengan kelipatan 10oC, hingga pada suhu terendah yang kami amati yaitu sebesar 20 oC
diperoleh tegangan sebesar -0,4mv.
Pada percobaan ini diperoleh hasil seperti yang tergambar pada grafik sebelumnya, terlihat
pada grafik percobbaan dengan kenaikan suhu terlihat bahwa ketika suhu rendah maka tegangan
yang timbul juga rendah sedangkan saat suhu pada air tinggi tegangan yang timbul juga besar,
terlihat saat suhu 20oC diperoleh tegangan sebesar -0,4 mV. Dan saat suhu 90oC diperoleh
tegangan sebesar 3,5mV. Pada percobaan dengan penurunan suhu juga demikian saat suhu tinggi
diperoleh tegangan yang besar dan sebaliknya, tegangan sebesar 3,4 mV. diperoleh pada saat

29
suhu 90oC, dan pada saat suhu telah turun menjadi 20oC tegangan yang diperoleh sebesar -0,4.
Berdasarkan hal ini berarti kenaikan suhu pada air itu sebanding dengan kenaikan tegangan,
terlihat pada kedua grafik saat penurunan suhu dan kenaikan suhu diperoleh garis lurus, garis
lurus pada grafik kenaikan suhu membentuk persamaan garis y = 0.054x - 1.598 dan pada grafik
penurunan suhu diperoleh persamaan garis y = 0.054x - 1.617. berdasarkan kedua grafik tersebut
terlihat bahawa saat penurunan suhu dan kenaikan suhu diperoleh hasil yang hampir sama namun
terdapat sedikit perbedaan hasil, hal ini bias dikarenakan karenan pengamatan suhu yang kurang
tepat, karena ketika suhu naik atau turun sedikit saja maka nilai tegangan yang diperoleh berbeda
meski perbedaannya sangat kecil. Namun, dalam percobaan termokopel ini dirasa telah berhasil
untuk menunjukan bahwa temperature pada logam itu berpengaruh terhadap tegangan yang
dihasilkan, dan nilai temperature itu sebanding dengan kenaikan tegangan.

30
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Temperature pada logam itu berpengaruh terhadap tegangan yang dihasilkan, dan nilai
temperature pada logam itu sebanding dengan kenaikan tegangan atau beda potensial.
Termokopel sebagai alat sensor suhu harus terpelihara dengan baik supaya hasil
pengukurannya lebih akurat
Sensor termokopel bekerja dengan membandingkan perbedaan potensial yang terjadi
di kedua ujung termoelemen akibat perbedaan panas dikedua ujungnya
Terdapat beberapa jenis termokopel diantara
a. Tipe E (kromel-konstantan)
b. Tipe J (besi-konstantan)
c. Tipe K (kromel-alumel)
d. Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)
e. Tipe T (tembaga-konstantan)
Termokopel cocok untuk mengukur rentang suhu yang besar, sampai 2300C. Mereka
kurang cocok untuk aplikasi di mana perbedaan suhu lebih kecil harus diukur dengan
akurasi yang tinggi, misalnya rentang 0-100C dengan 0,1C akurasi.

4.2. SARAN

Peralatan peralatan standar kalibrasi haruslah selau ada dan terpelihara dengan baik

31

Anda mungkin juga menyukai