09e00389 PDF
09e00389 PDF
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahlimadya
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
PERSETUJUAN
Diluluskan di
Medan, Juni 2008
Diketahui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing,
Ketua,
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
PERNYATAAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
ABSTRAK
Penentuan Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) limbah cair pulp pada PT. Toba Pulp
Lestari telah dilakukan dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 600 nm untuk sampel dari Inlet Primary Clarifier
dan Outlet Primary Clarifier dan pada panjang gelombang 520 nm untuk sampel dari
Outlet Secondary Clarifier.
Hasil KOK yang diperoleh dari limbah cair pulp pada Inlet Primary Clarifier
500,2 mg/liter; Outlet Primary Clarifier 439,1 mg/liter; dan Outlet Secondary Clarifier
68,92 mg/liter. Dari hasil KOK yang diperoleh menunjukkan bahwa limbah cair PT.
Toba Pulp Lestari masih memenuhi standard mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan
industri tersebut.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
ABSTRACT
Determination Chemical Oxygen Demand (COD) of waste water pulp at PT. Toba Pulp
Lestari have been done determined spectrofotometri visible. Measured do at the
wavelength 600 nanometer for sample from Inlet Primary Clarifier and at the wavelength
520 nanometer for sample from Outlet Secondary Clarifier.
The result obtained show that COD of waste water pulp in Inlet Primary Clarifier
500,2 mg/liter; Outlet Primary Clarifier 439,1 mg/liter; and Outlet Secondary Clarifier
68,92 mg/liter. From result COD show that waste waters PT. Toba Pulp Lestari still
fulfilling the quality standard government and industrial.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
2.2.4 Screening 10
2.2.5 Bleaching 11
2.2.6 Pulp Machine 11
2.3 Limbah Cair Pulp 12
2.3.1 Tujuan Pengolahan Limbah Cair Pulp 12
2.3.2 Pengolahan Limbah Cair Pulp 13
2.3.2.1 Pengolahan Tingkat Pertama (Primary Treatment) 13
2.3.2.2 Pengolahan Tingkat Kedua (Secondary Treatment) 16
2.4 KarakteristikAir Limbah 19
2.4.1 Karakteristik Fisik 19
2.4.2 Karakteristik Biologi 21
2.4.3 Karakteristik Kimia 23
2.5 Spektrofotometri Visible 29
2.5.1 Prinsip dan Dasar Teori 29
2.5.2 Peralatan Spektrofotometri Visible 30
DAFTAR PUSTAKA
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
PT. Toba Pulp Lestari adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pulp yang
menghasilkan kertas. Perusahaan ini menggunakan bahan baku kayu eucalyptus. Didalam
proses pengolahannya menjadi kayu, perusahaan ini juga menghasilkan limbah yang
dapat mencemari lingkungan jika dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Oleh karena itu untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan setempat, perusahaan
ini dituntut untuk mengolah limbahnya sebelum limbah tersebut dialirkan ke sungai
(Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002).
Untuk mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan, PT. Toba Pulp Lestari
limbah tersebut, dengan cara memeriksa berbagai macam parameter dan salah satu
diantaranya adalah Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand
(COD) dari limbah tersebut. Adapun alasan mengapa COD harus dianalisa adalah sesuai
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
dengan Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No:
03/MENKLH/II/1991 bahwa baku mutu air limbah khususnya untuk COD adalah 500
mg/liter, oleh karena itu diharapkan kadar COD tidak boleh melewati dari baku mutu
kandungan organik yang tinggi yang dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk
berkembang biak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air
Proses pengolahan limbah cair yang paling utama di PT. Toba Pulp Lestari yaitu
pengolahan limbah secara biologis. Dimana pada pengolahan secara biologis, bakteri
maka dilakukan penentuan COD. Dalam penentuan kadar COD dilakukan dengan metode
spektrofotometri visible (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
2002). Metode spektrofotometri visible merupakan salah satu metode yang baik
digunakan untuk menentukan kadar COD limbah cair, karena metode ini lebih cepat,
hemat bahan kimia, rendah limbah bahan kimia dibandingkan dengan metode refluks
terbuka yang boros bahan kimia dan besarnya limbah yang harus dibuang
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
1.2 Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah apakah baku mutu air limbah
khususnya untuk COD, yang dibuang ke pembuangan akhir telah memenuhi syarat
standard mutu sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan
industri tersebut.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apakah limbah cair PT. Toba Pulp Lestari khususnya COD, yang
dibuang ke pembuangan akhir (sungai) memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan pemaparan
mengenai parameter yang dianalisa dalam hal penanganan terhadap limbah cair pulp,
khususnya parameter COD. Sehingga dengan analisa yang baik dapat meningkatkan
efisiensi pengolahan limbah cair yang menjadi dasar dalam usaha pengurangan
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Selulosa
Selulosa merupakan komponen kimia kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan
kayu keras jumlahnya hampir mencapai setengahnya. Selulosa merupakan polimer linear
dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas -D-glukosa. Karena sifat
sifat kimia dan fisikanya maupun struktur supramolekulnya maka ia dapat memenuhi
CH2OH
O
H
OH H
CH2OH O H OH
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
O
H O
OH H
CH2OH O H OH
O
H
OH H
H OH
O
1. Berwarna putih
H2SO4
(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
4. Hidrolisa lengkap dengan HCl 40% dalam air hanya menghasilkan D-glukosa
Sejumlah poliosa mengandung senyawa tambahan asam uronat. Rantai molekulnya jauh
lebih pendek bila dibandingkan dengan selulosa , dan dalam beberapa senyawa
mempunyai rantai-cabang. Kandungan poliosa dalam kayu keras lebih besar daripada
H O H O H
OH H OH H OH H
H OH H OH H OH
H OH H OH H OH
2.1.3 Lignin
Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dalam kayu keras
dan juga terdapat beberapa perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
keras. Dari segi morfologi lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam lamella
tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder. Selama perkembangan sel, lignin
dimasukkan sebagai kompnen terakhir di dalam dinding sel, menembus di antara fibril
Lignin banyak dijumpai pada ruang antar sel dan dinding primer serat kayu.
Fungsi utamanya pada tumbuhan adalah sebagai zat perekat yang berhubungan dengan
kekuatan dan kekakuan serat kayu sehingga tumbuhan yang basa dapat berdiri kokoh.
Lignin harus dipisahkan karena mengurangi mutu pulp yang dihasilkan atau untuk
6. Bila didestilasi oleh alkali akan terbentuk benzene (Fengel, D dan Wegner, G.
1995).
CH3 O
C=O
CH2 CH2 CH O
O CH2 C
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
O
Secara garis besar proses produksi dibagi atas enam bagian yaitu persiapan kayu,
Kulit kayu menimbulkan masalah pada pembuatan kertas karena ada senyawa senyawa
organik yang menyebabkan bintik bintik pada kertas, disamping itu juga kulit kayu
dapat mempersulit pembuatan pulp. Pada pembuatan pulp, kulit kayu ini harus
dipisahkan terlebih dahulu kemudian kayunya dibuat dalam bentuk serpih yang
selanjutnya diolah menjadi pulp. Adapun alat yang digunakan untuk pengkulitan adalah
Debarking drum.
Struktur dan fungsi debarking drum, dapat dipisahkan menjadi dua kelompok :
1. Tumble debarking drum untuk batang kayu yang pendek. Proses pengulitan lebih
cepat daripada lingkaran drum dan berputar putar di dalam truk tidak teratur.
pengulitan dalam jenis ini gelondongan kayu berputar putar di dalam drum
Setelah dari debarking drum, kayu dimasukkan menuju chipper. Di sini akan
diadakan proses chipping. Tujuan penyerpihan ini adalah menghasilkan spesifikasi mutu
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
chip yang diperlukan untuk pemasakan pulp dengan peralatan peralatan proses, sebagai
berikut :
Digester adalah alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk slinder yang dilas
bersusun tegak, mempunyai volume 200m3 dan tinggi 18,67 m, diameter 4,2 m yang
dirancang untuk bekerja pada tekanan tinggi hingga 12 kg/cm2, temperatur 195oC.
1. Chip Filling
menggunakan belt convenyor yang panjangnya 24 m. Jumlah chip yang dibutuhkan tiap
2. Pre Steaming
melalui bagian luar digester dengan low pressure steam (LPS), sampai temperature 110oC
3. Liquor Filling
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
Liquor filling merupakan pemasukan cairan pemasak yang terdiri dari dari lindi
putih dan lindi hitam. Untuk mencapai tingkat kemurnian yang tinggi, cairan pemasak
yang akan dibuat untuk memasak chip dengan kandungan 19% alkali aktif yang disebut
sebagai Na2O. Alkali aktif terdiri dari NaOH 10 gram/liter, Na2S 25 gram/liter.
4. Pemasakan Chip
Pada proses pemasakan, cairan dipanasi dengan cara pemanasan tidak langsung.
Pada sistem pemanasan tidak langsung dilakukan dengan mengalirkan uap ke dalam
digester dengan uap tekanan menengah, cairan yang masuk melalui sistem sirkulasi tidak
5. Pulp Blowing
Selesai pemasakan, bubur pulp yang dialirkan ke dalam blow tank dengan
membukakan katup pada jalur pulp, yang akan dihembuskan dari digester ke blow tank.
Saat ini tekanan di digester turun hingga tekanan atmosfir. Maka penurunan tekanan akan
menghasilkan gas blow yang menuju heat recovery system untuk menghasilkan air panas,
pada operasional normal penghembusan dilakukan tiap 15 menit selanjutnya brown stock
2.2.3 Washing
Bubur pulp dari knotter dicuci dalam unit washer. Di dalamnya dilengkapi dengan sistem
vakum sehingga bubur pulp dapat dicuci dengan baik dengan hasil cuciannya tidak
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
melekat pada dinding washer dan terus berputar. Di daerah masukan, bubur pulp dicuci
dengan air panas dengan sistem penyemprotan secara berlawanan. Air pencucian untuk
washer satu diambil dari filtrat no.4 sedangkan bubur pulp pada washer empat dicuci
Bubur pulp yang menempel pada dinding washer dipotong dengan doctor blade
yang dipasang sedemikian rupa sehingga bubur pulp yang sudah bersih tidak bercampur
dengan bubur pulp yang kotor. Bubur pulp dari doctor blade dihancurkan lagi dengan
menggunakan repulper low dan high speed. Hasil pencucian dari washer dimasukkan ke
washer stock tank dengan konsentrasi 10% 12% untuk selanjutnya dikirim ke unit
penyaring.
2.2.4 Screening
Setelah washing, bubur pulp yang masuk ke washer stock selanjutnya dimasukkan ke unit
screening. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bubur pulp yang benar benar bersih
dan baik. Bubur pulp dari wash stock masuk ke primary screen. Hasil penyaringannya
yaitu accept masuk washer dan reject masuk ke secondary screen dengan diameter 2
mm. Hasil dari secondary screen masuk ke primary screen dan buangannya masuk ke
tertiary screen. Hasil dari tertiary screen masuk ke vibrating screen. Hasil screen dari
vibrating screen akan dimasukkan ke screw press untuk dipisahkan antara air dan serat
kasar. Dengan menggunakan pump, bubur pulp hasil screening akan dipompakan ke high
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
2.2.5 Bleaching
Tujuan bleaching adalah untuk memutihkan bubur pulp. Bubur pulp dari unbleach tower
dipompakan ke clorinasi tower dengan konsistensi 3,5 4 %. Pada tangki ini dilakukan
penambahan ClO2 serta diaduk oleh agitator agar pencampuran menjadi homogen selama
30 - 43 menit dengan temperatur diatur antara 4550oC serta pH 1,5-2. Setelah itu bubur
pulp masuk ke washer untuk dicuci dengan menggunakan larutan klorin dioksida encer
Dengan bantuan tube bin, pulp hasil washer dimasukkan ke hypo tower dengan
penambahan hipoklorin. Penambahan zat ini bertujuan untuk mendapatkan bubur pulp
yang lebih putih dan sekaligus mengurangi kandungan lignin. Proses ini berlangsung
menggunakan I.D System Mixer. Setelah itu bubur pulp masuk ke menara klorin dioksida
juga dengan bantuan tube bin. Dalam tangki ini terjadi penambahan ClO2 sebagai dilution
yang berfungsi sebagai pemutih. Temperatur pada proses ini adalah 75 80oC dan proses
Proses pengolahan bubur pulp menjadi pulp berbentuk lembaran dilakukan pada pulp
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
Penyaringan ini meliputi pengurangan kadar air yang dimiliki bubur pulp dari 80%
menjadi 50%. Unit ini satu buah katup pembentuk tiga unit fool box yang
2. Bagian Penekanan
maksud bubur pulp dari wise convenyor. Derajat keasaman yang dimiliki pulp
3. Pengeringan Akhir
Pengeringan akhir bertujuan untuk memastikan bahwa pulp sheet telah benar
benar kering. Pengeringan dilakukan dengan flack dryer yang didalamnya terdapat
Pada tahap ini lembaran pulp dipotong dengan ukuran 80 cm, lebar 60 cm dan berat
rata rata perlembar 750 800 gram. Selanjutnya lembaran pulp dikemas namun
sebelumnya ditekan dengan balling press. Proses akhirnya setelah balling press
pulp dimasukkan ke unit blaude binder untuk diikat 8 bale, dimana 1 bale = 200 kg.
Pulp yang dikemas disimpan pada gudang dan kemudian siap untuk dipasarkan
(Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2000).
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh
industri harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan air
lingkungan. Jadi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga layak
a. Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular. Karena air
menular.
b. Ditinjau dari segi estetika untuk melindungi air terhadap bau dan warna yang
Perlakuan awal limbah pada umumnya adalah pemisahan padatan yang berukuran besar
dan serpihan namun demikian padatan yang tersuspensi yang terdapat pada limbah cair
dipisahkan dengan cara sedimentasi. Pengolahan tingkat pertama ini disebut juga
pengolahan fisis.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
Primary Treatment terdiri dari bak penghubung (junction box), saringan bergerak
(travelling screen), bak pembagi (splitter box), bak penjernih pertama (primary
clarifier), kolam darurat (spill pond), dan menara pendingin (cooling tower).
tersebut, ditambahkan HCl yang berasal dari tangki HCl yang diberikan melalui kran.
Burnt Lime Hopper berfungsi untuk menyimpan kapur hasil lime klin plant yang akan
Tangki HCl berfungsi untuk menyimpan HCl 32% yang akan ditambahkan ke bak
Alat ini digunakan untuk menangkap benda padat (seperti kayu, plastik, dan lain-
lain) untuk menghidari tersumbatnya pompa. Benda kasar yang telah dipisahkan dari
saringan, dicuci dengan air, lalu dibuang ke tempat pembuangan limbah padat.
Bak pembagi mengatur aliran limbah ke bak penjernih pertama (Inlet Primary
Clarifier) dan atau ke kolam penampungan darurat (spill pond/emergency pond). Pada
kondisi normal, aliran limbah cair diarahkan ke bak penjernih pertama. Jika ada kejadian
yang diluar normal dari operasi pabrik, aliran limbah tersebut dialihkan ke penampungan
darurat. Limbah mengalir secara gravitasi. Bak pembagi mengalirkan limbah ke bak
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
pembagi I (Inlet Primary Clarifier) atau ke bak pembagi II (Outlet Primary Clarifier)
Pada bak penjernh pertama, padatan yang melayang dari air buangan yang masuk
bisa mengendap, padatan ini harus dibuang sebelum pengolahan lumpur aktif (activated
sludge) pada secondary treatment untuk mencegah terbentuknya lumpur yang padat/pejal
bila biomass mulai bertambah. Endapan yang terdapat pada bak penjernih pertama dan
bak penjernih kedua dikeluarkan dengan menggunakan pompa bak pengental. Sedangkan
air limbah dari penjernih pertama dialirkan ke pengolahan berikutnya. Lumpur yang
mengendap pada bak pengental dipompa ke tempat pengering lumpur. Ada dua buah bak
penjernih yang dipakai secara bergantian. Bak penjernih pertama ini terbuat dari semen.
Aliran limbah mengalir secara gravitasi melalui pipa dari bak pembagi dan jatuh
masuk ke tengah drum pengarah, dari sini limbah bergerak ke seluruh permukaan bak dan
mengendap. Air limpahan yang jernih meluap masuk ke alur pengarah dan mengalir
masuk alur pengarah dan mengalir ke pengolahan berikutnya dan endapan padatan disapu
Setiap penjernih dipasang satu pompa lumpur. Endapan lumpur dari kedua
penjernih dipompa ke unit pengental lumpur, alirannya dikontrol dengan membuka kran
secara manual. Alat penggerak penyapu pada dasar bak dilengkapi dengan pengukur
beban dan alat pengatur gerakan secara mekanis berdasarkan beban. Untuk mengeringkan
terowongan, di dasar bak dilengkapi dengan sebuah pompa air. Pompa berjalan dengan
otomatis, tergantung tinggi air dalam bak yang diatur oleh pengatur tinggi air.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
5. Kolam Darurat (Spill Pond / Emergency Pond)
Fungsi dari bak ini adalah penampungan sementara untuk limbah yang tidak
normal selama operasi pabrik tidak seperti biasanya. Tampungan air limbah ini akan
dicampur secara perlahan dengan buangan normal dari pabrik untuk diolah.
Menara pendingin digunakan untuk mengurangi suhu limbah yang suhunya lebih
tinggi 37oC agar sesuai dengan temperatur hidup bakteri yang optimum. Limbah dari bak
penjernih pertama dan bak pengental lumpur meluap mengalir masuk ke saluran
pencampuran.
bawah dalam media plastik berongga halus untuk diserap secara merata oleh udara dingin
yang dihisap dari kipas isah yang dipasang di atas menara, udara akan bercampur dengan
Pengolahan tingkat kedua merupakan bagian utama dalam instalansi pengolahan limbah
cair pulp. Pengolahan tingkat kedua ini merupakan pengolahan yang melibatkan
kedua.
Tangki ini merupakan bagian utama dari keseluruhan proses pengolahan limbah
di instalansi ini. Di dalam tangki ini terjadi proses biologi yaitu terbentuknya biomass
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
(bakteri pengurai) dimana limbah cair berfungsi sebagai substrat (makanan) bagi biomass
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi pulp mengandung kadar
organik yang cukup tinggi, sehingga pengolahan yang paling baik adalah secara biologi.
Reaksi berlangsung secara aerobik yaitu reaksi bisa terlaksana apabila ada oksigen di
Makanan tambahan sangat penting pada proses biologi. Kekurangan dari nutrisi
Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan pada unit pengolahan biologi :
- Cukup oksigen
Fosfat dan nitrogen yang dibutuhkan untuk proses lumpur aktif, diambil dari DAP
(Diamonium Phosphat) dan urea. Nutrisi dipersiapkan di tangki persiapan nutrien dan
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
Bak ini berfungsi untuk memisahkan lumpur aktif dari air limbah. Lumpur aktif
mengendap pada dasar bak dan dipompa kembali ke tangki biologi (deep tank). Limbah
dari deep tank masuk ke dalam distribusi, untuk diatur masuk kedua bak penjernih.
Limbah masuk melalui pengarah yang berkedudukan pada pusat bak. Air akan mengalir
melalui pipa didistribusikan ke seluruh bak. Air limpahan yang bersih setelah mengendap
akan keluar melalui pengarah mengalir ke sungai, sementara endapan yang mengendap
(scrapper). Penyapu tersebut berputar dan digerakkan oleh mesin yang dilengkapi dengan
alat pengukur beban. Putaran akan berhenti bila beban mencapai 60% dari alat yang
diputar. Beban mesin diawasi dan dilakukan perbaikan untuk menjaga beban tidak
berlebih. Lumpur yang mengendap di dasar bak (lumpur aktif) jumlahnya selalu
sebanding dengan jumlah organik. Dalam hal ini untuk menjaga bakteri pada batas yang
pantas, sebagian lumpur yang disirkulasikan (return sludge) dan sebagian lagi masuk ke
Baik excess sludge maupun return sludge dialirkan dengan pemompaan. Sebuah
kran pengatur aliran lumpur dipasang pada setiap bak penjernh kedua, untuk mengukur
Jumlah lumpur yang akan dikembalikan tergantung jumlah organik di dalam air
limbah yang masuk ke tangki, pengisian udara dan jumlah dari Mixed Liquor Suspended
Solid (MLSS) maupun campuran cairan padatan yang melayang yang terdapat di dalam
tangki biologi.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
Bak ini berfungsi untuk menampung lumpur yang berasal dari bak penjernih
pertama dan bak penjernih kedua. Prinsip kerja thickner adalah mengurangi kadar air
dalam lumpur sehingga konsentrasi solid meningkat. Air limpahan dari thickner ini akan
Tangki ini berfungsi sebagai tempat terjadinya flokulasi lumpur yang berasal dari
6. Tangki Polimer
Tangki ini berfungsi sebagai tempat melarutkan polimer yang digunakan dalam
tangki flokulasi.
Fungsi dari saringan ini adalah memisahkan air dari gumpalan lumpur sehingga
lumpur menjadi sangat kental dan tebal sehingga cukup mudah untuk dikeringkan pada
proses pemerasan di unit screw press. Gumpalan lumpur dipindahkan dari bak pengental
terdiri dari 1 saringan (rotary screen), 1 ulir tekan (screw press) dan sebuah convenyor
pembuang.
Ulir tekan berfungsi untuk memisahkan air dan lumpur, sehingga lumpur menjadi
cukup kering untuk dibakar ke ketel uap (kandungan air 30% - 25%). Sedangkan filtrat
dipompakan kembali ke thickner clarifier.Air limpahan dari thickner akan dialirkan ke
cooling tower, setelah dari cooling tower dialirkan ke deep tank bersamaan dengan
lumpur biologi (Return Activated Sludge = RAS). Aliran masuk dari dasar tangki dan
keluar secara overflow diteruskan ke bak penjernih kedua, setelah air limpahan benar
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
benar bersih, kemudian air limpahan tersebut dibuang ke sungai (Training and
Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002).
Untuk mengetahui lebih luas tentang air limbah, perlu diketahui juga secara detail
mengenai kandungan yang ada dalam air limbah serta karakteristiknya. Karakteristik air
limbah dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi.
Karakteristik limbah cair terkait dengan estetika karena sifat fisiknya yang mudah
terlihat dan dapat diidentifikasi secara langsung. Karakteristik limbah cair meliputi:
Padatan total adalah padatan yang tersisa dari penguapan sampel limbah cair
pada temperatur 103 -105 o C. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut
atau bahan padat terapung serta senyawa-senyawa yang terlarut dalam air (zat padat
yang lolos filter kertas) dan bahan tersuspensi (zat yang tidak lolos saringan filter).
b. Bau
bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas terlarut dan hasil samping
dari pembusukan bahan organik. Bau yang dihasilkan oleh air limbah pada
umumnya berupa gas yang dihasilkan dari peruraian zat organik yang terkandung
dalam air limbah, seperti Hidrogen sulfida (H 2 S). Limbah cair industri berpotensi
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
mengandung senyawa berbau ataupun senyawa yang potensial menghasilkan bau
Efek dari timbulnya bau antara lain, dalam konsentrasi rendah bagi
air, melemahkan pernafasan, rasa mual dan muntah dan gangguan mental. Senyawa
yang menghasilkan bau meliputi beberapa senyawa seperti tercantum dalam tabel.
c. Temperatur
Temperatur pada air dapat menentukan besarnya kehadiran species biologi dan
pertumbuhan dan reproduksi akan menjadi lebih lambat. Sebaliknya jika suhu
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
meningkat maka aktivitas biologi juga akan meningkat. Suhu air limbah biasanya
lebih tinggi daripada air bersih. Suhu air limbah dipengaruhi oleh kondisi udara
sekitarnya, air panas yang dibuang dari sisa pendingin mesin pada industri ataupun
dari rumah tangga. Pengukuran suhu sangat penting karena kebanyakan instalasi
d. Kepadatan (Density)
merupakan karakteristik penting dalam limbah cair karena dapat memberikan lnformasi
tingkat densitas air limbah dalam bak sedimentasi maupun unit lain.
e. Warna
Air murni tidak berwarna tetapi seringkali diwarnai oleh bahan asing. Warna
yang disebabkan oleh padatan terlarut yang masih ada setelah penghilangan partikel
f. Kekeruhan
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat organik, jasad
renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang tidak mengendap dengan segera.
Kekeruhan yang ada dalam air buangan disebabkan oleh berbagai macam suspended
dalam pengolahan air limbah secara biologi, tetapi ada juga mikroorganisme yang
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
membahayakan bagi kehidupan. Mikroorganisme tersebut antara lain bakteri, jamur,
1. Bakteri
Memiliki berbagai bentuk seperti batang, bulat dan spiral. Bakteri Escherihia coli
2. Jamur
Jamur dapat memecah materi organik, tidak melakukan fotosintesis, tumbuh pada
3. Alga
Alga dapat memberikan gangguan pada air, seperti timbulnya bau dan rasa yang
(www.mitrajasa.lingkungan@gmail.com)
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
2.4.3 Karakteristik Kimia
Kandungan bahan kimia dalam air limbah dapat merugikan lingkungan. Bahan organik
terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam sungai serta akan menimbulkan rasa dan bau
yang tidak sedap pada pengalahan air bersih. Bahan yang beracun dapat menyebabkan
menyebabkan eutrofikasi pada danau. Untuk itu perlu diketahui kandungan zat kimia apa
saja yang terdapat di dalam limbah cair suatu industri. Secara umum, karakteristik kimia
limbah cair dapat dibedakan menjadi zat anorganik dan zat organik.
a. Zat Anorganik
Parameter limbah cair yang tergolong dalam zat anorganik antara lain :
1. pH
biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk air limbah adalah netral.
2. Alkalinitas
Alkalinitas atau kebasaan air limbah disebabkan oleh adanya hidroksida, karbonat
3. Logam
Logam seperti Nikel (Ni), Mg, Fe meskipun dalam konsentrasi yang rendah
logam berat Pb, Cd, Hg dan logam lainnya dalam konsentrasi yang melebihi
ambang batas dalam air limbah dapat membahayakan bagi makhluk hidup.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
4. Gas
Gas yang sering muncul dalam air limbah yang tidak diolah antara lain :
Nitrogen, CO2, H2S, NH3 dan CH4. Gas-gas ini berasal dari hasil dekomposisi zat
b. Zat Organik
Air limbah mengandung lebih kurang 75% susspended solid (SS) dari padatan
yang dapat disaring dalam bentuk zat organik. Senyawa organik biasanya terdiri dari
karbon, hidrogen, oksigen serta nitrogen. Beberapa bentuk senyawa organik dalam
1. Protein.
Protein adalah senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil. Sebagian protein larut
dalam air dan sebagian lainnya tidak. Seluruh protein mengandung karbon, yang
Lemak dan minyak adalah komponen penting dalam makanan dan biasanya terdapat
dalam air limbah. Lemak merupakan senyawa organik yang stabil dalam air dan
tidak mudah diuraikan oleh mikroba. Minyak jika terdapat dalam limbah cair, dapat
limbah cair.
3. Karbohidrat.
Karbohidrat terdapat dalam alam secara bebas dalam bentuk pati, selulosa dan serat
kayu, yang semuanya dapat berada dalam air limbah. Karbohidrat mengandung
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
karbon, hydrogen dan oksigen. Umumnya karbohidrat terdiri dari enam atom karbon
larut dalam air. Sedangkan pati tidak larut dalam air dan meskipun cenderung stabil
dapat diubah dalam bentuk gula oleh aktivitas mikroba (Tchobanoglous, G dan
Burton, F. L. 1991).
4. Pestisida.
pada saat ini baik pada perkotaan maupun pertanian. Penggunaan yang salah dapat
menyebabkan kontaminasi pada aliran air. Banyak dari pestisida ini bersifat toksik
yang tertinggi
pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih baik.
Dalam air zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut
menyebabkan timbulnya busa (foam) yang stabil dan biasanya terdapat dalam
Kandungan zat organik di dalam limbah cair harus ditentukan baik secara
kualitas maupun kuantitas. Semua limbah yang dioksidasi, salah satunya limbah
industri, termasuk dalam kategori limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut
(oxygen demanding waste). Oksigen sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
pada ekosistem perairan. Kadar oksigen terlarut minimum 5 mg/liter diperlukan bagi
respirasi, dan oksidasi limbah. Aerasi adalah proses transfer oksigen dari atmosfer ke
perairan melalui proses difusi. Apabila kadar oksigen terlarut di perairan mencapai
saturasi dan berada dalam kesetimbangan dengan kadar oksigen di atmosfer maka proses
aerasi tidak akan berlangsung. Transfer oksigen dari udara ke dalam air berlangsung
apabila kadar oksigen pada air belum mencapai tingkat jenuh (saturasi), dan sebaliknya.
Kecepatan proses aerasi tergantung pada penyerapan pada permukaan airdan penyebaran
pada kolam air. Transfer oksigen berbeda - beda menurut tingkat saturasi dan kadar
oksigen dari atmosdfer ke perairan ini dinyatakan sebagai mass flux pada sejumlah unit
area permukaan air pada unit waktu tertentu dan diformulasikan dalam persamaan :
N = kL (CS CL)
pada malam hari oksigen justru dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk keperluan
respirasi. Selain karena proses respirasi, penurunan kadar oksigen di perairan juga
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
relatif rendah maka kadar oksigen terlarut cepat sekali mengalami pengurangan, apabila
pada perairan terdapat limbah organik dengan kadar cukup tinggi (Effendi, H. 2003).
mikroorganisme yang berada dalam kondisi aerob untuk menstabilkan materi organik.
Semakin besar angka BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah
semakin besar. Parameter yang paling umum digunakan untuk pengukuran kandungan
zat oganik di dalam limbah cair adalah BOD 5 yaitu pengukuran oksigen terlarut
a. Menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk stablisasi biologi dari zat
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat organis yang ada
dalam 1 liter sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
COD digunakan untuk mengetahui zat organik dan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi materi organik dengan oksidasi secara kimia. Nilai
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
COD dalam air limbah biasanya lebih tinggi daripada nilai BOD karena lebih banyak
senyawa kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dibandingkan oksidasi biologi.
Untuk berbagai tipe air limbah, COD dapat dihubungkan dengan BOD, mengingat tes
instalasi pengolahan jika melakukan tes COD dibandingkan tes BOD yang
Burton, F. L. 1991).
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organik yang
Prinsip analisa COD : sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi
E
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Ag2SO4
(warna kuning) (warna hijau)
Untuk menguji COD dalam air (waste water, river water, domestic water) secara
spektrofotometri visible, prinsipnya adalah jumlah oksidan Cr2O72- yang bereaksi dengan
contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 milli liter contoh uji. Senyawa
organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72- dalam
refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam
ekuivalen oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O72- kuat
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L
ditentukan kenaikan Cr3+ pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai
COD yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk
nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi
Yang terpenting dari metode ini lebih cepat, hemat bahan kimia, rendah limbah
bahan kimia (terutama Krom dan Raksa) dibandingkan dengan metode refluks terbuka
yang boros bahan kimia dan besarnya limbah yang harus dibuang (www.bogorlab-
wordpress.com).
jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian
fungsi ketebalan medium, meskipun sebenarnya ia hanya memperluas konsep yang pada
pada larutan dengan konsentrasi yang berlainan dan menerbitkan hasilnya tepat sebelum
Bernard. Kedua hukum yang terpisah yang mengatur absorbsi ini biasanya dikenal
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
sebagai hukum Lambert dan hukum Beer. Dalam bentuk gabungan hukum ini dikenal
Hukum Lambert. Hukum ini menyatakan bahwa bila suatu cahaya monokromatik
ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan
lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk
Hukum Beer. Sejauh ini telah dibahas absorbsi cahaya dari transmisi cahaya
monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis
kuantitatif, terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi seperti
yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas
Sumber yang bisa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu wolfram.
Lampu hidrogen digunakan untuk sumber pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfram
adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.
Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan transformator. Jika potensial
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
tidak stabil, kita akan mendapat energi yang bervariasi. Untuk mengkompensasi hal ini
pembanding.
b. Monokromator
Alatnya dapat berupa plasma maupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis
yang diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap,
maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang
yang diinginkan.
c. Sel Absorbsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet corex dapat digunakan,
tetapi pada pengukuran daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak
tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang
d. Detektor
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
BAB 3
METODE PENELITIAN
- Pipet volum
- Reaktor COD
- Kuvet
- Stopwatch
3.3 Prosedur
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
a. Sampel dari Inlet Primary Clarifier dipipet sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan
Sampel tersebut dipanaskan di atas reactor COD pada suhu 150oC selama 2 jam
pada alat spektrofotometer visible DR 4000 dengan panjang gelombang 600 nm.
Untuk sampel dari Outlet Primary Clarifier dilakukan dengan cara yang sama
(FAS)}. Sampel tersebut dipanaskan di atas reactor COD pada suhu 150oC selama
COD nya pada alat spektrofotometer visible DR 4000 dengan panjang gelombang
520 nm.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
BAB 4
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
9 20 Desember 2007 468 444 77,2
4.2 Pembahasan
Dari data diperoleh kadar COD mengalami perubahan mulai dari Inlet Primary Clarifier
(Inlet Primary I) sampai Outlet Secondary Clarifier. Dimana setelah dirata ratakan
kadar COD pada Inlet Primary Clarifier sebesar 500,2 mg/liter. Pada Outlet Primary
Clarifier sebesar 439,1 mg/liter sedangkan pada Outlet Secondary Clarifier sebesar 68,92
mg/liter.
Perubahan harga COD dari Inlet Primary Clarifier ke Outlet Primary Clarifier
terjadi penurunan kadar COD sebanyak 12,21 %. Dan pada Outlet Secondary Clarifier
terjadi penurunan kadar COD yang begitu drastis yaitu sebesar 86,22 %. Hal ini
menunjukkan bahwa pengolahan limbah di Deep Tank yang berlangsung secara biologis
dengan menggunakan bakteri dapat mengurangi kadar COD pada limbah cair. Bakteri
mempunyai peranan penting dalam mendegradasi senyawa senyawa organik yang ada
pada limbah.
Jika senyawa organik banyak terdapat pada limbah dan kemampuan degradasi
bakterinya rendah, maka COD nya akan lebih tinggi, dan sebaliknya. Jika kemampuan
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
degradasi bakteri tinggi maka COD nya akan rendah. Dengan demikian jumlah bakteri
yang ada di dalam Deep Tank sangat menentukan harga COD nya.
Dalam hal ini, kadar COD yang diperoleh pada Outlet Secondary Clarifier
sebesar 68,92 mg/liter, telah memenuhi standar mutu untuk dapat dibuang ke
pembuangan akhir / sungai. Sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan oleh Surat
03/MENKLH/II/1991 adalah 500 mg/liter dan PT. Toba Pulp Lestari adalah 300
mg/liter.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
- Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi penurunan
kadar COD mulai dari Inlet Primary Clarifier, Outlet Primary Clarifier dan
Outlet Secondary Clarifier yaitu dari 500,2 mg/liter menjadi 439,1 mg/liter
menjadi 68,92 mg/liter. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah cair di
- Dari hasil analisis kadar COD yang terkandung dalam sampel dari Outlet
Secondary Clarifier masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh
industri itu sendiri maupun pemerintah yaitu pada industri tersebut adalah 300
Limbah cair yang dihasilkan dari seluruh kegiatan proses produksi, diharapkan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakrta: Kanisius.
Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2000. Digester,
Washing and Screening, Bleaching, Pulp Machine.
Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002.
Handbook Effluent.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009
Tchobanoglous, G dan Burton, F. L. 1991. Wastewater Engineering. Third
Edition. New York: McGraw Hill.
Vogel. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Edisi
Keempat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Rona Monica Sihaloho : Penentuan Chemical Oxygen Demand (Cod) Limbah Cair Pulp Dengan Metode Spektrofotometri
Visible Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2008.
USU Repository 2009