Anda di halaman 1dari 22

BAB I

DEFINISI

1. Panduan adalah merupakan petunjuk dalam melakukan kegiatan

2. Dietisien adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan


keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal 1 tahun atau mendapat
sertifikat dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia ( PERSAGI ) dan bekerja di unit
pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.

3. Asesmen gizi adalah suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis, dimana
dietisien professional menggunakan cara berfikir kritisnya dalam membuat
keputusan untuk menangani asuhan gizi yang aman , efektif dan berkualitas
tinggi.

4. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan
gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan
konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada pasien rawat jalan.

5. Asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet
pasien di ruang rawat inap.

6. Skrining gizi adalah langkah utama untuk mengidentifikasi pasien berisiko


malnutrisi untuk mencegah terjadinya kurang gizi di RS.

7. Malnutrisi adalah keadaan gizi kurang atau gizi lebih karena asupan zat gizi
dibawah atau diatas kisaran asupan yang dianjurkan dalam waktu yang lama.

8. Anak adalah pasien yang datang berobat di unit rawat jalan atau yang dirawat
inap yang berusia < 14 tahun

1
9. Berat badan adalah ukuran dalam satuan kilogram yang digunakan untuk berat
badan pasien yang dirawat dengan menggunakan timbangan berat badan untuk
anak yang diukur dengan berdiri dan menggunakan baby scale untuk anak yang
diukur telentang.

10. Umur adalah umur pasien rawat inap yang dihitung dalam bulan penuh.
(contoh: umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan).

11. Panjang Badan (PB) adalah ukuran yang digunakan untuk anak umur 0-24
bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur berdiri, maka
hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0.7 cm.

12. Tinggi badan adalah ukuran yang digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan
yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka
hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm

13. Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat
Badan menurut Umur (BB/U).

14. Pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U).

15. Kurus dan Sangat Kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB).

16. Lingkaran Lengan Atas (LILA) adalah cara menentukan status gizi yang praktis
dengan mengukur lingkaran lengan kiri atas pada bagian tengah antara ujung
bahu dan ujung siku. Pengukuran dilakukan dengan posisi lengan kiri tidak
ditekuk tetapi lurus ke bawah.

2
17. SOAP : metode pencatatan dengan melakukan pengumpulan data subjektif,
objektif, asesmen dan plan.

18. Pengkajian gizi adalah kegiatan mengumpulkan, mengintegrasikan dan


menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek
asupan zat gizi dan makanan, aspek klinis dan aspek prilaku lingkungan serta
penyebabnya.

19. Riwayat gizi adalah anamnesis kepada pasien secara kualitatif yaitu untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan sehari-hari berdasarkan frekuensi
penggunaan bahan makanan, dan secara kuantitatif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari.

20. Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah
gizi yang aktual dan atau berisiko menyebabkan masalah gizi yang merupakan
tanggung jawab dietisien untuk menanganinya secara mandiri.

21. Intervensi gizi adalah serangkaian aktifitas spesifik dan berkaitan dengan
penggunaan bahan untuk menanggulangin masalah.

22. Monitoring dan evaluasi adalah melakukan penilaian kembali terhadap


kemajuan konselor maupun pasiennya dan dilakukan untuk mengetahui respon
pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.

23. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 arah
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku sehingga
membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakan
oleh dietisien

3
BAB II

RUANG LINGKUP

1. Semua pasien anak dilakukan skrining gizi awal

2. Skrining menggunakan metode STRONG-kids

3. Skrining gizi awal dilakukan oleh perawat dalam waktu 1x24 jam pasien masuk
rawat inap. Untuk pasien rawat jalan yang tidak dirawat skrining dilakukan oleh
dokter.

4. Jika dari hasil skrining ada resiko malnutrisi maka dilakukan kegiatan asuhan
gizi

5. Kegiatan asuhan gizi dilakukan oleh dietisien/ahli gizi

PERAN TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN SKRINING DAN ASUHAN GIZI

1. Perawat di instalasi rawat inap sebagai penanggung jawab skrining gizi awal.
Skrining dilakukan dalam waktu 1x24 jam sejak pasien dirawat.

2. Dokter di poliklinik sebagai penanggung jawab skrining gizi awal pasien anak
rawat jalan

3. Kepala Instalasi Gizi berperan sebagai penanggung jawab kegiatan asuhan gizi.

4. Dietisien/ahli gizi yang telah mengikuti pelatihan Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT) menjadi pelaksana kegiatan asuhan gizi.

BAB III

4
TATA LAKSANA SKRINING GIZI AWAL DAN
ASESMEN ASUHAN GIZI ANAK

I. SKRINING GIZI AWAL

Pasien masuk di poliklinik atau di IGD dan tidak dirawat inap, dokter
melakukan skrining gizi awal pasien dengan menggunakan kriteria
Modifikasi STRONG-kids, yang bertujuan mendeteksi resiko malnutrisi
lebih awal.

Pasien masuk diruang rawat inap, perawat melakukan skrining gizi awal
pasien dengan menggunakan kriteria Modifikasi STRONG-kids, yang
bertujuan mendeteksi resiko malnutrisi lebih awal.

Skrining dilakukan pada pasien anak usia > 14 tahun.

Langkah-langkah skrining dengan menanyakan :

No. PARAMETER SKOR NILAI

1. Apakah pasien tampak kurus ?


a. Tidak 0
b. Ya 1 .

2. Apakah terdapat penurunan berat


badab selama 1 bulan terakhir?
(berdasarkan penilaian obyektif
data berat badan bila ada atau
penilaian subjektif orang tua
pasien)
a. Tidak 0
b. Ya 1

5
3. Apakah terdapat SALAH SATU
dari kondisi berikut?

Diare 5 kali/ hari dan


atau >3kali/ hari dalam 1
minggu terakhir.

Asupan makan berkurang


selama 1 minggu terakhir
a. Tidak 0
..
b. Ya 1

4. Apakah terdapat penyakit atau


keadaan yang mengakibatkan
pasien beresiko mengalami
malnutrisi (lihat tabel 1)?
a. Tidak 0
b. Ya 1 .

Hitung skor untuk menilai adanya resiko malnutrisi dengan


menjumlahkan skor hasil penilaian langkah 1 sampai dengan
langkah 4 dan lakukan tindak lanjut (tabel 2 dan 3)

6
Tabel 1.

Daftar Penyakit atau keadaan yang beresiko mengakibatkan malnutrisi

Daftar penyakit atau keadaan yang beresiko mengakibatkan malnutrisi

Diare kronik (lebih dari 2 minggu)

(Tersangka) Penyakit Jantung Bawaan

(Tersangka) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

(Tersangka) Kanker

Penyakit hati kronik

Penyakit ginjal kronik

Trauma

TB Paru

Terpasang stoma

Luka bakar luas

Kelainan anatomi daerah mulut yang menyebabkan kesulitan makan


(misal : bibir sumbing)

Rencana ATAU paska operasi mayor (misal : laparatomi, torakotomi)

Kelainan metabolik bawaan (inborn erroe metabolism)

Retardasi mental

Keterlambatan perkembangan

Tabel 2.

7
Resiko malnutrisi dan tindak lanjut berdasarkan skrining STRONG-kids
di RAWAT JALAN

SKOR RESIKO TINDAK LANJUT

0 Tidak beresiko Dokter mengulangi skrining 1 minggu


kemudian ATAU saat pasien datang kontrol.

Catatan :

Bila pasien kontrol setiap hari, maka


skrining cukup diulang 1 minggu kemudian

1-3 Beresiko Dokter mengulang skrining 1 minggu


kemudian ATAU saat pasien datang kontrol.

Catatan :

Bila pasien kontrol setiap hari, maka


skrining cukup diulang 1 minggu kemudian

4-5 Malnutrisi Konsultasi ke poliklinik gizi

Tabel 3.
Resiko malnutrisi dan tindak lanjut berdasarkan skrining modifikasi STRONG-kids
di RAWAT INAP

SKOR RESIKO TINDAK LANJUT

0 Tidak beresiko Ulangi skrining 7 hari kemudian

1-3 Beresiko Konsul DPJP dan asuhan gizi oleh ahli gizi
serta ulangi skrining 3 hari kemudian oleh
ahli gizi

4-5 Malnutrisi Konsul DPJP

Jika pasien dirawat, Perawat memberitahu hasil skrining ini kepada


Dietisien dan DPJP

8
Jika pasien tidak dirawat jika ada kondisi malnutrisi maka DPJP
mengirim pasien ke poliklinik gizi.

Pasien dengan status gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi,


dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining
ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar.

II. ASUHAN GIZI

Berdasarkan hasil skrining tersebut Ahli gizi melakukan asesmen


kegiatan asuhan gizi. Kegiatan asuhan gizi dengan mengisi formulir
terintegrasi dengan pencatatan dan pelaporan menggunakan metode SOAP

Ahli Gizi melakukan pengumpulan data SUBJECTIVE:

1. Riwayat Gizi

Dengan mencatat makanan penimbul alergi/pantangan yang didapat dari


pengkajian awal pasien oleh perawat. Data pasien tentang pola makan
sebelum dirawat.

2. Riwayat personal meliputi : riwayat obat-obatan dan suplemen yang


dikonsumsi, riwayat budaya, riwayat penyakit dan data umum pasien
psikologis yang berkaitan dengan masalah gizi pasien.

Ahli Gizi melakukan pengumpulan data OBJECTIVE :

1. Antropometri :

Didapat dari data catatan medic pasien yang terbaru bisa diperoleh data
Berat Badan, Tinggi Badan, Panjang Badan dan Umur pasien.

Hitung dengan menggunakan rumus :

9
Berat badan Aktual -Berat Badan Median
(median-1 Standar Deviasi (SD)
Berdasarkan data tersebut tentukan Kategori dan Ambang Batas status
gizi anak. Indeks berdasarkan standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak Kementrian Kesehatan RI tahun 2011.

Kategori Ambang Batas


Indeks Status Gizi (Z-score)

Berat Badan menurut Umur Gizi Buruk < -3 SD


(BB/U) Gizi Kurang -3 SD - <-2 SD
Anak umur 0-60 bulan Gizi Baik -2 SD - 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

Panjang Badan menurut Sangat Pendek < -3 SD


Umur (PB/U) atau
Pendek -3 SD - <-2 SD
Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) Normal -2 SD - 2 SD

Anak umur 0-60 bulan Tinggi > 2 SD

Berat Badan menurut Sangat Kurus < -3 SD


Panjang Badan (BB/PB)
Kurus -3 SD - <-2 SD
Atau
Normal -2 SD - 2 SD
Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk > 2 SD

anak umur 0-60 bulan

Indeks Kategori Ambang Batas

10
Status Gizi (Z-score)

Sangat kurus < -3 SD


Indeks Massa Tubuh Kurus -3 SD - <-2 SD
menurut Umur (IMT/U)
Normal -2 SD - 2 SD
Anak umur 0-60 bulan
Gemuk > 2 SD

Sangat Kurus < -3 SD


Indeks Massa Tubuh Kurus -3 SD - <-2 SD
menurut Umur (IMT/U)
Normal -2 SD - 2 SD
Anak Umur 5 -18 tahun
Gemuk >1 SD - 2 SD

Obesitas >2 SD

Ahli gizi juga bisa memperoleh data berdasarkan pengukuran Lingkar


Lengan Atas (LILA) dengan menggunakan pita LILA. Dari pengukuran
tersebut status gizi ditentukan dari warna pada pita LILA. Jika hasil
pengukuran berada pada warna merah maka pasien barstatus gizi buruk,
warna kuning berstatus gizi kurang dan warna hijau berstatus gizi baik.

2. Biokimia

Diisi berdasarkan data yang dikumpulkan hasil pemeriksaan


laboratorium yang berhubungan dengan keadaan gizi. Data tersebut
dibandingkan dengan nilai normal pada masing-masing nilai
pemeriksaan. Data bisa diperoleh dari catatan rekam medis pasien

3. Klinik/fisik

Diisi berdasarkan hasil pengumpulan dan pengkajian data klinik dan


data fisik yang meliputi :

11
a) Tanda-tanda klinis pada berat badan : penurunan berat badan
kemungkinan defisiensi zat gizi, penurunan berat badan secara akut
kemungkinan defisiensi cairan. Peningkatan berat badan
kemungkinan kelebihan asupan zat gizi.

b) Tanda-tanda klinis pada rambut : rambut pudar, kering, mudah patah


kemungkinan defisiensi protein.

c) Tanda-tanda klinis pada leher : pembesaran tiroid kemungkinan


defisiensi iodium.

d) Tanda-tanda klinis pada mata ; Xerosis ( kekeringan ) pada


konjungtiva dan kornea kemungkinan defisiensi vitamin A,
vaskularisasi kornea, kemungkinan defisiensi vitamin B2

e) Tanda-tanda klinis pada mulut ; dental caries kemungkinan


kelebihan asupan karbohidrat dan defisiensi fluor , keilosis atau
stomatitis angular (lesi pada sudut mulut ) kemungkinan defisiensi
vitamin B2.

f) Tanda-tanda klinis pada kulit ; kulit kering, bersisik


kemungkinan defisiensi vitamin A, Zn, asam lemak essensial ;
hiperkeratosis folikularis ( menyerupai bulu roma berdiri )
kemungkinan defisiensi vitamin A, asam lemak essensial, vitamin B;
lesi eksematosa kemungkinan defisiensi Zn.

g) Tanda-tanda klinis pada kuku ; koilonikia (kuku berbentuk sendok)


kemungkinan defisiensi Fe, kuku rapuh, mudah pecah, kemungkinan
defisiensi protein.

h) Tanda-tanda klinis pada ekstremitas, otot rangka; kehilangan massa


otot kemungkinan defisiensi energi, edema kemungkinan defisiensi
protein dan vitamin B1 serta kelebihan intake cairan.

12
Ahli Gizi melakukan ASESMEN :

1. Diagnosis Gizi

Diagnosa gizi ditulis dalam pernyataan PES yang menyatakan


PROBLEM (masalah), ETIOLOGI (penyebab) dan SIGNS &
SYMPTOM (tanda & gejala) kalimat yang digunakan berkaitan
dengan menghubungkan etiologi terhadap label masalah gizi. Kalimat
disebabkan oleh menghubungkan karakteristik yang ditetapkan
etiologi.

Problem menggambarkan masalah gizi pasien dimana dietisien


bertanggung jawab untuk memecahkan secara mandiri.

Etiology menunjukan faktor penyebab atau factor-faktor yang


mempunyai kontribusi terjadinya problem. Factor penyebab dapat
berkaitan dengan patofisiologi, lingkungan, perilaku dan sebagainya.

Signs dan symptoms merupakan pernyataan yang menggambarkan


besarnya atau kegawatan kondisi pasien. Signs umumnya
merupakan data obyektif, sementara symptoms merupakan data
subyektif.

Ahli Gizi melakukan PLAN :

1. Intervensi Gizi

Ahli gizi melakukan intervensi gizi yang langkah-langkahnya adalah :

Perhitungan kebutuhan Energi

Kecukupan energy sehari untuk bayi dan anak menurut umur


berdasarkan kecukupan energy Widya Karya Pangan dan Gizi 1983.

13
Golongan Kecukupan energi
Umur Laki - laki Perempuan
(tahun) (kkal/kg BB)
0-1 110-120 110-120
1-3 100 100
4-6 90 90
6-9 80-90 60-80
10-14 50-70 40-55
14-18 40-50 40

Preskripsi Diet

Diisi berdasarkan pedoman makanan mencakup cara pemberian


makan, bentuk dan porsi makan serta cara mengolah makanan, dan
frekuensi pemberiannya.

Konseling Gizi

Diisi tentang pengaturan makanan yang akan disampaikan kepada


pasien/keluarga.

2. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring :

Pada kunjungan ulang mengkaji :

a. Asupan total energi, persentae asupan karbohidrat, protein,


lemak dan zat gizi terkait diagnosis pasien

b. Riwayat diet dan perubahan BB/status gizi

c. Biokimia : kadar gula darah, ureum, lipida darah, elektrolit, Hb dll

14
d. Kepatuhan terhadap anjuran gizi

e. Memilih makanan dan pola makan

Evaluasi dilakukan dengan pengumpulan data terkait yaitu :

Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi, yaitu tingkat


pemahaman, perilaku, akses dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.

Dampak asupan makanan dan zat gizi yaitu asupan makanan atau
zat gizi dari berbagai sumber.

Dampak terhadap tanda dan gejala fisik terkait gizi yaitu


pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan
parameter pemeriksaan fisik.

Dampak terhadap pasien/klien terkait gizi yaitu pengukuran yang


terkait dengan persepsi pasien/klien terhadap intervensi yang
diberikan dan dampaknya pada kualitas hidup.

15
ALUR ASUHAN GIZI ANAK

A. Pasien Rawat Jalan

Pasien rawat jalan

Skrining gizi oleh


perawat/DPJP
Ada malnutrisi

Poli Gizi

Asuhan Gizi

Pengumpulan
&Pengkajian
Antropometri

Diagnosa gizi

Pengumpulan
& pengkajian Intervensi:
data biokimia
Menghitung
kebutuhan energy,
preskripsi diet,
Riwayat Makan konseling gizi

Riwayat Monitoring
personal dan Evaluasi

16
B. Pasien Rawat Inap

Pasien rawat inap

Skrining gizi oleh


perawat

Ada indikasi malnutrisi

Asuhan Gizi

Pengumpulan
&Pengkajian
Antropometri

Diagnosa gizi

Pengumpulan
& pengkajian
data biokimia Intervensi:

Menghitung
kebutuhan
Riwayat Makan energy,
preskripsi diet,
konseling gizi

Riwayat
personal
Monitoring
dan Evaluasi

17
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Untuk pedoman kerja ruang rawat inap diperlukan form skrining,,


form terintegrasi.

2. Jika ada komplain / penyimpangan dari pasien maka wajib melaporkan


ke atasan langsung atau DPJP agar dapat di catat dan segera di tindak lanjuti.

3. Jika ada insiden yang menyangkut keselamatan pasien segera lapor ke


penanggung jawab Instalasi gizi agar dapat membuat laporan insiden
dokumentasi sesuai dengan format / formulir laporan insiden keselamatan
pasien.

Disyahkan : Di Depok
Pada Tanggal : 1 November 2016
Direktur
Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha,

Drg. SJAHRUL AMRI, MHA

18
REFERENSI

1. Kementrian Kesehatan RI, 2013, Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit

2. PERSAGI Tahun 2010, Penuntun Konseling Gizi.

3. PERSAGI DAN AsDI, Tahun 2009, Proses Asuhan Gizi Terstandar.

4. Workshop Implementasi Pelayanan Gizi Rumah Sakit, 2013

5. Penuntun Diet Anak, 2015.

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1995, 2010, Standar Antropometri


Penilaian Status Gizi Anak

19
PANDUAN ASUHAN GIZI ANAK
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

INSTALASI GIZI RSU. BHAKTI YUDHA

DEPOK - 2016

20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan limpahan rahmat dan kemuliaan serta
kemudahan yang diberikan kepada kita semua, sehingga dengan ijin
Nya Panduan Asuhan Gizi Anak RSU. Bhakti Yudha dapat
terselesaikan.
Panduan Asuhan Gizi Anak RSU. Bhakti Yudha ini adalah suatu
serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan
dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien
Anak di RSU. Bhakti Yudha.

Semoga Panduan Asuhan Gizi Anak RSU. Bhakti Yudha


ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya, serta
mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RS. Bhakti
Yudha.

Depok, Nopember 2016

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul . i

21
Daftar Isi . ii

Kata Pengantar .............. iii

BAB I. DEFINISI ....................................................................................... 1

BAB II. RUANG LINGKUP .................................................................... 4

BAB III. TATA LAKSANA ...................................................................... 5

BAB IV. DOKUMENTASI ........................................................................ 18

22

Anda mungkin juga menyukai