Selama berlangsungnya KMB Tanggal 29 Oktober 1949 dilakukan
penandatanganan bersama Piagam Persetujuan Konstitusi RIS antara Republik Indonesia dengan BFO yang selanjutnya diajukan ke Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Melalui Piagam tersebut disetujui bahwa Negara bentukan federasi tersebut meliputi: 1. Negara RI yang meliputi daerah menurut perjanjian Renville 2. Negara Ciptaan Belanda hasil konferensi Malino, meliputi: Negara Indonesia Timur, presidennya Cokorde Gde Sukowati dan Perdana Menteri Najamudin Daeng Malewa Negara Sumatera Timur dengan wakilnya Dr. Mansyur Negara Sumatera Selatan dengan wakil Abdul Malik Negara Madura dengan walinya Cokroningrat Negara Jawa Timur dengan walinya Wiranata Kusumah. 3. Satu-satuan kenegaraan yang tegak sendiri 4. Daerah-daerah selebihnya bukan daerah-daerah bagian. Dari hasil kesepakatan antara RI dan BFO tersebut maka KNIP pada tanggal 6-14 Desember 1949 mengadakan sidang yang membahas hasil KMB dan mereka menyetujui hasil KMB. Langkah selanjutnya: 1) Tanggal 15 Desember 1949 diadakan pemilihan presiden RIS dengan calon tunggal Ir. Soekarno. 2) Tanggal 16 Desember 1949 Ir. Soekarno dipilih menjadi presiden RIS. 3) Tanggal 17 Desember 1949, Ir Soekarno dilantik menjadi Presiden RIS 4) Tanggal 20 Desember 1949, Presiden Soekarno melantik cabinet RIS yang pertama dengan Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri. Perjuangan kembali ke Negara kesatuan RI a. Tanggal 27 Desember 1949 terjadi : 1. Penyerahan dan penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan antara Negara Belanda dan Jakarta. Penandatanganan tersebut dilakukan secara bersamaan antara di Indonesia dengan di negeri Belanda. Selain itu di Yogyakarta dilakukan pula penyerahan kedaulatan dari RI kepada RIS. Dengan pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949 maka berakhirlah periode perjuangan bersenjata dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 2. Presiden Soekarno menyerahkan jabatannya di Yogyakarta kepada Acting President RI, Mr. Asaat yang sebelumnya menjabat sebagai ketua KNIP. b. Tanggal 28 Desember 1949 Presiden Soekarno kembali ke Jakarta dengan membawa bendera pusaka. Atas usul RI, pemerintah RIS mengadakan perundingan dengan 2 negara bagian lain tentang pembentukan Negara kesatuan. Sehingga akhirnya parlemen dan senat RIS mengesahkan rencana Undang-undang Dasar Sementara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Tanggal 15 Agustus 1950, Presiden RIS, Ir. Soekarno membacakan piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sejak saat itu Soekarno menerima kembali jabatan Presiden RI dari Acting President RI, Mr. Asaat Perdana Menteri Moh. Hatta menyerahkan mandatnya kepada Presiden dan wakil presiden RI. Hal ini menunjukkan bahwa Negara federal ciptaan Van Mook hanya berumur 8 bulan. d. Tanggal 17 Agustus 1950 Bendera Pusaka dapat dikibarkan kembali di halaman depan bekas istana Gubernur Jenderal (Istana Negara). RIS dibubarkan dan kembali dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak NKRI berdiri tegak kembali, PBB menerima Indonesia masuk menjadi anggota PBB yang ke-60 tepat pada tanggal 28 September 1950. Masalah Irian Barat menurut KMB akan dibicarakan satu tahun kemudian ternyata sampai tahun 1960 tidak ada tanda-tanda untuk diserahkan oleh Belanda. Sejak tanggal 19 Desember 1961 Indonesia menempuh perjuangan bersenjata dengan Tri Komando Rakyat (Trikora). Perjuangan Trikora berhasil memaksa Belanda menerima Persetujuan New Yorktanggal 15 Agustus 1962 dengan pokok-pokok perjuangan sebagai berikut: 1. Penghentian permusuhan 2. Membentuk United Nation of temporary Executive Authority (UNTEA) di Irian Barat yang berarti kekuasaan untuk sementara dipegang PBB dengan tahapan sebagai berikut: Antara 1 Oktober sampai 31 Desember 1962 masa pemerintahan UNTEA dilakukan bersama-sama dengan kerajaan Belanda. Antara 1 Januari sampai 1 Mei 1963 masa pemerintahan dilakukan bersama RI. Sejak 1 Mei 1963 wilayah Irian Barat sepenuhnya berada di bawah kekuasaan RI. Tahun 1969 akan diadakan Act of Free Choice yaitu penen tuan pendapat rakyat (pepera). Tanggal 14 Juli 1969 pepera dilaksanakan dengan hasil pernyataan bahwa segenap rakyat Irian Barat tetap berada dalam kekuasaan republik Indonesia