SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan
NPM : 0806333562
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 27 Juni 2012
iii
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rengka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada :
(1) Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
yang telah banyak membantu mahasiswa dalam hal perizinan penelitian.
(2) Ibu Happy Hayati, Ns. Sp. Kep. An, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan skripsi ini.
(3) Ibu Kuntarti, S.Kp., M. Biomed, selaku koordinator mata ajar tugas akhir
yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam penyusunan skripsi
ini.
(4) Ibu Prof. Dr. Budi Anna Keliat S.Kp., M.AppSc, selaku pembimbing
akademik (PA) yang senantiasa memberikan masukan dan semangat
selama saya menjalani perkuliahan di FIK UI.
(5) (Alm) Ayahanda Sobirin, skripsi ini Ananda persembahkan untuk
Ayahanda. Semoga Ayahanda bahagia dan mendapat tempat terbaik di
sisi-Nya.
(6) Ibunda Umi Salamah dan (Alm) Ayahanda Sobirin yang tidak pernah
letih dalam mendoakan serta selalu memberikan dukungan tiada henti
baik dalam bentuk moril dan materiil kepada Ananda. Ananda sangat
mencintai dan menyayangi ibunda dan ayahanda, selamanya!!!
iv
Penulis
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 27 Juni 2012
Yang menyatakan
vi
Harga diri pada remaja dipengaruhi oleh hasil eksplorasi yang remaja lakukan,
diantaranya adalah mencoba perilaku merokok. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang
merokok. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif. Pengambilan
sampel pada 94 remaja (usia rata-rata 16,28 tahun) di SMK Putra Bangsa pada
Mei 2012 dengan menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian
menggunakan skala perilaku merokok dan skala harga diri Rosenberg (r tabel
reliabilitas: 0,711). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
merupakan bukan perokok harian, tipe perokok ringan, perilaku merokok tinggi,
dan harga diri positif. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang
merokok (p value = 0,025; = 0,05). Disarankan agar institusi pendidikan, dinas
kesehatan, dan LSM anti rokok bekerja sama untuk melakukan tindakan
pencegahan dan penghentian perilaku merokok pada remaja.
Kata kunci: Harga Diri, Perilaku Merokok, Remaja Laki-Laki yang Merokok
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Pertanyaan Penelitian 6
1.4 Tujuan Penelitian 6
1.4.1 Tujuan Umum 6
1.4.2 Tujuan Khusus 6
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.5.1 Manfaat Aplikatif 7
1.5.2 Manfaat Keilmuan 7
1.5.3 Manfaat Metodologi 7
2. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Remaja 8
2.1.1 Fase Remaja 8
2.1.2 Perkembangan pada Masa Remaja 9
2.1.3 Tugas Perkembangan Remaja 11
2.2 Perilaku Merokok 12
2.2.1 Definisi Rokok 12
2.2.2 Jenis Rokok 13
2.2.3 Definisi Perilaku 14
2.2.4 Definisi Perilaku Merokok 15
2.2.5 Tipe Perilaku Merokok 15
2.2.6 Tipe Perokok 16
2.2.7 Tahapan Perilaku Merokok pada Remaja 16
2.2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Remaja 17
2.2.9 Dampak Perilaku Merokok 19
2.3 Harga Diri 19
2.3.1 Definisi Harga Diri 19
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri 20
ix Universitas Indonesia
4. METODOLOGI PENELITIAN 34
4.1 Desain Penelitian 34
4.2 Populasi dan Sampel 34
4.2.1 Populasi 33
4.2.2 Sampel 33
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 36
4.4 Etika Penelitian 36
4.5 Alat Pengumpulan Data 37
4.5.1 Instrumen 37
4.5.2 Uji Instrumen 40
4.5.2.1 Uji Validitas 40
4.5.2.2 Uji Reliabilitas 41
4.6 Metode Pengumpulan Data 41
4.7 Pengolahan dan Analisis Data 42
4.7.1 Pengolahan Data 42
4.7.2 Analisis Data 42
4.7.2.1 Analisis Univariat 43
4.7.2.2 Analisis Bivariat 43
4.7.2.3 Teknik Analisis Data 44
4.8 Jadwal Kegiatan Penelitian 45
5. HASIL PENELITIAN 46
5.1 Pelaksanaan Penelitian 46
5.2 Penyajian Hasil Penelitian 46
5.2.1 Karakteristik Responden 46
5.2.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Usia 46
5.2.1.2 Karakteristik Responden berdasarkan Identitas Perokok 47
5.2.1.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tipe Perokok 48
5.2.2 Hasil Analisis Univariat 49
5.2.2.1 Perilaku Merokok 49
5.2.2.2 Harga Diri 51
5.2.3 Hasil Analisis Bivariat 53
5.2.3.1 Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga Diri 53
6. PEMBAHASAN 54
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian 54
x Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI 66
LAMPIRAN
xi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Gambar 1.1 Persentasi perokok pemula berdasarkan rentang usia (Riskesdas, 2007)
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30 tahun
Gambar 1.2 Persentasi perokok pemula berdasarkan rentang usia (Riskesdas, 2010)
Perokok aktif usia remaja telah menjadi tren hingga saat ini. Data yang
dikeluarkan oleh International Union Againts Tuberculosis and Lung Disease
menyebutkan, 30% perokok di dunia adalah remaja (Wijaya, 2011). Data yang
dikeluarkan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) semakin mempertegas
terjadinya peningkatan usia pada perokok pemula. GYTS menyebutkan bahwa
pada tahun 2007, jumlah perokok pemula usia 13-18 tahun di Indonesia
menduduki peringkat pertama di Asia. Bahkan, 3 dari 10 pelajar SMP di
Indonesia mulai merokok sebelum usia sepuluh tahun.
Erikson (1963) menyebutkan, latar belakang remaja mulai merokok
berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial pada masa perkembangan
remaja, yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati diri (Mubarok, 2009).
Glendinning dan Inglis (1999) juga mengemukakan bahwa perilaku merokok
yang dilakukan remaja merupakan penunjukkan simbol status sosial, ikatan
kekerabatan dalam kelompok, dan memberikan kesan mengagumkan. Armstrong
(1990) menyebutkan, alasan ingin tampak mengesankan adalah alasan paling
umum untuk dimulainya perilaku merokok pada remaja (Nasution, 2007). Remaja
seringkali mengasosiasikan perilaku merokok sebagai identitas diri, yaitu
memberikan kesan tidak kolot (modern), dewasa, jantan, gagah, dan berani.
Peneliti tertarik untuk meneliti ada tidaknya hubungan antara perilaku
merokok dengan harga diri remaja. Peneliti ingin mengetahui apakah pola
konsumsi rokok dapat mempengaruhi harga diri remaja yang merokok. Pada masa
remaja, konsep diri individu berkembang, termasuk harga diri. WHO
menyebutkan, salah satu penyebab terjadinya perilaku merokok serta
pengonsumsian alkohol dan obat-obatan pada remaja adalah harga diri yang
negatif pada diri remaja (Glendinning & Inglis, 1999). Remaja berisiko terjerumus
dalam masalah perilaku kesehatan seperti mengonsumsi obat-obatan, alkohol, dan
rokok (Glendinning & Inglis, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Young-Ho
Kim (2004) menyebutkan, harga diri memiliki arti penting sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.
Harga diri didefinisikan sebagai suatu dimensi evaluatif global mengenai
diri sendiri (Santrock, 2007). Individu mendapatkan nilai harga dirinya melalui
Universitas Indonesia
persepsi yang diperoleh dari persepsi diri sendiri dan orang lain. Penilaian tinggi
terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi diri dengan menghargai
kelebihan, memahami potensi diri, dan menerima kekurangan yang ada dalam
dirinya (Santrock, 2007). Sedangkan, penilaian rendah terhadap diri sendiri adalah
penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri, tidak menghargai
kelebihan diri, dan selalu melihat dirinya sebagai sesuatu yang selalu kurang
(Santrock, 2007).
Perasaan negatif dapat muncul pada diri remaja jika remaja merasa tidak
berharga, mengalami penolakan dari lingkungan, merasa diabaikan, merasa
diacuhkan, dan tidak dihargai. Bagi remaja, merokok dapat menjadi salah satu
cara untuk mengurangi perasaan negatif yang remaja rasakan (Veselska, 2009).
Hal ini terjadi karena rokok dapat memberikan dampak positif bagi remaja yang
mengonsumsi rokok. Dampak positif yang dapat remaja rasakan saat
mengonsumsi rokok antara lain merasa lebih dewasa, menurunkan kecemasan,
mudah konsentrasi, dan dapat memunculkan ide-ide atau inspirasi (Cahanar &
Suhanda, 2006). Selain itu, remaja juga seringkali beralasan bahwa rokok
merupakan suatu hal yang wajar dan tidak melanggar moral. Pengalaman negatif
yang dirasakan serta asumsi bahwa rokok merupakan suatu hal yang wajar dan
tidak melanggar moral, diduga sebagai salah satu alasan mengapa remaja
mencoba untuk merokok.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1 Remaja
Remaja (adolescence) berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti tumbuh
untuk mencapai kematangan (Wong, 2008). Masa remaja merupakan suatu
periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan
waktu untuk kematangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial yang cepat pada
anak laki-laki dan wanita untuk mempersiapkan diri menjadi individu dewasa
(Wong, 2008).
8 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Perkembangan kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif pada remaja mencapai
puncaknya pada kemampuan berpikir abstrak (Wong, 2008). Remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri sebagai upaya untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks dan abstrak.
4. Perkembangan moral
Kohlberg menyebutkan bahwa pada masa remaja mulai terbentuk sikap
autonomi. Remaja sudah memiliki suatu prinsip yang diyakini, mulai
memikirkan keabsahan dari pemikiran yang ada, serta mencari dan
mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk mencapai tujuan (Wong,
2008).
5. Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan munculnya pertanyaan
terkait nilai-nilai yang dianut keluarga. Remaja akan mengeksplorasi
keberadaan Tuhan dan membandingkan agamanya dengan agama orang lain
(Wong, 2008). Hal ini dapat menyebabkan remaja seringkali
mempertanyakan kepercayaan yang dianut oleh diri remaja sendiri (Wong,
2008).
6. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan bersosialisasi
yang kuat, mulai membebaskan diri dari dominasi keluarga, serta
menetapkan identitas yang mandiri dari wewenang orang tua (Wong, 2008).
7. Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep diri remaja ditandai dengan menerima perubahan
tubuh, menggali tujuan hidup untuk masa depan, menilai positif tentang
dirinya sendiri, dan terjalin hubungan dengan lawan jenis (Sianturi, 2004).
Perkembangan konsep diri, khususnya harga diri, akan terus mengalami
perkembangan. Robinson et, al (2002) menyebutkan bahwa individu yang
memasuki masa remaja dengan harga diri yang utuh, akan mampu
mengatasi semua perubahan perkembangan yang terjadi pada masa remaja
(Shaffer, 2005).
Universitas Indonesia
8. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial dicirikan dengan tingginya inisiatif dan
kesenangan remaja untuk mencoba suatu hal yang baru. Erikson (1963)
menyebutkan, latar belakang remaja mulai merokok berkaitan dengan
adanya krisis aspek psikososial pada masa perkembangannya, yaitu masa
ketika remaja sedang mencari jati diri dan memiliki inisiatif tinggi untuk
mencoba hal-hal baru yang menantang (Mubarok, 2009).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diameter 10 mm, serta berwarna putih atau cokelat (Widowati, 2010). Kesowo
(2003) menyebutkan, rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus,
sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica, dan sejenisnya (Sadiah, 2007). Asap rokok
mengandung sekitar 4000 bahan kimia dengan 43 diantaranya bersifat karsinogen.
Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit, seperti:
kanker mulut, kanker faring, kanker paru, kanker prostat, gangguan kehamilan
dan janin, penyakit jantung koroner, pneumonia, dan lainnya (Sriamin, 2006).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung pada saat remaja belum pernah merokok. Pada tahap
ini, remaja mulai membentuk opini tentang rokok dan perilaku merokok.
Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan sikap pada remaja,
munculnya tujuan mengenai rokok, dan citra perilaku merokok yang
diperoleh remaja.
2. Tahap inisiasi
Tahap ini merupakan tahap coba-coba untuk merokok. Remaja beranggapan
bahwa dengan merokok, remaja akan terlihat dewasa, keren, gagah, dan
berani.
3. Tahap menjadi seorang perokok
Pada tahap ini, remaja memberikan identitas pada dirinya sebagai seorang
perokok. Remaja juga sudah mulai ketergantungan rokok. Burton et, al
(1989) menyebutkan, remaja yang menggambarkan dirinya sebagai seorang
perokok, besar kemungkinan akan tetap menjadi seorang perokok di masa
yang akan datang (Okoli et, al., 2011).
4. Tahap tetap menjadi perokok
Tahap ini dipengaruhi oleh faktor psikologis dan biologis. Faktor psikologis
yang mempengaruhi remaja untuk terus merokok adalah: adanya kebiasaan,
stres, depresi, kecanduan, menurunkan kecemasan, ketegangan, upaya untuk
memiliki teman (Hedman et, al., 2007). Aditama (1997) menyebutkan,
faktor biologis yang mempengaruhi remaja untuk tetap menjadi perokok
yaitu efek dan level dari nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah (Laily,
2007).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(2007) juga mendefinisikan harga diri (self esteem) sebagai suatu dimensi
evaluatif global mengenai diri sendiri. Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu
sumber internal dan eksternal, yang mencakup penerimaan diri meski lemah dan
terbatas (Potter & Perry, 2005). Maka, harga diri dapat dikatakan sebagai evaluasi
individu terhadap dirinya sendiri dengan menilai diri secara positif atau negatif.
Penilaian harga diri secara positif atau negatif diperoleh dari evaluasi
individual terhadap dirinya. Individu mengevaluasi diri dalam lingkungan
keluarga, sekolah, tempat berorganisasi, tempat bekerja, maupun lingkungan
sosial. Penilaian positif terhadap diri sendiri adalah penilaian terhadap kondisi
diri, seperti: menghargai kelebihan, menghargai potensi diri, dan menerima
kekurangan diri sendiri (Santrock, 2007). Sedangkan, penilaian negatif terhadap
diri sendiri adalah: (1) penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri
sendiri; dan (2) tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai
sesuatu yang selalu kurang (Santrock, 2007). Harga diri yang tinggi berakar dari
penerimaan diri sendiri tanpa syarat sebagai individu yang berarti dan penting,
meskipun individu mengalami kegagalan, kekalahan, atau bersalah (Depkes,
2000).
Universitas Indonesia
2. Pola asuh
Shochih (1998) mendefinisikan pola asuh sebagai cara orang tua dalam
menunjukkan otoritasnya (Sriati & Hernawaty, 2007). Pola asuh merupakan
cara orang tua untuk memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak
(Sriati & Hernawaty, 2007). Adanya hukuman dalam keluarga yang tidak
konsisten serta perilaku orang tua yang selalu membanding-bandingkan
anak, dapat menurunkan harga diri anak (Potter & Perry, 2005).
3. Lingkungan
Yusuf (2000) menyebutkan, lingkungan memberikan dampak besar kepada
remaja melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua, teman
sebaya, dan lingkungan sekitar (Sriati & Hernawaty, 2007). Lingkungan
yang membuat remaja merasa diterima, dihargai, dan dihormati, akan
menjadikan remaja merasa bahwa dirinya bernilai untuk dirinya sendiri dan
orang lain.
4. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi merupakan suatu hal yang mendasari perbuatan individu
untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial
(Sriati & Hernawaty, 2007). Individu dengan latar belakang sosial ekonomi
tinggi, akan merasa dirinya lebih berarti dan berharga, dibandingkan dengan
orang lain dengan status sosial ekonomi di bawahnya.
Sianturi (2004) menyebutkan, faktor yang mempengaruhi pembentukan
harga diri pada remaja, yaitu:
1. Penyakit mental dan fisik
Penyakit yang dialami remaja akan mempengaruhi bagaimana remaja
melihat dirinya. Remaja akan malu untuk berhubungan dan bergaul dengan
teman-temannya. Adanya penyakit, pembedahan, atau kecelakaan yang
mengubah pola hidup dapat menurunkan harga diri individu (Potter & Perry,
2005).
2. Sistem keluarga yang disfungsional
Peraturan yang tidak konsisten, kritik yang destruktif, orang tua yang terlalu
melindungi dan mengontrol remaja, dan minimnya komunikasi dalam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Perasaan mampu
Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki individu pada saat
individu merasa mampu untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan (Sriati
& Hernawaty, 2007). Individu yang memiliki harga diri positif menyukai
tugas baru yang menantang, aktif, dan tidak cepat bingung jika segala
sesuatu berjalan di luar rencana (Sriati & Hernawaty, 2007). Perasaan
mampu dan merasa kompeten ketika melaksanakan tugas, secara bertahap
dapat meningkatkan harga diri remaja.
3. Perasaan diterima
Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki individu ketika
individu diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok (Sriati &
Hernawaty, 2007). Ketika individu diperlakukan sebagai bagian dari
kelompok, maka ia akan merasa dirinya diterima dan dihargai dalam
kelompok tersebut.
Universitas Indonesia
Pencapaian harga diri yang tinggi akan menolong remaja melewati masa
perkembangannya dengan optimal. Santrock (2007) menyebutkan bahwa harga
diri remaja dapat di tingkatkan dengan:
1. Mengidentifikasi penyebab rendahnya harga diri
Harter (1998) berpendapat bahwa intervensi yang diberikan pada remaja
dengan harga diri negatif, harus sampai pada penyebab rendahnya harga diri
(Santrock, 2007). Hal ini dilakukan agar harga diri remaja dapat meningkat.
Berbagai penelitian menyebutkan, intervensi yang dilakukan untuk
membuat remaja merasa nyaman dengan dirinya sendiri, ternyata tidak
efektif untuk meningkatkan harga diri remaja (Santrock, 2007).
2. Mengidentifikasi bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri remaja.
Remaja memiliki harga diri positif apabila dapat tampil dengan kompeten
dalam bidangnya (Santrock, 2007). Sehingga, remaja harus didorong agar
dapat mengidentifikasi bidang kompetensi yang ingin dicapainya.
3. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial
Dukungan dan persetujuan dari orang tua dan teman sebaya, menjadi hal
yang sangat penting bagi remaja untuk meningkatkan harga diri (Santrock,
2007). Lingkungan yang nyaman bagi remaja, meliputi lingkungan yang
memberikan dukungan emosional dan sosial, dapat meningkatkan harga diri
remaja karena remaja merasa dicintai dan diterima oleh orang lain.
4. Meningkatkan prestasi
Prestasi dapat meningkatkan harga diri remaja. Sebab, prestasi membuat
remaja merasa dirinya mampu untuk melakukan tugas, yang belum tentu
dapat dilakukan oleh orang lain.
5. Meningkatkan keterampilan koping remaja
Lazarus (1991) menyebutkan, harga diri remaja akan meningkat apabila
remaja mencoba untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan
menghindari masalah (Santrock, 2007). Menghadapi masalah dengan
realistis, jujur, dan tidak defensif dapat menghasilkan evaluasi diri yang
positif (Santrock, 2007). Sebaliknya, menghadapi masalah dengan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
28 Universitas Indonesia
Variabel perancu
Faktor-faktor yang
mempengaruhi harga diri:
Pengalaman
Perilaku Perilaku Perilaku Pola asuh
merokok merokok merokok Lingkungan
rendah sedang tinggi Sosial ekonomi
29 Universitas Indonesia
Keterangan :
= Faktor yang diteliti
= Faktor yang tidak diteliti
3.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara perilaku merokok
dengan harga diri remaja laki-laki yang merokok.
Variabel Desain Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Data Demografi
Usia Usia remaja laki-laki yang merokok 1 pertanyaan pada data demografi kuesioner. Kuesioner Usia dalam tahun Nominal
sebagai responden.
Identitas Identitas perokok pada remaja laki- 1 pertanyaan pada data demografi kuesioner. Kuesioner 1. Perokok harian Ordinal
perokok laki yang merokok. 2. Bukan perokok
harian
Tipe Jumlah rokok yang dihisap oleh 1 pertanyaan pada data demografi kuesioner Kuesioner 1. Tipe perokok ringan Ordinal
perokok responden dalam satu hari. (menghisap 1-4
batang rokok/hari).
2. Tipe perokok sedang
(menghisap 5-14
batang rokok/hari).
3. Tipe perokok berat
(menghisap 15
batang rokok/hari).
31 Universitas Indonesia
Perilaku Perilaku merokok adalah perilaku Responden mengisi kuesioner yang menggunakan Kuesioner 1. Perilaku merokok Ordinal
merokok responden yang menggambarkan skala perilaku merokok dengan pilihan jawaban: tinggi apabila skor
kegiatan merokok yang terlihat dari 1. Selalu 53 72.
tahapan perilaku merokok, 2. Sering 2. Perilaku merokok
intensitas merokok, dan jenis rokok 3. Kadang-kadang sedang apabila skor
yang dikonsumsi. 4. Tidak pernah 47 52.
Pernyataan positif dinilai dengan: selalu (bernilai 3. Perilaku merokok
4), sering (bernilai 3), kadang-kadang (bernilai 2), rendah apabila skor
dan tidak pernah (bernilai 1). 38 46.
Pernyataan negatif dinilai dengan: selalu (bernilai
1), sering (bernilai 2), kadang-kadang (bernilai 3),
dan tidak pernah (bernilai 4).
32 Universitas Indonesia
Harga Persepsi remaja laki-laki yang Responden mengisi kuesioner mengenai harga diri Kuesioner 1. Harga diri negatif Ordinal
diri merokok mengenai harga dirinya, responden dengan menggunakan skala harga diri apabila skor 44
yang dapat diukur dari : Rosenberg dengan pilihan jawaban: 63,9.
Remaja yang memiliki harga 1. Sangat setuju (SS) 2. Harga diri positif
diri positif, yaitu objek yang 2. Setuju (S) apabila skor 63,91
diteliti mengevaluasi dirinya 3. Tidak setuju (TS) 88.
secara positif setelah menjadi 4. Sangat tidak setuju (STS)
perokok. Pernyataan positif dinilai dengan: sangat setuju
Remaja yang memiliki harga (bernilai 4), setuju(bernilai 3), tidak setuju
diri negatif, yaitu objek yang (bernilai 2), dan sangat tidak setuju (bernilai 1).
diteliti mengevaluasi dirinya Pernyataan negatif dinilai dengan: sangat setuju
secara negatif setelah menjadi (bernilai 1), setuju (bernilai 2), tidak setuju
perokok. (bernilai 3), dan sangat tidak setuju (bernilai 4).
33 Universitas Indonesia
4.2.2 Sampel
Sampel penelitian adalah obyek yang akan diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi atau bagian dari populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling. Peneliti
mengambil sampel berdasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Peneliti menganggap bahwa semua kriteria
yang dikehendaki telah ada dalam sampel yang diambil.
Sampel yang diambil dari populasi adalah remaja yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut:
1. Jenis kelamin laki-laki.
34 Universitas Indonesia
2. Perokok.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Bersedia menjadi responden.
Sedangkan, kriteria ekslusi dari sampel yang diambil, yaitu:
1. Remaja yang dalam keadaan tidak sadarkan diri.
2. Remaja yang tidak bersedia menjadi responden.
Besar sampel ditentukan dengan rumus estimasi populasi tabel Isaac dan
Michael dengan diketahui jumlah populasi siswa laki-laki yang merokok di SMK
Putra Bangsa sebanyak 109 siswa. Peneliti menggunakan rumus estimasi populasi
sebagai berikut (Sukardi, 2004):
n = N x (Z21-/2) x P (1P)
[(N1) x d2] + [(Z21-/2) x P (1P)]
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Z21-/2 = tingkat kemaknaan, CI = 95% maka = 1,96
P = proporsi populasi yang diteliti sebagai dasar, P = 0,5
d = presisi tingkat derajat ketepatan yang direfleksikan oleh
kesalahan yang dapat ditoleransi, besarnya yaitu 0,05
Maka, penghitungan jumlah sampel yaitu:
n = 109 x (1,96)2 x (0,5) x (0,5)
[109 x (0,05)2] + [(1,96)2 x (0,5) x (0,5)]
n = 85 orang
Peneliti mengantisipasi apabila terdapat data yang kurang lengkap atau
responden tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Sehingga peneliti
menambah jumlah sampel. Koreksi atau penambahan jumlah sampel berdasarkan
prediksi sampel drop out dari penelitian. Formula yang digunakan untuk koreksi
jumlah sampel adalah :
n = n
1 f
n = besar sampel setelah dikoreksi
n = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sesuai dengan petunjuk yang ada. Lembar pernyataan memuat 3 data demografi.
Kuesioner bagian satu berisi 21 pernyataan mengenai perilaku merokok.
Kuesioner bagian dua berisi 24 pernyataan mengenai harga diri. Waktu yang
diperlukan untuk mengisi kuesioner kurang lebih 15 menit.
Penelitian ini menggunakan dua buah instrumen, yaitu: skala perilaku
merokok dan skala harga diri:
a. Skala perilaku merokok
Skala perilaku merokok disusun untuk mengukur tingkat perilaku merokok
remaja laki-laki. Pernyataan yang ada dalam kuesioner mencakup: (1) tipe
perilaku merokok berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Tomkins
(1991); (2) tipe perokok berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh
Smet (1994); (3) tahapan perilaku merokok berpedoman pada teori yang
dikemukakan oleh Sitepoe (2002); (4) faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok; dan (5) dampak perilaku merokok.
Positif Negatif
Tipe perilaku merokok 2, 11 1 3
Tipe perokok 12 9, 10 3
Waktu untuk merokok 3, 4, 6 7, 8 5
Faktor-faktor yang mempengaruhi 18, 19 20, 21 4
perilaku merokok
Jenis rokok 14, 15 16 3
Tempat merokok 17 13 2
Dampak rokok 5 1
Jumlah 12 9 21
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Indikator Aitem
Total
Positif Negatif
Dihormati oleh orang lain. 23, 24 2
Memiliki pendapat yang dapat diterima 30 1
oleh orang lain.
Mampu mengatur dan mengontrol tingkah 22, 33 29 3
laku.
Menerima kepedulian dari orang lain. 40 31 2
Mendapat penerimaan dari lingkungan. 28, 39 2
Memiliki pandangan positif terhadap diri 25, 26, 27, 36 43 5
sendiri.
Menerima perhatian, afeksi, dan ekspresi 37, 38 45 3
cinta dari orang lain.
Taat untuk mengikuti etika, norma atau 34 42 2
standar moral yang harus dilakukan dan
harus dihindari.
Mampu untuk sukses. 35 1
Dapat mengerjakan tugas dengan baik dan 44 41 2
benar.
Memiliki tuntutan prestasi yang ditandai 32 1
dengan keberhasilan.
Jumlah 15 9 24
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Identifikasi masalah
2. Studi kepustakaan
3. Penyusunan proposal
4. Uji validitas dan reliabilitas
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
7. Penyusunan laporan
8. Penyerahan laporan
9. Sidang
45 Universitas Indonesia
46 Universitas Indonesia
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Perokok harian Bukan perokok harian
Universitas Indonesia
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Tipe perokok ringan Tipe perokok sedang Tipe perokok berat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Perilaku merokok rendah Perilaku merokok sedang Perilaku merokok tinggi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
54%
53%
52%
51%
50%
49%
48%
47%
46%
45%
44%
Harga diri positif Harga diri negatif
Harga diri remaja dikategorikan menjadi dua, yaitu remaja dengan harga
diri positif dan harga diri negatif. Gambar 5.4 menunjukkan bahwa remaja laki-
laki perokok dengan harga diri positif sebanyak 50 orang (53%). Sedangkan,
remaja laki-laki perokok dengan harga diri negatif sebanyak 44 orang (47%).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
54 Universitas Indonesia
potensi diri, dan menerima kekurangan diri sendiri (Santrock, 2007). Sedangkan,
penilaian negatif terhadap diri sendiri adalah: (1) penilaian tidak suka atau tidak
puas dengan kondisi diri sendiri; dan (2) tidak menghargai kelebihan diri dengan
melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang (Santrock, 2007).
Analisis univariat harga diri remaja laki-laki yang merokok menunjukkan
sebanyak 50 responden (53%) memiliki harga diri positif dan 44 responden (47%)
memiliki harga diri negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52 responden
(55,3%) menyatakan bahwa rokok dapat membantu remaja untuk mengendalikan
emosi dan 72 responden (76,6%) menyatakan bahwa rokok dapat menurunkan
kecemasan yang remaja rasakan. Dampak positif rokok lainnya yang dirasakan
remaja adalah 59 responden (62,8%) menyatakan rokok dapat membuat remaja
merasa percaya diri, 56 responden (59,5%) menyatakan bahwa rokok membuat
remaja semangat dalam meraih sukses, dan 62 responden (65,9%) tidak setuju
dengan pernyataan bahwa rokok membuat masa depan remaja menjadi suram.
Penelitian ini membuktikan bahwa merokok merupakan cara yang dilakukan
remaja untuk mengatasi perasaan negatif yang remaja rasakan
Penelitian ini dapat membuktikan bahwa perilaku merokok yang remaja
lakukan mampu memberikan dampak positif terhadap harga diri remaja. Hal ini
tidak terlepas dari kesan yang diberikan oleh rokok pada remaja. Armstrong
(1990) menyebutkan, alasan ingin tampak mengesankan adalah alasan paling
umum untuk dimulainya perilaku merokok pada remaja (Nasution, 2007). Remaja
seringkali mengasosiasikan perilaku merokok sebagai identitas diri, yaitu
memberikan kesan tidak kolot (modern), dewasa, jantan, gagah, dan berani.
Identitas yang terbentuk menyusun prinsip kepribadian pada remaja. Prinsip-
prinsip tersebut diperoleh melalui proses evaluasi secara menyeluruh yang
dilakukan oleh remaja terhadap dirinya. Remaja dapat mengevaluasi dirinya
secara positif maupun negatif. Semakin positif nilai yang ada pada diri remaja,
semakin positif pula harga diri remaja. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif
nilai yang ada pada diri remaja, semakin negatif harga diri remaja.
Harga diri negatif pada sebagian remaja dalam penelitian ini ditunjukkan
oleh 24 remaja (25,5%) menyatakan bahwa dirinya menjadi orang yang tidak
berharga dan tidak berarti setelah menjadi perokok, 16 remaja (17%) menyatakan
bahwa dirinya merasa tidak diterima oleh orang lain setelah menjadi perokok, 32
remaja (34,04%) menyatakan bahwa rokok membuat masa depannya menjadi
suram, dan 53 remaja (56,34%) menyatakan bahwa orang tua memarahi jika
remaja sedang merokok. Pengalaman negatif yang pernah dialami, tidak adanya
dukungan sosial, dan sikap negatif dari orang lain yang dialami oleh remaja laki-
laki setelah menjadi perokok pada akhirnya membentuk harga diri negatif pada
remaja. Sebab, semakin negatif nilai hidup yang ada pada diri remaja, maka harga
diri akan semakin negatif.
Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan, dan keyakinan yang
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart &
Sundeen, 2005). Potter dan Perry (2005) menyebutkan, konsep diri adalah citra
subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap, dan
persepsi. Konsep diri dipelajari oleh individu melalui eksplorasi diri dan
merupakan hasil interaksi dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari lima
komponen, yaitu identitas, harga diri, peran, citra diri, dan ideal diri.
Perkembangan konsep diri terjadi sepanjang kehidupan dan bergantung
pada seberapa panjang tingkat perkembangan individu. Pada masa remaja,
perkembangan konsep diri bergantung pada pengalaman remaja selama masa
anak-anak. Pada umumnya, remaja lebih menekankan pada penampilan fisik dan
sudah mulai menetapkan identitas pada diri remaja. Terkait dengan penelitian ini,
remaja mengeksplorasi dirinya dengan mencoba hal-hal baru, seperti adanya
keinginan untuk mencoba merokok. Ada sebagian remaja yang lantas berhenti
setelah mengonsumsi rokok karena mendapatkan dampak negatif secara langsung
dari rokok, seperti batuk dan sesak napas. Namun, ada pula remaja yang
meneruskan aktivitas merokok karena telah mengalami ketergantungan pada
rokok. Keberlanjutan aktivitas merokok pada akhirnya membentuk identitas pada
diri remaja, yaitu sebagai perokok, bukan perokok, atau mantan perokok.
merokok rendah memiliki harga diri positif. Sedangkan, 16 responden (17%) yang
berperilaku merokok rendah memiliki harga diri negatif. Sebanyak 12 responden
(12,8%) yang berperilaku merokok sedang memiliki harga diri positif. Sedangkan,
13 responden (13,8%) yang berperilaku merokok sedang memiliki harga diri
negatif. Sebanyak 30 responden (32%) yang berperilaku merokok berat memiliki
harga diri positif. Sedangkan, 15 responden (16%) yang berperilaku merokok
berat memiliki harga diri negatif.
Data mengenai perilaku merokok dan harga diri remaja laki-laki yang
merokok diolah dengan menggunakan analisis bivariat. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki
yang merokok. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square
dan didapatkan p value = 0,025 dengan nilai = 0,05. Maka, bisa disimpulkan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara perilaku merokok dengan harga diri
remaja laki-laki yang merokok.
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan
oleh Norhayati Mohd. Noor et, al pada tahun 2005 di Malaysia. Hasil akhir dari
penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan
harga diri pada remaja Malaysia di Kota Bharu, Kelantan. Harga diri pada remaja
di Kota Bharu, Kelantan, lebih dipengaruhi karena kondisi keluarga dan
lingkungan. Hal ini dapat dipengaruhi karena pada penelitian ini, pola asuh
keluarga, lingkungan, dan sosial ekonomi yang merupakan variabel perancu
(confounding) harga diri, termasuk yang tidak diteliti oleh peneliti. Pada
penelitian kali ini, peneliti hanya ingin melihat bagaimana pengaruh yang
diberikan oleh perilaku merokok terhadap harga diri remaja laki-laki yang
merokok. Hal ini yang menjadi alasan bagi peneliti untuk tidak memasukkan
variabel confounding yang mempengaruhi harga diri sebagai variabel yang diteliti.
Remaja yang menjadi perokok pemula cenderung memiliki masalah
psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang sudah lama
mengonsumsi rokok (Coogan et, al., 1998). Rokok menjadi salah satu alat bagi
perokok sebagai anti depresan untuk mengatasi masalah depresi dan kecemasan.
Pada remaja, rokok memiliki arti sebagai cara untuk mengobati diri dari dampak
negatif yang remaja rasakan. Harga diri negatif pada diri remaja menjadi faktor
penyebab munculnya perilaku merokok pada remaja (Veselska et, al., 2009). Hal
inilah yang menyebabkan remaja membutuhkan cara untuk meningkatkan harga
diri, yaitu dengan merokok. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Young-Ho Kim (2004) menyebutkan, harga diri memiliki arti penting sebagai
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.
Dampak psikologis yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dari
rokok yang terus menerus remaja rasakan, pada akhirnya akan membentuk aspek
harga diri remaja laki-laki setelah menjadi perokok. Coopersmith menyebutkan
bahwa harga diri memiliki tiga macam aspek, yaitu: perasaan berharga, perasaan
mampu, dan perasaan diterima (Sriati & Hernawaty, 2007). Lingkungan yang
membuat remaja merasa diterima, dihargai, dan dihormati, akan menjadikan
remaja merasa bahwa dirinya bernilai untuk dirinya sendiri dan orang lain. Ketika
individu diperlakukan sebagai bagian dari kelompok, maka ia akan merasa dirinya
diterima dan dihargai dalam kelompok tersebut.
Dampak psikologis yang menyenangkan setelah menjadi perokok antara
lain: (1) rokok mampu menurunkan kecemasan, kemarahan, ketegangan, dan
memberikan sumber inspirasi; (2) rokok mampu membuat remaja lebih kreatif,
percaya diri, trendy, cool, macho, bersemangat dalam meraih sukses, dan
diperhatikan oleh orang lain. Pengalaman positif dari rokok dan adanya
penerimaan dalam kelompok akan membentuk harga diri positif pada diri remaja.
Dengan kata lain, kegiatan merokok menjadi cara bagi remaja untuk
meningkatkan harga diri.
Dampak psikologis tidak menyenangkan yang dirasakan setelah menjadi
perokok, akan membuat remaja mengevaluasi dirinya secara negatif. Pengalaman
negatif yang dirasakan setelah menjadi perokok antara lain merasa tidak berarti
dan tidak berharga setelah menjadi perokok, rokok membuat masa depan menjadi
suram, rokok membuat remaja tidak konsentrasi saat belajar, dan seringnya
remaja mendapat teguran dari orang tua karena telah menjadi perokok. Hal inilah
yang menyebabkan remaja mengalami harga diri negatif setelah menjadi perokok.
Penelitian ini membuktikan bahwa perilaku merokok akan mempengaruhi harga
diri remaja laki-laki yang merokok. Harga diri remaja akan menjadi positif atau
bahkan negatif setelah remaja menjadi seorang perokok.
Emosional
Efek positif dari rokok:
percaya diri dan daya kreatif;
Kognitif kecemasan, ketegangan, dan
kemarahan; memberikan
Moral inspirasi; diterima dan dihormati
dalam kelompok.
Remaja Tahap perkembangan
Sosial Efek negatif dari rokok: rokok
membuat masa depan menjadi
suram, dimarahi orang tua,
Konsep diri Harga diri rokok membuat konsentrasi
buyar saaat belajar, merasa tidak
berharga dan tidak berarti
Spiritual setelah menjadi perokok.
Positif Negatif
Psikososial
Gambar 6.1 Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga Diri Remaja Laki-Laki yang Merokok
61 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1) Karakteristik remaja laki-laki yang merokok dalam penelitian ini adalah
usia remaja perokok termuda berusia 15 tahun dan remaja perokok tertua
berusia 19 tahun. Remaja laki-laki SMK Putra Bangsa yang merupakan
bukan perokok harian sebanyak 56 orang (60%) dan perokok harian
sebanyak 38 orang (40%). Sedangkan, remaja laki-laki SMK Putra Bangsa
yang termasuk tipe perokok ringan sebanyak 60 orang (64%), tipe perokok
sedang sebanyak 32 orang (34%), dan tipe perokok berat sebanyak 2 orang
(2%).
2) Remaja laki-laki SMK Putra Bangsa yang merokok, memiliki perilaku
merokok rendah sebanyak 24 orang (25%), perilaku merokok sedang
sebanyak 25 orang (27%), dan perilaku merokok tinggi sebanyak 45 orang
(48%).
3) Remaja laki-laki SMK Putra Bangsa yang merokok, memiliki harga diri
positif sebanyak 50 orang (53%) dan harga diri negatif sebanyak 44 orang
(47%).
4) Ada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan harga diri
remaja laki-laki yang merokok (p value = 0,025; = 0,05).
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang perlu menjadi bahan pertimbangan untuk beberapa pihak yang terkait. Saran
tersebut antara lain:
1) Pelayanan keperawatan
Perawat yang bekerja di dinas kesehatan dan puskesmas sebaiknya
melakukan sosialisasi bahaya merokok secara intensif di sekolah-sekolah.
Selain itu, dinas kesehatan dan unit penanggulangan rokok di puskesmas
64 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
66 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Veselska, et., al. (2009). Self esteem and resilience: The connection with risky
behaviour among adolescents. Elsevier Ltd. Addictive Behaviours 34
(2009), Pages 278-291.
Widianti, E. (2007). Remaja dan permasalahannya : bahaya merokok,
penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman
keras/narkoba. Makalah disampaikan dalam penyuluhan sosial mengenai
remaja dan permasalahannya di Tsanawiyah Banuraja dan Tsanawaiyah Al
Ihsan Batujajar, Bandung.
Widowati, dkk. (2010). Hubungan perilaku merokok dengan konsentrasi belajar
siswa kelas XI SMK Binakarya Mandiri. Laporan penelitian tidak
diterbitkan. Universitas Indonesia. Depok, Indonesia.
Wijaya, A.M. (2011). Data dan situasi rokok Indonesia terbaru. (2011, 28
Desember).http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content
&view=article&id=143:data-dan-situasi-rokok-cigarette-indonesia-
terbaru&catid=40:data&Itemid=54
Wong, et., al. (2002). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 1. (Agus Sutarna,
et al., Penerjemah). Jakarta: EGC.
Yulianto, H. (n.d). Jenis rokok. (2012, 25 April).
http://www.scribd.com/Hermanyulianto/d/30889043-Jenis-rokok.
Universitas Indonesia
KUESIONER PENELITIAN
Selamat pagi/siang/sore
Saya, Ade Maya Azkiyati, adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2008. Saat ini, saya sedang
melakukan penelitian mengenai Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga Diri
Remaja Laki-Laki yang Merokok di SMK Putra Bangsa. Saya mohon kesediaan
Anda untuk mengisi kuesioner di bawah ini dengan sejujur-jujurnya dan apa
adanya sesuai dengan pengalaman Anda. Tidak ada jawaban yang salah ataupun
benar. Jawaban Anda dijamin kerahasiaannya. Harap tidak ada pertanyaan yang
terlewatkan. Atas perhatian dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya telah
diminta dan bersedia untuk berperan serta dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ade Maya Azkiyati. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan perilaku
merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang merokok. Saya mengerti bahwa
penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir dan telah mendapat
izin dari Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Saya mengerti bahwa saya telah menjadi bagian dari penelitian ini. Saya
telah diberikan informasi bahwa keterlibatan dalam penelitian ini bersifat sukarela
dan kerahasiaan identitas saya akan dijaga oleh peneliti. Saya juga memiliki hak
untuk menghentikan atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya
sanksi. Demikianlah surat pernyataan ini saya tandatangani sebagai tanda
persetujuan secara sukarela tanpa adanya paksaan dari siapapun.
(................................)
Lembar Kuesioner
A. Karakteristik Responden
Berilah tanda checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan pilihan Anda!
1. Usia saya saat ini adalah .......... tahun
2. Status yang paling tepat pada diri saya adalah:
(.....) Saya bukan perokok (.....) Saya bukan perokok harian
(.....) Saya mantan perokok (.....) Saya perokok harian
3. Jumlah rokok yang saya hisap dalam satu hari sebanyak:
(.....) 1-4 batang rokok
(.....) 5-14 batang rokok
(.....) 15 batang rokok
Biodata Mahasiswa