Latar Belakang
Penyakit campak masih menjadi salah satu penyebab kematian pada anak
di dunia. Dilaporkan sekitar 48% kematian anak karena Penyakit Yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi disebabkan oleh penyakit Campak. Terdapat 47
negara di dunia sebagai penyumbang kematian anak akibat penyakit campak
tsb, Indonesia menjadi salah satu negara tersebut.
Oleh karena penyakit campak bisa dicegah dengan imunisasi, tidak
ditemukan carrier jangka panjang dan hanya menyerang pada manusia sehingga
dipastikan penyakit campak dapat dieradikasi. Sejak tahun 2007, negara-negara
di dunia berkomitmen untuk membasmi penyakit campak secara
bertahap( Reduksi, Eliminasi & Eradikasi). Reduksi campak yang harus dicapai
dalam kurun waktu 2007-2010 bertujuan untuk menurunkan angka kematian
sebesar 90% di tahun 2010 dibandingkan tahun 2000. Strategi yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut melalui pemberian imunisasi
rutin, imunisasi tambahan , penguatan surveilans campak, dan melakukan
ivestigasi KLB Campak secara lengkap. Mengingat Indonesia telah
melaksanakan kampanye campak maka surveilans Campak yang harus
dilaksanakan adalah surveilans campak berbasis individu (Case Based Measles
Surveilans).
Jawa Tengah telah mulai melaksanakan penguatan surveilans campak
sejak tahun 2007 dengan berbagai upaya antara lain adalah menyebarluaskan
informasi penguatan surveilans campak di puskesmas dan rumah sakit,
meningkatkan kualitas pencatatan dan pelaporan penyakit campak dari
puskesmas dan rumah sakit, validasi data campak, penanggulangan KLB
campak dan peningkatan cakupan Imunisasi campak. Selama belum
melaksanakan surveilans campak berbasis individu, maka konfirmasi
laboratorium sebagai dasar pembuktian apakah campak klinis terbukti sebagai
kasus campak pasti atau bukan tidak bisa dilakukan. Pembuktian baru bisa
dilaksanakan jika menemukan tersangka KLB campak. Dilaporkan sebanyak
3.821 kasus campak klinis selama tahun 2009, 27 Tersangka KLB Campak dan 4
diantara tersangka KLB Campak tersebut terbukti secara laboratorium sebagai
KLB Campak konfirmasi laboratorium.
Sebagai kegiatan surveilans yang harus dilaksanakan pasca kampanye
campak di Jawa Tengah tahun 2007 maka mulai pertengahan bulan Juni 2010
Jawa Tengah melaksanakan Case Based Measles Surveilans.
Tujuan Umum
Menurunkan angka kematian campak sebesar 90% di tahun 2010 dibanding
tahun 2000
Tujuan Khusus
Mengevaluasi dampak imunisasi campak baik imunisasi rutin atau imunisasi
tambahan
Mengetahui adanya perubahan epidemiologi penyakit dengan gejala seperti
campak (demam, rash disertai salah satu gejala batuk/pilek/konjungtivitis)
Teridentifikasinya penyakit lain sebagai dampak positif pelaksanaan Case
Based Measles Surveilans
Pengertian
1. Case Base Measles Surveillance
Setiap penderita campak klinis dicatat identitasnya secara individual
(nama, umur, jenis kelamin, status imunisasi, riwayat sakit), dilakukan
investigasi dan konfirmasi laboratorium
2. Campak Klinis
Bila ditemukan penderita dengan demam, rash (bercak kemerahan
berbentuk makulopapular) disertai salah satu gejala
konjungtivitis/batuk/pilek
3. Tersangka KLB Campak
Bila ditemukan 5 kasus campak klinis atau lebih dalam waktu 4 minggu
berturut-turutyang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan
epidemiologi
Indikator
a. Surveilans Rutin
Kelengkapan laporan C-1 puskesmas 90%
Ketepatan laporan C-1 puskesmas 80%
Kelengkapan surveilans aktif RS 90%
b. KLB
1. KLB dengan investigasi lengkap 100%
2. KLB dilakukan pengambilan 5 spesimen 100%
3. Kelengkapan laporan C-KLB 90%
Sasaran
Untuk perkiraan kebutuhan logistik dan biaya operasional maka perkiraan
jumlah kasus yang diambil spesimen pada tahun 2010 di Jawa Tengah dihitung
berdasarkan :
20% dari total kasus campak klinis tahun 2009 atau
Bila laporan kasus kecil atau nol dihitung dengan target 2 per 100.000
penduduk
Terlampir disertakan estimasi sasaran CBMS per kabupaten/kota
Dalam pelaksanaannya, jumlah kasus yang diambil spesimennya adalah 20 %
dari total campak klinis yang terjadi selama tahun ini (yang sedang
berlangsung).
Unit Pelapor
1. Puskesmas
Semua kasus campak klinis yang ditemukan di puskesmas
atau puskesmas pembantu dicatat dalam format C-1 dengan pengisian
variabel lengkap
Format C-1 dikirim ke Dinas Kesehatan Kab/kota pada awal
bulan berikutnya
2. Rumah Sakit
Kasus campak klinis yang ditemukan di rumah sakit dicatat dalam
format C-1
Data dalam C-1 diambil oleh petugas Dinas kesehatan Kab/Kota
seminggu sekali pada saat melakukan surveilans aktif ke rumah sakit
Praktek Swasta
Jika menemukan kasus campak klinis dicatat identitas lengkap dan
dilaporkan ke puskesmas wilayah setempat
Pengambilan Spesimen
1. Jenis Spesimen :
- CBMS : serum, dikirim ke laboratorium dalam bentuk serum ( 1 ml)
- KLB : serum (serum) atau urine
2. Waktu Pengambilan spesimen darah : saat kontak pertama dengan penderita
dalam rentang waktu hari ke 4-28 setelah timbulnya rash
3. Jumlah spesimen : 5 sampel setiap KLB dan 20% untuk kegiatan CBMS
4. Kriteria pengambilan spesimen darah :
- 20 % kasus campak klinis
- Diambil saat pertama kontak dengan penderita
- Saat terjadi tersangka KLB Campak
5. Volume spesimen : 3-5 ml darah whole blood
6. Alat-alat pengambilan spesimen darah :
- Spuit injeksi, wing needle, abocath
- Kapas alkohol, sarung tangan
- Tabung vacuntainer bersih non koagulan (tanpa EDTA) / tabung reaksi
- Pipet plastik
- Cryotube/tabung serum
- Spesimen carrier, ice pack/cold pack
- Stiker/label
7. Cara pengambilan :
a. menggunakan spuit
- siapkan label identitas penderita dan lekatkan ke spuit dan tabung
serum/cryotube
- ambil darah 3-5 cc dengan spuit, tutup jarum dan lepaskan
perlahan dari spuit
- tekan pangkal spuit perlahan sehingga darah mengalir lewat dinding
vacuntainer/tabung reaksi, jangan disemprotkan
- vacuntainer diberi label identitas dan tanggal pengambilan
c. menggunakan vacutainer
- siapkan label identitas penderita dan lekatkan ke vacutainer dan
tabung serum/cryotube
- jarum dipasang pada vacutainer, ambil darah 3-5 cc dan biarkan
darah dalam vacutainer tanpa harus dipindah
- vacutainer diberi label identitas dan tanggal pengambilan
8. Pembuatan serum
- Tabung didiamkan dalam posisi vertical selama - 1 jam dalam suhu
ruangan agar terjadi pemisahan serum di bagian atas
- Centrifuge darah selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm atau 5
menit dalam 5000 rpm
- Pisahkan serum dengan menggunakan pipet plastik, masukkan ke
cryotube
- Bila tidak ada centrifuge, diamkan dalam posisi vertical selama 2
jam
- Bila telah terbentuk serum, diambil dengan pipet plastik, masukkan
dalam cryotube
- Bila belum akan dipisahkan segera, maka disimpan pada suhu 2-8C
selama maksimal 24 jam
9. Hal-hal yang harus diperhatikan :
- Tabung harus bersih
- Setelah diambil, sample darah tidak boleh langsung disentrifuge
- Sebelum terbentuk serum, darah tidak boleh dipindahkan ke tempat
lain
- Darah/serum tidak boleh disimpan dalam freezer
- Serum bisa disimpan dalam suhu 2-8C maksimal selama 7 hari
dihitung dari tanggal pengambilan, sudah harus diperiksa di
laboratorium campak.
Pengiriman specimen
1. Pengepakan specimen
- serum dalam cryotube dimasukkan dalam wadah plastik kecil
- wadah plastic kecil dimasukkan dalam specimen carrier yang telah
diberikan ice pack/cold pack 5 buah agar suhu terjaga 2-8C
- cold pack diletakkan pada bagian bawah dan 4 sisi dalam specimen
carrier
- bagian atas diberi busa
- Surat Pengantar Permintaan Pemeriksaan yang telah diisi lengkap
dimasukkan dalam kantong plastik dan diletakkan di atas busa
- tutup specimen carrier dan diberi lackban di sekeliling tutup
2. Pengiriman
- Spesimen harus tiba di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta paling
lambat hari ke-7 setelah tanggal pengambilan specimen
- Pengiriman specimen boleh melalui travel/kurir, jika dikirim lewat travel
dituliskan alamat lengkap penerima dan pengirim pada dinding luar
specimen carrier
- Pengirim harus menerima bukti penerimaan specimen dari BLK Yogyakarta
- Pengiriman specimen ke BLK Yogyakarta setiap hari Senin dan Kamis
- Alamat Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Yogyakarta :
JL. Ngadinegaran MJ/III no 62 Yogyakarta
Telp. 0274 378187 Fax. 0274 381582