Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

kembangnya anak menjadi seorang yang terampil dan cakap dalam

komunikasi maupun bergerak. Perkembangan merupakan tanda dari

bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur seperti kemampuan anak untuk tengkurap, duduk,

berjalan, bicara, memungut benda-benda kecil di sekelilingnya serta

kemampuan emosi dan sosial anak, yang mana pada perkembangan awal

akan menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya.

(Nursalam, 2005).

Pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan

pendeteksian untuk mengenal berbagai masalah tumbuh kembang pada

anak untuk langkah pertama dalam menilai perkembangan anak

(Hidayat,2008). Apabila ditemukan keterlambatan pada perkembangan

anak sejak usia dini, orang tua maupun tenaga kesehatan dapat bergerak

cepat untuk memberikan penanganan pada anak. Dalam melakukan

pendeteksian perkembangan pada anak dapat menggunakan Kuesioner Pra

Skrening Perkembangan (KPSP) untuk mengetahui adanya suatu

gangguan perkembangan ataupun keterlambatan perkembangan yang

meliputi gerak kasar, gerak halus, sosialisasi dan kemandirian serta bicara

1
2

dan bahasa pada anak usia 3-72 bulan serta berisi 10 pertanyaan yang

harus dijawab oleh pengasuh maupun orang tua dari anak ( Nursalam,

2005).

Gangguan perkembangan secara spesifik pada anak meliputi

gangguan perkembangan gerak kasar, gerak halus, sosialisasi dan

kemandirian serta perkembangan bicara dan bahasa, yang mana dari

keempat sektor ini apabila seorang anak mengalami gangguan maupun

keterlambatan dalam perkembangan maka akan berpengaruh pada

perkembangan anak selanjutnya. Apabila seorang anak mengalami

gangguan maupun keterlambatan perkembangan dari sektor gerak kasar

serta gerak halus maka perlu dicurigai adanya gangguan pada saraf otot

dan gangguan susunan saraf pusat serta pada syaraf motorik anak yang

dapat berpengaruh pada kesabaran anak, kemampuan anak untuk

memahami dan bereksplorasi dengan lingkungan sekitar serta berpengaruh

pada kemampuan anak untuk memecahkan masalah yang nantinya akan

berhubungan dengan tingkat kreatifitas anak untuk selanjutnya

(Pusponegoro, 2006).

Perkembangan intelektual atau pengetahuan anak dapat dilihat

dari kemampuan secara simbol atau abstrak seperti berbicara dan bahasa

sedangkan perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial dan

kemandirian anak dengan lingkungannya. Apabila anak mengalami

keterlambatan dalam sektor bicara dan bahasa perlu dicurigai adanya

masalah pada pendengaran dan perkembangan yang nantinya anak akan


3

mengalami kesulitan ataupun keterlambatan dalam berbicara serta

berbahasa sehingga anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi

dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan untuk perkembangan sosial dan

kemandirian, jika seorang anak mengalami keterlambatan dalam sektor ini

nantinya akan merasa asing dengan kehadiran orang lain dan pada usia

sekolah anak akan mengalami kesulitan dalam melakukan sosialisasi

dengan teman dan orang lain yang ada disekitarnya (Hidayat, 2008).

Masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang

perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa. Dalam hal

ini aspek tumbuh kembang pada masa anak merupakan suatu hal yang

sangat penting namun sering diabaikan oleh orang tua maupun tenaga

kesehatan dilapangan karena penanganan lebih banyak difokuskan pada

cara mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembang anak diabaikan

sehingga sering terjadi setelah anak sembuh dari sakitnya, justru timbul

masalah yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya sehingga nantinya

akan berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005).

Perkembangan pada anak masih sering diabaikan, tidak seperti

masalah kesehatan lainnya yang sudah tersorot oleh pemerintah seperti

sudah adanya banyak data tentang pertumbuhan anak yang meliputi status

gizi, adanya data tentang diare pada anak. Sedangkan perkembangan

sendiri juga merupakan masalah kesehatan yang harus diperhatikan baik

oleh pemerintah maupun tenaga kesehatan serta orang tua karena


4

keterlambatan ataupun gangguan perkembangan pada anak nantinya akan

berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya ( Hidayat, 2005).

Di Provinsi Jawa Tengah cakupan Deteksi Dini Tumbuh

Kembang (DDTK ) anak balita dan pra sekolah belum mencapai target

yang diharapkan terlihat data pada tahun 2007, cakupan DDTK anak balita

dan prasekolah sebesar 35,66% dengan kisaran antara yang terendah

3,82% di Kabupaten Kebumen dan yang tertinggi 100% di Kabupaten

Kendal. Hasil cakupan ditahun 2008 sebesar 44,7% meningkat bila

dibandingkan dengan cakupan tahun 2007.cakupan tersebut masih jauh

dibawah target tahun 2006 sebesar 75% (Profil kesehatan jawa tengah,

2008).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun

2009, cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah

tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 50,29%, meningkat

bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2008 sebesar 44,76. Namun, hal

ini masih harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah karena

rencana strategi cakupan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini

Tumbuh Kembang) Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 90%.

Data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Demak menyebutkan

bahwa pada tahun 2011dengan jumlah sasaran 89.944 balita dan yang

sudah dideteksi melalui SDIDTK adalah sebesar 79.275 (88,13%) balita

dengan jumlah penyimpangan 6726 balita. Cakupan ini masih dibawah


5

target Standar Pencapaian Minimal (SPM) Jateng 2010 dan 2011 yaitu

sebesar 90%.

Dari studi pendahuluan yang saya lakukan tanggal 18 April

tahun 2013 dengan memberikan pertanyaan pada bidan di Desa Kenduren

Kecamatan Wedung tentang data perkembangan anak, Bidan Desa

Kenduren Kecamatan Wedung Demak mengatakan bahwa belum pernah

dilakukan deteksi intervensi dini pada anak di Desa Kenduren Kecamatn

Wedung sehingga belum ada data tentang jumlah anak yang mengalami

keterlambatan dalam perkembangan maupun jumlah anak yang

perkembangannya telah sesuai dengan usianya.

Berdasarkan kurangnya cakupan target Standar Pencapaian

Minimal (SPM) Jateng tahun 2010 dan 2011 serta belum adanya data

tentang cakupan perkembangan anak di Desa Kenduren Kecamatan

Wedung Kabupaten Demak, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang gambaran perkembangan anak umur 3-24 bulan dengan KPSP

karena pada usia 3 bulan merupakan usia dimana sianptogenesis atau

penghubung dari sel-sel saraf otak berkembang cepat pada usia ini dan

pembentukan sinaptogenesis akan berakhir pada usia anak 3 tahun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kurangnya cakupan target Standar Pencapaian Minimal

(SPM) Jateng tahun 2010 dan tahun 2011, maka rumusan masalah

penelitian adalah Bagaimana gambaran perkembangan anak umur 3-24

bulan dengan Kuesioner Pra Skrening Perkembangan?


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran perkembangan anak umur 3- 24 bulan dengan

KPSP

2. Tujuan khusus

a. Mendiskripsikan perkembangan sosialisasi dan kemandirian anak

umur 3-24 bulan

b. Mendiskripsikan perkembangan bicara dan bahasa anak umur 3-24

bulan

c. Mendiskripsikan perkembangan gerak halus anak umur 3-24 bulan

d. Mendiskripsikan perkembangan gerak kasar anak umur 3-24 bulan

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat memberikan gambaran serta pengetahuan

tentang bagaimana perkembangan anak umur 3-24 bulan dengan

Kuesioner Pra Skrening Perkembangan.

b. Bagi Ibu

Memberikan tambahan pengetahuan pada ibu tentang

perkembangan anak mereka dan ibu akan mengetahui tentang

bagaimana perkembangan anak yang sesuai dengan Kuesioner Pra

Skrening Perkembangan.
7

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk menerapkan

ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dan sebagai dasar

pengetahuan untuk orang lain.

b. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi maupun

referensi untuk penelitian selanjutnya serta menjadi tambahan

informasi untuk bahan materi perkuliahan Neonatus tentang

Perkembangan pada anak.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan data tentang bagaimana

perkembangan anak, sehingga nantinya perkembangan anak

mendapat perhatian dari tenaga kesehatan.


8

E. Keaslian penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel Hasil

1 Pengetahuan ibu tentang stimulasi Ibu yang Variabel terikat: Observasi dan
dengan perkembangan anak usia 1 tahun mempunyai Pengetahuan ibu wawancara dari
di Kelurahan Wonolopo Kecamatan anak usia 1 tentang stimulasi 10 ibu yang
Mijen, 2010 tahun Variabel bebas: memiliki anak
Perkembangan umur 1 tahun
anak usia 1 tahun yaitu: 40%
belum mengerti
tentang
stimulasi, 20%
anak
perkembangann
ya tidak sesuai
tahap umur
2. Hubungan pola asuh orang tua dengan Orang tua dan Variabel terikat: Dari 112 anak
perkembangan bahasa anak umur 2-4 anak umur 2 Pola asuh orang usia balita
tahun di Dusun Mrayun Desa Termas, tahun tua diantaranya
KecamatanKkarangrayung , Grobogan, Variabel bebas: anak usia 2-4
2011 Perkembangan tahun 60%
bahasa anak umur mengalami
2-4 tahun ketrlambatan
bicara,
diantaranya
umur 3 tahun
belum dapat
menggunakan
4-5 kata dalam
kalimat, anak
belum dapat
merangkai kata
dan anak belum
bisa
menunjukkan 3
bagian tubuhnya
3. Pengetahuan keluarga tentang Keluarga yang Variabel terikat: Jumlah
perkembangan motorik kasar pada anak mempunyai Pengetahuan ibu responden
usia hoodler di Desa Tropodo RT 04/RW anak usia tentang stimulasi adalah 30 orang,
IV,2010 hoodler variabel bebas: 15 orang (15%)
Perkembanga pengetahuan
anak cukup, 12 orang
(40%)
pengetahuan
kurang, 5 orang
(10%)
mempunyai
pengetahuan
yang baik
tentang
perkembangan
anak usia
hoodler
9

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada

tahun dan tempat penelitian serta rancangan penelitian yang digunakan. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Sari Agustia pada tahun 2010 dengan judul

penelitian pengetahuan ibu tentang stimulasi dengan perkembangan anak usia 1

tahun di kelurahan Wonolopo kecamatan Mijen, judul penelitian kedua yang

dilakukan oleh Melani Rahayuningsih pada tahun 2011 dengan judul hubungan

pola asuh orang tua dengan perkembangan dan bahasa anak umur 2-4 tahun di

Dusun Mrayun kecamatan Karangrayung dan penelitian ketiga yang dilakukan

pada tahun 2010 dengan judul pengetahuan keluarga tentang perkembangan

motorik kasar pada anak usia hoodler di Desa Tropodo mempunyai perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan yakni dari ketiga penelitian sebelumnya

menggunakan metode penelitian Analitik dan jenis pendekatan yang digunakan

adalah Cross sectional (belah lintang). Penelitian dengan judul Gambaran

Perkembangan Anak Umur 3-24 bulan dengan Kuesioner Pra Skrening

Perkembangan menggunakan metode penelitian Deskriptif yang bertujuan untuk

memenggambarkan tentang perkembangan anak sesuai tahap umurnya

menggunakan kuesioner pra skrening perkembangan anak (KPSP) dan jenis

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan cross sectional (belah lintang).

Anda mungkin juga menyukai