Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan
intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi
komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu
kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan
intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis
komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
(epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan,
promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
gizi) (Anonim, 2014).

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005)
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan
pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tetentu dapat
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)

39
2.2.2 Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks
kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku
kesehatan.
Jenis pengetahuan di antaranya sebagai berikut :
1. Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang yang berisi faktor-faktor yang bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang
biasanya sulit ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa
tidak disadari
Contoh sederhana yaitu seseorang yang telah mengetahui tentang
bahaya merokok bagi kesehatan, namun ternyata dia merokok
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan ekspilisit adalah pengetahuan yang telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud
perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Contoh sederhana yaitu seseorang yang telah mengetahui tentang
bahaya merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.

2.2.3 Cara Mendapatkan Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran, pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni :
1. Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum
ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak
berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai
didapatkan hasil mencapai kebenaran.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

40
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang
dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut.
d. Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan fikiran.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah.
(Notoadmodjo, 2005 : 11-14)

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman jiwa.

b. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu
cita-cita tertentu. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoatmodjo, 2005).
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut IB Marta (1997),

41
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi.
Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
(a) Pendidikan tinggi : akademi / PT
(b) Pendidikan menengah : SLTP/SLTA
(c) Pendidikan dasar : SD
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media
masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the
best teacher). Pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan
yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2002)
Menurut Sukmadinata (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal
a. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b. Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

42
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa yaitu televisi (TV) , radio,majalah,
pamflet, dan lain-lain akan memperoleh informasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi
media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi
pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih
rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan
informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,
sementara faktor hubungan social juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.

e. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar
dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena
dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal
dapat diperoleh.

2.2.5 Tingkat Pengetahuan


Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya

43
pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas enam
tingkat, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall)
terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu
yang dipelajari seperti menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang
objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang ada.
(Notoatmodjo, 2005 : 122).

2.2.6 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran

44
tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan
seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2005).

2.3 Pola Makan Sehat


2.3.1 Pengertian Pola Makan Sehat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola merupakan sistem, cara
kerja, dalam hal pemikiran pola merupakan sesuatu yang diterima seseorang
dan dipakai sebagai pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat
sekelilingnya. Sedangkan makan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
makan merupakan kegiatan memasukkan makanan ke dalam mulut serta
mengunyah dan menelannya. Jadi pola makan dapat diartikan sebagai cara atau
usaha dalam mengatur kegiatan makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh
untuk menjadi lebih baik. Menurut Depkes RI (2009), pola makan adalah suatu
cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit.

2.3.2 Pola Konsumsi Makanan


Penduduk Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa yang
mempunyai kekayaan kuliner yang sangat variatif. Apabila dikonsumsi dalam
jumlah cukup dan seimbang, hidangan tersebut akan memenuhi kecukupan zat
gizi yang dapat menjaga kondisi kesehatan secara optimal. Selain itu setiap
daerah mempunyai keanekaragaman dan ketersediaan sumber pangan hewani
dan nabati yang khas seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buah di
daerah pertanian, ikan dan produk laut di daerah pesisir, serta unggas dan
daging di daerah peternakan.
Namun pengetahuan masyarakat untuk memilih makanan yang cukup
dan seimbang untuk individu dan keluarga masih kurang. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Pada keluarga
miskin, umumnya karena akses pendidikan, pelayanan kesehatan dan pangan
rendah, kurang gizi merupakan masalah yang disertai dengan tingginya angka
penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) , diare,

45
tuberkulosa dan malaria. Keluarga yang tidak mampu ini juga terbukti sangat
terpapar dengan kebiasaan merokok yang memperparah kondisi kesehatan
mereka.
Pola konsumsi makanan yang tidak berimbang menyebabkan struktur
tubuh anak Indonesia semakin tidak ideal, yaitu pendek dan gemuk. Tinggi
badan anak laki-laki Indonesia pada umur lima tahun, rata-rata kurang 6,7cm
dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3cm
(Riskesdas, 2010). Hal ini disebabkan konsumsi makanan sumber protein
terutama pangan hewani masyarakat yang rendah. Berdasarkan Susenas tahun
2009 rata-rata konsumsi pangan hewani sebesar 148 kkal (61,7% Angka
Kebutuhan Energi) dari anjuran sebesar 240 kkal. Adapun kegemukan terjadi
karena kelebihan konsumsi makanan sumber karbohidrat dan rendah serat
makanan (Dewan Ketahanan Pangan, 2011).
Baik di perdesaan maupun di perkotaan, gizi lebih yaitu kegemukan dan
obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Fisik yang kurang
bergerak secara teratur karena kemudahan sarana transportasi dan jenis
pekerjaan yang membuat pekerja relatif statis untuk waktu lama, bersama
dengan obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit degeneratif,
penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes dan kanker. Hal tersebut di atas
antara lain sebagai akibat dari perubahan gaya hidup, yang merupakan dampak
gobalisasi dan industrialisasi, termasuk berkembangnya makanan cepat saji
yang umumnya tidak bergizi seimbang yaitu tinggi lemak dan garam, serta
rendah kandungan seratnya. Mobilitas yang sangat tinggi di kota besar
membuat orang cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji tanpa
mempertimbangkan kandungan gizinya.
Masalah utama terkait dengan pola konsumsi makanan, antara lain
adalah:
a. Promosi junk food yang tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi gula,
serta rendah serat, dipromosikan dan ditawarkan dengan sangat menarik
melalui iklan di berbagai media massa yang ditujukan kepada konsumen
sejak usia balita, dengan sasaran utama anak usia sekolah dan pekerja
muda.

46
b. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pola konsumsi makanan
yang sehat dan seimbang, menyebabkan perilaku yang salah. Hal ini
disebabkan tidak efektifnya pendidikan gizi kepada anak semenjak usia
dini sampai anak usia sekolah.
c. Penyediaan kantin sekolah dan program makan siang yang sehat dan
higienis di sekolah, belum menjadi kebijakan bagi penyelenggara
pendidikan. Bahkan gencarnya strategi produsen makanan dan minuman
cepat saji berupa program schoolastic merupakan aktivasi hadirnya
makanan dan minuman yang dikategorikan junk food untuk menjangkau
pelajar usia remaja.
d. Menu makanan tradisional yang tinggi serat seperti gado-gado, karedok,
urap dan pecel kurang diminati oleh anak dan remaja. Selain itu
keamanan makanan yang dijajakan oleh penjual keliling termasuk jajanan
anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus terkait dengan higiene dan
sanitasi serta penggunaan yang salah berbagai bahan tambahan pangan
dan adanya bahan berbahaya.
e. Pentingnya penerapan pola konsumsi makanan beragam, bergizi
seimbang dan aktivitas fisik yang cukup dan teratur dalam kaitannya
dengan produktivitas optimal ternyata masih belum diberikan perhatian.
f. Ketersediaan dan akses sayur dan buah beragam dan aman serta promosi
pola konsumsi makanan tinggi serat belum ditangani secara serius, karena
ditemukan 93,6% penduduk berumur di atas 10 tahun kurang makan
sayur dan buah (Riskesdas 2007).
g. Menjamurnya toko waralaba franchise convenience store di seluruh
pelosok kota sampai ke perdesaan dengan berbagai strategi pemasaran
yang gencar sehingga keluarga tergiur untuk membeli makanan baru
produk kemasan yang pada umumnya kaya karbohidrat dan rendah
protein serta miskin mikronutrien telah mengakibatkan transisi pola
konsumsi makanan masyarakat, berupa konsumsi makanan kemasan,
makanan cepat saji tinggi lemak, tinggi garam dan minuman tinggi gula.
Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya kejadian kegemukan pada
kelompok miskin (Riskesdas,2010).

2.3.3 Ragam Dan Frekuensi Bahan Makanan Yang Dikonsumsi

47
a. Ragam
Bahan makanan yang dikonsumsi sangat beragam, membiasakan
makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi
seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia dimana saja
membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi karena
tidak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Semakin beragam pola hidangan makanan, semakin
mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang
dikonsumsi dikelompokkan kedalam bahan makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
1. Makanan pokok
Makanan pokok merupakan bahan makanan yang
mengandung karbohidrat. Makanan pokok terdiri atas bahan
makanan serelia dan umbi-umbian. Yang termasuk makanan pokok
antara lain adalah beras, jagung, tepung terigu, roti, kentang,
singkong, ubi jalar, gembili, talas, uwi, mi gandum, tepung beras
dan lain-lain.
2. Lauk hewani dan lauk nabati
Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan
sumber protein yang berasar dari hewan. Yang termasuk dalam
bahan lauk hewani antara lain daging sapi, kambing, ayam, telur,
jerohan, keju, bebek, ikan, udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati
adalah lauk berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil olahannya,
antara lain : tempe, tahu, kacang-kacangan, lauk nabati merupakan
sumber protein.
3. Sayuran
Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan,
antara lain daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan
sumber mineral dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna,
rasa, aroma dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan
pangan sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan, yang
termasuk sayuran antara lain, kol, wortel, kentang, buncis, sawi
hijau dan lain-lain.
4. Buah-buahan

48
Dalam pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua
produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut. Yang termasuk
buah antara lain mangga, jeruk, apel, pisang, semangka dan lain-
lain.
b. Frekuensi
Frekuensi makan adalah jumlah makanan dalam seharihari baik
kuantitatif dan kualitatif. Secara ilmiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alatalat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung bergantung sifat dan jenis makanan. Jika
dirata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
makan ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan
makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energy dan sebagian
zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi jika makan makanan
ringan sekitar pukul 10.00. Menu sarapan yang baik harus mengandung
karbohidrat, protein dan lemak, serta cukup air untuk mempermudah
pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi.

2.3.4 Cara Pengolahan Makanan


Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan
cara sebagai berikut :
1. Merebus (boiling) adalah memantangkan makanan dengan cara
merebus suatu cairan biasa berupa air saja atau air kaldu dalam panic
sampai mencapai titik didih (1000C).
2. Memasak (braising) adalah memasak makanan dengan menggunakan
sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik
adalah daging.
3. Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam
uap air.
4. Bumbu-bumbuan (simmering), hamper sama dengan mengukus tapi
setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.
Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau
hilang, makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut :
1. Memasak lebih dekat dengan waktu makan.
2. Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat.

49
3. Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik dari pada
memasak potongan bahan terutama sayuran yang umumnya
mengandung vitamin B dan C yang mudah larut dalam air.
4. Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa dipotong-
potong terlebih dahulu.
5. Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu
lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak hilang.

2.3.5 Gizi Seimbang


Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka
mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-
hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah
yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beranekaragam makanan
dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan
serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2001)
Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida
gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah TRI GUNA
MAKANAN.

50
Gambar 1.7 Piramida Triguna Makanan
Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta
tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut.
Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan
bagian tengah kerucut.
Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan
hewani dan hasil olahan, digambarkan bagian atas kerucut.

Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Gizi Seimbang


1. Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)
2. Sosial budaya (tidak bertentangan)
3. Kondisi kesehatan
4. Umur
5. Berat badan
6. Aktivitas
7. Kebiasaan makan (like or dislike)
8. Ketersediaan pangan setempat

Tiga belas Pesan Umum Gizi Seimbang :

51
1. Makanlah aneka ragam makanan
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat untuk
kesehatan. Makanan harus mengandung unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh baik kuantitas maupun kualitas. Idealnya, ada zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi dapat tercukupi dengan mengkonsumsi makanan
sumber karbohidrat, protein dan lemak. Tanda kecukupan energi dapat
dipantau dengan keadaan berat badan yang normal. Pemantauan berat
badan dilakukan pada bayi, balita dan usia sekolah dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS), pada orang dewasa dengan penghitungan
IMT (Indeks Massa Tubuh) dan pada lansia dengan KMS usia lanjut.
Kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak/ jaringan lain. Bila
kelebihan tersebut berlanjut maka akan timbul penyakit (hipertensi,
jantung, diabetes melitus, dll). Sedangkan untuk menutupi kekurangan
energi, diambilkan cadangan energi dari jaringan otak/ lemak. Bila
keadaan ini berlanjut sebabkan penurunan daya kerja/ produktivitas kerja,
prestasi belajar dan kreativitas, penurunan berat badan dan kekurangan
gizi lain.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi
Dua kelompok karbohidrat adalah karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana. Golongan karbohidrat kompleks yaitu padi-padian
(beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang),
serta tepung, sagu dan pisang. Karbohidrat kompleks penyerapannya lebih
lama sehingga tidak membuat mudah lapar.
Golongan karbohidrat sederhana adalah gula (menyebabkan mudah
lapar). Pembatasaan konsumsi gula dianjurkan sampai 5% dari jumlah
kecukupan energi atau 34 sendok makan setiap hari.
Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat
kompleks (selain gula) melebihi 60% atau 2/3 bagian dari energi yang
dibutuhkan, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi.
Adapun guna lemak dan minyak adalah untuk meningkatkan jumlah
energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, K dan menambah lezat
hidangan.

52
Terdapat tiga golongan lemak, yaitu lemak yang mengandung asam
lemak tak jenuh ganda (paling mudah dicerna), lemak yang mengandung
asam lemak tak jenuh tunggal (mudah dicerna), dan lemak yang
mengandung asam lemak jenuh (sulit dicerna).
Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak
jenuh tunggal berasal dari nabati, kecuali minyak kelapa. Sedangkan
makanan sumber asam lemak jenuh: berasal dari hewani.
Konsumsi lemak dan minyak kurang sama dengan 10% dan tidak
lebih dari 25% dari kebutuhan energi. Komposisi konsumsi lemak nabati
hewani 2 : 1.
Kebiasaan mengkonsumsi lemak hewani berlebihan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Sedang
makan ikan mengurangi risiko penyakit jantung koroner, oleh karena
lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3
berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding
pembuluh darah.
5. Gunakan garam beryodium
Garam beryodium yang dianjurkan adalah garam dg KIO3 (Kalium
iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994
menyatakan bahwa kekurangan yodium dapat mengakibatkan GAKY
(Gangguan Akibat Kekurangan Yodium), gondok, kretin, dan penurunan
IQ. Indonesia kehilangan 140 juta IQ point akibat GAKY.
6. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi (Fe) merupakan unsur penting untuk pembentukan sel darah
merah. Kekurangan Fe dapat berakibat Anemia Gizi Besi (AGB). Adapun
Tanda-tanda AGB adalah pucat, lemah lesu, pusing dan penglihatan
berkunang-kunang.
Resiko AGB bagi ibu hamil adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), perdarahan dan kematian. Bagi anak-anak adalah kemampuan
belajar turun. Sedangkan bagi orang dewasa adalah penurunan
produktivitas kerja.
Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-
kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Zat besi Fe pangan asal
hewani/haeme lebih mudah diserap (10-20%) daripada zat besi pangan
asal nabati/non haeme (1-2%).

53
Zat gizi yang membantu penyerapan Fe diantaranya protein hewani
seperti daging, ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn) dan asam
folat.
Program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil
adalah 1 TTD selama 90 hari. Untuk balita dapat diberikan preparat besi
dalam bentuk sirup. Kandungan 1 TTD = 200 mg ferrosulfat = 60 mg besi
elemental + 0,25 mg asam folat.
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan
(Makanan Pendamping-ASI) MP-ASI sesudahnya .
ASI merupakan makanan terbaik bayi. Pemberian 0-6 bulan (ASI
Eksklusif = pemberian ASI saja tanpa makanan lain). Kegagalan ASI
Eksklusif menyebabkan jumlah sel otak berkurang 15-20%.
8. Biasakan makan pagi.
Manfaat makan pagi adalah untuk memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan produktifitas kerja dan
meningkatkan konsentrasi belajar.
Kebiasaan makan pagi, membantu memenuhi kecukupan gizi sehari-
hari. Sedangkan resiko tidak membiasakan makan pagi adalah gangguan
kesehatan yang berupa menurunnya kadar gula darah.
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.
Air yang kita minum harus bersih dan aman (bebas dri kuman).
Fungsi air dalam tubuh adalah untuk melancarkan transportasi zat gizi dlm
tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh,
mengatur suhu tubuh; melancarkan dlm buang air besar dan buang air
kecil.
Kebutuhan air minum 2 liter sehari/ 8 gelas sehari, dengan
kecukupan air minum dapat mencegah dehidrasi dan menurunkan resiko
batu ginjal.
10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur
Manfaat dari melakukan aktifitas fisik adalah meningkatkan
kebugaran; mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi
jantung, paru dan otot, memperlambat proses penuaan. Olahraga teratur
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan.
Salah satunya dengan membiasakan jalan kaki dengan jarak tempuh 50-
100 m.
11. Hindari minuman yang beralkohol

54
Alkohol mengandung energi, tapi tidak terdapat unsur gizi lain.
Akibat kebiasaan minum minuman beralkohol adalah terhambatnya
proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meski
mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi,
penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Sedangkan
efek samping minuman alkohol adalah sering buang air kecil, ketagihan
dan hilang kendali diri.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Selain bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak
konsumsi (aman untuk kesehatan). Syarat makanan aman adalah
wholesome yaitu zat-zat gizi tidak banyak yang hilang dan bentuk
fisiknya masih utuh.
Ciri makanan yang tidak sehat adalah berlendir, berjamur, aroma dan
rasa berubah, kadaluwarsa dan kemasan rusak, terdapat zat/ bahan
pengawet dan cara pengolahan yang tidak benar.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas
Label adalah keterangan tentang isi, jenis, ukuran bahan-bahan yang
digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa dan keterangan penting
lain.
Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain:
a. MD Makanan yang dibuat di dalam negeri
b. ML Makanan luar negeri (import)
c. Exp Tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih
layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak
dikonsumsi
d. SNI Standart Nasional Indonesia (keterangan mutu makanan telah
sesuai dengan persyaratan)
e. SP Sertifikat penyuluhan

2.4 Kerangka Teori


Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
Sukmadinata (2009), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut :

1. Faktor internal

55
a. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
b. Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut.
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik,
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,
majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih
banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Hal ini berarti paparan media massa
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik
akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status
ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk
kebutuhan sekunder.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar
informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan
menurut model komunikasi media.
e. Pengalaman

56
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya,
misalnya seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik,
seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut,
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

Bagan 2.1 Kerangka Teori Pengetahuan Sukmadinata (2009)

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT
02 RW 04 Kampung Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari
variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area
permasalahan.

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

57
2.6 Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel
yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian
yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas
dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan
hal-hal yang dianggap penting. Definisi operasional juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel
yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Sukmadinata,
2009). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Definisi Operasional Tiap Variabel Penelitian

NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA

58
1 Pengetahuan Pengetahuan tentang pola Kuesioner Wawancara Baik : Nominal
tentang pola makan sehat yaitu suatu
Cukup :
makan sehat cara atau usaha dalam
pengaturan frekuensi Buruk :
makan yaitu 3 kali sehari;
pagi, siang, dan sore, dan
jenis makanan yang
terdiri atas karbohidrat;
beras, jagung, gandum,
umbi-umbian, protein;
bayam, kedelai, kacang-
kacangan, daging, ikan
susu, telur, lemak;
alpukat, minyak kelapa,
daging, susu, telur, ikan
laut.

2 Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner Wawancara Tinggi = Ordinal


formal terakhir yang Perguruan
dijalani oleh keluarga Tinggi
binaan.
Menengah =
SMP - SMA

Rendah = Tidak
Sekolah SD

Tabel 2.1 Lanjutan Definisi Operasional Tiap Variabel Penelitian

NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA

59
3 Ekonomi Penghasilan rata-rata Kuisioner Wawancara Baik : Rp. Nominal
responden berdasarkan 2.730.000,-
Upah Minimum Regional
Kurang :
Kota Tangerang.
<2.730.000

4 Hubungan Kegiatan bersama Kuesioner Wawancara Baik : Nominal


Sosial tentang pola makan sehat
Buruk :
di daerah tempat
tinggalnya

5 Paparan Adanya media yang Kuesioner Wawancara Baik: Nominal


Media Massa digunakan untuk
Cukup:
atau mendapatkan informasi
Informasi tentang pola makan sehat Buruk:
di keluarga binaan baik
dari media cetak, seperti
koran, serta elektronik,
seperti TV dan radio.

6 Pengalaman Pengalaman responden Kuesioner Wawancara Baik: Nominal


mengikuti penyuluhan
Buruk:
tentang pola makan sehat
dari petugas kesehatan
setempat ataupun kader
pemberdayaan
masyarakat desa

60

Anda mungkin juga menyukai