Anda di halaman 1dari 5

Pengukuran dengan metode SP cukup sederhana, dua elektroda porous-

pot dihubungkan dengan multimeter dengan precisi tinggi dengan input


impedansi lebih dari 108 ohms dan kemampuan mengukur hingga ketelitian
1 mV. Tiap elektroda dibuat dari plat tembaga yang berada di dalam larutan
jenuh tembaga sulfat yang dapat berhubungan dengan tanah dan
menghasilkan listrik (gambar C.1). Selain itu, eletroda seng di dalam
larutan jenuh seng sulfat atau elektroda perak di dalam larutan jenuh perak
klorida, dapat digunakan untuk menggantikan tembaga dan larutan
tembaga sulfat.

Terdapat dua teknik pengukuran di lapangan, yaitu metode potensial


gradien dan metode potensial amplitudo.
Metode potensial gradien menggunakan dua elektoda yang terpisah secara
tetap dengan jarak 5 m atau 10 m. Hasil pengukuran perbedaan potensial
dibagi dengan spasi elektroda menghasilkan potensial gradien. Titik
pergukuran adalah titik tengah diantara kedua elektroda tersebut. Kedua
elektoda berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Pada metode pengukuran
ini yang perlu diperhatikan adalah pencatatan polaritas potensial.

Pada metode potensial amplitudo, satu elektroda dibiarkan menjadi titik


tetap di base station yang berada diluar daerah mineralisasi dan mengukur
perbedaan potensial diantara kedua elektroda. Sedangkan elektroda
lainnya selalu berpindah sesuai lintasan pengukuran (leap-froged). Metode
ini menghindari problem polaritas dan akumulatif error. Tetapi yang perlu
diperhatikan adalah menjaga suhu larutan elektrolit pada elektroda yang
berpindah-pindah agar tetap sama dengan suhu pada elektroda di base
station. Koefisien suhu untuk tembaga-tembaga sulfat, sekitar 0,5 mV/ 0C
sedangkan untuk elektroda perak-perak klorida sekitar 0,25 mV/ 0C.

Sensitivitas metode SP, untuk kedalaman maksimun adalah sekitar 60


100 meter, tergantung kedalaman badan bijih dan sifat overburdennya.

Pengukuran SP dapat juga dilakukan di atas air dengan tujuan pengukuran


potensial streaming. Elektroda ditempatkan di tempat khusus sehingga
elektroda tersebut dapat terhubung dengan air tanpa kehilangan larutan
elektrolit dari dalam pots. Metode ini hanya dapat dilakukan jika terdapat
aliran arus (vertikal ataupun horizontal) meskipun sangat sedikit (Ogilvy,
1969).
Hasil pengukuran digrafikkan antara jarak (m) dengan hasil pengukuran (mV). Jika
gradien hasil pengukuran memperlihatkan gradien yang tinggi (negatif ke positif
yang tinggi) terhadap zero level dapat dijadikan sebagai indikator anomali (titik
infleksi), lihat Gambar C.3.

Hasil dari survei potensial ini disajikan dalam bentuk peta isopotensial, dan
interpretasi dilakukan terhadap daerah anomali dengan menggunakan penampang
melintang yang memotong daerah anomali.
Dalam pengukuran metode SP, alat yang digunakan berupa
elektroda non polarizable yang disebut elektroda porous pot. Elektroda
tersebut terdiri dari kawat tembaga yang dimasukkan dalam tabung
keramik dengan dinding berpori dan diisi dengan larutan Copper
Sulphate atau larutan yang lain seperti AgCl atau PbCL 2. Penggunaan
elektroda porous spot dalam pengukuran SP adalah untuk menghindari
adanya efek polarisasi. Potensial diri dapat terjadi karena adanya
proses elektrokimia dibawah permukaan tanah yang disebabkan oleh
kandungan mineral tertentu. Selain itu potential diri juga terjadi
karena,

1. Adanya perbedaan konsentrasi ion pada medium, atau perlapisan


tanah. Misalnya antara lapisan pasir dan lempung, atau antara
medium yang mengandung air tawar dan air asin.
2. Adanya aliran zat cair (air tanah) dalam perlapisan tanah. Air
dalam tanah banyak mengandung ion, aliran ion tersebut yang
menyebabkan timbulnya potensialdi permukaan tanah. Potensial
yang timbul ini disebut dengan Streaming
Potential atau Electrokinetic Potential.
3. Adanya proses elektrokimia di dalam medium yang banyak
mengandung mineral (senyawa sulfida). Potensial ini disebut
dengan potensial mineralisasi.

Didalam pengukuran potensial diri, gangguan yang terjadi secara alami


tidak dapat dihindarkan, misalnya adanya arus telluric. Oleh karena itu,
untuk mengetahui saat pengukuran potensial diri ada gangguan
telluric atau tidak, maka potensial yang terjadi karena arus telluric
perlu diukur, dan kemudian digunakan untuk melakukan koreksi
terhadap data pengukuran potensial diri (SP).

Sedang saat dilakukan pengukuran potensial diri, hindarkan dari hal-


hal yang dapat mengganggu yang bersamaan dengan aktifitas
manusia, misalnya jangan melakukan pengukuran potensial diri
bersamaan dengan survei resistivity, yang harus menginjeksikan arus
listrik kedalam tanah. Karena, injeksi arus listrik tersebut akan
mengganggu potensial diri yang terjadi secara alami.

Anda mungkin juga menyukai