Anda di halaman 1dari 144

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN


LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN
perpustakaan.uns.ac.id GAYA BELAJAR SISWA digilib.uns.ac.id

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP
Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Oleh:
INDRA YUNAN YUNIANTO
S 830908205

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

commit to user
PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT


DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
perpustakaan.uns.ac.id DARI KEMAMPUAN AWAL DAN digilib.uns.ac.id
GAYA BELAJAR SISWA

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP
Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO


NIM. S830908205

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing


Pada Tanggal: Februari 2010

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Pembimbing I 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno,M.Pd .......................


NIP. 19520116 198003 1 001

Pembimbing II 2. Dr. Sarwanto, MSi .......................


NIP. 19690901 199403 1 002

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.


NIP. 19520116 198003 1 001

ii

commit to user
PENGESAHAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT


DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL
DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN

perpustakaan.uns.ac.id GAYA BELAJAR SISWA digilib.uns.ac.id

(Studi Kasus pada Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP
Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun Oleh:

INDRA YUNAN YUNIANTO


NIM. S830908205

Telah disahkan oleh Tim Penguji

Dewan Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. H. Ashadi ...


NIP. 19510102 197501 1 001

Sekretaris Dra. Suparmi, MA, Ph.D ...


NIP. 19520915 197603 2 001

Anggota Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ...


NIP. 19520116 198003 1 001

Anggota Dr. Sarwanto, M.Si ...


NIP. 19690901 199403 1 002

Surakarta, Februari 2010


Mengetahui
Direktur PPs UNS, Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19520116 198003 1 001

iii

commit to user
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Indra Yunan Yunianto


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
NIM : S.830908205

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul


"PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI KEMAMPUAN AWAL DAN GAYA BELAJAR SISWA " (Studi Kasus pada
Materi Pembelajaran Listrik Dinamis bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010) adalah benar-benar hasil karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi sitasi dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, 17 Februari 2010


Yang membuat pernyataan

Indra Yunan Yunianto

iv

commit to user
ABSTRAK

Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student


Team Achievement Division (STAD) Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtuil Ditinjau
Dari Kemampuan Awal dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus pada Materi
Pembelajaran Listrik Dinamis Bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo
perpustakaan.uns.ac.id
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis. Pembimbing digilib.uns.ac.id
I: Prof. Dr.
H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Sarwanto, M.Si, Program Studi
Pendidikan Sains, Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan prestasi
belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil
dan lab virtuil, (2) perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan
awal tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya
belajar visual dan kinestetik, (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan
laboratorium riil dan virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa,
(5) interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi siswa, (6) interaksi antara kemampuan
awal dan gaya belajar terhadap prestasi siswa, dan (7) interaksi antara pembelajaran
menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan
juni sampai dengan desember 2009. Populasi sampel adalah seluruh siswa kelas IX.
Sampel diambil dengan teknik cluster random dari empat kelas, kelas IX D dan IX E
diberi pembelajaran STAD menggunakan lab virtuil, sedangkan kelas IX F dan IX G
diberi pembelajaran STAD menggunakan lab riil. Pengumpulan data menggunakan
teknik tes untuk mendapatkan data kemampuan awal dan data prestasi belajar, serta
teknik non tes berupa angket untuk mendapatkan data gaya belajar siswa. Analisis
data menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan
dengan Analysis of Means.
Hasil penelitian diperoleh bahwa: (1) tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan lab riil dengan menggunakan
lab virtuil (p-value = 0,117 > 0,050), (2) ada perbedaan prestasi belajar antara siswa
yang mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan awal rendah (p-value = 0,000 < 0,050), dari hasil uji lanjut Anava
didapatkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tingi prestasi belajarnya lebih baik
daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) tidak ada perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang mempunyai gaya belajar visual dengan siswa yang
mempunyai gaya belajar kinestetik (p-value = 0,467 > 0,050), (4) tidak ada interaksi
antara pembelajaran STAD menggunakan lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi
belajar (p-value = 0,233 > 0,050), (5) tidak ada interaksi interaksi antara
pembelajaran STAD menggunakan lab dan gaya belajar terhadap prestasi belajar (p-
value = 0,233 > 0,050), (6) tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar (p-value = 0,381 > 0,050), dan (7) tidak ada interaksi
antara pembelajaran STAD menggunakan lab, kemampuan awal, dan gaya belajar
terhadap prestasi belajar (p-value = 0,875 > 0,050).

commit to user
ABSTRACT

Indra Yunan Yunianto. S.830908205, 2010. Cooperative Learning Through


the Student Team Achievement Division (STAD) Using the Real Lab And the Virtual
lab Overviewed From the Prior Knowledge and The Students Learning Style (Case
Study of Electrics Dynamic For Student of Grade IX SMP Negeri
perpustakaan.uns.ac.id 2 Adimulyo
digilib.uns.ac.id
Kebumen Academic Year 2009 / 2010). Thesis. Advisor I: Prof. Dr. Widha
Sunarno, M.Pd, Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si, Science Education Program, Post
Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.
The purposes of this research are to know: (1) the difference of student
achievement between students who learn through STAD using real lab and virtual
lab, (2) the difference of student achievement between students who have high and
low prior knowledge, (3) the difference of student achievement between students who
have visual and cynesthethyc learning styles, (4) the interaction between learning
using real lab and virtual lab and prior knowledge, (5) the interaction between
learning using real lab and virtual lab and learning styles, (6) the interaction between
prior knowledge and learning styles, and (7) interaction between learning using real
and virtual lab, prior knowledge, and learning style.
This research used the experimental method and was conducted March
December 2009. The population of the research was all students in grade IX. The
sample was taken using cluster random sampling, consisted of four classes, grade IX
D and E were treated using STAD with virtual lab and grade IX F and G were treated
using STAD with real lab. The data was collected using test for student prior
knowledge and students achievement, and questionnaire for student learning styles.
Analyzing the data used the three ways anova by 2x2x2 factorial design and
continued by Analysis of Means.
The Result of this research can be concluded: (1) there is no difference of
student achievement between student who learn using real lab and virtual lab (p-
value = 0,117 > 0,050), (2) there is difference of student achievement between
students who have high and low prior knowledge, (p-value = 0,000 < 0,050), from the
next result test of Anova resulted that student who have high prior knowledge better
than student who have low prior knowledge, (3) there is no difference of student
achievement between students who have visual and cynesthethyc learning styles, (p-
value = 0,467 > 0,050), (4) there is no interaction between STAD learning using lab
and the prior knowledge to the student achievement (p-value = 0,233 > 0,050), (5)
there is no interactions between STAD learning using lab and learning style to the
student achievement (p-value = 0,233 > 0,050), (6) there is no interaction between
prior knowledge and learning styles to the student achievement (p-value = 0,381 >
0,050), and (7) there is no interaction between STAD learning using lab, prior
knowledge, and learning styles to student achievement ( p-value = 0,875 > 0,050).

vi

commit to user
MOTTO

Pembelajar Sejati Selalu Belajar Sepanjang Hayat


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

vii

commit to user
PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Ayahanda
perpustakaan.uns.ac.id (Alm) dan Ibunda tercinta digilib.uns.ac.id

2. Istri dan anak-anakku tersayang

3. Pembaca yang budiman

viii

commit to user
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamiin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menyelesaikan tesis ini dengan baik dan lancar untuk memenuhi sebagaian

persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu penyelesaian tesis ini, terutama

kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan segala fasilitas kepada

penulis dalam menempuh pendidikan pada program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan pemikiran yang sangat

berharga dalam penyusunan tesis ini.

3. Dr. Sarwanto, M.Si. Selaku dosen pembimbing II Program Pendidikan Sains

yang telah memberi petunjuk dalam penyusunan tesis penelitian ini.

4. Para Dosen dan Guru Besar Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis.

ix

commit to user
5. Rekanrekan mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Sains Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan motivasi, dorongan, dan

semangat untuk selesainya tesis ini.

6. Kepala SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten Kebumen yang telah memberikan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis selama pelaksanaan

penelitian.

7. Kepala SMP Negeri 2 Kebumen Kabupaten Kebumen yang telah memberikan

ijin, fasilitas, serta pelayanan yang baik kepada penulis untuk melaksanakan

ujicoba instrumen penelitian.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberi imbalan yang terbaik atas amal baik yang telah

diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan

demi perbaikan penelitian ini dimasa yang akan datang.

Surakarta, 17 Februari 2010

Penulis

commit to user
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.idi

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

PERNYATAAN ................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

ABSTRACT ......................................................................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 10

D. Perumusan Masalah .............................................................................. 11

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 12

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 13

xi

commit to user
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS .......... 14

A. Kajian Teori .......................................................................................... 14

1. Tinjauan Tentang Belajar .............................................................. 14

2. Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 23


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Laboratorium ................................................................................ 29

4. Laboratorium Riil .......................................................................... 33

5. Laboratorium Virtual ..................................................................... 34

6. Kemampuan Awal .......................................................................... 37

7. Gaya Belajar ................................................................................... 39

8. Prestasi Belajar .............................................................................. 41

9. Materi Pembelajaran Listrik Dinamis ........................................... 45

B. Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 52

C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 53

D. Hipotesis .............................................................................................. 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 62

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 62

B. Metode dan Rancangan Penelitian ..................................................... 63

C. Variabel Penelitian .............................................................................. 64

1. Variabel Bebas .............................................................................. 65

2. Variabel Moderator ....................................................................... 65

3. Variabel Terikat ............................................................................. 65

D. Sumber Data ........................................................................................ 66

E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 66

xii

commit to user
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 67

G. Uji Kelayakan Instrumen ..................................................................... 68

1. Uji Validitas ................................................................................... 69

2. Uji Reliabilitas ............................................................................... 72


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Indeks kesukaran ........................................................................... 76

4. Daya Pembeda ............................................................................... 77

H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 79

1. Uji Prasyarat .................................................................................. 79

2. Uji Hipotesis ................................................................................. 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 92

A. Deskripsi Data ...................................................................................... 92

1. Prestasi Belajar IPA ....................................................................... 92

2. Data Kemampuan Awal Siswa ...................................................... 94

3. Gaya Belajar Siswa ........................................................................ 96

B. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................................ 97

1. Uji Normalitas ............................................................................... 97

2. Uji Homogenitas ............................................................................ 98

C. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 98

1. Analisis Variansi ........................................................................... 99

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan ........................................ 100

D. Pembahasan Hasil Analisis Data .......................................................... 102

E. Keterbatasan ......................................................................................... 116

xiii

commit to user
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 118

A. Kesimpulan ........................................................................................... 118

B. Implikasi ............................................................................................... 121

1. Implikasi Teoretis .......................................................................... 121


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis ............................................................................ 123

C. Saran-saran ........................................................................................... 123

1. Saran untuk Guru ........................................................................... 123

2. Saran untuk sekolah ...................................................................... 124

3. Saran untuk para peneliti ............................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 127

LAMPIRAN .......................................................................................................... 130

xiv

commit to user
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional IPA SMPN 2 Adimulyo ...................... 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 1. 2 Nilai Rata-rata UAS Mapel IPA SMPN 2 Adimulyo ......................... 3

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar .......................................................................... 20

Tabel 2.2 Nilai Hambat Jenis Beberapa Bahan Penghantar ................................. 48

Tabel 3.1 Jadual Penelitian .................................................................................. 63

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian .......................................................................... 64

Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal ....... 70

Tabel 3.4 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ........... 71

Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Visual ............... 71

Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji Validitas Angket Gaya Belajar Kinestetik ......... 72

Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal .. 73

Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar ....... 74

Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Visual ........... 75

Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Kinestetik .... 75

Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Kemampuan Awal 76

Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar 77

Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kemampuan Awal .. 79

Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Tes Prestasi .............. 79

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar IPA ........................................... 92

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Riil .............................. 93

xv

commit to user
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Virtuil.......................... 93

Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan awal Siswa ............................................. 95

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Riil ....................... 95

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil .................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7 Deskripsi Data prestasi dan kecenderungan Gaya Belajar Siswa ....... 97

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ................................. 97

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas ....................................................... 98

Tabel 4.10 Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi ............................................. 99

Tabel 4.11 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi vs Kemampuan Awal .......... 101

Tabel 4.12 Rangkuman Probabilistik Interaksi ................................................... 102

Tabel 4.13 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan

Kemampuan awal ............................................................................... 110

Tabel 4.14 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil dan

Kemampuan awal ............................................................................... 110

Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil

dan Gaya Belajar ............................................................................... 112

Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtuil

dan Gaya Belajar ................................................................................ 112

xvi

commit to user
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Cara Pemasangan Amperemeter ... 46

Gambar 2.2 Cara Pemasangan Voltmeter .... 46


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 Grafik Hubungan Kuat Arus dan Beda Potensial . 47

Gambar 2.4 Rangkaian Terbuka .. 48

Gambar 2.5 Rangkaian Tertutup 49

Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Majemuk . 50

Gambar 2.7 Rangkaian Seri .. 50

Gambar 2.8 Rangkaian Paralel . 51

Gambar 4.1 Histogram Prestasi kelas Lab Riil . 93

Gambar 4.2 Histogram Prestasi kelas Lab Virtuil 94

Gambar 4.3 Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Riil ... 96

Gambar 4.4 Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Virtuil ... 96

Gambar 4.5 Grafik Analisis Mean Kemampuan awal terhadap Prestasi

belajar IPA .......................................................................... 101

Gambar 4.6 Grafik Analisis Mean Lab terhadap Prestasi belajar IPA .... 104

Gambar 4.7 Grafik Analisis Mean Gaya Belajar terhadap Prestasi

belajar IPA ........................................................................... 108

Gambar 4.8 Grafik interaksi faktor Lab dan Kemampuan awal terhadap

prestasi ................................................................................. 111

Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor model Lab dan Gaya Belajar

terhadap prestasi .................................................................. 113

xvii

commit to user
Gambar 4.10 Grafik interaksi faktor Kemampuan awal dan Gaya Belajar

terhadap prestasi ................................................................. 114

Gambar 4.11 Grafik main efek faktor Lab, Kemampuan awal dan Gaya

Belajar terhadap prestasi ..................................................... 116


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

xviii

commit to user
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus dan RPP Materi Pembelajaran Listrik Dinamis

Lampiran 2. LKS .......................................................................................


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Kemampuan Awal .........................................

Lampiran 4. Soal Try Out Kemampuan awal ...........................................

Lampiran 5. Kisi-kisi Angket Gaya Belajar .............................................

Lampiran 6. Angket Gaya Belajar.....................

Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar.......................................

Lampiran 8. Soal Try Out Prestasi Belajar................................................

Lampiran 9. Soal Tes Kemampuan Awal ..................................................

Lampiran 10. Soal Tes Prestasi Belajar .......................................................

Lampiran 11. Data Tes Uji Coba Kemampuan Awal ..................................

Lampiran 12. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Visual ..........................

Lampiran 13. Data Uji Coba Angket Gaya Belajar Kinestetik ...................

Lampiran 14. Data Tes Uji Coba Prestasi Belajar .......................................

Lampiran 15. Data Hasil Penelitian .....................

Lampiran 16. Deskripsi Data ...............................

Lampiran 17. Uji Prasyarat Analisis ....................

Lampiran 18. Uji Hipotesis .........................................................................

Lampiran 19. Perijinan Penelitian ................................................................

xix

commit to user
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia,

karena pendidikan pada prinsipnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia

dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan dan

permasalahan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan ini diatur

melalui seperangkat peraturan perundang-undangan yang intinya mengharapkan agar

mutu pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin baik. Salah satu usaha

dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan menaikkan nilai minimal

kelulusan dan nilai rata-rata minimalnya. Namun usaha menaikkan nilai minimal

kelulusan ini pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih

dibawah negara lain sesama negara berkembang. Hal ini bisa dilihat dari hasil Ujian

Nasional tahun pelajaran 2007/2008 yang lalu bahwa dengan standar kelulusan nilai

rata-rata 5,00 saja, terdapat 237.644 siswa yang tidak lulus atau 7,24% dari seluruh

peserta UN se-Indonesia, padahal tingkat kesulitan soal tidak terlalu tinggi (BSNP,

2008).

Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa yang menjadi

barometer pendidikan di Indonesia dan memiliki banyak sekolah baik negeri maupun

swasta, serta memiliki fasilitas pendukung yang lebih memadai dan tenaga pendidik

yang berlimpah dibanding daerah diluar pulau Jawa ternyata memiliki mutu

pendidikan yang memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari laporan hasil UN tahun

pelajaran 2008/2009 untuk jenjang SMP/MTs yang dikeluarkan oleh BNSP secara

commit to user
2

umum rata-rata jumlah nilai UN Propinsi Jawa Tengah hanya 28,81 dan menempati

peringkat 24 dari 33 propinsi se-Indonesia dengan 10,74% siswa tidak lulus UN.

Keadaan lebih memprihatinkan lagi terjadi di kabupaten Kebumen karena

menempati peringkat 35 dari 35 kabupaten se-propinsi Jawa Tengah dengan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
persentase siswa yang tidak lulus sebesar 25,21%. Secara khusus untuk SMP Negeri 2

Adimulyo yang merupakan salah satu sekolah SSN di kabupaten Kebumen juga

mengalami hal yang sama karena hanya menempati peringkat 33 se-kabupaten

dengan rata-rata jumlah nilai UN 24,83 masih jauh dibawah rata-rata jumlah nilai

propinsi namun sedikit di atas rata-rata jumlah nilai kabupaten (BSNP, 2008).

Khusus untuk nilai UN pada Mapel IPA SMP N 2 Adimulyo menempati

peringkat 56 se-kabupaten Kebumen. Berikut ini adalah tabel nilai rata-rata Ujian

Sekolah/UN IPA SMPN 2 Adimulyo pada 3 tahun terakhir:

Tabel 1.1 Nilai ratarata Ujian IPA SMP Negeri 2 Adimulyo

Nilai Rata Rata


No. Tahun Pelajaran Kelas
Ujian Sekolah Ujian Nasional
1. 2005/2006 IX 5,39 -
2. 2006/2007 IX 5,66 -
3. 2007/2008 IX - 5,93

Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.

Dari tabel 1.1 terlihat kecenderungan nilai ratarata IPA walupun berada di atas nilai

minimum 4,25 namun masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal yang

ditentukan oleh sekolah pada mata pelajara IPA yaitu 64, rendahnya perolehan hasil

belajar ujian tersebut mengindikasikan bahwa penguasaan materi esensial atau

commit to user
3

konsepkonsep IPA yang dipahami para siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan pula

dalam tabel nilai mata pelajaran IPA pada tiap akhir semester seperti yang

diperlihatkan pada tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2 Nilai rata rata Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran IPAdigilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id SMP Negeri 2
Adimulyo, 3 (tiga) tahun terakhir

Nilai Rata Rata


No. Tahun Pelajaran Kelas
Semester 1 Semester 2
1. 2005/2006 IX 56,8 57,2
2. 2006/2007 IX 58,2 58,6
3. 2007/2008 IX 59,2 60,4

Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen.

Prestasi belajar dalam materi pembelajaran listrik dinamis juga mengalami hal

yang sama karena berdasarkan dokumen di SMP Negeri 2 Adimulyo, nilai ulangan

pada materi listrik dinamis pada tiga tahun terakhir yaitu pada tahun pembelajaran

2006/2007 sampai dengan tahun pembelajaran 2008/2009 masing-masing diperoleh

rata-rata 58,5, 60,4, dan 59,3. Perolehan nilai ini masih jauh dari KKM yang di

tentukan sekolah pada Komptensi Dasar Listrik Dinamis yaitu sebesar 67.

Rendahnya minat siswa untuk belajar IPA juga ikut berpengaruh terhadap

rendahnya prestasi belajar siswa, terlebih lagi untuk mata pelajaran fisika, karena

selama ini fisika merupakan salah satu momok yang ditakuti siswa selain matematika,

apalagi sejak tahun pelajaran 2008/2009, IPA termasuk di dalamnya fisika merupakan

mata pelajaran yang diujikan secara nasional melalui UN dan menjadi penentu

kelulusan. Motivasi siswa untuk belajar fisika pun rendah, hal ini diperparah lagi

karena dalam mengajar di kelas, guru jarang memberikan motivasi kepada siswanya.

commit to user
4

Metode mengajar guru yang monoton dan kurang sesuai dengan karakteristik

mata pelajaran juga memberikan andil pada rendahnya prestasi belajar siswa karena

dalam hal ini guru sering memposisikan dirinya sebagai Teacher Centered

Learning. Ini bisa dilihat dalam pengajaran menggunakan metode ceramah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mencatat. Siswa kurang diajak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,

interaksi antar siswa kurang diperhatikan, padahal banyak penelitian menunjukkan

bahwa siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainnya dari pada belajar

dengan guru. Apalagi dalam pembelajaran materi listrik dinamis yang merupakan

materi aplikatif, memerlukan metode yang tepat dalam pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.

Pembelajaran yang terpusat pada guru tidak tepat dilaksanakan pada materi

pembelajaran listrik dinamis.

Sesuai dokumentasi SMP Negeri 2 Adimulyo tahun 2008 menunjukkan

bahwa prestasi belajar siswa pada materi pembelajaran listrik dinamis mempunyai

standar deviasi yang tinggi yaitu sebesar 19,7, ini menunjukkan bahwa terjadi

kesenjangan yang terlalu ekstrim antara siswa dengan nilai tinggi dengan siswa

dengan nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap kelas terdapat siswa

yang tergolong superior dan siswa yang tergolong cacat akademik ringan yang kinerja

akademiknya dibelakang para siswa yang taraf perkembangannya normal.

Kesenjangan ini juga menunjukkan bahwa selama ini siswa tidak saling bekerjasama

dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Metode mengajar

guru juga turut andil dalam hal ini, karena selama ini guru jarang menggunakan

metode yang memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama mempelajari materi

commit to user
5

pembelajaran secara berkelompok, metode yang dimaksud adalah metode

pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009:9), ide yang melatarbelakangi

bentuk pembelajaran kooperatif ini adalah apabila para siswa ingin agar timnya

berhasil, mereka akan mendorong timnya untuk lebih baik dan akan membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mereka melakukannya. Jadi dalam metode kooperatif siswa dalam kelas dibagi

menjadi kelompok-kelompok kecil duduk bersama saling membantu dalam

mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa dengan kemampuan

rendah akan belajar banyak dari rekan yang lebih tinggi kemampuannya dalam

kelompoknya.

Kesenjangan prestasi belajar IPA di SMP Negeri 2 Adimulyo yang ekstrim ini

terjadi pada hampir pada semua materi pembelajaran yang diajarkan, padahal dalam

IPA terdapat materi pembelajaran yang saling berhubungan satu sama lain, bahkan

terdapat suatu materi pembelajaran yang merupakan prasyarat pada materi

pembelajaran yang lain. Seperti halnya materi pembelajaran listrik statis merupakan

materi prasyarat pada listrik dinamis. Hal ini bisa dikatakan bahwa tingkat

penguasaan materi pembelajaran listrik statis siswa merupakan kemampuan awal

siswa tersebut pada materi pembelajaran listrik dinamis. Menurut Winkel (1996:134),

pada setiap awal proses belajar mengajar, guru seharusnya meneliti terlebih dahulu

tingkah laku awal siswa, karena dari tingkah laku inilah tergantung bagaimana proses

belajar mengajar sebaiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang mula-

mula ditetapkan harus mengalami perubahan. Uraian tersebut mengeaskan bahwa

kemampuan awal siswa harus mendapatkan perhatian dari guru karena akan

mempengaruhi proses belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar siswa pada

commit to user
6

materi pembelajaran lain yang relevan. Selama ini guru di SMP Negeri 2 Adimulyo

tidak memperhatikan kemampuan awal siswa, dalam arti siswa yang mempunyai

kemampuan awal rendah diperlakukan sama dengan siswa yang mempunyai

kemampuan awal tinggi, ini dibuktikan dengan tidak adanya materi tambahan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang kemampuan awalnya rendah. Akibatnya siswa yang mempunyai

kemampuan awal rendah semakin tertinggal dalam mengikuti pembelajaran dari

siswa lain yang mempunyai kemampuan awal tinggi.

Selama ini guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo juga kurang

memperhatikan potensi dan gaya belajar siswanya. Gaya belajar menurut DePorter

dan Hernacki (1999:109-124) dibagi menjadi tiga macam yaitu, visual (belajar

dengan cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik

(belajar dengan bergerak, banyak melakukan aktivitas fisik, interaksi kelompok).

Metode mengajar guru selama ini yang memposisikan guru sebagai Teacher

Centered learning tentu saja hanya cocok bagi salah satu gaya belajar saja.

Sedangkan bagi gaya belajar yang lain akan membuat siswa kurang berminat pada

pelajaran tersebut. Padahal menurut DePorter dan Hernacki (1999:50), menciptakan

minat merupakan jalan untuk menciptakan motivasi demi mencapai tujuan. Apalagi

selama ini banyak yang menganggap bahwa anak yang gaduh di kelas, banyak

bergerak, dan mengganggu proses belajar mengajar adalah anak yang nakal sehingga

harus dikeluarkan dari kelas. Padahal sebenarnya anak tersebut adalah anak dengan

gaya belajar kinestetik, namun metode mengajar guru tidak memuaskan anak untuk

memahami materi sehingga anak menjadi bosan. Efeknya siswa merasa tidak

diperhatikan guru, sehingga berusaha mencari perhatian dengan caranya sendiri.

commit to user
7

Penyebab lain adalah guru-guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif

dalam penggunaan media, padahal mata pelajaran fisika selain menuntut keaktifan

siswa, guru juga dituntut untuk menggunakan media yang bisa menjembatani

pengetahuan fisika yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkret. Dengan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sesuatu yang dilihat, dibaca, didengar, dirasa, dan dikerjakan bisa sekaligus dilakukan

oleh siswa. Menurut Rose dan Nicholl (2002:192) pelajaran diingat rata-rata 20%

dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari yang dilihat, 50% dari yang

dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan,

dan dikerjakan sekaligus. Dalam pembelajaran listrik dinamis, selama ini guru hanya

memakai laboratorium riil saja, itupun tidak maksimal, praktikum hanya dilaksanakan

pada beberapa sub komptensi saja sehingga pelaksanaan yang tidak kontinyu ini

mengakibatkan pengetahuan siswa tidak terbangun secara runut dan teratur.

Praktikum yang menggunakan lab riil saja juga menyebabkan kurang bervariasinya

kegiatan praktikum, padahal ada media lain yang bisa dijadikan media interaktif

seperti halnya lab riil yang biayanya murah, aman, variatif, dan menyenangkan.

Media yang dimaksud diantaranya adalah media komputer. Media komputer yang

dimiliki SMP Negeri 2 Adimulyo yang berjumlah 20 unit dapat dijadikan sebagai

laboratorium virtuil, namun selama ini guru tidak memanfaatkannya sebagai

laboratorium alternatif dalam pembelajaran, padahal dengan adanya lab virtuil ini

diharapkan siswa menjadi tertarik dan berminat untuk belajar fisika.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

commit to user
8

1. Mutu pendidikan di Indonesia masih rendah yang ditandai dengan persentase

siswa yang tidak lulus Ujian Nasional tinggi padahal standar nilai rata-rata

kelulusan hanya sebesar 5,00.

2. Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi di pulau Jawa memiliki fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pendukung pendidikan yang lebih memadai dan tenaga pendidik yang berlimpah

dibanding daerah diluar pulau Jawa, namun kenyataannya mutu pendidikannya

masih memprihatinkan, yang ditandai dengan peringkat Jawa Tengah hanya

menempati urutan 24 dari 33 propinsi.

3. Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki banyak

sekolah baik negeri maupun swasta, namun mutu pendidikan di Kebumen masih

rendah bahkan menempati peringkat paling bawah se-propinsi Jawa Tengah.

4. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen sebagai sekolah favorit di kecamatan

Adimulyo seharusnya mempunyai nilai semester yang tinggi, namun

kenyataannya prestasi belajar IPA pada UAS/UN maupun nilai raport tiap

semester masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah.

5. Perolehan nilai ulangan pada materi pembelajaran listrik dinamis masih belum

mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah.

6. Minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika

rendah, bahkan Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi momok

bagi siswa apa lagi sejak tahun pelajaran 2008/2009 IPA di ujikan secara

nasional.

7. Metode mengajar guru monoton, siswa kurang diajak berpartisispasi aktif dalam

pembelajaran, dan interaksi antar siswa tidak diperhatikan.

commit to user
9

8. Di SMP Negeri 2 Adimulyo terjadi kesenjangan nilai yang ekstrem antara siswa

yang pandai dengan siswa yang tidak pandai, dan Guru tidak pernah

menggunakan metode kooperatif dalam mengajar agar siswa dengan kemampuan

rendah ikut terangkat kemampuan akademiknya.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Kesenjangan prestasi belajar juga terjadi pada kemampuan awal siswa, namun

Guru tidak pernah memperhatikan kemampuan awal siswa, hal ini ditandai

dengan tidak adanya pendalaman materi bagi siswa yang kemampuannya rendah.

10. Dalam satu kelas siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda sehingga

akan menyenangi tipe mengajar guru sesuai dengan gaya belajarnya, namun

selama ini Guru tidak memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa dalam

mengajar, bahkan guru cenderung tidak menyukai siswa yang banyak bergerak

seperti ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.

11. Media pembelajaran sangat banyak jenisnya dan tersedia di sekitar lingkungan

sekolah, namun selama ini Guru di SMP Negeri 2 Adimulyo kurang inovatif

dalam penggunaan media pembelajaran sehingga tidak memungkinkan siswa

untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.

12. SMP Negeri 2 Adimulyo Kab. Kebumen merupakan salah satu sekolah yang

mempunyai laboratorium lengkap termasuk laboratorium komputer, namun dalam

praktikum Guru hanya memakai laboratorium riil saja dan tidak pernah

menggunakan media alternatif untuk praktikum yang hemat biaya, aman, variatif,

menyenangkan, media yang dimaksud adalah komputer yang merupakan

laboratorium virtuil.

commit to user
10

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian tentang identifikasi masalah, maka dalam penelitian perlu

diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih jelas dan terarah. Adapun batasan

masalah pada penelitian ini meliputi:


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Subyek Penelitian

Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo,

tahun pelajaran 2009 / 2010 yang berjumlah 139 siswa.

2. Obyek Penelitian

a. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), yaitu pembelajaran

yang membagi siswa-siswa berkemampuan berbeda, suku, ras, dan agama yaang

berbeda kedalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4-5 orang ditugasi untuk

mempelajari konsep yang telah diajarkan oleh guru.

b. Laboratorium yang digunakan dalam pembelajaran adalah lab riil dan lab virtuil,

Pembelajaran fisika menggunakan laboratorium riil adalah pembelajaran listrik

dinamis menggunakan komponen dan peralatan sesungguhnya yang ada dalam

lab IPA SMP Negeri 2 Adimulyo. Sedangkan pembelajaran fisika menggunakan

lab virtuil adalah pembelajaran listrik dinamis menggunakan komputer yang telah

diinstal software Edison4 yang menyajikan komponen dan peralatan bukan

sesungguhnya yang ditampilkan dalam monitor komputer. Siswa mempraktekkan

langkah-langkah yang ada dalam LKS.

c. Kemampuan awal adalah penguasaan konsep atau materi pelajaran sebelumnya

yang merupakan materi prasyarat dalam pembelajaran. Kemampuan awal

commit to user
11

didapatkan dari nilai tes pada materi prasyarat. Kemampuan awal dibedakan

menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Kemampuan awal dikategorikan

tinggi jika nilai tes prasyarat di atas nilai rata-rata seluruh sampel, dan

kemampuan awal dikategorikan rendah jika nilai hasil tes prasyarat di bawah nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rata-rata seluruh sampel. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan materi

prasyarat adalah materi pembelajaran pada pokok bahasan Listrik Statis.

d. Gaya belajar adalah cara siswa menyerap pelajaran dan informasi. Gaya belajar

ada tiga macam yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam penelitian ini gaya

belajar dibatasi hanya dua cara yaitu visual dan kinestetik.

e. Prestasi belajar siswa merupakan nilai yang diperoleh siswa dari test hasil belajar

pada materi pelajaran listrik dinamis yang dalam hal ini hanya mencakup pada

ranah kognitif.

D. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran

kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dengan siswa yang diberi

pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil?

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan

awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?

3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar

visual dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik?

commit to user
12

4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

lab riil dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi

belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe menggunakan lab riil

dan lab virtuil, gaya belajar, dan kemampuan awal terhadap prestasi siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD

menggunakan lab riil dan lab virtuil.

2. Perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan

rendah.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.

4. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan

kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab

virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

commit to user
13

7. Interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, kemampuan

awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis memandang bahwa penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis:

a. penulis melakukan penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah,

b. menambah wawasan keilmuan karena penelitian ini didukung dengan teori-teori

dari para pakar pendidikan,

c. sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

2. Manfaat praktis:

a. memberi masukan kepada guru agar selalu berinovasi mengembangkan media

pembelajaran agar menarik minat siswa untuk belajar,

b. hasil penelitian diharapkan dijadikan acuan bagi guru dalam pembelajaran

menggunakan laboratorium atau media pembelajaran untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa,

c. memberi masukan kepada guru agar dalam mengajar guru harus memperhatikan

gaya belajar dan kemampuan awal siswa.

commit to user
14

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Belajar

a. Definisi Belajar

Sebagaian besar orang beranggn bahwa belajar adalah mengumpulkan atau

menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran, ada juga yang

memandang belajar sebagai latihan membaca dan menulis. Pemahaman ini tentu saja

kurang lengkap karena pada kenyataannya banyak sekali perbuatan yang termasuk

dalam belajar. Menurut Gagne dalam Slameto (2003:13), (1) belajar adalah suatu

proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan

tingkah laku, (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh dari interaksi. Menurut Winkel (1996:53), belajar dirumuskan sebagai:

Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif

konstan dan berbekas. Menurut Muhibbin Syah (2001:64) secara umum belajar

dipahami sebagai Tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognisi. Sedangkan menurut Mohamad Surya (2003:11), Pembelajaran ialah suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

14

commit to user
15

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan definisi

belajar adalah aktivitas mental/psikis individu dengan bekerjasama dalam


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kelompoknya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

b. Teori Belajar

1) Teori Belajar Gagne

Robert M. Gagne mengemukakan sebuah model belajar yang terkenal dengan

model pemrosesan informasi, Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:141-143)

mengemukakan bahwa suatu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase

belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh

siswa atau guru. Setiap fase belajar tersebut dipasangkan dengan suatu proses internal

yang terjadi dalam pikiran siswa. Kedelapan fase tersebut adalah fase motivasi,

pengenalan, perolehan, retensi, pemanggilan, generalisasi, penampilan, dan umpan

balik.

Dalam fase motivasi melibatkan motivasi yang dimiliki oleh siswa. Motivasi

merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai semangat

untuk belajar. Menurut Ratna Wilis Dahar (1989:141), siswa harus diberi motivasi

dengan harapan bahwa belajar akan memperoleh hadiah, selaras dengan hal tersebut,

pada penelitian dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memungkinkan siswa

untuk termotivasi karena pada langkah/fase terakhir dari sintak dalam STAD adalah

commit to user
16

rekognisi tim atau penghagaan tim, artinya siswa diberi motivasi agar belajar dengan

sebaik-baiknya agar berperan dalam kelompoknya untuk mendapatkan rekognisi.

Dalam fase pengenalan, siswa harus memperhatikan bagian-bagian yang relevan

yaitu aspek-aspek yang berhubungan dengan materi pelajaran. Dalam penelitian ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
fase ini terjadi pada sintak dalam STAD yaitu pada presentasi kelas, dalam presentasi

kelas, guru menyampaikan materi pelajaran, memperkenalkan kepada siswa peralatan

lab maupun software dalam lab virtuil ataupun langkah-langkah dalam LKS.

Dalam fase perolehan, siswa dikatakan telah siap memperoleh pelajaran bila

memperhatikan informasi yang relevan. Informasi yang diterima tidak langsung

disimpan dalam memori tetapi diubah menjadi informasi yang bermakna yang

dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Dalam penelitian

ini, fase perolehan didapatkan karena siswa langsung berhubungan dengan peralatan

laboratorium, dengan cara meyentuh, memasang peralatan lab, melihat langsung efek

dari rangkaian yang telah dibuatnya sehingga memungkinkan siswa mendapatkan

gambaran-gambaran mental dari informasi/konsep yang didapatkan sebelumnya.

Dalam fase retensi terjadi proses pemindahan informasi agar informasi yang

diperoleh tidak mudah hilang. Caranya yaitu dengan memindahkan informasi baru

yang diperoleh oleh siswa dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Menurut Ratna Wilis Dahar, hal ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali,

praktek, ataupun elaborasi. Dalam penelitian ini, fase retensi terjadi karena

pembelajaran dilengkapi dengan praktikum dalam laboratorium, dengan adanya

praktikum memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan yang tidak hanya sekedar

hafalan, namun mendalam dan bermakna.

commit to user
17

Dalam fase pemanggilan, ada kemungkinan siswa dapat kehilangan hubungan

informasi dalam memori jangka panjangnya. Untuk menghindari hal tersebut siswa

harus memperhatikan informasi yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan cara

mengelompokkan informasi menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep dan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memperhatikan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Dalam penelitian ini, fase

pemanggilan terjadi pada saat siswa menjawab latihan soal yang mengarah pada

kesimpulan ataupun rumus seperti yang terdapat dalam LKS.

Fase generalisasi merupakan fase pengubah informasi. Siswa dapat berhasil

dalam belajar apabila dapat menerapkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang

sesungguhnya. Siswa dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya untuk

memecahkan masalah-masalah nyata, yaitu masalah-masalah dalam kehidupan

sehari-hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran listrik dinamis.

Dalam fase penampilan, siswa telah mampu memperlihatkan secara nyata

dengan penampilan yang tampak atau respon dari apa yang telah dipelajari. Dalam

penelitian ini, fase ini terjadi pada saat siswa mengerjakan kuis yang merupakan

bagian dari STAD. Kuis yang dikerjakan secara individual ini akan memperlihatkan

tingkat respon yang telah dipelajari siswa.

Dalam fase umpan balik, siswa memberikan respon tentang hal-hal yang telah

diperolehnya melalui proses pembelajaran. Dengan memberikan respon, maka siswa

mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari apa yang telah

dipelajarinya.

Pembelajaran fisika pada materi pembelajaran listrik dinamis dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan virtuil pada penelitian

commit to user
18

ini membutuhkan pemrosesan informasi agar dapat berlangsung dengan optimal.

Siswa diharapkan akan mudah memproses, mengenal, mudah memperoleh, mudah

menyimpan konsep dalam memori otak dalam jangka waktu panjang, serta mudah

mengingat kembali konsep listrik dinamis.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget semua individu melalui empat tingkat perkembangan kognitif

yaitu: a) tahap sensorimotor (02 tahun), selama periode ini anak mengatur alam

dengan indera-inderanya (sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor), b) tahap

pra-operasional (27 tahun), pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi

matematika seperti menambah, mengurangi, dan lain sebagainya, c) tahap operasional

(711 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai berpikir secara rasional,

akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis.

Pada periode ini sifat egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris,

d) tahap operasional formal (11 tahun keatas), anak pada periode ini tidak perlu

berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret. Anak sudah

mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Perkembangan intelektual itu

dipengaruhi oleh faktor kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logiko-

matematik, transmisi sosial, dan proses ekuilibrasi. Menurut Piaget ada tiga bentuk

pengetahuan yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan

pengetahuan sosial. Pengetahuan sosial dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran

siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan pengetahuan logiko-matematik harus

dibangun sendiri oleh anak sehingga dalam mengajar harus diperhatikan pengetahuan

yang telah diperoleh oleh anak.

commit to user
19

Pada penelitian ini, seluruh siswa SMP Negeri 2 Adimulyo masuk dalam

kategori perkembangan kognitif tahap operasional formal. Pada tahap ini siswa

mampu menerima pembelajaran dengan menggunkan model atau tiruan benda,

sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dalam penelitian ini.

3) Teori Belajar Ausubel

Seorang ahli psikologi pendidikan, Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110)

menyatakan bahwa:

Belajar diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan


dengan cara informasi disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau
penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana cara siswa mengaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah
fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat oleh siswa.

Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana melainkan merupakan

suatu kontinum. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dikomunikasikan

pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam

bentuk final maupun bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk

menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Pada tingkat kedua,

siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi tersebut pada pengetahuan

(berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi

belajar bermakna yaitu suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep

yang relevan dengan struktur kognitif seseorang. Penerapan teori Ausubel dalam

mengajar perlu diperhatikan prinsip pengatur awal, diferensisi progresif, penyesuaian

integratif, dan belajar superordinat. Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel disajikan

dalam tabel 2.1:

commit to user
20

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk belajar

No Belajar berupa
Belajar Hafalan Belajar bermakna
Secara Secara Secara penerimaan Secara penemuan
penerimaan penemuan
1 Materi disajikan Materi
perpustakaan.uns.ac.id Materi disajikan Materi ditemukan
digilib.uns.ac.id
dalam bentuk ditemukan dalam bentuk final oleh siswa
final oleh siswa
2 Siswa menghafal Siswa Siswa memasukkan Siswa memasukkan
materi yang menghafal materi kedalam matri kedalam
disajikan materi struktur kognitifnya struktur kognitifnya

Selaras dengan teori belajar Ausubel, materi pembelajaran dalam penelitian

ini yaitu listrik dinamis seperti materi pembelajaran fisika yang lain bukan merupakan

materi hafalan, listrik dinamis merupakan materi yang berhubungan dengan materi

sebelumnya yaitu listrik statis. Konsep-konsep dalam listrik dinamis dapat dikaitkan

dengan konsep-konsep dalam listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis

merupakan materi prasyarat dalam materi pembelajaran lisrik dinamis. Penggunaan

lab dalam pembelajaran memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman nyata dan

memunkinkan terjadinya proses penemuan, sehingga pembelajaran tidak hanya

dihafalkan saja tetapi siswa memasukkan materi kedalam struktur kognitifnya. Jadi

dalam penelitian ini penggunaan penggunaan lab dengan memperhatikan kemampuan

awal dalam penelitian memungkinkan terjadinya belajar bermakna seperti apa yang

diungkapkan oleh Ausubel.

4) Teori Belajar Bruner

Menurut Bruner dalam teori Free Discovery Learning, proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

commit to user
21

menemukan suatu aturan (termasuk teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui

contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya. Untuk memahami

suatu konsep, siswa tidak menghafal definisi dari konsep tersebut, tetapi langsung

mempelajai contoh-contoh kongkret dari konsep tersebut, baru kemudian dibimbing


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk memahami definisi dari konsep tersebut. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis

(1989:101), proses belajar akan melibatkan tiga hal sekaligus yaitu memperoleh

informasi baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi serta ketepatan

pengetahuan. Suatu pengajaran atau teori instruksi menurut Bruner hendaknya

meliputi pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan belajar, penstrukturan

pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan penyajian materi pelajaran

secara optimal, dan bentuk pemberian reinforcement.

Dalam menerapkan belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya

beriring, tujuan mengajar hanya dirumuskan secara garis besar, cara yang digunakan

para siswa untuk menci tujuan tidak perlu sama, guru tidak begitu mengendalikan

proses mengajar, dan penilaian hasil belajar meliputi pemahaman tentang prinsip-

prinsip dasar bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Menurut

Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Kebaikan belajar

penemuan adalah pengetahuan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih

baik daripada hasil belajar lainnya, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan

untuk berpikir bebas.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian yang ditunjang dengan lab riil dan

lab virtuil ini sangat memungkinkan terjadinya belajar penemuan karena siswa

commit to user
22

terlibat langsung dan diberi kebebasan untuk menemukan suatu aturan (termasuk

teori, konsep, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan

atau mewakili sumbernya, yaitu dengan mengeksplorasi sendiri pengetahuannya

melalui kegiatan praktikum agar pengetahuan yang didapatnya merupakan hasil


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
temuannya sendiri. Ketika percobaan siswa diarahkan untuk dapat merumuskan

masalah. Dari percobaan siswa akan memperoleh data untuk dianalisis sehingga

akhirnya siswa dapat menarik suatu kesimpulan dan menemukan konsep dalam

materi pembelajaran.

5) Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky dalam Paul Suparno (2006:45) mengemukakan, pembelajaran

merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian

yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan didapatkan dari pengalaman anak

sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang dikan kelas.

Seseorang yang belajar akan semakin mengangkat pengertiannya menjadi pengertian

yang ilmiah. Pengertian spontan mempunyai dua segi yaitu pengertian dalam dirinya

sendiri dan pengertian untuk orang lain. Pengertian untuk orang lain ini menyebabkan

anak berusaha untuk mengungkapkan pengertian mereka dengan simbol yang sesuai

untuk berkomunikasi dengan orang lain, itulah sebabnya Vygotsky menekankan

pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang mempunyai pengetahuan

lebih baik dan sistem yang secara kultural berkembang dengan baik. Teori Vigotsky

menekankan pada bakat sosiokulktural dalam pembelajaran.

Sejalan dengan Vygotsky, dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo yang

menggunakan metode kooperatif tipe STAD ini memungkin siswa untuk berinteraksi

commit to user
23

dengan orang lain, siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik akan berinteraksi

dan berkomunikasi dengan siswa yang berkemampuan tinggi, sehingga siswa dengan

kemampuan tinggi akan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada

siswa lain dalam kelompoknya sehingga pengetahuan siswa lain meningkat.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008:4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai

macam metode pengajaran menekankan para siswa bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran. Menurut Paul Suparno (2006:134), pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran yang menekankan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok,

saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009:242), pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu

antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Pembelajaran kooperatif dianjurkan oleh ahli pendidikan untuk digunakan, hal

ini dikarenakan terdapat dua alasan seperti yang dikemukakan oleh Slavin (1995)

dalam Wina Sanjaya (2009:242) yaitu:

Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan


pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri
dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua, merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan serta keterampilan.

commit to user
24

Sejalan dengan teori belajar Vygotsky, pembelajaran kooperatif mengajarkan

siswa ketrampilan kerjasama dan kolaboratif serta memahami konsep yang dianggap

sulit oleh siswa, siswa berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya maupun

dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi ini siswa saling bertukar


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam

proses pembelajaran. Terlebih lagi siswa SMP Negeri 2 Adimulyo kelas IX telah

memasuki masa remaja, pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan

perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan

kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri

remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman

sebaya dan lingkungannya.

b. Keunggulan, Kelemahan Pembelajaran Kooperatif, dan Cara Mengatasinya

Siswa yang bekerja dalam kelompok kooperatif belajar lebih banyak dari pada

siswa pada kelas-kelas tradisional. Teori yang menjelaskan keunggulan pembelajaran

kooperatif ini terbagi menjadi dua yaitu teori motivasi yang menekankan pada derajat

perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-

tugas akademik, dan teori kognitif yang menekankan pada pengaruh dari kerjasama

itu sendiri. Pembelajaran kooperatif disamping memiliki keunggulan, juga memiliki

kelemahan karena dapat memicu munculnya pengendara bebas atau para

pembonceng, artinya sebagian anggota kelompok mengerjakan sebagian besar atau

seluruh pekerjaan sedangkan yang lainnya hanya tinggal mengendarainya. Untuk

menghindari hal ini diperlukan dua langkah yaitu dengan membuat masing-masing

commit to user
25

anggota kelompok bertanggungjawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok,

dan dengan membuat para siswa bertanggungjawab secara individual atas tugasnya.

Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga mengalami hal yang

sama. Dalam setiap kelompok selalu ada siswa yang diam, bekerja ala kadarnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bahkan ada yang tidak bekerja sama sekali karena hanya mengandalkan pekerjaan

anggota lain dalam kelompoknya. Alokasi waktu yang tersedia dalam pebelajaran

juga sering tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu pokok bahasan, sehingga

perlu penambahan waktu. Hal ini dikarenakan pembagian tugas dalam kelompok

tidak merata sehingga pekerjaan siswa tidak terarah. Belum lagi beberapa siswa yang

tidak bekerja, terlihat bercanda dengan anggota kelompok lainnya sehingga

mengganggu kegiatan kelompoknya dan kelompok lainnya.

c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah STAD

(Student Team Achievement Division), Jigsaw, dan TGT (Teams Games Tournament)

yang diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas,

pembelajaran kooperatif lain yaitu TAI (Team Accelerated Instruction) dan CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and Composition) merupakan kurikulum

komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada

tingkat kelas tertentu, GI (Group Investigation), Learning Together, Complex

Instruction, dan Structure Dyadic Methods. Dalam hal ini penulis menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode mengajar dalam penelitian

karena metode ini paling mudah diterapkan.

commit to user
26

d. STAD (Student Team Achievement Division),

Menurut Slavin (2008:143), STAD merupakan metode pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Siswa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang berkemampuan berbeda dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri

atas 4-5 orang ditugasi untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan oleh

guru. Dalam kelompok ini diharapkan masing-masing siswa akan meningkatkan

pemahamannya masing-masing setiap siswa diuji sendiri-sendiri. Kelompok juga

dinilai berdasarkan tingkat kemajuan yang melampui tingkat kemampuan rata-rata.

Dalam STAD anggota kelompok terdiri atas orang yang berbeda-beda tingkat

kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan

pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua

anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis

mengenai materi secara sendiri-sendiri, dan saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk

saling bantu.

Senada dengan hal tersebut, Armstrong, dkk (1998) mengemukakan bahwa

dalam pendekatan STAD siswa ditugaskan untuk empat atau lima anggota tim yang

mencerminkan pengelompokan secara heterogen pada siswa yang tinggi, sedang, dan

rendah kemampuannya, siswa dari beragam etnis, latar belakang yang berbeda, dan

jenis kelamin yang berbeda. Setiap minggu, guru memperkenalkan bahan baru

melalui ceramah, diskusi kelas, atau beberapa bentuk presentasi guru. Anggota tim

kemudian berkolaborasi pada kertas kerja yang dirancang untuk memperluas dan

memperkuat materi yang diajarkan oleh guru. Anggota tim (a) bekerja pada lembar

commit to user
27

kerja secara berpasangan, (b) bergiliran menanyai satu sama lain, (c) membahas

masalah sebagai sebuah kelompok, atau (d) menggunakan strategi apa pun untuk

mempelajari materi pembelajaran. Setiap tim akan menerima lembar jawaban,

sehingga jelas kepada siswa bahwa tugas mereka adalah untuk mempelajari konsep-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konsep tidak hanya mengisi worksheet. Anggota tim yang diinstruksikan bahwa tugas

belum selesai sampai semua anggota tim memahami materi yang diberikan. Skor kuis

para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan

kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang

diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin kemudian

dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria

tertentu akan menkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian

kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis.

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian

identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi

seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Dalam hal ini STAD

digunakan dalam penelitian dikarenakan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo telah

memasuki masa remaja, tentu saja sebagai remaja mereka ingin berperan penting

dalam dalam hidupnya, termasuk dalam pembelajaran kelompok. Dalam STAD

semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan

kontribusi yang positif dalam kelompoknya, mereka merasa bangga jika

kelompoknya menkan penghargaan dari guru atas peranannya dalam kelompok,

sehingga tiap siswa akan termotivasi dan berlomba-lomba untuk memberikan yang

terbaik bagi kelompoknya.

commit to user
28

e. Langkah-langkah pembelajaran dalam STAD

Dalam STAD terdapat lima komponen utama yaitu: 1) presentasi kelas, materi

dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi

audiovisual, 2) tim, tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh

bagian kelas dalam hal kinerja akademik, jens kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi

utama dari Tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar, dan

lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik. Ditekankan bahwa anggota tim melakukan yang

terbaik untuk tim dan tim pun melakukan yang terbaik untuk membantu tiap

anggotanya, 3) kuis, setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan

presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan

kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Sehingga siswa bertanggung jawab secara individual untuk

memahami materi, 4) skor kemajuan individual, gagasan dibalik skor kemajuan

individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan

dicapai bila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik

daripada sebelumnya. Tiap siswa memberikan kontribusi poin yang maksimal

kepada timnya dalam skor ini, tetapi tak ada siswa yang melakukannya tanpa

memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor awal yang

diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis

yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka

commit to user
29

berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal

mereka, 5) rekognisi tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan

yang lain bila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu, skor tim siswa juga

digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling

mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang

diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim,

mereka harus membantu teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik,

menunjukkan norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Namun

meskipun para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam

mengerjakan kuis, tiap siswa harus tahu materinya. Tanggung jawab individual

seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama lain,

karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua

anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.

3. Laboratorium

a. Pengertian Laboratorium

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995) dalam Wira Bahari

Nurdin (2005), laboratorium adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan.

Tempat ini merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya

kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang

tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti

(2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), laboratorium adalah suatu ruangan tempat

melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat

commit to user
30

alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap.

Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009),

pada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah

laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikum. Pendapat lain mengemukakan

bahwa laboratorium adalah tempat belajar mengajar melalui metode praktikum yang

dapat menghasilkan pengalaman belajar dan siswa berinteraksi dengan berbagai alat

dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. (tersedia dalam http://lib.bsn.go.id/)

b. Fungsi dan Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran

Amien dalam Tarmizi (2005) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) (tersedia

dalam http://lib.bsn.go.id/) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai

tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan, menentukan hubungan

sebab-akibat, membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena

tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena bila sudah dibuktikan

kebenarannya, mempraktikkan sesuatu yang diketahui, mengembangkan

keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan

problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan. Menurut Departemen

Pendidikan Nasional (2006), fungsi dari pada ruangan Laboratorium Sains/IPA

adalah sebagai tempat pembelajaran, tempat peragaan dan tempat praktik Sains/IPA.

c. Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium

Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009)

fasilitas Laboratorium adalah sebagai berikut: laboratorium yang baik harus

commit to user
31

dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium

dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan

fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang digunakan oleh semua

pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja

siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, pn tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang

timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain.

Menurut Wicahyono (2003) dalam Wira Bahari Nurdin (2009), untuk menentukan

suatu ruangan itu cocok atau tidak untuk dijadikan laboratorium, perlu

memperhatikan beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya. Bila

memungkinkan, ruangan Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan ruangan

kelas. Hal ini perlu untuk menghindari terganggunya proses belajar mengajar di kelas

yang dekat dengan laboratorium.

d. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Laboratorium

Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dipertahankan,

laboratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelolaan

laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Menurut Wirjosoemarto dkk

(2004) dalam Wira Bahari Nurdin (2009) tentang struktur organisasi dan pengelolaan

laboratorium adalah sebagai berikut: Staf atau personal Laboratorium mempunyai

tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi laboratorium termasuk fasilitas,

alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium

dikelola oleh seorang penanggung jawab laboratorium yang diangkat dari salah

seorang guru IPA (Fisika, Kimia atau Biologi). Selain pengelola laboratorium

commit to user
32

biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium atau sering disebut Laboran.

Tugas Laboran adalah membantu penyin bahan-bahan/alat-alat praktikum,

pengecekan secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar

kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
laboratorium. Di SMP Negeri 2 Adimulyo pengelola laboratorium adalah Ketua

Urusan Bidang Kurikulum dibantu seorang Laboran yang berada dibawah tanggung

jawab langsung Kepala Sekolah.

e. Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium

Menurut Azizah (2003) dalam Arianto (2009) pelaksanaan praktikum dalam

laboratorium umumnya adalah: 1) persiapan, meliputi: menetapkan tujuan praktikum,

mempersiapkan alat dan bahan, memperhatikan keamanan, kesehatan dan

kenyamanan, dan memberi penjelasan yang harus diperhatikan dan langkah-langkah

yang harus dilakukan siswa, 2) pelaksanaan, meliputi: siswa melakukan praktikum,

Guru, asisten dan ko-asisten mengamati proses praktikum, dan 3) tindak lanjut,

meliputi: mengumpulkan laporan praktikum, mendiskusikan masalah yang ditemukan

siswa, dan memeriksa dan menyimpan peralatan.

Dalam pelaksanaan praktikum akan lebih mudah lagi jika siswa diberi LKS

(Lembar Kegiatan Siswa) yang berisi urutan-urutan atau langkah-langkah kerja dalam

praktikum, alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum, lembar yang berisi tabel

pengisian data hasil pengamatan, soal yang mengarah pada penarikan kesimpulan

praktikum, dan lembar soal untuk menguji tingkat pengetahuan siswa setelah

prakatikum. Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2 Adimulyo ini juga penulis

lengkapi dengan LKS.

commit to user
33

4. Laboratorium Riil

Laboratorium riil menyediakan seperangkat peralatan nyata dalam

pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium

merupakan sebuah eksperimen nyata. Melalui kegiatan laboratorium riil siswa


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mempelajari fakta, gejala, merumuskan, konsep, prinsip, hukum dan sebagainya.

Tujuan kegiatan praktikum menggunakan laboratorium riil selain untuk

memperoleh pengetahuan yang bersifat kognitif juga bertujuan untuk memperoleh

keterampilan/ kinerja, menetapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada

situasi baru, serta memperoleh sikap ilmiah. Dale (1956) dalam Sri Anitah (2008:55)

mengemukakan, pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut yang

dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan yang paling abstrak yaitu belajar

melalui lambang kata-kata. Pengalaman langsung yaitu melihat, mendengar,

memegang, merasakan, menyentuh, mambau. Menurut Rose dan Nicholl (2002: )

pelajaran diingat rata-rata 20% dari yang dibaca, 30% dari yang didengar, 40% dari

yang dilihat, 50% dari yang dikatakan, 60% dari yang dikerjakan dan 90% dari yang

dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus.

Senada dengan hal tersebut, maka penggunaan laboratorium riil sebagai media

pembelajaran di SMP Negeri 2 Adimulyo mempunyai keunggulan sebagai berikut:

siswa menkan pengalaman belajar secara langsung, menggerakkan seluruh panca

indera siswa untuk belajar, meningkatkan keterampilan psikomotor, siswa tidak jenuh

karena pembelajaran tidak di dalam kelas, penggunaan peralatan lab membuat anak

lebih senang dan termotivasi dan tertantang untuk membuktikan teori yang ada.

Namun demikian penggunaan laboratorium riil di SMP Negeri 2 Adimulyo juga

commit to user
34

mempunyai kelemahan yaitu: rentan dengan masalah kemanan, lagi materi yang

dipelajari adalah permasalahan listrik, alokasi waktu yang tersedia sering tidak

mencukupi karena pelaksanaannya sangat tergantung keterampilan siswa dalam

menggunakan peralatan, dalam pengukuran bisa terjadi siswa salah membaca angka,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang tidak bekerja terlihat bercanda dengan teman lain, peralatan lab sering

dijadikan permainan sehingga anak tidak fokus pada materi, kelompok yang tidak

kompak sering tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya, sering terjadi salah paham

dengan teman satu kelompok.

Dalam penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo pada materi pembelajaran listrik

dinamis khususnya, peralatan dalam lab riil mencakup: lampu pijar dengan berbagai

ukuran volt, sumber arus listrik/baterai 1,5 V, saklar dua kutub, ampere-meter (0

5A), voltmeter, kabel, dan power supply 12 volt.

5. Laboratorium Virtuil

Laboratorium virtuil merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan ilmiah

berupa penelitian, eksperimen, pengujian dan pengukuran yang terkontrol dalam

kondisi tidak nyata atau tidak sebenarnya. UNESCO memberikan definisi yang lebih

luas: Virtuil laboratory is an electronic workspace for distance collaboration and

experimentation in research or other creative activity, to generate and deliver results

using distributet information and communication technologies, jika diterjemahkan

laboratorium virtuil adalah ruang kerja elektronik untuk berkolaborasi dan

eksperimentasi dalam penelitian atau kegiatan kreatif lainnya, untuk menghasilkan

dan memberikan hasil melalui dan menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi.

commit to user
35

Peralatan yang tersedia dalam kegiatan praktikum menggunakan lab virtuil

bukan seperangkat peralatan nyata, karena peralatan yang disediakan hanya tampak

dalam layar monitor saja, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium

virtuil hanya berupa simulasi. Pemakaian komputer sebagai media pembelajaran


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dewasa ini sudah bukan hal baru karena banyaknya berbagai perusahaan software

melakukan inovasi untuk menggaet pelanggannya dari kalangan perguruan tinggi

maupun sekolah. Komputer bisa berperan sebagai manajer dalam proses

pembelajaran yang dikenal Computer Managed Instruction (CMI), komputer juga

bisa berperan sebagai pembantu tambahan dalam belajar seperti penyajian informasi

materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya, modus ini dikenal dengan Computer

assisted Instruction (CAI), dalam hal ini CAI bukanlah penyampai utama materi

pelajaran. Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas tutorial

terpogram, tutorial intelijen, drill and practice, dan simulasi.

Tutorial terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis

yang telah diprogramkan. Seperangkat kecil informasi ditayangkan yang diikuti

dengan pertanyaan. Jawaban siswa dianalisis oleh komputer dibandingkan dengan

kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah diprogram oleh guru/programmer.

Manfaat tutorial terprogram akan tampak jika menggunakan kemampuan teknologi

komputer untuk bercabang dan interaktif. Dalam Tutorial intelijen jawaban komputer

untuk pertanyaan siswa dihasilkan oleh inteligensia artifisial bukan jawaban yang

terprogram sebelumnya. Dengan demikian ada dialog antara siswa dengan komputer,

baik komputer maupun siswa bertanya atau memberikan jawaban. Drill and practice

digunakan dengan asumsi bahwa suatu konsep, aturan, kaidah, atau prosedur telah

commit to user
36

diajarkan kepada siswa. Program ini menuntun siswa dengan serangkaian contoh

untuk meningkatkan kemahiran keterampilan. Hal yang utama adalah memberikan

penguatan yang konstan terhadap jawaban siswa.

Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dinamis, interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi lingkungan pekerjaan yang

kompleks ditata sehingga menyerupai dunia nyata. Keberhasilan simulasi

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu skenario, model dasar, dan lapisan pengajaran.

Skenario harus mencerminkan kehidupan nyata. Komputer harus menanggapi

tindakan siswa seperti dalam situasi kehidupan sesungguhnya. Model dasar adalah

formula matematis atau aturan jika-maka yang mencerminkan hubungan sebab-

akibat dalam pengalaman kehidupan nyata. Sedangkan lapisan pembelajaran adalah

taktik dan strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengoptimalkan

pembelajaran dan motivasi.

Dalam penelitian ini, laboratorium virtuil yang digunakan adalah komputer

yang berbasis windows dengan software Edison 4. Penggunaan laboratorium virtuil

mempunyai kelebihan diantaranya keselamatan lebih terjamin, siswa bisa

mengeksplorasi konsep dengan melakukan percobaan sendiri, lagi bagi siswa yang

mempunyai komputer bisa melakukannya sendiri dirumah, bisa dilakukan berulang-

ulang, kegiatan praktikum dilakukan dengan cepat karena waktu tidak banyak tersita,

dan kegiatan lebih terkontol. Sedangkan kelemahannya adalah keterbatasan software

yang realistis serta tidak memberikan pengalaman langsung kepada siswa karena

siswa hanya berinteraksi dengan komputer, benda, hasil pengukuran, gejala yang

terjadi, dan peralatan yang digunakan dalam praktikum hanya simulasi, disamping

commit to user
37

itu, karena menggunakan metode STAD, satu unit komputer dipakai untuk satu

kelompok sehingga tempat kurang memadai, siswa tampak berjejalan mengerumuni

komputer.

6. Kemampuan Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Kemampuan Awal

Kemampuan adalah kesanggupan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu.

Gagne dalam Ratna Wilis (1989:134) menyatakan bahwa penampilan yang diamati

sebagai hasil belajar disebut kemampuan (capabilities), sedangkan kata awal adalah

permulaan. Nana Sudjana (2008:158) mengatakan bahwa, pengetahuan dan

kemampuan baru membutuhkan kemampuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih

rendah dari kemampuan baru tersebut. Dengan demikian kemampuan awal adalah

kemampuan dan keterampilan yang relevan yang dimiliki saat akan mulai mengikuti

pembelajaran. Kemampuan awal merupakan kemampuan prasyarat yang harus

dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran berikutnya yang lebih tinggi.

Menurut Bloom (1976) dalam Nur Rohmadi (2008:49), kemampuan awal

(cognitive elementary behavior) adalah berkaitan dengan berbagai tipe pengetahuan,

keterampilan dan kompetensi yang disyaratkan (pre-requesit) yang esensial untuk

mempelajari tugas atau satu set tugas khusus yang baru. Sedangkan menurut Winkel

(1996:134), tingkah laku awal dipandang sebagai pemasukan (input, entering

behavior) yang menjadi titik tolak dalam proses pembelajaran yang berakhir dengan

suatu pengeluaran (output, final behavioral). Melalui test kemampuan awal siswa,

guru akan mengetahui yang dibawa atau yang telah diketahui oleh siswa terhadap

suatu pelajaran pada saat pelajaran dimulai.

commit to user
38

b. Peranan Kemampuan Awal

Kemampuan awal merupakan salah satu karakteristik yang perlu diperhatikan

oleh perancang pembelajaran atau guru, karena kemampuan awal memungkinkan

proses pembelajaran akan berjalan efektif terhadap pencian hasil sebagaimana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, siswa akan mebih mudah memahami dan

mempelajari materi selanjutnya jika proses belajar didasarkan pada materi yang sudah

diketahui sehingga kemampuan awal berpangaruh terhadap proses dan keberhasilan.

Selanjutnya. Winkel (1996:134) menyatakan bahwa:

Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolak sendiri atau berpangkal
pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk dikembangkan
menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan instruksional. Oleh karena itu
kemampuan awal mempunyai relevansi terhadap penentuan, perumusan, dan
pencian tujuan instruksional (tingkah laku final).

Dengan demikian, bila kemampuan awal siswa tinggi, maka siswa tidak akan

mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran berikutnya, tahap berikutnya siswa

tinggal mengembangkan kemampuan awal tersebut menjadi kemampuan baru seperti

tujuan yang hendak dicapai. Namun jika kemampun awal rendah, siswa mengalami

kesulitan mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Aspek Kemampuan Awal

Menurut Winkel (1996:137-228), kemampuan awal terdapat lima aspek yang

masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor, yaitu: 1) pribadi siswa, 2) pribadi

guru, 3) struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, 4) sekolah sebagai institusi

pendidikan, dan 5) faktor-faktor situasional. Kelima aspek ini berperan terhadap

kelangsungan proses belajar mengajar, namun bukan satu-satunya komponen dalam

proses pembelajaran.

commit to user
39

d. Pengukuran Kemampuan Awal

Menurut Gafur (1989) dalam Nur Rohmadi (2008:54-55), langkah yang

dilakukan untuk mengukur kemampuan awal adalah 1) dengan memeriksa catatan

atau dokumen yang ada seperti nilai raport, nilai UN, nilai test masuk, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagianya, 2) test prasyarat atau test awal yang berfungsi untuk mengetahui kah

siswa telah memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang diperlukan sebelum

memulai pembelajaran. Dalam penelitian ini, kemampuan awal yang digunakan

adalah nilai test materi pembelajaran Listrik Statis yang menjadi prasyarat pada

materi pembelajaran Listrik Dinamis.

7. Gaya Belajar

Rita Dunn dalam DePorter dan Hernacki (1999:110) mengemukakan faktor-

faktor yang mempengaruhi cara belajar orang yaitu faktor fisik, emosional,

sosiologis, dan lingkungan. Secara umum telah disepakati bahwa ada dua kategori

utama tentang bagaimana seseorang belajar yaitu: bagaimana seseorang menyerap

informasi dengan mudah (modalitas), dan bagaimana cara seseorang mengatur dan

mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Jadi gaya belajar seseorang adalah

kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap informasi dengan mudah, dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar ada tiga macam yaitu:

visual, yaitu belajar melalui yang dilihat, auditorial, yaitu belajar melalui yang

didengar, dan kinestetik, yaitu belajar lewat gerak dan sentuhan. Kebanyakan orang

cenderung hanya pada satu gaya belajar saja.

Orang dengan gaya belajar visual mempunyai ciri-ciri rapi dan teratur,

menganggap penampilan penting, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur

commit to user
40

jangka panjang yang baik, teliti terhadap detil, memenetingkan penampilan, pengeja

yang baik, mengingat yang dilihat, mengingat dengan asosiasi visual, biasanya tidak

terganggu oleh keributan, sulit mengikuti instruksi verbal kecuali jika ditulis,

pembaca cepat yang tekun, lebih suka membaca daripada dibacakan, membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pandangan dan tujuan menyeluruh, mencorat-coret tanpa arti selama berbicara

ditelepon dan selama mengikuti pertemuan, lupa menyampaikan pesan verbal kepada

orang lain, menjawab pertanyaan dengan singkat ya dan tidak, lebih suka demonstrasi

daripada pidato, lebih suka seni daripada musik, seringkali mengetahui yang harus

dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata, kadang kehilangan konsentrasi

ketika mereka ingin memperhatikan. Orang dengan gaya belajar visual sering

menggunakan kata-kata tampak bagi saya, sering melihat sekilas, pandangan

menyeluruh, melihat sekilas, pandangan yang kabur, nyata, pas, gagasan yang samar,

dalam pandangan, mirip, pandangan sempit, indah bagai lukisan, dan sebagainya.

Orang dengan gaya belajar auditorial mempunyai ciri-ciri berbicara sendiri

saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, mengucapkan tulisan dibuku waktu

membaca, sengang membaca dengan keras dan mendengarkan, lebih menyukai musik

daripada seni, suka mendengar radio, debat, suka cerita yang dibacakan, ingat dengan

baik nama orang, bagus dalam mengingat fakta. Orang dengan gaya belajar visual

sering menggunakan kata-kata mendengar dengan seksama, menyeru, jelas bagai

bunyi bel, jelas dan tegas, pesan yang tersembunyi, dan sebagainya.

Orang dengan gaya belajar kinestetik mempunyai ciri-ciri berbicara dengan

perlahan, menganggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk men perhatian

mereka, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, selalu berorientasi pada fisik

commit to user
41

dan banyak bergerak, mempunyai perkembangan awal pada otot yang besar, belajar

melalui manipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, belajar

melalui manipulasi dan praktik, banyak menggunakan asosiasi tubuh, menggunakan

jari sebagai penunjuk ketika membaca, tidak duduk diam untuk waktu lama, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengingat geografi, ingin melakukan segala sesuatu, kemungkinan tulisannya jelek,

dan menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Orang dengan gaya belajar

kinestetik sering menggunakan kata-kata rajin, mempersingkat hingga, berpikir

serius, menyebar kemana-mana, bisa merasakan, bagai disambar halilintar,

berhubungan/kontak, menangkap alur, bertahanlah!, pemarah, berterus terang,

mengatur, sangat rapi, pendiam, berahasia, tidak jujur, curang, dan sebagainya.

8. Prestasi Belajar

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi atau penilaian, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang

diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Winkel

(1996:482), prestasi belajar yang diberikan oleh siswa berdasarkan kemampuan

internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, menampakkan hasil

belajar. Proses yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam

bidang pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Prestasi belajar yang

tinggi menggambarkan bahwa siswa mampu menci tujuan belajarnya, sedangkan

prestasi belajar yang rendah memperlihatkan siswa belum menci tujuan belajar yang

diharapkan. Bagi siswa dengan prestasi belajar rendah perlu diadakan perbaikan agar

tujuan terci. Fungsi prestasi belajar diantaranya adalah: sebagai indikator kualitas dan

kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik, sebagai bahan informasi dalam

commit to user
42

inovasi pendidikan, sebagai indikator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan,

sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajarinya,

sebagai salah satu faktor penentu kelanjutan studi, sebagai lambang pemuas

keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan BAB I tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 11 menyebutkan: Standar

penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. BAB X

tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 64 ayat 1 menyebutkan bahwa penilaian

hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau

proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah

semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Pada ayat 2 disebutkan

bahwa penilaian digunakan untuk menilai pencian kompetensi peserta didik, bahan

penyusunan kemajuan hasil belajar, dan memperbiki proses pembelajaran. Sedangkan

standar kompetensi lulusan pada pasal 1 disebutkan sebagai kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut taksonomi

Bloom dkk. Dalam Winkel (1996:244-256), hasil belajar meliputi 3 ranah yaitu ranah

afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotorik.

a. Ranah Kognitif (cognitive domain)

Meliputi 6 tingkat yaitu: 1) pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan

halhal yang pernah di pelajari yang di simpan dalam ingatan, 2) pemahaman

(comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari

bahan yang di pelajari, 3) penerapan (application), mencakup kemampuan untuk

commit to user
43

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang

kongkret dan baru, 4) analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu

kesatuan kedalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya

dipahami dengan baik, 5) sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membentuk satu kesatuan atau pola baru, dan 6) evaluasi (evaluation), mencakup

kemampuan untuk membentuk sesuatu pen mengenai sesuatu atau beber hal bersama

dengan pertanggungjawaban pen itu yang berdasarkan kriteria tertentu.

b. Ranah Afektif (afective domain)

Ranah afektif ini meliputi lima tingkatan yaitu: 1) penerimaan (receiving),

mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk

memperhatikan rangsangan inti, 2) partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk

memperhatikan secara aktif dan berpatisipasi dalam suatu kegiatan, 3) penilaian atau

penentuan sifat (valueing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian

terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian inti, 4) organisasi

(organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan, dan 5) pembentuk pola hidup

(characterization by value or value complex), mencakup kemampuan untuk

menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi

(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengtur kehidupan

sendiri.

c. Ranah Psikomotorik (psycomotoric domain)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan psikomotorik

adalah sesuatu yang berhubungan dengan aktifitas fisik yang berkaitan dengan proses

commit to user
44

mental. Kemampuan ini mempunyai ciri khas adalah kemampuan menyusun

mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu

menciptakan teknologi baru (Tim penyususun Kamus Pusat Pembinaan dan

pengembangan bahasa, 1998). Keterampilan psikomotorik meliputi: 1) perception,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
cirinya mengenal obyek melalui pengamatan indrawi, mengolah hasil pengamatan

(dalam fikiran), dan melakukan seleksi terhadap obyek (pusat perhatian), 2) Set,

cirinya: Mental set, kesin mental untuk bereaksi, Physical set, persin fisik untuk

bereaksi, Emotional set, kesin emosi untuk beraksi, 3) Guide Respon, cirinya

melakukan imitasi (peniruan), melakukan dan error (cobacoba dan salah),

pengembangan respon baru, 4) Mechanism, cirinya: Mulai tumbuh performance skill

dalam berbagai bentuk, responrespon baru muncul dengan sendirinya, 5) Complex

Over Response, cirinya: sangat terampil (skillfull performance) yang di gerakan oleh

aktifitas motoriknya, 6) Adaption, cirinya: pengembangan ketrampilan individu untuk

gerakan yang dimodifikasi, pada tingkat yang yang tepat untuk menghadapi problem

solving, 7) Origination, cirinya: mengembangkan kreativitas gerakangerakan baru

untuk menghadapi bermacammacam situasi atau problemproblem yang spesifik.

Dengan demikian faktor keterampilan psikomotorik secara garis besar di jabarkan

sebagai berikut: 1) mengindera, yaitu kegiatan keterampilan prikomotorik yang

dilakukan dengan alatalat indera, 2) menyikan diri, ialah mengatur kesin diri

sebelum melakukan tindakam dalam rangka menci tujuan, 3) bertindak secara

terpimpin adalah melakukan tindakantindakan dengan mengikuti prosedur tertentu,

4) bertindak secara mekanik adalah bertindak mengikuti prosedur baku, 5) bertindak

secara komplek adalah bertindak secara teknologi.

commit to user
45

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri,

adapun yang digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat,

minat dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu berupa

pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan

masyarakat, lingkungan sekitar, dan sebagainya.

9. Materi Pembelajaran Listrik Dinamis

a. Arus Listrik dan Beda Potensial

Arus lsitrik merupakan muatan listrik (elektron) yang disebabkan oleh adanya

perbedaan nilai potensial. Peralatan listrik yang mampu menghasilkan perbedaan nilai

potensial pada kutub-kutubnya disebut sebagai sumber arus listrik. Arus listrik hanya

mengalir ketika berada pada rangkaian tertutup dan ter beda potensial. Besaran yang

menyatakan banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar setiap

detik disebut kuat arus listrik yang dinyatakan dalam persamaan berikut:

q
i=
t

Dalam hal ini i adalah kuat arus listrik dalam satuan ampere, q adalah muatan

listrik dalam satuan coulomb, dan t adalah waktu dalam satuan detik. Besar arus yang

mengalir pada suatu penghantar diukur menggunakan amperemeter. Cara

pemasangan amperemeter adalah secara seri seperti pada gambar 2.4.

commit to user
46

V1 4.5

0A
+
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Cara pemasangan amperemeter

Beda potensial atau tegangan listrik merupakan kemampuan untuk

memindahkan muatan lsitrik. Beda potensial sebanding dengan energi yang

digunakan untuk memindahkan muatan dan berbanding terbalik dengan besar muatan

yang dipindahkan. Secara matematis beda potensial dinyatakan dalam persamaan

berikut:

W
V=
q

V adalah beda potensial listrik dalam satuan volt, dan W adalah energi listrik

dalam satuan joule.

Beda potensial diukur menggunakan voltmeter. Pemasangan voltmeter yang

benar adalah secara paralel seperti pada gambar 2.2.

V1 4,5

4,5V
+
V

Gambar 2.2 Cara pemasangan voltmeter

commit to user
47

b. Hukum Ohm

Hukum Ohm menyatakn bahwa besar arus listrik yang mengalir pada suatu

penghantar sebanding dengan beda potensial pada ujung penghantar tersebut dengan

ketentuan suhu tidak berubah. Hukum Ohm dinyatakan sebagai berikut:


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
V = iR

dengan R adalah hambatan penghantar dalam satuan ohm.

Garfik hubungan antara kuat arus (i) dan beda potensial (V) ditampilkan

dalam gambar berikut:

20
Beda Potensial

15

10

0
2 4 6 8 10
Kuat arus listrik

Gambar 2.3 Grafik hubungan kuat arus dan beda potensial listrik

Dari gambar tersebut terlihat bahwa perbandingan antara beda potensial

dengan arus listrik pada tiap titik akan menghasilkan nilai yang sama, hal ini

menunjukkan bahwa hambatan listrik yang dimiliki sebuah penghantar selalu bernilai

tetap (konstan), hambatan yang dimiliki penghantar dipengaruhi oleh panjang

penghantar (l), luas penampang (A), hambat jenis penghantar ().

Besar hambatan sebanding dengan panjang dan hambat jenis penghantar dan

berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar dan dinyatakan dengan:

commit to user
48

rl
R=
A

Besar hambat jenis hanya dipengaruhi oleh jenis bahan penghantar, tidak

dipengaruhi oleh panjang maupun luas penampang penghantar. Nilai hambat jenis

perpustakaan.uns.ac.id
beber bahan penghantar disajikan dalam tabel 2.3. digilib.uns.ac.id

Tabel 2.2 Nilai hambat jenis beber bahan penghantar

No Nama Zat Hambat Jenis (ohm Meter)


1 Perak 1,59 x 10-8
2 Tembaga 1,67 x 10-8
3 Emas 2,35 x 10-8
4 Alumunium 2,65 x 10-8
5 Tungsten 5,40 x 10-8
6 Besi 9,71 x 10-8
7 Timbal 21,00 x 10-8
(Bob Foster, 2004)

c. Rangkaian Listrik Sederhana

Rangkaian listrik sederhana merupakan rangkaian yang hanya terdiri dari

sebuah sumber tegangan dan sebuah resistor. Pada pembahasan ini hanya dibatasi

pada rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup.

Rangkaian terbuka adalah suatu rangkaian yang ujung-ujungnya merupakan

titi-titik bebas dan tidak bersambungan, seperti pada contoh gambar berikut:

R1100.0

Gambar 2.4 Rangkaian terbuka

Dari gambar 2.4 terlihat kutub positif baterai dan kaki kanan resistor

merupakan titik bebas dan tidak bersambungan dengan komponen lain. Persamaan

umum yang berlaku pada rangkaian listrik tersebut adalah:

commit to user
49

VAB = iR

Dengan VAB adalah beda potensial pada ujung resistor dan adalah gaya

gerak listrik. Sesuai dengan gambar 2.7 karena ujung rangkaian dalam keadaan bebas,

maka tidak ada arus listrik yang mengalir, akibatnya beda potensial pada ujung AB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(VAB) sama besar dengan beda potensial dari baterai, sehingga dituliskan:

VAB = iR,

karena i = 0, maka

VAB = .

Rangkaian tertutup adalah rangkaian yang membentuk lintasan tertutup

sehingga ada aliran arus listrik, seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:

V1 1.5 A R1100.0 B

Gambar 2.5 Rangkaian tertutup

Gambar tersebut memperlihatkan skema dari rangkaian tertutup dengan gaya

gerak listrik 1,5 Volt yang dihubungkan pada kaki resistor 100 ohm dengan ujung

AB. Beda potensial pada ujung resistor (VAB) dituliskan:

VAB = ir , sehingga di

e
i=
R+r

r adalah hambatan dalam baterai dengan satuan ohm.

d. Rangkaian Listrik Majemuk

Hukum I Kirchoff menjelaskan bahwa pada rangkaian tertutup berlaku hukum

kekekalan muatan. Bunyi hukum I Kirchoff adalah besar arus listrik yang masuk pada

commit to user
50

percabangan sama besar dengan besar arus yang keluar meninggalkan percabangan

tersebut. Hukum I Kirchoff dinyatakan dalam persamaan berikut:

S i masuk = S i keluar

Hukum II Kirchoff merupakan akibat dari hukum kekekalan energi pada


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rangkaian tertutup.

V1 4,5

1,13A
R1 +
A
3,38A 1,13A
R4 1,0 + R2 +
A A
1,13A
R3 +
A

Gambar 2.6 Rangkaian Listrik Majemuk

Pada gambar di atas berlaku hokum II Kirchoff, sehingga:

= iR + ir

e
i=
R+r

e. Rangkaian Seri dan parallel

Rangkaian seri dikenal sebagai rangkaian tidak bercabang, arus listrik yang

mengalir dimana-mana sama besar. Pada gambar 2.7, arus yang melalui R1, R2, dan

R3 sama besar, sedangkan beda potensial pada ujung rangkaian seri merupakan

jumlah beda potensial dari ujung-ujung tiap hambatan.

V1 1.5

R1100.0 R2120.0 R3140.0

Gambar 2.7 Rangkaian Seri

commit to user
51

Jadi pada rangkaian hambatan seri berlaku:

i = i1 = i2 = i3 =

V = V1 + V2 + V3 +

Berdasar pada persamaan di atas, jika V dinyatakan dalam iR , maka akan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diperoleh:

iRs = iR1 + iR2 + iR3 +

iRs = i (R1 + R2 + R3 + )

Rs = R1 + R2 + R3 +

Rs adalah hambatan pengganti rangkaian seri yang besarnya merupakan

jumlah dari nilai tiap-tiap hambatan yang dirangkai.

Rangkaian paralel atau yang dikenal dengan rangkaian bercabang merupakan

rangkaian dengan beda potensial pada ujung tiap hambatan yang dirangkai sama

besar. Sesuai dengan hukum Kirchoff I, pada rangkaian paralel berlaku besar arus

listrik yang masuk percabangan sama besar dengan besar arus yang meninggalkan

percabangan tersebut.
V1 4,5

R3

R1

R2

Gambar 2.8 Rangkaian Paralel

Secara matematis dituliskan:

V = V1 = V2 = V3 =

i = i1 + i2 + i3 +

commit to user
52

Jika i dinyatakan dalam V/R, maka diperoleh hambatan pengganti paralel (Rp)

yang dinyatakan dalam persamaan berikut:

V V V V
= + + + ......
R p R1 R2 R3

V 1
perpustakaan.uns.ac.id 1 1 digilib.uns.ac.id
= V + + + ......
Rp R1 R2 R3
1 1 1 1
= + + + ......
R p R1 R2 R3

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mujiyono (2005) dengan judul Pengaruh

Penerapan Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Terhadap Prestasi

Belajar Fisika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa. Penelitian ini tidak secara jelas

menerangkan metode apa yang digunakan dalam pembelajaran karena

penggunaan media lab hanyalah alat bantu pembelajaran, sedangkan metode

mengajar mutlak harus digunakan, apalagi tinjauan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kreativitas yang sangat erat kaitannya dengan bagaimana

guru dalam mengorganisasi kelas sehingga kreativitas siswa akan muncul.

Menurut penulis penggunan media lab riil maupun lab virtuil ini sebaiknya

mengacu pada metode mengajar tertentu, dan dalam penelitian ini penulis

menyempurnakan penggunaan media lab dengan metode kooperatif tipe STAD

yang sangat memperhatikan interaksi antar siswa, sehingga interaksi antar siswa

ini akan memunculkan kreativitas siswa dalam menggunakan peralatan lab.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohmadi (2008) dengan judul Pengaruh

Pembelajaran Fisika Menggunakan Laboratorium Virtuil Dalam Bentuk

commit to user
53

Demonstrasi Dan Eksperimen Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa. Dalam

penelitian ini materi pelajaran yang diteliti adalah pelajaran Fisika pada materi

pelajaran Listrik Dinamis, hal ini sama seperti penelitian yang penulis lakukan,

hanya saja ada perbedaan materi pelajaran pada tes kemampuan awal. Nur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rohmadi meneliti kemampuan awal pada materi Listrik Statis dan Sumber Arus

Listrik Searah sedangkan penulis meneliti kemampuan awal hanya pada materi

Listrik Statis saja, hal ini dikarenakan sesuai dengan KTSP yang dikembangkan

di SMP Negeri 2 Adimulyo, materi Sumber Arus Listrik Searah saat ini tidak

menjadi pokok bahasan tersendiri. Perbedaan lain adalah saat ini di tingkat SLTP

sudah tidak ada lagi mata pelajaran Fisika, yang ada adalah mata pelajaran IPA

Terpadu yang isinya diantaranya adalah fisika, biologi, dan kimia, sehingga

penelitian ini untuk melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohmadi.

C. Kerangka Berpikir

Dari berbagai landasan teori di atas serta dengan memperhatikan beberapa

penelitian yang relevan, maka dibuat kerangka berpikir dalam penelitian ini, yaitu:

1. Penggunaan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa,

merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah,

dan mengintegrasikan pengetahuan serta keterampilan. Pembelajaran kooperatif

tipe STAD memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan belajar lebih banyak

dengan teman dalam kelompoknya. Apalagi siswa tingkat SMP adalah siswa yang

masih tergolong remaja yang masih suka menonjolkan diri dan ingin dianggap

penting dalam kelompoknya, dan ingin agar kelompoknya mendapat rekognisi

atas perannya dalam tim, sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sangat

commit to user
54

tepat diterapkan di SMP Negeri 2 Adimulyo karena mayoritas siswa-siswi SMP

Negeri 2 Adimulyo adalah anak pedesaan yang kental dengan sifat sosialnya,

kental dengan sifat gotong-royong, dan saling tolong menolong dengan sesama.

Disamping itu proses pembelajaran sebagai sebuah proses komunikasi


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memerlukan media sebagai penghubung yang membantu sumber dalam

menjelaskan konsep kepada pembelajar. Materi pembelajaran listrik Dinamis

merupakan salah satu materi abstrak yang akan lebih mudah dipahami oleh siswa

dengan bantuan seperangkat peralatan laboratorium yang mampu

mengkongkretkan permasalahan abstrak dalam pembelajaran. Dalam penelitian

ini digunakan lab riil dan lab virtuil. Labiratorium riil yang dimiliki SMP Negeri 2

Adimulyo telah memenuhi syarat untuk digunakan pada materi pembelajaran

listrik dinamis karena peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam

praktikum lengkap. Penggunaan lab riil ini memungkinkan pembelajar untuk

mendapatkan pengalaman belajar secara langsung, pengamatan obyek secara

langsung, sehingga pembelajar bisa mengeksplorasi konsep baru, namun

kelemahannya adalah memerlukan waktu yang banyak, bisa terjadi salah konsep

karena ketidak telitian pembacaan alat, serta biaya operasional yang mahal.

Sedangkan laboratorium virtuil memiliki keunggulan diantaranya keselamatan

lebih terjamin, siswa bisa mengeksplorasi konsep dengan melakukan percobaan

sendiri, pembacaan peralatan tepat, kegiatan lebih terkontol, dan pemakaian

media komputer lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. lagi di

SMP Negeri 2 Adimulyo ini yang siswa-siswinya mayoritas atau bisa dikatakan

seluruh siswanya tidak mempunyai perangkat komputer dirumah pasti akan

commit to user
55

tertarik jika media komputer digunakan dalam pembelajaran yang berupa

simulasi, dengan ketertarikan ini diharapkan minat belajar siswa akan meningkat.

Kelemahannya adalah tidak memberikan pengalaman secara langsung kepada

siswa karena hanya berupa simulasi, sehingga tidak seluruh indera bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dipergunakan secara maksimal, padahal pelajaran dapat diingat rata-rata 90% dari

yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus. Penggunaan kedua

laboratorium memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan, sehingga diduga ada

perbedaan prestasi belajar antara siswa yang di ajar menggunakan laboratorium

virtuil dengan siswa yang diajar menggunakan laboratorium riil.

2. Kemampuan awal adalah kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa pada materi

pokok bahasan sebelumnya yang menunjang materi pelajaran. Tingkah laku awal

dipandang sebagai pemasukan yang menjadi titik tolak dalam proses

pembelajaran yang berakhir dengan suatu pengeluaran. Kemampuan awal

berkaitan dengan berbagai tipe pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang

disyaratkan yang esensial untuk mempelajari tugas atau satu set tugas khusus

yang baru. Siswa dengan nilai kemampuan awal tinggi berarti mempunyai

pengetahuan prasyarat lebih baik dari siswa dengan kemampuan awal rendah,

berarti dalam pembelajaran siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih mudah

menyesuaikan diri dengan pengetahuan yang baru, sebaliknya siswa dengan

kemampuan awal rendah akan mengalami kesulitan untuk mempelajari materi

baru karena belum mempunyai landasan pengetahuan yang kokoh. Materi

pembelajaran listrik dinamis sangat berkaitan erat dengan materi pembelajaran

listrik statis, karena materi pembelajaran listrik statis merupakan pengetahuan

commit to user
56

prasyarat dalam materi pembelajaran listrik dinamis. Siswa yang mempunyai nilai

prestasi tinggi pada materi listrik statis atau dengan kata lain mempunyai

kemampuan awal tinggi akan lebih mudah mempelajari konsep-konsep dalam

materi pembelajaran listrik dinamis dibandingkan dengan siswa yang mempunyai


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nilai prestasi rendah pada materi pembelajara listrik statis. Sesuai dengan laporan

pendidikan tahunan, prestasi belajar siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo

mempunyai kesenjangan yang ekstrim, demikian juga dengan kemampuan awal

pada siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo, dengan demikian dalam penelitian ini,

diduga ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan

awal tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.

3. Materi pembelajaran listrik dinamis merupakan materi pelajaran yang aplikatif

dan berhubungan dengan permasalahan sehari-hari. Materi pelajaran ini juga

sangat erat kaitannya dengan materi pembelajaran lain. Dalam mempelajari

konsep yang aplikatif dan berhubungan dengan konsep lain sangat tergantung

dengan kebermaknaan sebuah hasil belajar. Agar suatu konsep menjadi bermakna

dalam diri siswa, maka metode mengajar yang digunakan dalam pembelajaran

harus disesuaikan dengan cara siswa menyerap dan mengolah informasi atau

disebut juga dengan gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi antara

bagaimana seseorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Gaya belajar

pada diri seseorang dibedakan menjadi tiga jenis, namun dalam penelitian ini

hanya dibatasi dua jenis saja yaitu auditorial dan kinestetik. Bagi seseorang

dengan gaya belajar visual, lebih menonjolkan indera mata untuk belajar

sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai belajar dengan

commit to user
57

bergerak dan menyentuh. Kedua gaya belajar tersebut mempunyai ciri tersendiri.

Setiap orang cenderung mempunyai satu gaya belajar yang menonjol, dan dilihat

karakteristik masyarakat Adimulyo, siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo yang

berasal dari kalangan strata sosial menengah kebawah dan berada jauh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perkotaan yang tidak mementingkan berdandan rapi ketika berangkat sekolah,

bahkan untuk beberapa anak laki-laki cenderung terlihat sering membuat gaduh,

terlau banyak bergerak dalam kelas (seperti ciri-ciri anak kinestetik) sehingga

terkesan kacau dalam kelas, maka pembelajaran menggunakan metode kooperatif

tipe STAD ini menuntut seluruh siswa untuk berbaur dengan teman dalam

kelompoknya yang mempunyai sifat dan kareakteristik yang berbeda, aktif dan

saling berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran, dengan STAD ini tiap siswa

mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi yang positif

dalam kelompoknya, siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetik akan

termotivasi untuk menunjukkan eksistensinya, sehingga diduga ada perbedaan

prestasi belajar antara siswa dengan gaya belajar kinestetik dengan siswa yang

mempunyai gaya belajar visual.

4. Penggunaan lab riil dalam materi pembelajaran listrik dinamis memungkinkan

siswa untuk benar-benar mengetahui benda, peralatan dan komponen-komponen

praktikum secara nyata. Hasil dari pengamatan benda nyata memungkinkan siswa

untuk lebih mudah mempelajari dan memahami konsep baru. Sedangkan

penggunaan lab virtuil memungkinkan siswa untuk lebih tertarik mempelajari

materi listrik dinamis karena media yang digunakan berupa media interaktif.

Penggunaan media sedikit banyak ikut memberikan andil pada peningkatan

commit to user
58

pengetahuan siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil

maupun lab virtuil dengan masing-masing keunggulan dan kekurangannya sedikit

banyak akan membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, apalagi

selama ini penggunaan media pembelajaran di SMP Negeri 2 Adimulyo sangat


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jarang dilakukan, bahkan media pembelajaran virtuil belum pernah digunakan

sama sekali. Walaupun siswa mempunyai kemampuan awal rendah, namun

dengan belajar kelompok menggunakan media, saling bertukar informasi dan

pengalaman dengan teman satu kelompok, maka sedikit demi sedikit

pengetahuannya akan terbangun, sehingga diduga ada interaksi antara

penggunaan lab riil dan lab virtuil dengan kemampuan awal siswa terhadap

prestasi belajar.

5. Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan dari

sumber kepada pembelajar dan salah satu kriteria penggunaan media adalah

dengan memperhatikan gaya belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

memungkinkan siswa SMP Negeri 2 Adimulyo saling berinteraksi dengan sesama

anggota kelompok dalam memahami materi pembelajaran. Penggunaan

laboratorium riil dalam materi pembelajaran listrik dinamis menuntut seluruh

siswa dalam satu kelompok lebih aktif bergerak, merangkai peralatan, membaca

alat ukur, berinteraksi dengan teman satu kelompok, menjawab soal, dan

sebagainya, sehingga penggunaan laboratorium rill diasumsikan cocok untuk

siswa dengan gaya belajar kinestetik. Siswa yang belajar berkelompok

menggunakan laboratorium virtuil tidak begitu banyak bergerak karena semua

operasional peralatan dalam komputer hanya menggunakan mouse, sehingga tidak

commit to user
59

semua siswa mengoperasikan komputer, cukup dengan melihat dan mengamati

saja. Melihat karakteristik siswa SMP Negeri 2 Adimulyo yang penuh dengan

sifat gotong royong, maka siswa dengan gaya belajar visual maupun kinestetik

akan saling membantu dalam merangkai peralatan lab baik itu lab riil maupun lab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
virtuil. Dari uraian tersebut diduga ada interaksi antara penggunaan laboratorium

riil dan laboratorium virtuil dengan gaya belajar visual dan kinestetik terhadap

prestasi belajar siswa.

6. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika.

Karakteristik pembelajaran fisika memerlukan keaktifan siswa agar pengetahuan

semakin mendalam dan bermakna, terlebih lagi pada materi pembelajaran listrik

dinamis. Keaktifan ini sangat dipengaruhi oleh gaya belajar siswa, terutama siswa

dengan gaya belajar kinestetik yang lebih banyak bergerak dan berinteraksi, baik

dengan lingkungan belajar maupun dengan teman dalam kelompoknya,

sedangkan kemampuan awal dipengaruhi oleh inteligensi, kreativitas, kemampuan

berbahasa, kecepatan belajar, sikap terhadap tugas, perasaan belajar, kondisi

mental dan fisik, motivasi, dan minat. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

diharapkan meningkatkan motivasi dan minat belajar bagi siswa, siswa dengan

kemampuan awal rendah pengetahuan dan kemampuannya akan terangkat, ini

juga akan berpengaruh pada siswa dengan gaya belajar pun karena selama ini di

SMP Negri 2 Adimulyo guru hanya menggunakan metode ceramah dan mencatat

yang tidak cocok dengan gaya belajar kinestetik, sehingga dalam penelitian ini

diduga ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar siswa terhadap

prestasi belajar.

commit to user
60

7. Pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMP Negeri 2 Adimulyo yang dilengkapi

lab riil dan lab virtuil akan mempermudah siswa dalam belajar dan memahami

materi pembelajaran listrik dinamis yang disampaikan guru, siswa dengan gaya

belajar tertentu lebih mudah belajar dengan bantuan media tertentu pula, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
salah satu kriteria pemilihan media adalah dengan memperhatikan gaya belajar.

Siswa di SMP Negeri 2 Adimulyo yang selama ini merasa terpinggirkan karena

tidak menyukai metode guru dalam mengajar apalagi selama ini penggunaan

media sangat terbatas akan termotivasi untuk memperdalam materi pembelajaran

yang dilengkapi dengan media, dengan memperhatikan kemampuan awal yang

dimiliki siswa, karena kemampuan awal banyak dipengaruhi oleh minat dan

motivasi, maka dengan digunakannya metode STAD yang dilengkapi lab riil dan

lab virtuil dalam pembelajaran, diharapkan akan menggugah minat dan motivasi

siswa untuk belajar fisika, sehingga diduga ada interkasi antara pengunaan lab riil

dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.

D. Hipotesis

Dari uraian kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas,

maka dalam penelitian ini penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif

tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil.

2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan awal

tinggi dan rendah.

3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual

dan kinestetik.

commit to user
61

4. Ada interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan

kemampuan awal terhadap prestasi belajar belajar siswa.

5. Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil

dan lab virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Ada interaksi antara kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar

siswa.

7. Ada interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil

dan lab virtuil, kemampuan awal, dan gaya belajar terhadap prestasi belajar

siswa.

commit to user
62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


perpustakaan.uns.ac.id
1. Tempat Penelitian digilib.uns.ac.id

Penelitian ini akan lakukan di kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Adimulyo

Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan pertimbangan sebagai

berikut:

a. SMP Negeri 2 Adimulyo adalah termasuk salah satu Sekolah Standar Nasional

(SSN) dan terakreditasi sangat baik (A), sehingga diharapkan memberi masukan

yang baik bagi pengembangan sekolah.

b. SMP Negeri 2 Adimulyo memiliki jumlah siswa yang sangat banyak, tujuh

rombongan belajar per angkatan, sehingga sangat mendukung dalam penentuan

sampel dalam penelitian.

c. SMP Negeri 2 Adimulyo merupakan salah satu SMP yang memiliki laboratorium

IPA terbaik di kabupaten Kebumen, dan juga memiliki lab komputer yang

diengkapi jaringan lokal (LAN) dan jaringan internet sehingga memudahkan

peneliti untuk menggunakan software pembelajaran.

d. Sebagian besar siswa-siswi SMP Negeri 2 Adimulyo berasal dari daerah

pedesaan yang belum terjamah teknologi komputer dan internet, dan mayoritas

berasal dari keluarga dengan status sosial menengah kebawah, sehingga

penelitian menggunakan inovasi media pembelajaran sangat mendukung program

sekolah dalam memperkenalkan teknologi komputer pada masyarakat Adimulyo

dan sekitarnya.

62

commit to user
63

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009, seperti

ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1. Jadual Penelitian


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Agust Septem Okto
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
us ber ber
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Perizinan
4 Penyusunan instrumen
Pembelajaran
5 Penyusunan instrumen test
6 Uji coba instrumen
7 Analisis ujicoba
8 Proses pembelajaran
menggunakan Lab. Riil
9 Proses pembelajaran
menggunakan lab. virtuil
10 Pengambilan data
11 Analisis data
12 Penyusunan Laporan

B. Metode dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang diambil dalam pengambilan,

pengumpulan, dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang

dihadapi. Untuk menkan suatu penelitian akan tepat menci sasaran, maka harus

digunakan metode penelitian yang tepat. Metode merupakan cara utama yang

digunakan untuk menci tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan

menggunakan tehnik serta alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah peneliti

memperhitungkan segi tujuan serta situasi penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (Quasy Experiment) dengan mengambil dua kelompok eksperimen

commit to user
64

secara acak yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kedua

kelompok diasumsikan sama dan ekuivalen dalam segala segi yang relevan dan hanya

berbda dalam pemberian perlakuan. Kelompok eksperimen I diberi perlakuan

pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan laboratorium riil, dan kelompok


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
eksperimen II diberi perlakuan pembelajaran menggunakan laboratorium virtuil.

Hasil dari kedua kelompok tersebut dikaji dan dibandingkan untuk mengetahui

kelompok yang lebih baik.

Sesuai dengan judul penelitian dan dengan memperhatikan variabel-variabel

dalam penelitian, maka untuk mempermudah pengambilan data dan analisis data

perlu dibuat desain faktorial penelitian. Rancangan penelitian menggunakan desain

faktorial 2 x 2 x 2 yang digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2. Rancangan penelitian

STAD dengan Media (A)


Lab Riil (A1) Lab Virtuil (A2)
Kemampuan Tinggi GB Visual (C1) A1B1C1 A2B1C1
Awal (B) (B1) GB Kinestetik (C2) A1B1C 2 A2B1C2
Rendah GB Visual (C1) A1B2C 1 A2 B2C1
(B2) GB Kinestetik (C2) A1B2C 2 A2 B2C2

Faktor pertama (A) adalah pembelajaran kooperatif menggunakan media

laboratorium, faktor kedua (B) adalah kemampuan awal yang dibagi dalam dua

kategori yaitu tinggi dan rendah, dan faktor ketiga (C) adalah gaya belajar siswa yang

dibagi dua jenis yaitu visual dan kinestetik.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel untuk menguji hipotesis

yang diajukan.

commit to user
65

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe

STAD menggunakan laboratorium yang digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini

digunakan dua buah laboratorium yaitu laboratorium riil dan laboratorium virtuil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Variabel moderator

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah gaya belajar yang dimiliki dan

kemampuan awal siswa:

a. Definisi operasional gaya belajar yang dimiliki siswa adalah kombinasi dari

bagaimana siswa menyerap, mengatur, serta mengolah informasi. Dalam

penelitian ini gaya belajar siswa ada dua jenis, yaitu gaya belajar visual dan gaya

belajar kinestetik.

b. Definisi operasional kemampuan awal adalah kemampuan yang telah dimiliki

siswa sebelum memperoleh kemampuan baru yang lebih tinggi dalam kegiatan

pembelajaran. Kemampuan awal merupakan pengetahuan prasyarat yang harus

dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran berikutnya yang lebih tinggi.

Dalam hal ini nilai kemampuan awal siswa dikan dari nilai pre test pada

materi/pengetahuan prasyarat. Kemampuan awal siswa ini dibagi menjadi dua

yaitu kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah.

3. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar fisika.

Definisi operasionalnya adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti

pembelajaran yang meliputi aspek kognitif. Prestasi belajar diperoleh dari ulangan

fisika (post test) pada pokok bahasan dimaksud.

commit to user
66

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua macam, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer adalah siswa kelas IX SMP Negeri 2 Adimulyo Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kebumen yang telah menerima materi pelajaran fisika pada kompetensi dasar

listrik dinamis. Dari sumber data primer ini dikan data tentang gaya belajar,

kemampuan awal, dan prestasi belajar menggunakan laboratorium riil dan

laboratorium virtuil.

2. Sumber data sekunder diperoleh dari SMP Negeri 2 Adimulyo mengenai data

statistik siswa, nilai raport, peringkat dalam UN, rata-rata nilai UN, dan latar

belakang orang tua siswa.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pelaksaan Penelitian

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian penelitian ini meliputi Silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS. Silabus disusun berdasarkan

standar isi yang didalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi

(SK) dan Kopetensi Dasar (KD), Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,

Indikator, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik dikelas,

laboraturium, maupun dilngan untuk setiap Kopetensi Dasar. RPP memuat hal-hal

yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya penciaan

penguasaan suatu Kompetensi Dasar.

commit to user
67

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a)

pre test materi prasyarat yang mendasari materi Listrik Dinamis yaitu pokok bahasan

Listrik Statis untuk mendapatkan data kemampuan awal pada ranah kognitif yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terdiri dari 30 soal yang dikerjakan dalam waktu 80 menit. b) angket gaya belajar

siswa, instrumen ini terdiri dari dua kelompok pertanyaan yaitu angket gaya belajar

visual dan angket gaya belajar kinestetik yang masing-masing terdiri dari

delapanbelas pertanyaan, tiap butir pertanyaan disediakan jawaban Selalu,

Sering, jarang, dan Tidak Pernah dengan pembobotan nilai pada tiap jawaban

masing-masing 4, 3, 2, dan 1 dengan alokasi waktu 40 menit, c) test ujian (post test)

mata pelajaran fisika pada materi pembelajaran Listrik Dinamis untuk menkan

prestasi belajar pada ranah kognitif. Soal terdiri dari 40 item dengan alokasi waktu 80

menit.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan variabel penelitian, maka data yang dikumpulkan meliputi gaya

belajar, kemampuan awal, dan nilai prestasi belajar fisika. Teknik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik test, teknik dokumen, teknik angket, dan teknik

observasi.

1. Teknik test

Test yang digunakan dalam penelitian ini yaitu test kemampuan awal dan test

ujian materi pembelajaran. Test kemampuan awal diberikan sebelum siswa mendapat

perlakuan. Pengumpulan data nilai ujian materi pembelajaran dilakukan setalah siswa

mendapat perlakuan, atau disebut post test.

commit to user
68

2. Teknik angket

Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data gaya

belajar siswa. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan

sebuah jawaban yang paling menggambarkan atau mendekati kenyataan tentang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dirinya. Skor didapatkan dengan menjumlahkan skor jawaban tiap item soal. Jumlah

skor tertinggi yang di pada angket menunjukkan gaya belajar yang dimiliki siswa.

Angket ini diberikan sebelum siswa mendapatkan perlakuan dalam penelitian.

3. Teknik dokumentasi dan studi pustaka

Dalam teknik dokumentasi ini, penulis menyelidiki data-data tertulis seperti

nilai raport, laporan ujian nasional, buku literatur, arsip-arsip, majalah, internet, dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian ini.

4. Teknik observasi

Dalam hal ini peneliti mengamati reaksi dan sikap siswa selama pembelajaran.

G. Uji Coba Instrumen

Untuk mengetahui kelayakan seperangkat instrumen yang telah disusun dalam

penelitian, maka instrumen tersebut perlu diuji aspek kelayakan instrumen. Penulis

mengadakan uji kelayakan instrumen di SMP Negeri 2 Kebumen dengan alasan

bahwa siswa-siswa SMP Negeri 2 Adimulyo dan SMP Negeri 2 Kebumen

mempunyai prestasi belajar yang setara, walaupun SMP Negeri 2 kebumen berada di

pusat kota kebumen, tetapi SMP Negeri 2 Kebumen bukan sekolah favorit di

Kebumen, sama dengan SMP Negeri 2 Adimulyo yang berada jauh dari pusat kota

Kebumen.

commit to user
69

Penulis mengadakan uji kelayakan instrumen dalam tiga tahap. Tahap pertama

penulis mengadakan uji kelayakan instrumen tes kemampuan awal yang terdiri dari

30 soal pada materi pembelajaran Listrik Statis, tahap kedua penulis mengadakan uji

kelayakan instrumen angket gaya belajar yang terdiri dari 18 pertanyaan untuk gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
belajar visual, dan 18 pertanyaan untuk gaya belajar kinestetik, dan ketiga uji

kelayakan tes prestasi belajar pada materi pembelajaran Listrik Dinamis yang terdiri

dari 40 soal. Untuk angket gaya belajar hanya diadakan uji validitas dan uji

reliabilitas.

1. Uji validitas

Validitas adalah alat pengukuran untuk menangkap gejala-gejala dan

memberikan reading agar menunjukkan status, keadaan, atau gejala yang akan

diteliti. Dalam uji validitas digunakan indeks validitas dari setiap pernyataan yang

telah diujicobakan dengan menggunakan rumus korelasi produk momen dari Pearson.

n( xy ) - ( x)( y )
rxy =
[n( x 2
][
) - ( x) 2 n( y 2 )( y ) 2 ]
Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variable x dan y

X : jumlah skor x (item)

Y : jumlah skor y (jumlah)

n : jumlah sampel penelitian

Nilai hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product

moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi . Harga koefisien korelasi skor item

dengan skor total kemudian dikonsultasikan dengan rtable, dengan kreteria: (a). Jika rxy

commit to user
70

> rtabel maka item tersebut adalah termasuk valid. (b) jika rxy < rtabel maka item ini

dikatakan tidak valid (invalid). Menurut Masidjo (1995) diperlukan kriteria tertentu

pada nilai rxy untuk menginterpretasikan suatu butir item soal tersebut valid atau

tidak, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Interval koefisien negatif 0,20 tingkat hubungannya sangat rendah

Interval koefisien 0.21 0.40 tingkat hubungan rendah

Interval koefisien 0.41 0.70 tingkat hubungan sedang

Interval koefisien 0,71 0.90 tingkat hubungan tinggi

Interval koefisien 0.91 1.00 tingkat hubungan sangat tinggi.

Pada penelitian di SMP Negeri 2 Adimulyo ini, penulis mengadakan uji

validitas instrumen sebagai berikut:

a. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes kemampuan awal didapatkan data

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Awal

Kriteria
Variabel Jumlah Soal
Valid Tidak Valid
Soal Tes Listrik Statis 30 24 6

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kebumen

diperoleh data soal valid sejumlah 24 butir dan soal tidak valid sejumlah 6 butir.

Perhitungan selengkapnya untuk validitas instrumen tes kemampuan awal dilihat

pada lampiran 11.

commit to user
71

b. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar didapatkan data

sebagai berikut:

Tabel 3.4 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kriteria
Variabel Jumlah Soal
Valid Tidak Dipakai
Soal Tes Listrik Dinamis 40 30 10

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan di SMP Negeri 2 Kebumen

diperoleh data soal valid sejumlah 30 butir dan soal tidak valid sejumlah 10 butir.

Perhitungan selengkapnya untuk validitas instrumen tes prestasi belajar dilihat pada

lampiran 14.

c. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Visual

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen Angket Gaya Belajar Visual didapatkan

data sebagai berikut:

Tabel 3.5 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Visual

Kriteria
Variabel Jumlah Soal
Valid Tidak Dipakai
Angket Gaya Belajar Visual 18 18 0

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan diperoleh bahwa seluruh soal

dalam angket yang berjumlah 18 butir valid. Perhitungan selengkapnya untuk

validitas instrumen angket gaya belajar visual dapat dilihat pada lampiran 12.

d. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik

didapatkan data sebagai berikut:

commit to user
72

Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik

Kriteria
Variabel Jumlah Soal
Valid Tidak Dipakai
Angket Gaya Belajar Kinestetik 18 18 0

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan diperoleh bahwa


perpustakaan.uns.ac.id seluruh soal
digilib.uns.ac.id

dalam angket yang berjumlah 18 butir valid. Perhitungan selengkapnya untuk

validitas instrumen angket gaya belajar kinestetik dapat dilihat pada lampiran 13.

2. Uji Reliabilitas

a. Uji reliabilitas Tes

Instrumen penelitian yang berupa test di nyatakan reliable atau ajeg jika test

tersebut di uji cobakan berulang-ulang di peroleh hasil yang relatif sama. Pada

penelitian ini menguji reliabilitas test di gunakan teknik Kruder Richardson yang

lebih di kenal dengan K - R20:

n S - Spq
2
r11 =
n - 1 S
2

r11 merupakan realibilitas test secara keseluruhan, dan n menunjukkan

banyaknya item soal, sedangkan S2 adalah varians total. P menunjukkan proporsi

siswa yang menjawab item dengan benar, sedangkan q adalah proporsi siswa yang

menjawab dengan salah. Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar (p) adalah

banyaknya siswa yang menjawab item dengan benar di bagi dengan jumlah seluruh

siswa. Sedangkan proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (q) adalah

banyaknya siswa yang menjawab item dengan salah di bagi dengan jumlah seluruh

siswa. Sehingga jumlah antara proporsi siswa yang menjawab item dengan benar (p)

dan proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (q) adalah satu.

commit to user
73

Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r)

menurut Masidjo (1995) diklasifikasikan sebagai berikut:

0.91 1.00 sangat tinggi

0.71 0.90 tinggi


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
0.41 0.70 cukup

0.21 0.40 rendah

Negatif 0.20 sangat rendah

Dalam penelitian ini penulis mengadakan uji reliabilitas instrumen pada dua

buah instrumen yaitu Instrumen Tes Kemampuan Awal dan Tes Prestasi Belajar.

1) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal

Hasil uji reliabilitas instrument Tes kemampuan Awal yang dilakukan

terangkum pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Awal

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria


Soal Tes Listrik Statis 30 0,730 tinggi

Berdasarkan uji coba tes tes kemampuan awal siswa kelas IX di SMP Negeri

2 Kebumen pada materi pembelajaran Listrik Statis sebelum pelaksanaan

eksperimen/perlakuan, dari 30 butir soal diperoleh 24 butir soal tes reliabel.

Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes prestasi belajar IPA dilihat

pada lampiran 11.

2) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar

Hasil uji reliabilitas instrument tes prestasi belajar yang dilakukan terangkum

pada tabel dibawah ini:

commit to user
74

Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Tes Prestasi Belajar

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria


Soal Tes Listrik Dinamis 40 0,797 tinggi

perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan uji coba tes prestasi belajar IPA pada materidigilib.uns.ac.id
pokok Listrik

Dinamis sebelum pelaksanaan eksperimen, dari 40 butir soal diperoleh 30 butir soal

tes reliabel. Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes prestasi belajar

IPA dilihat pada lampiran 14.

b. Uji reliabilitas angket

Pengujian reliabilitas angket dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa

Cronbach yang dirumuskan sebagai berikut:

k s i
2

ri = 1 - 2
k - 1 st

dengan k = mean kuadrat antara subyek

s 2
i = mean kuadrat kesalahan

2
st = varians total

Rumus untuk varians total dan varians item:

x
2
( x ) 2

= -
2 t t
st
n n2

JKi JKs
si = - 2
2

n n

dengan: JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs = jumlah kuadrat subyek

Dengan klasifikasi sebagai berikut:

commit to user
75

Alpha < 0.7 : kurang meyakinkan (inadequate)

Alpha > 0.7 : baik (good)

Alpha > 0.8 : istimewa (excellent) (Nunally, 1978)

(tersedia dalam http://elisa.ugm.ac.id/files/wahyu_psy/UhZPx37p/Bab%


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
202%20Estimasi%20Reliabilitas%20via%20SPSS.pdf)

1) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Gaya Belajar Visual

Hasil uji reliabilitas instrument Angket Gaya Belajar Visual yang dilakukan

terangkum pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Visual

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria


Angket Gaya Belajar Visual 18 0,893 istimewa

Berdasarkan uji coba angket gaya belajar visual, dari 18 butir soal diperoleh 18

butir soal tes reliabel. Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes

prestasi belajar IPA dilihat pada lampiran 12.

2) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik

Hasil uji reliabilitas instrument Angket Gaya Belajar Visual yang dilakukan

terangkum pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Angket Gaya Belajar Kinestetik

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria


Angket Gaya Belajar Kinestetik 18 0,910 istimewa

Berdasarkan uji coba angket gaya belajar kinestetik, dari 18 butir soal diperoleh

18 butir soal tes reliabel. Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes

prestasi belajar IPA dilihat pada lampiran 13.

commit to user
76

3. Indeks kesukaran

Menurut Suharsimi Arikunto (2002) indeks kesukaran (difficulty index) adalah

bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran

dihitung dengan rumus :


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B
P=
Js

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyak siswa yang memnjawab soal dengan benar

JS : jumlah seluruh peserta test

Menurut Masidjo (1995) indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :

Soal dengan P = 0,00 s.d. 0,20 adalah soal sukar sekali

Soal dengan P = 0,21 sampai 0,40 adalah soal sukar

Soal dengan P = 0,41 sampai 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P = 0,71 sampai 0,90 adalah soal mudah

Soal dengan P = 0,91 sampai 1,00 adalah soal mudah sekali

Dalam penelitian ini penulis mengadakan uji taraf kesukaran instrumen pada

dua buah instrumen yaitu Instrumen Tes Kemampuan Awal dan Tes Prestasi Belajar.

a. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Awal

Hasil uji taraf kesukaran instrument Tes kemampuan Awal yang dilakukan

terangkum pada table 3.7 dibawah ini:

Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Awal

Jumlah Indek Kesukaran


Soal Sukar Sekali Sukar Sedang Mudah Mudah Sekali
30 2 8 11 8 1

commit to user
77

Berdasarkan uji coba tes tes kemampuan awal siswa kelas IX di SMP Negeri 2

Kebumen pada materi pembelajaran Listrik Statis sebelum pelaksanaan eksperimen,

dari 30 butir soal, kriteria sukar sekali dipakai semua, soal sukar tidak dipakai empat,

soal sedang tidak dipakai enam, soal mudah dipakai tujuh, serta kategori soal mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sekali dipakai satu.

b. Hasil Uji indek Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar

Hasil uji taraf kesukaran instrumen tes prestasi belajar terangkum pada tabel:

Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar

Indek Kesukaran
Jumlah
Soal Sukar Sekali Sukar Sedang Mudah Mudah Sekali
40 3 12 14 9 2

Berdasarkan uji coba tes prestasi belajar IPA pada materi pokok Listrik

Dinamis sebelum pelaksanaan eksperimen, dari 40 butir soal hasil uji taraf kesukaran,

soal sukar sekali dipakai semua, soal sukar dipakai sembilan, soal sedang tidak

dipakai tiga, soal mudah dipakai lima, serta kategori soal mudah sekali dipakai dua.

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal ialah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang

pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Indeks

diskriminasi (D) adalah angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, antara

0,00 sampai 1,00. Hasil skor yang diperoleh siswa disusun dari skor tertinggi sampai

skor terendah. Menurut Suharsimi (2002) jika peserta test jumlahnya kurang dari 100

orang maka hasil skor tersebut dibagi dua sama besar yaitu 50% kelompok atas dan

50% kelompok bawah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

commit to user
78

BA BB
D= - = PA - PB
JA JB

Keterangan:

D : indeks diskriminasi

perpustakaan.uns.ac.id
JU : banyaknya peserta kelompok atas digilib.uns.ac.id

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

PB : proposi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.

Berdasarkan nilai daya pembeda, satu item dibedakan menjadi 4 katagori

(Masidjo, 1995) yaitu:

D = 0,80 1,00 adalah sangat membedakan

D = 0,60 0,79 adalah lebih membedakan

D = 0,40 0,59 adalah cukup membedakan

D = 0,20 0,39 adalah kurang membedakan

D = negatif sampai 0,19 sangat kurang membedakan

Dalam penelitian ini penulis menyajikan dua buah uji daya pembeda yaitu uji

daya pembeda pada tes kemampuan awal, angket gaya belajar visual, angket gaya

belajar kinestetik, dan uji daya pembeda pada tes prestasi belajar.

a. Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Awal

Hasil uji daya pembeda instrument Tes Kemampuan Awal pada materi Listrik

Statis terangkum pada tabel 3.11.

commit to user
79

Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kemampuan Awal

Daya Pembeda
Jumlah
Soal Sangat
Kurang Cukup Lebih Sangat
Kurang
30 8 15 7 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari hasil uji daya pembeda soal kemampuan awal ada dua soal yang diperbaiki

pada daya pembeda sangat kurang membedakan, tiga soal tidak dipakai pada daya

pembeda kurang, serta satu soal tidak dipakai pada daya pembeda cukup.

b. Hasil Uji Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar

Hasil uji daya pembeda instrumen Tes Prestasi Belajar yang dilakukan

terangkum pada table 3.14.

Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Tes Prestasi

Daya Pembeda
Jumlah
Soal Sangat
Kurang Cukup Lebih Sangat
Kurang
40 15 13 12 0 0

Dari hasil uji daya pembeda soal tes prestasi belajar, ada enam soal yang

dipakai pada daya pembeda sangat kurang membedakan, satu soal tidak dipakai pada

saya pembeda kurang, dan lima soal dipakai pada daya pembeda cukup.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

Analisis data dilakukan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang diajukan.

Dalam penelitian ini digunakan tehnik anava tiga jalan dengan frekuensi isi sel sama.

Untuk menggunakan anava, sebelumnya harus dilakukan uji prasarat analisis sebagai

berikut :

commit to user
80

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui sampel dari populasi berdistribusi normal atau tidak

digunakan metode Ryan-Joiner (RJ). Statistik RJ adalah koefisien korelasi product

momen dan p-value adalah signifikasi atau prodability level of observed dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hipotesis sebagai berikut:

1). Hipotesis

Ho = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus:

konstanta ai diberikan oleh persamaan:

Dengan m = (m1, m2, ....., mn)T dan m1, ..., mn adalah nilai ekspektasi dari

variabel independen dan mengikasikan variabel distribusi random sampel dari

distribusi normal standarnya. V adalah matrik kovarian statistiknya. Pengguna

persamaan ini boleh menolak hipotesis null nya jika nilai W sangat kecil.

2). Taraf signifikasi

a = Taraf signifikansi

3). Keputusan uji

Uji normalitas data menggunakan paket program minitab 15. H0 ditolak jika p-

value > a. Jika H0 ditolak maka data berdistribusi normal.

commit to user
81

b. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui sampel yang berasal dari populasi yang homogen atau tidak

digunakan Bartlett :

1). Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
H 0 :s s
2 2
atau s s atau s s
2 2 2 2
atau s s
2 2
,(populasi tidak homogen)
1 2 1 3 2 3 2 4

H 1 : s 12 = s 22 = s 23 = s 24 , (populasi homogen)

Dengan:

Vij = |Xij i| untuk i = 1, 2, ...., k, j = 1, 2, ....., n dan i = median {xi1,..., xini}

2). Taraf signifikasi

a = Taraf signifikansi

3). Keputusan uji

Uji homogenitas data menggunakan paket program minitab 15. H0 ditolak jika

p-value > a. Jika H0 ditolak maka data homogen.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui bahwa hipotesis yang telah

diajukan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis tersebut analisis yang

digunakan adalah analisis variansi tiga jalan 2 x 2 x 2.

a. Analisis Variansi Tiga Jalan (Anava)

1) Asumsi

Untuk menguji hipotesis menggunakan Anava, maka diasumsikan: (a)

populasi-populasi berdistribusi normal, (b) populasi-populasi homogen, (c) sampel

commit to user
82

dipilih secara acak, (d) variabel terikat berskala pengukuran interval, (e) variabel

bebas berskala pengukuran nominal.

2) Model

Xijkl = + i + j + k + ()ij + ()ik + ()jk + ()ijk + ijkl


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan Xijkl : data ke-l pada faktor A kategori ke-i, faktor B kategori ke-j, dan

faktor C kategori ke-k

: rerata dari seluruh data

i : efek faktor A katagori ke-i terhadap X ijkl

j : efek faktor B katagori ke-j terhadap X ijkl

k : efek faktor C katagori ke-k terhadap X ijkl

i : 1,2,3, ... ,p p = banyaknya kategori A

j : 1,2,3,... ,q q = banyaknya kategori B

k : 1,2,3, ... , r r = banyaknya kategori C

l : 1,2,3, ... , n n = banyaknya data amatanpada setiap sel

()ij : kombinasi efek faktor A dan B terhadap X ijkl

()ik : kombinasi efek faktor A dan C terhadap X ijkl

()jk : kombinasi efek faktor B dan C terhadap X ijkl

()ijk: kombinasi efek faktor A, B dan C terhadap X ijkl

ijk : deviasi data Xijkl terhadap rataan populasinya (ij) yang

berdistribusi normal dengan rataan 0.

3) Hipotesis

a) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe

STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil:

commit to user
83

HoA: i = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, .., p

H1A: Paling sedikit ada satu i yang tidak sama dengan nol.

b) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi

dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah:


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HoB: j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3, , q

H1B: Paling sedikit ada satu j yang tidak sama dengan nol.

c) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan

kinestetik:

HoC: k = 0 untuk setiap k = 1, 2, 3, , r

H1C: paling sedikit ada satu k yang tidak sama dengan nol

d) Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab

virtuil dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa:

HoAB: ()ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, , p dan j = 1, 2, 3, , q

H1AB: paling sedikit ada satu ()ijyang tidak sama dengan nol.

e) Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab

virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa:

HoAC: ()ik = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3, , p dan k = 1, 2, 3, , r

H1AC : paling sedikit ada satu ()ik yang tidak sama dengan nol.

f) Interaksi antara kemampuan awal dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar

siswa:

HoBC: ()jk = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3, , q dan k = 1, 2, 3, , r

H1BC : paling sedikit ada ()jk yang tidak sama dengan nol.

commit to user
84

g) Interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab

virtuil dengan gaya belajar dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa:

HoABC: ()ijk = 0 untuk setiap i = 1, 2, , p; j = 1, 2, , q; dan k = 1, 2, , r.

H1ABC: paling sedikit ada ()ijk yang tidak sama dengan nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Komputasi

a) Data Sel

Tabel 3.15 Tata letak data pada anava 3 jalan dengan isi sel tidak sama

B B1 B2
A C C1 C2 C1 C2
A1 A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2
A
A2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2

Menurut tabel 3.3. dijelaskan bahwa sel A1B1C1 merupakan letak data

prestasi belajar peserta didik yang mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif tipe

STAD menggunakan lab riil ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan gaya belajar

visual. Sel A1B1C2 merupakan letak data prestasi belajar peserta didik yang

memperoleh perlakuan pembelajaran pemberlajaran kooperatif tipe STAD

menggunakan lab riil ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan gaya belajar

kinestetik. Sel A1B2C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh

perlakuan pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil ditinjau dari

kemampuan awal rendah dan gaya belajar visual. Sel A1B2C2 merupakan letak data

prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran pembelajaran

kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil ditinjau dari kemampuan awal rendah

dan gaya belajar kinestetik. Sel A2B1C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa

yang memperoleh perlakuan pembelajaran pemberlajaran kooperatif tipe STAD

commit to user
85

menggunakan lab virtuil ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan gaya belajar

visual. Sel A2B1C2 merupakan letak data prestasi siswa yang memperoleh perlakuan

pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil ditinjau dari

kemampuan awal tinggi dan gaya belajar kinestetik. Sel A2B2C1 merupakan letak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pemberlajaran kooperatif tipe

STAD menggunakan lab virtuil ditinjau dari kemampuan awal rendah dan gaya

belajar visual. Sel A2 B2 C2 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang

memperoleh perlakuan pemberlajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab virtuil

ditinjau dari kemampuan awal rendah dan gaya belajar kinestetik.

b) Komponen Jumlah Kuadrat

G2 G2 Ai2
(1) = = ; (2) = X 2
ijkl ; (3) = ;
npq N i , j , k ,l i nqr

B 2j Ck2 ABij2
(4) = npr
j
; (5) = k npq ; (6) =
i, j nr
;

ACik2 BC 2jk ABCijk2


(7) = ; (8) = ; (9) =
i , k nq j,k np i, j,k n

c) Jumlah Kuadrat (Sum Square)

JKA = (3) (1)

JKB = (4) (1)

JKC = (5) (1)

JKAB = (1) + (6) (3) (4)

JKAC = (1) + (7) (3) (5)

JKBC = (1) + (8) (4) (5)

JKABC = (3) + (4) + (5) + (9) (1) (6) (7) (8)

commit to user
86

JKG = (2) (9)

JKT = (2) (1)

d) Derajat Kebebasan (Degree of Freedom)

dkA = p 1 dkBC = (q 1)(r 1)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dkB = q 1 dkABC = (p 1)(q 1)(r 1)

dkC =r1 dkG= N pqr

dkAB = (p q) (q 1) dkT = N 1

dkAC = (p 1)(r 1)

e) Rerata Kuadrat (Mean Square)

RKA = JKA/dkA RKAC = JKAC/dkAC

RKB = JKB/dkB RKBC = JKBC/dkBC

RKC = JKC/dkC RKABC = JKABC/dkABC

RKAB = JKAB/dkAB RKG = JKG/dkG

f) Statistik Uji

Fa = RKA/RKG Fac = RKAC/RKG

Fb = RKB/RKG Fbc = RKAC/RKG

Fc = RKC/RKG Fabc = RKABC/RKG

Fab = RKAB/RKG

g) Daerah kritik

DKa = {F| Fa F;p-1;N-pqr} DKac = {F| Fac F;(p-1)(r-1);N-pqr}

DKb = {F| Fb F;q-1;N-pqr} DKbc = {F| Fbc F;(q-1)(r-1);N-pqr}

DKc = {F| Fc F;r-1;N-pqr} DKabc = {F| Fabc F;(p-1)(q-1)(r-1);N-pqr}

DKab = {F| Fab F;(p-1)(q-1);N-pqr}

commit to user
87

h) Rangkuman Analisis

Tabel. 3.16. Letak Hasil Rangkuman Analisis Variansi

Sumber
JK dk Rerata Kuadrat Statistik Uji P
Variasi

Efek Utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A (baris) JKA p1 RKA = JKA/(p-1) Fa = RKA/RKG <
atau
B ( kolom) JKB q1 RKB = JKB/(q-1) Fb = RKB/RKG
>
C (kolom) JKC r1 RKC = JKc/(r-1) FC = RKC/RKG

Efek
Interaksi

AB JKAB (p-1)(q-1) RKAB=JKAB/(p-1)(q-1) Fab= RKab/RKg -


AC JKAC (p-1)(r-1) RKAC=JKAC/(p-1)(r-1) Fac= RKAC/RKG

BC JKBC (q-1)(r-1) RKBC=JKBC/(q-1)(r-1) Fbc=RKBC/RKG

ABC JKABC (p-1)(q-1)(r-1) RKABC=JKABC/(p-1)(q-1)(r-1) Fabc=RKABC/RKG

Galat JKG N-pq RKG = JKg=/(N-pq)

Total JKT N1 - - -

i) Keputusan Uji

HoA ditolak jika Fa F;p-1;N-pqr

HoB ditolak jika Fb F;q-1;N-pqr

HoC ditolak jika Fc F;r-1;N-pqr

HoAB ditolak jika Fab F;(p-1)(q-1);N-pqr

HoAC ditolak jika Fac F;(p-1)(r-1);N-pqr

HoBC ditolak jika Fbc F;(q-1)(r-1);N-pqr

HoABC ditolak jika Fabc F;(p-1)(q-1)(r-1);N-pqr

commit to user
88

b. Uji Lanjut Anava

Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi bila hasil

analisis variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujan dari uji lanjut anava

ini adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian nama ter rerata yang berbeda.

Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode

Komparasi Ganda dengan Uji Scheffe. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika ter k

k (k - 1)
perlakuan, maka ada pasangan rataan.
2

2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

HOAS: A1 = A2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

diberi pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

lab riil dengan siswa yang diberi pembelajaran kooperatif

tipe STAD menggunakan lab virtuil.

H1AS: A1 A2 Ada perbedaan pengaruh pembelajaran fisika menggunakan

metode demosnstrasi dan eksperimen terhadap prestasi

belajar perserta didik.

HOAS: B1 = B2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang

mempunyai kemampuan awal rendah.

H1AS: B1 B2 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

mempunyai kemampuan awal tinggi dengan siswa yang

mempunyai kemampuan awal rendah.

commit to user
89

HOAS: C1 = C2 Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang

mempunyai gaya belajar visual dengan siswa yang

mempunyai gaya belajar kinestetik.

H1AS: C1 C2 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mempunyai gaya belajar visual dengan siswa yang

mempunyai gaya belajar kinestetik.

3) Menentukan tingkat signifikansi (taraf signifikansi yang dipilih sama dengan

taraf signifikansi pada uji analisis variansinya)

4) Mencari statistik uji F dengan menggunakan persamaan:

a) Komparasi rataan antar baris:

Fio jo =
(X . - X )
i j.
2

1 1
RKG +
n . n
i j.

dengan: Fi.-j. = nilai fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j

Xi = rataan pada baris ke i

Xi = rataan pada baris ke j

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan Anava

ni. = ukuran sampel baris ke i

nj. = ukuran sampel baris ke j

b) Komparasi rataan antar kolom:

F.i .j =
(X .i - X .j )
2

1 1
RKG +
n
.i n. j

commit to user
90

c) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama:

Fij kj =
(X ij - X ik )
2

1 1
RKG +
n
ij nik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama:

Fij kj =
(X ij - X ik )
2

1 1
RKG +
n
ij nik

5) Menentukan daerah kritik dengan persamaan:

a) Komparasi rataan antar baris:

DKi.- j. = Fi. j. (p 1) F;p 1 ; N pq

b) Komparasi rataan antar kolom:

DK.i- .j = F.i .j (p 1) F;q 1 ; N pq

c) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sma (sel ij dan sel kj):

DKij kj = Fij kj (pq 1 )F; (p-1)(q-1);N-pq

d) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama (sel ij dan sel ik):

DKij-ik = Fij-ik (pq 1) F; (p-1)(q-1);N-pq

Dengan xi. : rerata pada baris kei

xj. : rerata pada baris kej

x.i : rerata pada kolom kei

x.j : rerata pada kolom ke-j

xij : rerata pada sel ij

xkj : rerata pada sel kj

xik : rerata pada sel ik

commit to user
91

ni. : cacah observasi pada baris ke-i

nj. : cacah observasi pada baris kei

n.i : cacah observasi pada kolom ke-i

n.j : cacah observasi pada kolom ke-j


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nij : cacah observasi pada sel ij

nkj : cacah observasi pada sel kj

nik : cacah observasi pada sel ik

e) Menentukan keputusan uji

f) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada

commit to user
92

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari nilai prestasi,

Kemampuan awal dan Gaya Belajar siswa pada materi Listrik dinamis. Data

diperoleh dari kelas IX D dan IX E sebagai kelas I yang menggunakan Lab Virtual dan

kelas IX F dan IX G sebagai kelas II yang menggunakan Lab Riil.

1. Prestasi belajar IPA

Dalam penelitian ini prestasi belajar IPA hanya pada aspek kognitif yaitu

kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal tes pada materi pelajaran Listrik

dinamis. Adapun soal tes prestasi dan hasil belajar siswa secara lengkap tersaji pada

lampiran 10 dan 13 Untuk memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar,

ringkasan dari lampiran tersebut disajikan pada tabel 4.1 berikut,

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar IPA

Total

Lab. Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum


Riil 65 59,14 14,18 28,00 48,00 58,00 66,00 100,00
Virtual 74 62,38 11,64 32,00 55,00 64,00 72,00 84,00

Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar IPA siswa pada kelas

yang menggunakan pembelajaran Lab Riil dan Virtual disajikan pada tabel 4.2 dan

4.3 berikut:

92

commit to user
93

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Riil

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen


24 - 34 2 29 2 3,08%
35 - 45 9 40 11 13,85%
46 - 56 15 51 26 23,08%
57 - 67 26 62 52 40,00%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68 - 78 7 73 59 10,77%
79 - 89 4 84 63 6,15%
90 - 100 2 95 65 3,08%

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kelas Lab Virtual

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen


30 - 37 1 33,5 1 1,35%
38 - 45 6 41,5 7 8,11%
46 - 53 11 49,5 18 14,86%
54 - 61 15 57,5 33 20,27%
62 - 69 20 65,5 53 27,03%
70 - 77 15 73,5 68 20,27%
78 - 85 6 81,5 74 8,11%

Sedangkan untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai prestasi kelas lab riil

dan virtuil tersebut disajikan dalam bentuk histogram yang disajikan pada gambar 4.1

dan gambar 4.2.

Gambar 4.1 Histogram Prestasi kelas Lab Riil

commit to user
94

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2 Histogram Prestasi kelas Lab Virtual

2. Data Kemampuan Awal Siswa

Kemampuan awal adalah adalah kemampuan dan keterampilan yang relevan

yang dimiliki saat akan mulai mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal merupakan

kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran

berikutnya yang lebih tinggi.

Dalam penelitian ini data Kemampuan awal siswa diperoleh dari angket

Kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa dikategorikan kedalam dua

golongan, yaitu Kemampuan awal tinggi dan Kemampuan awal rendah.

Penggolongan Kemampuan awal tinggi dan rendah berdasarkan skor rata-rata kedua

kelas. Siswa dengan skor Kemampuan awal di atas rata-rata dimasukkan dalam

Kemampuan awal tinggi, sedangkan siswa dengan skor di bawah rata-rata

dikelompokkan memiliki Kemampuan awal rendah. Deskripsi data Kemampuan awal

dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

commit to user
95

Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan awal Siswa

Lab. = Riil
K-Kem. Total
Awal Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum
Rendah 34 48,12 12,08 28,00 39,00 52,00 60,00 64,00
Tinggi 31 80,26 10,12 68,00 72,00 76,00 92,00 96,00

perpustakaan.uns.ac.id Lab. = Virtual digilib.uns.ac.id


K-Kem. Total
Awal Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum
Rendah 36 48,67 11,61 28,00 40,00 52,00 60,00 64,00
Tinggi 38 79,58 9,74 68,00 72,00 76,00 88,00 96,00

Sedangkan untuk distribusi frekuensi Kemampuan awal pada kelas yang

menggunakan Lab Riil dan Virtual dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6 berikut,

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Riil

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen


28 - 37 2 32,5 2 3,08%
38 - 47 6 42,5 8 9,23%
48 - 57 11 52,5 19 16,92%
58 - 67 19 62,5 38 29,23%
68 - 77 12 72,5 50 18,46%
78 - 87 10 82,5 60 15,38%
88 - 97 5 92,5 65 7,69%

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan awal Kelas Lab Virtual

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen


28 - 37 3 32,5 3 4,05%
38 - 47 9 42,5 12 12,16%
48 - 57 12 52,5 24 16,22%
58 - 67 20 62,5 44 27,03%
68 - 77 12 72,5 56 16,22%
78 - 87 10 82,5 66 13,51%
88 - 97 8 92,5 74 10,81%

commit to user
96

Sedangkan untuk memperjelas distribusi frekuensi Kemampuan awal tersebut

disajikan dalam bentuk histogram yang disajikan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3 Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Riil

Gambar 4.4 Histogram Kemampuan awal Kelas Lab Virtual

3. Gaya Belajar Siswa

Gaya Belajar adalah kombinasi dari bagaimana siswa menyerap, mengatur,

serta mengolah informasi. Dalam penelitian ini gaya belajar siswa ada dua jenis, yaitu

gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.

Data tentang Gaya Belajar siswa diperoleh melalui angket ukur Gaya Belajar.

Adapun skor hasil ukur gaya belajar tidak dapat ditampilkan dalam bentuk rentang

frekuensi maupun histogram sebab merupakan skor kombinasi mana yang lebih

commit to user
97

unggul itulah yang di ambil sebagai kecenderungan gaya belajar siswa. Data prestasi

dari masing-masing kelompok gaya belajar disajikan pada tabel 4.7 berikut,

Tabel 4.7 Deskripsi Data prestasi dan kecenderungan Gaya Belajar Siswa

Lab. = Riil
perpustakaan.uns.ac.id
Gaya Total digilib.uns.ac.id
Belajar Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum
K 22 56,64 15,79 32,00 44,00 54,00 66,50 100,00
V 43 60,42 13,30 28,00 54,00 58,00 66,00 92,00

Lab. = Virtual
Gaya Total
Belajar Count Mean StDev Minimum Q1 Median Q3 Maximum
K 16 65,50 9,11 52,00 56,00 64,00 76,00 80,00
V 58 61,52 12,17 32,00 52,00 64,00 72,00 84,00

B. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan dengan bantuan software Minitab 15 series. Komputasi selengkapnya

terdapat pada lampiran 15 dan ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.8 berikut,

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian

No. Data Lab Model p-value Ryan-Joiner Distribusi Data


1 Prestasi - >0,100 0,998 Normal
2 Prestasi Lab Riil >0,100 0,986 Normal
3 Prestasi Lab virtual >0,100 0,994 Normal
4 Kemampuan awal - 0,083 0,991 Normal
5 Kemampuan awal Lab Riil >0,100 0,991 Normal
6 Kemampuan awal Lab virtual >0,100 0,992 Normal

Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, Kemampuan awal dan Gaya Belajar di

atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ) didapatkan bahwa p-value > 0,05

untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat

commit to user
98

diambil keputusan data Prestasi dan Kemampuan awal berdistribusi normal. Kriteria

uji normalitas adalah tolak hipotesis null (data tidak menyalahi kriteria berdistribusi

normal) jika p-value < alpha 5%.

2. Uji Homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas

yang peneliti gunakan adalah Lab uji F. Adapun sebagai pendukung keputusan

dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi, sedangkan

sebagai faktornya adalah pembelajaran Lab (Riil dan Virtual), Kemampuan awal dan

Gaya Belajar siswa. Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.9 dan hasil analisis

selengkapnya disajikan pada lampiran hasil analisa data.

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

p-value
No. Respon Faktor Keputusan
F Test Levenes Test
1 Prestasi Lab Model 0,102 0,426 Homogen
2 Prestasi Kemampuan awal 0,759 0,959 Homogen
3 Prestasi Gaya belajar 0,426 0,437 Homogen

Dari tabel 4.9 di atas terlihat bahwa semua nilai untuk kriteria uji F

dan Levene, sehingga semua Ho (data tidak menyalahi kriteria Homogenitas) yang

diajukan tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa homogenitas data prestasi siswa

terpenuhi, sehingga uji selanjutnya, yaitu uji Anova dapat dilakukan.

C. Pengujian Hipotesis

Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak hanya

antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Salah satu

commit to user
99

alternatif pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang diperkirakan

di atas adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA.

1. Analisis Variansi

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan sebab,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga faktor, yaitu

pembelajaran Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar siswa. Adapun rangkuman

hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama dapat dicermati pada

tabel 4.10 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada lampiran hasil analisa data.

Tabel 4.10 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi

Source DF Seq SS Adj SS Seq MS F P


Lab. 1 363,2 388,1 363,2 2,48 0,117
K-Kem. Awal 1 3068,7 1631,4 3068,7 20,99 0,000
Gaya Belajar 1 77,8 49,4 77,8 0,53 0,467
Lab.*K-Kem. Awal 1 209,6 97,3 209,6 1,43 0,233
Lab.*Gaya Belajar 1 135,1 164,5 135,1 0,92 0,338
K-Kem. Awal*Gaya Belajar 1 112,8 101,5 112,8 0,77 0,381
Lab.*K-Kem. Awal*Gaya Belajar 1 3,6 3,6 3,6 0,02 0,875
Error 131 19149,5 19149,5 146,2
Total 138 23120,4

S = 12,0905 R-Sq = 17,17% R-Sq(adj) = 12,75%

Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan

Hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. H01: Tidak ada perbedaan penggunaan Lab Riil dan Virtual terhadap prestasi

belajar IPA pada materi Listrik dinamis, tidak ditolak sebab p-value Lab = 0,117

> 0,050.

b. H02: Tidak ada perbedaan Kemampuan awal terhadap prestasi belajar IPA pada

materi Listrik dinamis ditolak sebab p-value Kemampuan awal siswa = 0,000 <

0,050.

commit to user
100

c. H03: Tidak ada perbedaan Gaya Belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA pada

materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value Gaya Belajar siswa = 0,467 >

0,05.

d. H012: Tidak ada interaksi antara pembelajaran Lab dengan Kemampuan awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-

value interaksi Lab dan Kemampuan awal = 0,233 > 0,050.

e. H013: Tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran dengan Gaya Belajar terhadap

prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value

interaksi Lab dan Gaya Belajar = 0,338 > 0,050.

f. H023: Tidak ada interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar terhadap

prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value

interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,381 > 0,050.

g. H0123: Tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran, Kemampuan awal, dan Gaya

Belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis tidak ditolak

sebab p-value interaksi antara Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,875

> 0,05.

Oleh karena ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih kecil daripada alpha (p-

value < ), maka diperlukan uji statistik lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan

awal mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap capaian prestasi belajar.

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan

Uji lanjut anava diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel

bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji lanjut dilakukan untuk

memperjelas keputusan pada hipotesis H12.

commit to user
101

Hasil anova tiga jalan yang perlu diuji lanjut adalah untuk hasil Anova tiga

jalan pada H12, yaitu: ada perbedaan pengaruh kemampuan awal terhadap prestasi

belajar IPA pada materi Listrik dinamis.

Tabel 4.11 Rangkuman ANAVA Satu Jalan Prestasi vs Kemampuan Awal


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Source DF SS MS F P
K-Kem. Awal 1 3142 3142 21,55 0,000
Error 137 19978 146
Total 138 23120

S = 12,08 R-Sq = 13,59% R-Sq(adj) = 12,96%

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
Level N Mean StDev -------+---------+---------+---------+--
Rendah 70 56,14 11,85 (------*------)
Tinggi 69 65,65 12,30 (------*------)
-------+---------+---------+---------+--
56,0 60,0 64,0 68,0

Pooled StDev = 12,08

Uji Lanjut Anova: Prestasi dan Kemampuan Awal


Alpha = 0,05

67,5

65,0

63,20
62,5
Mean

60,86
60,0

58,53
57,5

55,0

Rendah Tinggi
K-Kem. A wal

Gambar 4.5 Grafik Analisis Mean Kemampuan awal terhadap Prestasi belajar IPA

Untuk lebih memahami detail pola interaksi, informasi hasil uji Anova satu

jalan tersaji pada tabel berikut,

commit to user
102

Tabel 4.12 Rangkuman Probabilistik Interaksi

Kemampuan awal Gaya belajar Statistik Lab Riil Lab virtual


N= 11 12
Mean = 58,55 P=0,082 67,67
Kinestetik
Stdev = 14,59 8,94

Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id P=0,274 p=0,865
digilib.uns.ac.id
N= 20 26
Visual
Mean = 65,10 P=0,403 68,15
Stdev = 16,20 p=0,048* p=0,000* 7,80
N= 11 p=0,313** p=0,228** 4
Mean = 54,73 p=0,647 59,00
Kinestetik
Stdev = 17,40 6,83

Rendah p=0,716 p=0,657

N= 23 32
Visual
Mean = 56,35 p=0,941 56,13
Stdev = 8,58 12,50
)* Kemampuan awal, )** Gaya Belajar.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh

penggunaan Lab Riil dan Virtual terhadap prestasi, apakah ada pengaruh Kemampuan

awal tinggi dan rendah terhadap prestasi, apakah ada pengaruh Gaya Belajar terhadap

prestasi, apakah ada interaksi antara Lab dan Kemampuan awal siswa, apakah ada

interaksi antara Lab dan Gaya Belajar siswa, apakah ada interaksi antara Kemampuan

awal dan Gaya Belajar siswa, dan apakah ada interaksi antara Lab pembelajaran,

Kemampuan awal, dan Gaya Belajar terhadap prestasi.

Pembelajaran Lab yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lab Riil untuk

kelas IX E dan IX F, dan Lab Virtual untuk kelas IX C dan IX D. Pengukuran

Kemampuan awal melalui percobaan diukur melalui tes awal sebelum pelaksanaan

commit to user
103

penelitian, sedangkan untuk mengetahui Gaya Belajar siswa dilakukan dengan

memberikan angket Gaya Belajar sebelum berlangsung pembelajaran pada materi

pokok Listrik dinamis. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes kemampuan

kognitif untuk mengukur prestasi siswa.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Hipotesis Pertama

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama

diperoleh p-value Lab pembelajaran = 0,117 > 0,050 maka Ho (tidak ada pengaruh

penggunaan Lab pembelajaran terhadap prestasi) tidak ditolak, berarti bahwa antara

Lab Riil dan Lab Virtual tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA. Meski

kedua model ini tidak berbeda pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA pada materi

Listrik dinamis, masih bisa dikatakan bahwa lab virtuil cenderung memberikan hasil

yang lebih baik daripada lab riil. Secara keseluruhan hasil dari pembelajaran adalah

baik, hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar IPA yang menunjukkan

kisaran 60. Siswa yang dibelajarkan dengan model lab riil dan virtual masing-masing

reratanya 59,14 dan 62,38.

Hasil uji lanjut yang dilakukan (lampiran analisa data) memberikan informasi

bahwa kedua kelas, Riil dan Virtual masing-masing memperoleh rerata prestasi 59,14

dan 62,38 dengan hasil p-value sebesar 0,141. Hasil tersebut menggambarkan adanya

perbedaan kekuatan atau pengaruh kedua lab tersebut, meskipun secara statistik

belum signifikan. Dengan demikian dari kedua model pembelajaran ini lab virtual

dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada materi Listrik dinamis. Dengan

kata lain disini lab virtual mampu menggantikan peran dari lab riil.

commit to user
104

Lab riil merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan penggunaan

alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau kelompok kecil

siswa untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori

dari berbagai bidang studi. Sedangkan lab virtual adalah suatu laboratorium maya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran. Pada dasarnya penggunaan lab

pembelajaran lab virtual sangat tepat untuk mengejar ketertinggalan materi. Meski

sama-sama berhasil mengantarkan siswa memperoleh prestasi sekitar 60, masih dapat

dicermati kecenderungan lab riil yang memiliki arah pengaruh negatif, sedangkan lab

virtual cenderung positif, lebih tinggi reratanya daripada rearata total data nilai.

Untuk lebih jelasnya perhatikan pada gambar berikut:

Uji Lanjut Anova: Prestasi dan Lab Model


Alpha = 0,05

64

63,180
63

62

61 60,863
Mean

60

59
58,547
58

57
Riil Virtual
Lab.

Gambar 4.6 Grafik Analisis Mean Lab terhadap Prestasi belajar IPA

Labiratorium riil memungkinkan pembelajar untuk mendapatkan pengalaman

belajar secara langsung, pengamatan obyek secara langsung, sehingga pembelajar

bisa mengeksplorasi konsep baru, hal ini selaras dengan Rose dan Nicholl (2002)

yang mengatakan pelajaran dapat diingat rata-rata 90% dari yang dilihat, didengar,

commit to user
105

dikatakan, dan dikerjakan sekaligus. Namun kelemahannya adalah memerlukan

waktu yang banyak, bisa terjadi salah konsep karena ketidak telitian pembacaan alat,

serta biaya operasional yang mahal. Sedangkan laboratorium virtual memiliki

keunggulan diantaranya keselamatan lebih terjamin, siswa bisa mengeksplorasi


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
konsep dengan melakukan percobaan sendiri, pembacaan peralatan tepat, kegiatan

lebih terkontol, dan menurut Hardiati (2004) pemakaian media komputer lebih efektif

untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Kelemahannya adalah tidak memberikan

pengalaman secara langsung kepada siswa karena hanya berupa simulasi, sehingga

tidak seluruh indera bisa dipergunakan secara maksimal, pelajaran dapat diingat rata-

rata 90% dari yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dikerjakan sekaligus. Seiring

dengan kemajuan peradaban dan teknologi, dunia maya / virtual bukan hal yang asing

lagi bagi siswa, artinya sudah menjadi hal yang lazim dan familier bagi siswa.

Familiaritas dilain pihak diketahui memberikan kemudahan bagi siswa untuk

menyerap informasi dengan maksimal.

Hasil keputusan uji hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan

oleh Mujiyono (2005) yang menyimpulkan bahwa penerapan laboratorium riil dan

virtual pada pembelajaran fisika tidak berpengaruh pada prestasi belajar. Namun hasil

ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Getachew Tarekegn (2009,

tersedia pada http://www.journal.lapen.org.mx/sep09/2LAJPE282Tarekegn.pdf) yang

menyebutkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara penggunaan lab riil dan

simulasi komputer baik simulasi pada pembelajaran yang terpusat pada guru maupun

terpusat pada siswa, bahkan dalam rekomendasinya Getchew menyarankan bahwa

simulasi komputer mampu menggantikan peranan lab riil.

commit to user
106

2. Hipotesis Kedua

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kemampuan awal

terhadap prestasi, p-value Kemampuan awal siswa = 0,000 < 0,050. Hasil uji lanjut

memperkuat keputusan bahwa Kemampuan awal memberikan pengaruh


perpustakaan.uns.ac.id signifikan
digilib.uns.ac.id
terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis. Hal itu berarti bahwa

dalam proses pembelajaran materi Listrik dinamis faktor Kemampuan awal siswa

menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Tingkat Kemampuan awal siswa pada

penelitian ini diketahui memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi

belajar IPA pada hasil uji anava tiga jalan, hasil uji lanjutnya memberikan informasi

dimana siswa yang memiliki tingkat Kemampuan awal tinggi mendapatkan rerata

prestasi lebih tinggi yaitu 65,65 dengan standar deviasi 12,30 sedangkan siswa yang

memiliki tingkat Kemampuan awal rendah mendapatkan rerata prestasi 56,14 yang

memiliki standar deviasi 11,85. Lebih jelasnya perhatikan hasil anava satu jalan dan

analisis mean pada tabel dan gambar 4.12 di atas.

p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,050 sehingga melahirkan keputusan

untuk menyatakan keputusan ada perbedaan pengaruh antara Kemampuan awal tinggi

dengan Kemampuan awal rendah terhadap perolehan prestasi siswa. Kemampuan

awal adalah kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa pada materi pokok bahasan

sebelumnya yang menunjang materi pelajaran. Menurut Winkel (1996) tingkah laku

awal dipandang sebagai pemasukan (input, enterning behavior) yang menjadi titik

tolak dalam proses pembelajaran yang berakhir dengan suatu pengeluaran. Jadi,

pantaslah kiranya jika siswa dengan Kemampuan awal tinggi yang sedari awal

memang memiliki pemahaman lebih baik selalu berusaha untuk memperbaiki apa

commit to user
107

yang sudah mereka pahami dan mengerti, efeknya, tentu saja prestasinya menjadi

lebih baik daripada mereka yang Kemampuan awalnya rendah.

Hasil uji lanjut yang dilakukan (lampiran analisa data) memberikan informasi

bahwa kedua kelompok, kemampuan awal tinggi dan rendah masing-masing


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
memperoleh rerata prestasi 65,65 dan 56,14 dengan hasil p-value sebesar 0,000. Hasil

tersebut menggambarkan adanya perbedaan kekuatan atau pengaruh kedua kategori

kemampuan awal tersebut yang secara statistik berbeda pengaruh secara signifikan.

Dengan demikian dari kedua kategori kemampuan awal diketahui bahwa siswa

dengan kemampuan awal tinggi pengaruhnya terhadap perolehan prestasinya

signifikan dengan arah positif. Sedangkan kemampuan awal rendah sebaliknya.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.11 dan gambar 4.5 di atas.

Hasil uji ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Hardiati (2004) yang

menyebutkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar pada siswa yang memiliki

kemampuan awal tinggi dan siswa dengan kemampuan awal rendah, demikian juga

penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohmadi (2008). Keduanya menyimpulkan

bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi memiliki prestasi belajar lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.

3. Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh Gaya Belajar

terhadap prestasi (p-value Gaya Belajar siswa = 0,467 > 0,050) dalam proses

pembelajaran. Gaya Belajar siswa diharapkan memberikan pengaruh terhadap

prestasi belajar IPA materi Listrik dinamis dan pada kenyataannya tidak memberikan

pengaruh. Hasil uji lanjut memperkuat keputusan di atas (p-value = 0,783). Dari hasil

commit to user
108

uji lanjut dan analisis mean (rerata) diperoleh informasi bahwa siswa dengan Gaya

Belajar kinestetik cenderung mendapatkan prestasi sama dengan siswa yang Gaya

Belajarnya visual, masing-masing memperoleh prestasi 60,37 dan 61,05. Hal ini dapat

anda cermati lebih detail pada lampiran analisa data pada bagian uji lanjut anava.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk mendapatkan gambaran akan arah pengaruh atau bentuk perbedaan level Gaya

Belajar terhadap prestasi, perhatikan gambar 4.7 berikut:

Uji Lanjut Anova: Prestasi dan Gaya Belajar


Alpha = 0,05

65,0

62,5 62,39
Mean

60,86
60,0
59,34

57,5

55,0
K V
Gaya Belajar

Gambar 4.7 Grafik Analisis Mean Gaya Belajar terhadap Prestasi belajar IPA

Hasil uji hipotesis ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muhamad Yasin Kholifudin (2009) dan Waldiyono (2009), namun tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Harnowo (2009) yang menyimpulkan

bahwa ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Hal ini bisa saja

terjadi karena metode mengajar yang di gunakan dalam masing-masing penelitian

juga berbeda.

commit to user
109

4. Hipotesis Keempat

Hasil analisis data dari uji hipotesis sebelumnya menunjukkan bahwa tidak

ada pengaruh model lab dan ada pengaruh Kemampuan awal terhadap prestasi belajar

IPA oleh sebab itu pada hipotesis keempat ini diharapkan ada digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id interaksi antara

pembelajaran lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi belajar Listrik dinamis,

namun kenyataannya tidak demikian sebab p-value interaksi model lab dan

Kemampuan awal = 0,233 > 0,050. Hasil uji lanjutnya memperlihatkan p-value =

0,048 pada lab riil, dimana siswa yang memiliki Kemampuan awal tinggi

mendapatkan prestasi lebih baik (62,77 vs 55,82) dan p-value = 0,000 pada lab

virtual, dimana siswa yang memiliki Kemampuan awal rendah mendapatkan prestasi

sama baiknya dengan siswa kemampuan awal tinggi (68,00 vs 56,44). Untuk lebih

jelasnya perhatikan tabel 4.16 dan tabel 4.17.

Semua siswa, berdasarkan hasil kedua tabel di atas memperlihatkan bahwa

mereka memberikan respon positip terhadap penggunaan lab riil maupun virtual

sebagai perangsang untuk proses belajarnya. hanya saja jika diperhatikan lebih lanjut

rerata pada kelas lab virtual lebih baik. Hal itu menandakan penggunaan lab virtual

lebih efektif untuk siswa daripada lab riil, terutama untuk mereka yang memiliki

Kemampuan awal tinggi. Diperoleh informasi juga bahwa siswa dengan Kemampuan

awal tinggi efektif lebih tinggi perolehan rerata prestasinya jika dibelajarkan dengan

lab virtual maupun lab riil jika dilihat berdasarkan tingkat kemampuan awalnya,

dengan hasil terbaik pada lab virtual tentunya. Sebagai catatan penting disini, lab

virtual terlihat dengan jelas memberikan efek yang lebih baik dibandingkan lab riil

commit to user
110

dari sudut pandang kemampuan awal. Bentuk interaksi yang ditampilkan pada

gambar 4.7 memperjelas apa yang sudah dijelaskan di atas.

Tabel 4.13 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil dan Kemampuan awal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Source DF SS MS F P
K-Kem. Awal 1 783 783 4,08 0,048
Error 63 12088 192
Total 64 12872

S = 13,85 R-Sq = 6,09% R-Sq(adj) = 4,60%

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
Level N Mean StDev --------+---------+---------+---------+-
Rendah 34 55,82 11,89 (---------*--------)
Tinggi 31 62,77 15,73 (---------*--------)
--------+---------+---------+---------+-
55,0 60,0 65,0 70,0

Pooled StDev = 13,85

Tabel 4.14 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtual dan Kemampuan awal

Source DF SS MS F P
K-Kem. Awal 1 2469 2469 23,96 0,000
Error 72 7417 103
Total 73 9885

S = 10,15 R-Sq = 24,97% R-Sq(adj) = 23,93%

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
Level N Mean StDev ----+---------+---------+---------+-----
Rendah 36 56,44 11,97 (------*------)
Tinggi 38 68,00 8,05 (------*------)
----+---------+---------+---------+-----
55,0 60,0 65,0 70,0

Pooled StDev = 10,15

commit to user
111

Interaction Plot for Prestasi


Data Means

Rendah Tinggi
Lab.
Riil
65 Virtual

Lab.
perpustakaan.uns.ac.id 60 digilib.uns.ac.id

55
K-Kem.
Awal
65 Rendah
Tinggi

K-Kem. Awal
60

55
Riil Virtual

Gambar 4.8 Grafik interaksi faktor Lab dan Kemampuan awal terhadap prestasi

5. Hipotesis Kelima

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh model lab dan

tidak ada pengaruh Gaya Belajar terhadap prestasi, demikian juga dengan interaksi

pengaruh antara Lab pembelajaran dan Gaya Belajar pada prestasi materi Listrik

dinamis tidak terjadi (p-value interaksi Lab dan Gaya Belajar = 0,233 > 0,050). Hasil

uji lanjutnya memperlihatkan p-value = 0,313 pada Lab Riil, dimana siswa yang

memiliki Gaya Belajar visual mendapatkan prestasi relatif lebih baik daripada siswa

dengan Gaya Belajar kinestetik (60,42 vs 56,64). Sedangkan pada lab virtual

diperoleh p-value = 0,228 dimana siswa yang memiliki Gaya Belajar kinestetik

mendapatkan prestasi 65,50 dan siswa yang memiliki Gaya Belajar visual

mendapatkan prestasi 61,52. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.18 dan 4.19.

commit to user
112

Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Riil
dan Gaya Belajar

Source DF SS MS F P
Gaya Belajar 1 208 208 1,04 0,313
Error 63 12664 201
Total 64 12872

S = 14,18 R-Sq = 1,62% R-Sq(adj) = 0,06%


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev ----+---------+---------+---------+-----
K 22 56,64 15,79 (---------------*--------------)
V 43 60,42 13,30 (----------*----------)
----+---------+---------+---------+-----
52,0 56,0 60,0 64,0

Pooled StDev = 14,18

Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi versus Lab Virtual
dan Gaya Belajar

Source DF SS MS F P
Gaya Belajar 1 199 199 1,48 0,228
Error 72 9686 135
Total 73 9885

S = 11,60 R-Sq = 2,01% R-Sq(adj) = 0,65%

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
Level N Mean StDev ---+---------+---------+---------+------
K 16 65,50 9,11 (---------------*----------------)
V 58 61,52 12,17 (--------*-------)
---+---------+---------+---------+------
59,5 63,0 66,5 70,0

Pooled StDev = 11,60

Apa yang terjadi disini tidak berbeda jauh dengan pola interaksi pengaruh

antara model Lab dengan Kemampuan awal di atas, dimana penggunaan Lab Riil

efektif untuk siswa dengan Kemampuan awal tinggi dan diperoleh informasi bahwa

siswa dengan Gaya Belajar Visual relatif lebih tinggi perolehan rerata prestasinya saat

dibelajarkan dengan Lab Riil, namun siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih baik

commit to user
113

prestasinya manakala dibelajarkan dengan lab model Virtual jika ditinjau berdasarkan

jenis gaya belajarnya. Sebagai catatan penting disini, lab virtual dan lab riil

memberikan efek yang sama dalam menunjang pencapaian prestasi yang lebih baik.

Bentuk interaksi yang ditampilkan pada gambar 4.8 memperjelas apa yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dijelaskan di atas.

Interaction Plot for Prestasi


Data Means

K V
66
Lab.
Riil
64
Virtual
62
Lab.
60

58

66
Gay a
Belajar
64
K
V
62
Gaya Belajar
60

58

Riil Virtual

Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor model Lab dan Gaya Belajar terhadap prestasi

Pada gambar nampak bahwa kedua garis akan bersilangan jika garisnya

diperpanjang dan akan membentuk sudut mendekati 45o saat ditinjau dari Gaya

Belajarnya, dimana siswa dengan gaya belajar kinestetik menjadi faktor yang akan

menentukan terjadinya interaksi. Interaksi akan terjadi pada wilayah siswa dengan

gaya belajar kinestetik baik pada Lab Virtual maupun pada Lab Riil jika jumlah

sampel diperbesar.

commit to user
114

6. Hipotesis Keenam

Interaction Plot for Prestasi


Data Means

K V
K-Kem.
65 A wal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rendah
Tinggi

K-Kem. Awal
60

55
Gay a
65 Belajar
K
V

Gaya Belajar
60

55
Rendah Tinggi

Gambar 4.10 Grafik interaksi faktor Kemampuan awal dan Gaya Belajar terhadap prestasi

Hasil analisis data menunjukkan tidak ada interaksi antara Kemampuan awal

dan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi Listrik dinamis(p-value

interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,381 > 0,050). Hasil ini

merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu Kemampuan awal

berpengaruh signifikan terhadap prestasi sedangkan Gaya Belajar tidak berpengaruh

signifikan terhadap prestasi. Secara parsial berdasarkan hasil uji di atas, hanya

Kemampuan awal yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap pencapaian

prestasi, logis apabila kedua variabel ini menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap

prestasi belajar IPA. Berdasarkan pada tabel 4.12 yang merangkum hasil probabilistik

interaksi, diketahui bahwa Kemampuan awal dan Gaya Belajar berinteraksi pada

beberapa level interaksi. Interaksi pengaruh pada kemampuan awal tinggi diperoleh

commit to user
115

hasil antara Gaya Belajar kinestetik dan visual, hasil maksimal diperoleh pada Gaya

Belajar visual untuk Lab Riil (65,10) dan (68,15) untuk Lab Virtual. Sedangkan

Interaksi pengaruh pada level kemampuan awal rendahnya diperoleh hasil mean

maksimal 59,00 pada Lab virtual dan 56,35 untuk Lab Riil. Untuk lebih memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
seperti apa bentuk interaksinya, perhatikan gambar 4.9.

7. Hipotesis Ketujuh

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara Lab

pembelajaran, Kemampuan awal, dan Gaya Belajar (p-value interaksi antara Lab,

Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,875 > 0,050). Seperti yang telah dijabarkan

di atas respon positif siswa selama proses belajar masih terfokus pada penggunaan

Lab Riil bagi siswa dengan gaya belajar visual dan pada lab virtual untuk siswa

dengan gaya belajar kinestetik, belum bisa secara bersama degan faktor lain untuk

menghasilkan interaksi maksimal.

Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut:

a). Penggunaan Lab Riil tepat dijadikan sebagai pilihan jika pembelajaran

diperuntukkan siswa dengan gaya belajar visual dan menggunakan lab virtual jika

Gaya Belajar siswa adalah kinestetik; b) Siswa dengan kemampuan awal berbeda

akan memberikan respon yang berbeda pula. Semakin tinggi kemampuan awal siswa

semakin baik prestasi yang diperolehnya; c). Interaksi antara Lab dan gaya belajar

hampir terjadi dan memberikan sumbangan besar terhadap identifikasi pemahaman

siswa akan konsep IPA pada materi Listrik dinamis. Siswa dengan Kemampuan awal

tinggi dan Gaya Belajar visual tidak mendapatkan masalah saat dibelajarkan dengan

Lab Riil maupun Virtual, namun siswa bergaya belajar kinestetik lebih optimal saat

commit to user
116

dibelajarkan dengan model lab virtual, dan d). Dari ketiga faktor yang dilibatkan

dalam penelitian, berdasarkan analisis efeknya terhadap rerata prestasi dapat

diurutkan dari yang paling kuat ke rendah sebagai berikut: Kemampuan awal, Model

Lab dan Gaya Belajar siswa. Hal ini lebih mudah dipahami dengan memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hasil analisis pada gambar 4.10 berikut ini:

Main Effects Plot for Prestasi


Data Means
K-Kem. A wal Lab.
65,0

62,5

60,0

57,5

55,0
Mean

Rendah T inggi Riil V irtual


Gaya Belajar
65,0

62,5

60,0

57,5

55,0
K V

Gambar 4.11 Grafik main efek faktor Lab, Kemampuan awal dan
Gaya Belajar terhadap prestasi

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi

sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa hal

yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah Gaya Belajar dan Kemampuan

awal siswa hanya diukur pada level kinestetik-visual dan tinggi-rendah saja, tidak

memberikan kesempatan pada terukurnya level auditorial dan menengah untuk kedua

faktor. Selain itu, Gaya Belajar dan kemampuan awal yang diukur adalah Gaya

commit to user
117

Belajar dan kemampuan awal rata-rata, tidak pada saat proses pembelajaran itu

sendiri berlangsung. Hal ini menyebabkan biasnya pengaruh Lab pembelajaran

terhadap pencapaian prestasi, terutama jika akan melihat pengaruh Lab terhadap

perubahan kemampuan awal dan Gaya Belajar siswa.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
118

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembhasan pada bab sebelumnya,


perpustakaan.uns.ac.id maka
digilib.uns.ac.id

dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil masing-

masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada kelas lab riil siswa

melakukan pengamatan obyek secara langsung, sehingga siswa bisa

mengeksplorasi konsep baru, namun kelemahannya adalah memerlukan waktu

yang banyak, dan bisa terjadi salah konsep karena ketidaktelitian pembacaan alat

ukur. Sedangkan pada kelas lab virtuil keunggulannya adalah siswa bisa

melakukan praktikum sendiri diluar jam pelajaran, pembacaan alat ukur tepat,

dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa, namun kelemahannya adalah

tidak memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa, siswa bisa salah

konsep karena percobaan hanya berupa simulasi. Berdasarkan hasil uji statistik

diperlihatkan bahwa kedua kelas, lab Riil dan Virtuil masing-masing

memperoleh rerata prestasi 59,14 dan 62,38 dengan hasil p-value sebesar 0,141.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan lab riil dan lab virtual

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berpengaruh terhadap prestasi

belajar IPA pada materi pembelajaran listrik dinamis.

2. Kemampuan awal adalah kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa pada materi

pokok bahasan sebelumnya yang menunjang materi pelajaran. Siswa yang

mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai pengetahuan prasyarat lebih

118

commit to user
119

baik dari siswa dengan kemampuan awal rendah, berarti dalam pembelajaran

siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih mudah menyesuaikan diri dengan

pengetahuan yang baru. Sesuai dengan data hasil penelitian diperoleh informasi

bahwa kemampuan awal tinggi dan rendah masing-masing memperoleh rerata


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
prestasi 65,65 dan 56,14 dengan hasil p-value sebesar 0,000. Dari hasil ini dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap prestasi

belajar IPA pada materi listrik dinamis. Hasil uji lanjut memberikan informasi

bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi prestasinya lebih baik daripada

siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.

3. Gaya belajar merupakan kombinasi antara bagaimana seseorang menyerap,

mengatur dan mengolah informasi. Setiap orang cenderung mempunyai satu gaya

belajar yang menonjol. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan siswa

yang mempunyai gaya belajar berbeda bercampur, belajar bersama, dan saling

berinteraksi dalam kelompoknya masing-masing. Dari hasil analisis data

diperoleh informasi bahwa siswa dengan Gaya Belajar kinestetik dan visual

masing-masing memperoleh rerata prestasi 60,37 dan 61,05 dengan p-value =

0,783, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh gaya belajar

terhadap prestasi belajar IPA pada materi listrik dinamis.

4. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil maupun lab virtuil

dengan masing-masing keunggulan dan kekurangannya sedikit banyak akan

membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa dengan kemampuan awal berbeda saling berbaur, bertukar

pikiran, saling belajar, saling bekerjasama merangkai peralatan lab, membaca alat

commit to user
120

ukur, dan sebagainya dengan teman dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil

analisis data menunjukkan p-value interaksi model lab dan Kemampuan awal =

0,233 > 0,050, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara penggunan

lab dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar IPA pada materi listrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dinamis.

5. Penggunaan lab dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dengan

gaya belajar berbeda saling bekerjasama dan berinteraksi dengan teman dalam

kelompoknya dalam mempelajari meteri yang diajarkan di kelas. Dua kesimpulan

sebelumnya yaitu penggunaan lab riil dan lab virtuil tidak berpengaruh terhadap

prestasi belajar, dan gaya belajar tidak berpengaruh terhadapa prestasi belajar.

Dari hasil analisis data diperoleh p-value interaksi Lab dan Gaya Belajar = 0,233

> 0,050, sehingga disimpulkan tidak Ada interaksi antara penggunaan lab

pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi

listrik Dinamis.

6. Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dengan kemampuan awal berbeda

dan gaya belajar berbeda berbaur untuk mempelajari materi yang diberikan

secara bersama-sama. Dua keputusan sebelumnya yaitu Kemampuan awal

berpengaruh signifikan terhadap prestasi sedangkan Gaya Belajar tidak

berpengaruh signifikan terhadap prestasi Dari hasil analisis data diperoleh p-

value interaksi antara Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,381 > 0,050, jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara Kemampuan awal dengan

gaya belajar terhadap prestasi IPA pada materi listrik dinamis. Secara parsial

berdasarkan hasil uji di atas, hanya Kemampuan awal yang menunjukkan

commit to user
121

pengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi, logis apabila kedua variabel ini

menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap prestasi belajar IPA.

7. Respon positif siswa selama proses belajar masih terfokus pada penggunaan Lab

Riil bagi siswa dengan gaya belajar visual dan pada lab virtuil untuk siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan gaya belajar kinestetik, belum bisa secara bersama dengan faktor lain

untuk menghasilkan interaksi maksimal. Dari hasil analisis data diperoleh p-

value interaksi antara Lab, Kemampuan awal dan Gaya Belajar = 0,875 > 0,050,

sehingga disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran,

Kemampuan awal dan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA pada materi

listrik dinamis.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan lab riil dan lab virtuil tidak

memberikan efek yang signifikan pada prestasi belajar, artinya pembelajaran

fisika pada konsep listrik dinamis dapat menggunakan lab riil maupun lab virtuil.

b. Kemampuan awal yang dimiliki siswa sangat berpengaruh pada prestasi belajar,

artinya siswa dengan kemampuan awal tinggi mampu menyesuaikan diri untuk

mempelajari materi berikutnya yang relevan dengan kemampuan awal yang

dimilikinya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal

rendah, sehingga didalam mengajar, guru harus selalu berusaha meningkatkan

kemampuan siswa pada konsep/materi pelajaran yang menjadi prasyarat materi

pelajaran lain.

commit to user
122

c. Gaya belajar yang dimiliki siswa tidak berpengaruh pada prestasi belajarnya,

artinya siswa yang mempunyai gaya belajar visual memiliki prestasi belajar yang

sama dengan siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, sehingga perbedaan

gaya belajar ini tidak bisa dijadikan patokan gaya belajar mana yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Tidak ada interaksi antara Lab pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap

prestasi belajar IPA, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar pada siswa yang

mempunyai kemampuan awal tinggi maupun rendah dalam pembelajaran yang

menggunakan lab riil dan virtuil, jadi kemampuan awal tidak bisa dijadikan

acuan untuk menentukan penggunaan lab mana yang lebih baik dalam

meningkatkan prestasi belajar karena keduanya memberikan efek yang sama.

e. Tidak Ada interaksi antara lab pembelajaran dengan gaya belajar terhadap

prestasi belajar, prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual

maupun kinestetik prestasi belajarnya sama jika diberi pembelajaran

menggunakan lab riil maupun lab virtuil. Jadi gaya belajar tidak bisa dijadikan

patokan untuk menentukan penggunaan jenis lab mana yang lebih baik, karena

kedua jenis lab memberikan hasil yang sama pada kedua jenis gaya belajar.

f. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan gaya belajar terhadap

prestasi belajar, kemampuan awal yang berbeda jika ditinjau dari gaya belajar

yang berbeda tidak memberikan efek yang signifikan pada prestasi belajar,

sehingga kemampuan awal tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan gaya

belajar mana yang cocok untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa dengan

kemampuan awal tinggi maupun rendah.

commit to user
123

g. Tidak ada interaksi antara lab pembelajaran, kemampuan awal dan gaya belajar

terhadap prestasi belajar, sehingga penggunaan lab riil maupun virtuil tidak

berpengaruh pada perbedaan kemampuan awal dan gaya belajar siswa.

Kemampuan awal tinggi maupun rendah juga tidak berpengaruh pada perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jenis lab dan gaya belajar, demikian juga dengan perbedaan gaya belajar

seseorang tidak bisa dijadikan pedoman untuk menentukan kemampuan awal apa

dan jenis lab apa yang sesuai utnuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan

dengan Lab Riil dan Virtuil ternyata mendapatkan prestasi belajar IPA yang

memenuhi harapan, dengan Lab Virtuil sebagai pilihan utamanya. Lab Virtuil

mampu menjadikan konsep yang dibelajarkan menjadi lebih mudah diterima. Oleh

sebab itu, untuk meningkatkan prestasi belajar IPA khusus pada materi listrik

dinamis sebaiknya diberikan melalui Lab Virtuil.

C. SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Saran untuk Guru

Dalam menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan kelompok harus

selalu diawasi agar tidak ada anak yang melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak

semestinya yang tidak berhubungan dengan proses belajar, hal ini sangat rentan

terjadi karena siswa yang heterogen berbaur menjadi satu dalam kelompok bisa

commit to user
124

terjadi gesekan-gesekan emosional antar siswa, juga perlu diawasi agar tidak ada anak

yang tidak melakukan apa-apa atau diistilahkan sebagai pembonceng yang hanya

mengikuti keputusan kelompok saja juga perlu diperhatikan agar suasana belajar

kelompok tidak menimbulkan kegaduhan yang dapat mengganggu kelas lain.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penggunaan Lab juga harus diawasi karena anak bisa saja menggunakan

peralatan lab untuk bermain atau melakukan kegiatan selain yang di tugaskan dalam

LKS. Terutama untuk lab riil yang berhubungan langsung dengan listrik sangat perlu

diawasi keamanannya. Sedangkan untuk lab virtuil yang menggunakan komputer,

siswa perlu diawasi karena ada anak yang menggunakan komputer bukan untuk

memahami materi IPA, tetapi komputer digunakan untuk bermain game, atau

program lain yang tidak sesuai dengan LKS.

2. Saran untuk Sekolah

Peralatan dalam Lab sebaiknya ditambah agar siswa bisa melakukan kegiatan

praktikum dengan lebih leluasa, akan lebih baik jika dalam satu kelompok tidak

hanya disediakan satu set perangkat praktikum agar semuanya bisa melaksanakan

praktikum secara langsung. Kekurangan peralatan ini menyebabkan siswa

menganggur, dan ini sangat rentan disalah guanakan oleh siswa. Lab juga perlu

diperluas agar dalam melakukan praktikum siswa tidak berdesak-desakan, terutama

dalam Lab Komputer, karena dengan berdesak-desakan tersebut mengakibatkan siswa

tidak konsentrasi dan tidak fokus pada pelajaran. Jumlah komputer juga perlu

ditambah agar lebih banyak siswa yang melakukan praktikum secara langsung, tidak

hanya melihat pekerjaan teman dalam satu kelompok saja. Disamping itu, letak lab

commit to user
125

sebaiknya tidak terlalu dekat dengan kelas agar suasana praktikum tidak mengganggu

kelas lain.

3. Saran untuk Para Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang Lab yang tepat

digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi yang

dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek setiap Lab pembelajaran

karena setiap anak memiliki keunikan dan gaya belajarnya sendiri. Penelitian

mengenai penerapan metode dan Lab lain yang dapat mempermudah siswa dalam

memecahkan permasalahan dalam belajar IPA terutama yang berkaitan dengan

pemilihan model pembelajaran di Lab masih perlu dilakukan.

Secara khusus, penelitian menggunakan metode kooperatif yang dilengkapi Lab

ini sebaiknya mempunyai alokasi yang lebih panjang dibandingkan waktu normal

karena siswa memerlukan waktu yang lebih banyak untuk berdiskusi dengan teman,

merangkai peralatan, menjawab kuis yang ada dalam LKS dan sebagainya agar materi

yang diajarkan bisa tuntas dalam pertemuan tersebut. Jika memungkinkan diperlukan

seorang asisten atau laboran yang siap mengatasi kendala-kendala teknis dalam

pelaksanaan praktikum agar pelaksanaan KBM berjalan lancar dan tertib.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai