Anda di halaman 1dari 10

Jerami Volume 3 No.

3, September Desember 2010

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI BAP DAN NAA


TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PUCUKJERUK KANCI
(Citrus sp) SECARA IN VITRO

(Application of NAA and BAP on In Vitro Shoot Multiplication of Orange Kanci


(Citrus sp.))

Ilvi Rahmi, Irfan Suliansyah,Tamsil Bustamam

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of NAA, BAP and interaction both
in shoot multiplication Kanci orange shoots in vitro. The design used was factorial in
Complete Randomized Design (CRD) consisting of 2 factors with 3 replications. Factor A is the
BAP, with 4 levels of concentration (0.0, 2.5, 5.0, and 7.5 mg/l). While the factor B is the
concentration of NAA, with 4 levels (0.0, 0.5, 1.0, 1.5 mg/l). Data obtained were statistically
tested using F test at 5% significance level. The conclusions of this study are as follows: a)
giving different BAP concentrations, giving a different effect on the percentage of explants that
had emerged during multiplication and shoot, b) treatment of BAP at a concentration of 2.5
mg/l is the best treatment on the percentage of explants that had emerged during
multiplication and shoot, c) interaction of BAP-NAA showed no significant effect on the ability
of explants multiplied, d) provision of various concentrations of NAA did not show significant
effect on the percentage of explants which have multiplication, percentage of live explants, the
percentage of explants forming shoots and current shoots appear, e) iInteraction of BAP 2.5
mg/l with NAA at concentrations of 0.5 and 1.0 mg/l was the best interaction on the
percentage of explants which formed callus.

Keyword : BAP, NAA, shoot multiplication, Kanci orange

PENDAHULUAN atas, juga ditentukan oleh batang bawahnya.


Kombinasi antara batang atas yang

J
eruk merupakan salah satu komoditas berproduksi tinggi dan berkualitas baik, dengan
buah-buahan yang mempunyai peranan batang bawah yang memiliki adaptasi luas
penting di pasaran dalam negeri maupun terhadap tanah dan lingkungan tumbuhnya;
luar negeri, baik dalam bentuk segar tahan terhadap hama dan penyakit akar; serta
maupun dalam bentuk olahan sehingga sesuai dengan batang atas yang digunakan;
pengelolaan jeruk sekarang ini berorientasi akan menghasilkan bibit jeruk yang bermutu
pada pola pengembangan komprehensif tinggi (Rahayu, 1993).
(Djomaeijah et al, 1999). Walaupun populasi Jeruk kanci merupakan kelompok batang
tanaman mengalami peningkatan yang tajam, bawah indegeneous Muara Sijunjung yang
namun sampai saat ini buah jeruk belum mempunyai efek cebol (rendah) terhadap
memenuhi harapan, karena adanya serangan batang atas terutama untuk jeruk keprok siam,
penyakit Citrus Vein Phloem Degeration (CVPD) toleran terhadap kekeringan, tanah lempung
sehingga banyak tanaman jeruk menjadi dan toleran terhadap Tristeza (Purnomo et al,
musnah (Aksi Agraris Kanisius, 1994). 2000). Sekarang ini jeruk kanci cukup sulit
Dalam upaya pengembangan tanaman untuk didapatkan. Harga jual yang tidak
jeruk, pengadaan bibit unggul dan bermutu mendukung dan kurangnya pengetahuan
memegang peranan penting, apalagi mengingat masyarakat akan kegunaan tanaman ini
tanaman ini bersifat tahunan. Mutu bibit menyebabkan kurangnya minat masyarakat
tanaman jeruk selain ditentukan oleh batang untuk membudidayakannya secara khusus.

210 ISSN 1979-0228


Pengaruh Pemberian BAP dan NAA terhadap Multiplikasi Tunas Pucuk Jeruk Kanci

Selain itu kerusakan lingkungan dewasa ini, kombinasi 0,1 mg/l NAA, namun persentase
ikut andil dalam mengurangi jumlah jeruk tunas yang muncul adalah paling kecil.
kanci. Sedangkan kalus lebih sedikit muncul pada
Untuk masalah diatas perlu usaha penambahan 10 mg/l BA dan 1,0 mg/l NAA,
penyediaan bibit sebagai upaya konservasi tapi inisiasi tunas adalah maksimum. Penelitian
plasma nutfah jeruk kanci. Konservasi perlu Rahayu (1993), menyatakan bahwa perlakuan
dilakukan untuk mempertahankan BA 0,5 mg/l dan NAA 0,1 mg/l memberikan
keanekaragaman hayati, karena dengan jumlah tunas total terbanyak pada media MS
berkurangnya keanekaragaman hayati akan dengan eksplan yang berasal dari epikotil jeruk
sangat merugikan bagi pemulia tanaman dalam Troyer Citrange yang dikecambahkan secara in
merakit varietas-varietas baru. vitro.
Konservasi dapat dilakukan secara Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
konvensional, yaitu secara in situ dan ex situ, mengetahui pengaruh pemberian NAA, BAP
konservasi secara ex situ dapat dilakukan secara dan interaksi keduanya dalam multiplikasi
in vitro. Menurut Soetikno (1985), banyak tunas pucuk jeruk kanci secara in vitro.
keuntungan yang dapat diperoleh dari .
pengawetan plasma nutfah dengan
menggunakan teknik kultur jaringan, baik dari BAHAN DAN METODE
segi biaya maupun sarana. Dalam
perplasmanutfahan kultur in vitro berperan Tempat dan Waktu
sebagai alat penyimpanan dan penggandaan Penelitian ini telah dilaksanakan di
tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan
Multiplikasi merupakan salah satu Jurusan Budidaya Pertanian Universitas
tahapan yang perlu dilakukan dalam kultur Andalas Padang. Penelitian dilakukan dari
jaringan selain inisiasi dan aklimatisasi. Salah bulan Juli 2004 sampai Januari 2005.
satu faktor pendukung laju multiplikasi adalah
kombinasi zat pengatur tumbuh. Menurut Bahan dan Alat
Wattimena et al (1992), pengaruh zat pengatur Bahan-bahan yang digunakan dalam
tumbuh untuk suatu proses morfogenesis atau percobaan ini adalah eksplan yang berasal dari
pertumbuhan dan perkembangan tanaman biji jeruk kanci yang dikecambahkan secara in
merupakan kerja sama dari dua atau lebih zat vitro. Zat kimia penyusun media MS, NAA,
pengatur tumbuh. Pemilihan zat pengatur BAP, NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N, alkohol 70%,
tumbuh dikaitkan dengan urutan tingkat alkohol 96%, bayclin, sukrosa, aquadest, bubuk
pekerjaan kultur jaringan. Zat pengatur agar-agar, plastic wrap, selotip bening,
tumbuh yang banyak digunakan adalah auksin detergen, karet gelang, kertas label, tissue, dan
dan sitokinin. formalin. Adapun alat-alat yang digunakan
Golongan auksin dan sitokinin akan adalah autoklaf, timbangan analitik, laminar air
mempengaruhi respon eksplan yang flow cabinet (LAFC), lemari es, oven, pH meter,
dikulturkan. Proporsi yang relatif tinggi dari botol kultur, kompor gas, hand sprayer, scalpel,
auksin terhadap sitokinin menyebabkan pinset, bunsen,, cawan petri dan rak kultur
diferensiasi mengarah pada pertumbuhan akar yang dilengkapi dengan lampu neon 20 watt
dan jika sitokinin lebih tinggi dari auksin maka sebagai sumber penyinaran dan alat tulis.
jaringan akan terdiferensiasi kearah
pertumbuhan tunas, dalam percobaan kultur Rancangan
jaringan pada umumnya jenis auksin dan Rancangan yang digunakan adalah
sitokinin yang digunakan adalah NAA dan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap
BAP karena kedua zat pengatur tumbuh (RAL) yang terdiri dari 2 faktor dengan 3
tersebut relatif tahan terhadap degradasi, ulangan. Faktor A adalah BAP dengan 4 taraf
sedangkan media yang banyak dipakai adalah konsentrasi yaitu :
media MS (George and Sherrington, 1984). A1 = 0,0 mg/l BAP
Grinblat (1972) cit Rahayu (1993), A2 = 2,5 mg/l BAP
menggunakan potongan kotiledon yang berasal A3 = 5,0 mg/l BAP
dari kultur in vitro sebagai eksplan pada media A4 = 7,5 mg/l BAP
dasar MS. Kalus terbentuk cukup banyak pada Sedangkan faktor B adalah NAA dengan 4
penambahan BA 0,1 1 mg/l dengan taraf konsentrasi yaitu :

ISSN 1979-0228 211


Jerami Volume 3 No.3, September Desember 2010

B1 = 0,0 mg/l NAA dengan konsentrasi 1 dan 1 ppm.1. Hal ini


B2 = 0,5 mg/l NAA dilakukan agar eksplan yang akan digunakan
B3 = 1,0 mg/l NAA seragam dan jumlahnya mencukupi. Setelah 1
B4 = 1,5 mg/l NAA bulan eksplan diambil tunas pucuknya, tunas
Percobaan terdiri dari 16 kombinasi pucuk yang diambil mempunyai 2 buah buku
perlakuan, tiap kombinasi perlakuan ada 3 ditiap tunasnya.
ulangan, dan pada masing-masing ulangan
terdiri dari 3 botol kultur, sehingga jumlah Pembuatan Media
satuan unit percobaan adalah 48, dengan 144 Pada percobaan ini media yang digunakan
botol kultur dimana semua populasi dijadikan adalah media MS (Komposisi media lihat
sampel. Denah percobaan dapat dilihat pada Lampiran 2) sesuai dengan kebutuhan,
Lampiran 3. Data yang diperoleh diuji secara ditambah dengan NAA dan BAP sesuai
statistik dengan menggunakan uji F pada taraf perlakuan. Sukrosa diberikan sebanyak 30 g/l
nyata 5 %. Apabila berbeda nyata maka media, setelah itu dilakukan pengukuran pH
dilanjutkan dengan uji lanjutan Duncans yaitu 5,8. Bahan pemadat yang digunakan
Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata adalah bubuk agar-agar sebanyak 7,5 g/l
5 % dan disajikan dalam bentuk Tabel. media. Selanjutnya media dimasak sampai
mendidih dan dimasukkan kedalam masing-
Pelaksanaan masing botol sebanyak 20 ml/botol dan ditutup
Sterilisasi Alat dengan penutupnya. Media disterilisasi di
Alat-alat yang akan digunakan disterilkan dalam autoklaf pada tekanan 15 psi suhu 1210 C
terlebih dahulu, seperti botol kultur dicuci selama 20 menit. Kemudian pindahkan dan
dengan detergen dan dibilas hingga bersih, disimpan dalam ruang inkubasi selama 1
setelah itu direndam dengan bayclin 5 ml/l air minggu untuk melihat kontaminasi, bila ada
selama 1 malam. Alat-alat penanaman seperti kontaminasi akan dikeluarkan dari ruangan
pinset, pisau scalpel dan cawan petri terlebih inkubasi.
dahulu dibungkus dengan kertas lalu
disterilisasi bersama-sama botol kultur dalam Penanaman
autoklaf pada tekanan 15 psi dengan suhu 1210 Media dalam botol kultur yang telah
C selama 30 menit. Setelah disterilisasi, alat-alat disterilkan dibiarkan (diinkubasi) selama lebih
tersebut diovenkan pada suhu 750 C sampai kurang 1 minggu. Media yang tidak
saat digunakan. LAFC dan rak kultur disemprot terkontaminasi siap dipakai untuk penanaman
dahulu dengan alkohol 70 % setiap akan eksplan. Sebelum dilakukan penanaman, LAFC
digunakan. Ruangan inkubasi juga disterilkan dibersihkan dahulu dengan menyemprotkan
dengan formalin sebelum digunakan. alkohol 70 %. Sebelum dimasukkan ke dalam
LAFC, alat-alat dan botol-botol media yang
Persiapan Eksplan telah disiapkan disemprot dengan alkohol 70 %
Buah jeruk dicuci dengan detergen sampai dahulu. Pada saat penanaman, tangan yang
kulit luarnya benar-benar bersih, kemudian masuk kedalam LAFC juga harus disemprot
rendam dalam bayclin 5 ml/l air selama lebih dengan alkohol 70 % untuk menjaga agar tetap
kurang 30 menit. Buah yang telah direndam steril. Eksplan ditanam pada masing-masing
bayclin dibawa keruang transfer (tanam) media, agar seragam tiap-tiap eksplan yang
kemudian masukkan kedalam alkohol 96 % ditanam mempunyai 2 buah buku yang
yang berada dalam LAFC selama 5 menit. Buah dihitung dari titik tumbuh, eksplan dalam
diambil dengan pinset dan dikupas kulitnya, posisi tegak, kemudian ditutup kembali dan
dalam mengupas usahakan agar scalpel tidak dibalut dengan plastik wrap. Botol yang telah
membelah bijinya, kemudian biji dimasukkan berisi eksplan dipindahkan keruang
dalam aquadest steril, dan dilewatkan ke api penyimpanan dan disusun pada rak kultur.
setelah itu masukkan dalam media yang telah
disediakan. Biji dikecambahkan dalam botol Pemeliharaan
kultur yang telah berisi media MS tanpa zat Pemeliharaan meliputi menjaga
pengatur tumbuh selama 3 minggu, setelah kebersihan ruang kultur, pemisahan eksplan
membentuk kecambah, bibit dipindahkan ke atau media yang terkontaminasi oleh
media MS yang telah ditambah NAA dan BAP
1Komunikasi pribadi dengan ibuk Karsinah di Balitbu
Solok.

212 ISSN 1979-0228


Pengaruh Pemberian BAP dan NAA terhadap Multiplikasi Tunas Pucuk Jeruk Kanci

mikroorganisme dari ruang kultur. tiap eksplan yang ditumbuhkan. Diamati


Penyemprotan ruangan dan botol-botol eksplan sampai tanaman berumur 70 hst, dihitung
setiap hari dengan menggunakan alkohol 70 % dengan rumus :
serta penyinaran dengan cahaya lampu neon 20 % multiplikasi =
watt pada tiap-tiap rak kultur. Jumlah eksplan yang mengalami multiplikasi x 100%
Jumlah eksplan hidup
Pengamatan
Pengamatan dilakukan sampai eksplan e. Persentase eksplan yang membentuk akar (%)
berumur 10 minggu setelah tanam atau 70 hari Eksplan yang membentuk akar ditandai
setelah tanam (hst), pengamatan dilakukan dengan telah munculnya akar yang panjangnya
terhadap : besar atau sama dengan 0,2 cm. Pengamatan
dilaksanakan sampai umur 70 hst, dihitung
a. Persentase eksplan yang hidup (%) dengan menggunakan rumus :
Eksplan hidup ditandai dengan warna % akar = Jumlah eksplan yang membentuk akar x 100%
yang masih hijau, tidak terkontaminasi, dan Jumlah eksplan hidup
masih segar. Dihitung dengan menggunakan
rumus : f. Persentase eksplan yang membentuk
%eksplan yang hidup = Jumlah eksplan yang hidup x 100% kalus (%)
Jumlah eksplan hidup Kalus merupakan sekumpulan sel yang
belum terdiferensiasi, berwarna putih
kompak atau putih kekuningan yang terbentuk
b. Saat muncul tunas (hst)
pada salah satu sisi atau seluruh permukaan
Pengamatan ini ditandai dengan eksplan, diamati sampai umur 70 hst. Dihitung
munculnya tunas yang biasanya berwarna dengan rumus :
putih atau putih kehijauan. Dinyatakan telah % eksplan berkalus = Jumlah eksplan berkalus x100%
muncul apabila pada salah satu populasi Jumlah eksplan hidup
sampel telah muncul atau tumbuh tunas dan
dicatat waktunya. Pengamatan dilakukan pada
saat muncul tunas pertama. HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Eksplan Hidup


c. Persentase eksplan yang membentuk tunas (%) Hasil analisis ragam persentase eksplan
Pengamatan dilakukan bila sudah muncul hidup dapat dilihat pada Lampiran 4a. Analisis
tunas sampai umur 70 hst , dihitung dengan ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat
menggunakan rumus : interaksi yang nyata antara konsentrasi NAA
%tunas = Jumlah eksplan yang membentuk tunas x 100% dengan konsentrasi BAP yang diberikan
Jumlah eksplan hidup terhadap eksplan hidup, begitu juga dengan
pengaruh utama masing-masing zat pengatur
d. Persentase eksplan yang mengalami tumbuh yang diberikan. Hasil uji F pada taraf
multiplikasi (%) 5% terhadap persentase eksplan hidup dapat
Eksplan yang mengalami multiplikasi dilihat pada Tabel 1.
adalah bila terdapat 2 atau lebih tunas pada

Tabel 1. Persentase eksplan hidup pada media MS dengan pemberian berbagai konsentrasi BAP
dan NAA pada umur 70 hst
Konsentrasi BAP Konsentrasi NAA (mg/l) Pengaruh
0 0,5 1 1,5 Utama BAP
(mg/l) (%)
0,0 77,78 88,89 77,78 88,89 83,33
2,5 88,89 88,89 100,00 100,00 94,44
5,0 100,00 88,89 100,00 100,00 97,22
7,5 88,89 100,00 88,89 88,89 91,67
Pengaruh utama NAA 88,89 91,67 91,67 94,44
Angka-angka pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf 5%

ISSN 1979-0228 213


Jerami Volume 3 No.3, September Desember 2010

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa eksplan. Gunawan (1987) menyatakan bahwa


tanpa pemberian NAA, pada konsentrasi NAA pertumbuhan dan perkembangan eksplan juga
0,5 mg/l, 1,0 mg/l dan 1,5 mg/l tidak dipengaruhi oleh media yang digunakan.
memberikan pengaruh yang nyata terhadap Media MS merupakan media yang cocok untuk
persentase eksplan yang hidup. Hal ini juga pertumbuhan dan perkembangan hampir
terjadi pada tanpa pemberian BAP, pada semua jenis tanaman. Wattimena et al (1992)
konsentrasi BAP 2,5 mg/l, 5,0 mg/l, dan 7,5 juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mg/l. mempengaruhi pertumbuhan dan
Pemberian BAP sampai konsentrasi 5,0 morfogenesis tanaman adalah genotipe dari
mg/l cenderung meningkatkan persentase eksplan yang digunakan, media yang
eksplan yang hidup, namun pada konsentrasi mencakup komponen penyusun media dan zat
7,5 mg/l persentasenya turun, tetapi lebih pengatur tumbuh yang ditambahkan,
tinggi dibandingkan tanpa pemberian BAP. lingkungan tumbuh, keadaan fisik tempat
Peningkatan persentase eksplan hidup juga kultur ditumbuhkan dan fisiologi jaringan
terjadi pada pemberian NAA pada konsentrasi eksplan yang digunakan.
0,5, mg/l dan 1,5 mg/l.
Tidak adanya pengaruh yang nyata dari Persentase Eksplan Yang Mengalami Multiplikasi
pemberian beberapa konsentrasi NAA dan Hasil analisis ragam dari persentase
BAP terhadap eksplan hidup kemungkinan eksplan yang mengalami multiplikasi dapat
disebabkan karena sudah adanya dilihat pada Lampiran 4b. Analisis ragam
keseimbangan antara zat pengatur tumbuh menunjukkan bahwa interaksi BAP dan NAA
eksogen dengan hormon endogen dari eksplan. tidak memberikan pengaruh yang nyata
Sumardi (1996), menyatakan bahwa auksin dan terhadap persentase eksplan yang mengalami
sitokinin bekerja bersama-sama dalam multiplikasi, hal ini juga terjadi pada pemberian
menciptakan kondisi optimum untuk berbagai konsentrasi NAA. Pemberian BAP
pertumbuhan eksplan. Interaksi antara hormon pada berbagai konsentrasi memberikan
endogen dan zat pengatur tumbuh yang pengaruh yang nyata terhadap eksplan yang
diberikan akan mampu mendukung mengalami multiplikasi. Hasil uji DNMRT
kelangsungan hidup eksplan. pada taraf 5% terhadap persentase eksplan
Tingginya persentase eksplan hidup juga yang mengalami multiplikasi dapat dilihat
disebabkan karena komposisi zat dalam media pada Tabel 2.
telah cocok untuk menyokong kehidupan

Tabel 2. Persentase eksplan yang mengalami multiplikasi pada media MS dengan pemberian
berbagai konsentrasi BAP dan NAA pada umur 70 hst
Konsentrasi NAA (mg/l)
Konsentrasi BAP Pengaruh Utama
0,0 0,5 1,0 1,5
(mg/l) BAP
(%)
0,0 44,44 44,44 11,11 44,44 36,11 b
2,5 77,78 88,89 100,00 88,89 88,89 a
5,0 77,78 77,78 66,67 66,67 72,22 a
7,5 11,11 0,00 22,22 22,22 13,89 c
Pengaruh utama NAA 52,78 52,78 50,00 55,56
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa diduga karena pemberian BAP pada
pemberian BAP pada konsentrasi 2,5 mg/l konsentrasi tinggi diduga dapat menghambat
dapat meningkatkan persentase eksplan jumlah tunas yang terbentuk yang ditandai
mengalami multiplikasi yang merupakan dengan rendahnya persentase eksplan yang
persentase tertinggi. Tetapi pada konsentrasi mengalami multiplikasi.
BAP 5,0 mg/l terjadi penurunan walaupun Moore (1979) dan Wattimena (1988)
tidak nyata. Pada pemberian BAP dengan menyatakan bahwa pemberian zat pengatur
konsentrasi 7,5 mg/l terjadi penurunan yang tumbuh dengan konsentrasi tinggi bukanlah
sangat nyata. Adanya penurunan persentase ini bersifat mendorong pertumbuhan akan tetapi

214 ISSN 1979-0228


Pengaruh Pemberian BAP dan NAA terhadap Multiplikasi Tunas Pucuk Jeruk Kanci

menghambat perkembangan eksplan, karena percobaan Enjoni (2004) pada tanaman jeruk
keseimbangan tidak dapat terjadi sehingga Crifta-01, pemberian BAP pada konsentrasi 8
dapat menghambat proses pembelahan sel. mg/l memberikan jumlah tunas terbanyak, ini
Namun hal ini juga tergantung dari menandakan bahwa persentase eksplan yang
kemampuan masing-masing eksplan mengalami multiplikasi juga cukup tinggi.
menerima tambahan dari luar, karena pada

BAP 2,5 mg/l + NAA 1,5 mg/l BAP 7,5 mg/l + NAA 1,5 mg/l

Wareing and Philips,1981 cit Thaib (1997) Persentase Eksplan Yang Membentuk Kalus
menyatakan bahwa tanggap tanaman terhadap Hasil analisis ragam dari persentase eksplan
hormon dan zat pengatur tumbuh sangatlah yang membentuk kalus dapat dilihat pada
bervariasi tergantung pada kepekaan organ Lampiran 4c. Sidik ragam menunjukkan bahwa
tersebut. Bekerjanya hormon dan zat pengatur pemberian beberapa konsentrasi NAA, dan
tumbuh yang diberikan pada jaringan tanaman pada berbagai konsentrasi BAP serta interaksi
yang tanggap, akan membawa perubahan yang keduanya berpengaruh nyata terhadap
akibatnya dapat diukur pada pengaruh eksplan yang membentuk kalus. Hasil uji
fisiologis dan morfologis tanaman. DNMRT pada taraf 5% terhadap persentase
eksplan membentuk kalus dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Persentase eksplan yang membentuk kalus pada media MS dengan pemberian berbagai
konsentrasi BAP dan NAA pada umur 70 hst
Konsentrasi BAP Konsentrasi NAA (mg/l) Pengaruh
0,0 0,5 1,0 1,5 Utama BAP
(mg/l) (%)
0,0 0,00 b B 66,67 a B 87,50 a A 87,50 aA 60,42
2,5 44,44 b A 100,00 a A 100,00 a A 77,78 aB 80,55
5,0 33,33 a A 11,11 ab C 0,00 b B 33,33 aC 19,44
7,5 0,00 a B 0,00 a C 22,22 a B 0 ,00 aD 5,50
Pengaruh utama 19,44 44,44 50,00 47,22
NAA
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf besar yang sama dan angka-angka pada baris ang sama diikuti huruf kecil
yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Pemberian NAA pada konsentrasi 0,5 biasanya terjadi jika perbandingan antara
mg/l dan 1,0 mg/l memberikan persentase konsentrasi auksin dan sitokinin seimbang.
eksplan membentuk kalus tertinggi jika Sumardi (1996) menyatakan, bahwa
dikombinasikan dengan BAP 2,5 mg/l. Ini pertumbuhan kalus dipengaruhi oleh beberapa
berarti bahwa interaksi auksin dengan faktor terutama yang berhubungan langsung
konsentrasi 0.5 mg/l dan 1,0 mg/l dengan dengan eksplan seperti ketersediaan energi,
sitokinin 2,5 mg/l telah memberikan tempat eksplan tumbuh dan kehadiran zat
perbandingan yang seimbang terhadap eksplan pengatur tumbuh terutama auksin dan
yang membentuk kalus. Widiastoety (1985), sitokinin dalam media kultur dengan
menyatakan bahwa pembentukan kalus keseimbangan tertentu.
.

ISSN 1979-0228 215


Jerami Volume 3 No.3, September Desember 2010

BAP 2,5 mg/l + NAA 1,0 mg/l BAP 2,5 mg/l + NAA 1,0 mg/l

Pemberian BAP pada konsentrasi 7,5 mg/l dengan berbagai taraf konsentrasi NAA
dengan berbagai interaksinya dengan NAA merupakan multiplikasi secara tidak langsung,
memberikan pengaruh yang tidak nyata. yang menghasilkan bahan tanam yang bagus
Perlakuan BAP pada konsentrasi 7,5 mg/l untuk diregenerasikan membentuk planlet.
dengan berbagai taraf konsentrasi NAA
menyebabkan tidak terbentuknya kalus, Persentase Eksplan Membentuk Tunas
kecuali bila dikombinasikan dengan NAA pada Hasil analisis ragam eksplan yang
konsentrasi 1,0 walaupun memberikan nilai membentuk tunas dapat dilihat pada Lampiran
yang tidak nyata. Hal ini diduga karena 4d. Analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian BAP yang terlalu tinggi tidak pemberian BAP dan NAA pada berbagai
seimbang dengan konsentrasi NAA dalam konsentrasi terhadap eksplan yang membentuk
pembentukan kalus. Hal ini terjadi tidak hanya tunas memberikan pengaruh yang tidak nyata,
pada persentase eksplan yang membentuk begitu juga dengan interaksi BAP dan NAA.
kalus, tetapi juga pada eksplan yang mengalami Hasil uji F pada taraf 5% terhadap persentase
multiplikasi. Kalus yang terbentuk pada eksplan membentuk tunas disajikan pada
perlakuan BAP dengan konsentrasi 2,5 mg/l Tabel 4.

Tabel 4. Persentase eksplan membentuk tunas pada media MS dengan pemberian berbagai
konsentrasi BAP dan NAA pada umur 70 hst
Konsentrasi NAA mg/l
Konsentrasi BAP Pengaruh Utama
0,0 0,5 1,0 1,5
(mg/l) BAP
(%)
0,0 77,78 66,67 77,78 66,67 72,22
2,5 100,00 77,78 100,00 88,89 91,67
5,0 88,89 77,78 100,00 88,89 91,32
7,5 88,89 100,00 88,89 88,89 91,67
Pengaruh utama NAA 88,89 80,55 91,67 83,33
Angka-angka pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf 5%

Eksogen dengan hormon endogen dari bahwa penambahan tidak memberikan


Tabel 4 memperlihatkan bahwa persentase pengaruh karena pada pemberian 0,0 mg/l
eksplan membentuk tunas memberikan NAA persentase eksplan membentuk tunas
pengaruh yang tidak nyata, tapi jika dilihat dari lebih tinggi dari pemberian NAA 0,5 mg/l.
angka-angkanya, terlihat bahwa pemberian Wattimena (1992) menyatakan bahwa
BAP pada konsentrasi 2,5 mg/l dan 7,5 mg/l proliferasi tunas hanya memerlukan sitokinin
cenderung memberikan persentase eksplan dalam konsentrasi yang tinggi tanpa auksin
membentuk tunas yang sama tinggi. Pemberian atau dengan auksin dalam konsentrasi yang
BAP dengan konsentrasi 5,0 mg/l lebih tinggi rendah sekali. Zat pengatur tumbuh pada
dibandingkan dengan yang tanpa pemberian eksplan tergantung dari zat pengatur tumbuh
BAP. Ini membuktikan bahwa pada eksplan endogen dan zat pengatur tumbuh eksogen
masih perlu tambahan zat pengatur tumbuh. yang diserap dari media tumbuh. Zat pengatur
Kemampuan eksplan membentuk tunas tumbuh eksogen ini tidak selalu sama dengan
tertinggi didapat pada pemberian NAA dengan zat pengatur tumbuh endogen. Tetapi
konsentrasi 1,0 mg/l, namun dapat dilihat kebanyakan zat pengatur tumbuh eksogen

216 ISSN 1979-0228


Pengaruh Pemberian BAP dan NAA terhadap Multiplikasi Tunas Pucuk Jeruk Kanci

mempunyai peran yang sama dengan zat Saat Muncul Tunas


pengatur tumbuh endogen. Pada beberapa jenis Hasil analisis ragam saat muncul tunas
tanaman atau pada tingkat selular kebutuhan dapat dilihat pada Lampiran 4e. Pemberian
akan zat pengatur tumbuh eksogen itu akan beberapa konsentrasi BAP menunjukkan
spesifik. pengaruh yang nyata terhadap saat muncul
Gunawan (1988) menyatakan bahwa tunas. Pada perlakuan NAA dengan berbagai
interaksi dan perimbangan antara zat pengatur taraf konsentrasi tidak memberikan pengaruh
tumbuh yang diberikan dalam media dan yang terhadap saat muncul tunas, begitu juga dengan
diproduksi oleh sel secara endogen, menentu- interaksi keduanya. Saat muncul tunas setelah
kan arah perkembangan suatu kultur, penam- diuji dengan uji DNMRT pada taraf 5% dapat
bahan auksin atau sitokinin eksogen mengubah dilihat pada Tabel 5.
level zat pengatur tumbuh endogen sel.

Tabel 5. Saat muncul tunas dengan pemberian berbagai konsentrasi NAA dan BAP dalam media
MS.
Konsentrasi BAP Konsentrasi NAA(mg/l)
Pengaruh Utama
0,0 0,5 1,0 1,5
(mg/l) BAP
(hst)
0,0 29,44 21,06 25,44 34,50 27,61 a
2,5 19,67 18,50 14,57 14,44 16,79 b
5,0 8,11 18,56 14,78 21,22 15,67 b
7,5 16,55 15,22 20,06 20,00 17,96 c
Pengaruh utama NAA 18,44 18,33 18,71 22,51
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 5 terlihat bahwa peningkatan sitokinin. Sitokinin berperan dalam


konsentrasi BAP dari tanpa pemberian BAP pembentukan benang gelendong pada
sampai 7,5 mg/l mampu mempercepat saat metafase.
muncul tunas. Sedangkan peningkatan Pemberian berbagai konsentrasi NAA
konsentrasi BAP menjadi 7,5 mg/l justru tidak terlalu mempengaruhi saat muncul tunas,
memperlambat saat muncul tunas jika namun dilihat dari pengaruh utama berbagai
dibandingkan dengan pemberian 2,5 mg/l dan konsentrasi NAA, pada konsentrasi NAA 0,5
5,0 mg/l. Saat muncul tunas tercepat terdapat mg/l memperlihatkan saat tumbuh tunas
pada pemberian konsentrasi BAP 5,0 mg/l, tercepat, dan yang terlambat pada konsetrasi
yang tidak berbeda nyata dengan pemberian NAA 1,5 mg/l.
BAP 2,5 mg/l. Saat muncul tunas terlambat Hal ini sejalan pernyataan George and
pada tanpa pemberian BAP, hal ini dapat terjadi Sherrington (1984) yang menyatakan bahwa
karena sitokinin sangat dibutuhkan dalam pada inisiasi tunas hanya memerlukan sitokinin
proses pembelahan sel dan merangsang inisiasi dalam konsentrasi optimum tanpa auksin atau
tunas. auksin dalam konsentrasi yang rendah.
Wattimena et al (1992) menyatakan bahwa Penambahan sitokinin dalam media kultur
peran fisiologis sitokinin adalah mendorong dapat memacu pertumbuhan tunas aksilar dan
pembelahan sel, morfogenesis, pertunasan, mereduksi tunas apikal dari pucuk utama pada
pembentukan kloroplas, pemecah dormansi, kultur tanaman dikotil, walaupun masih
pembukaan stomata, pembungaan dan banyak faktor-faktor lain yang membatasinya
pembentukan buah partenokarpi. Abidin (1985) seperti kemampuan sifat multiplikasinya yang
menyatakan sitokinin yang ditambahkan secara rendah sehingga sangat sulit untuk
eksogen akan berpengaruh pada peningkatan menginduksi inisiasi tunas, terutama pada
sintesis DNA, RNA, dan sintesis protein. spesies tanaman berkayu.
Adenin merupakan salah satu basa organik Zat pengatur tumbuh yang diberikan pada
penyusun asam nukleat yang merupakan media akan berpengaruh terhadap
bahan penyusun kromosom. Setiap pertumbuhan eksplan pada kultur in vitro.
pembelahan sel diikuti dengan duplikasi DNA, Besarnya konsentrasi sitokinin yang
tanpa adenin DNA tidak akan terbentuk. ditambahkan berkaitan erat dengan kandungan
Pembelahan mitosis tidak akan terjadi tanpa

ISSN 1979-0228 217


Jerami Volume 3 No.3, September Desember 2010

hormon yang ada di dalam jaringan eksplan Allen, M. 2002. Pengaruh zat pengatur tumbuh
(Locy 1984 cit Enjoni 2004) terhadap induksi kalus dan
organogenesis nuselus jeruk kanci
Persentase Eksplan Membentuk Akar (Citrus sp) secara in vitro. Skripsi S1
Pada percobaan ini tidak terdapat eksplan Fakultas Pertanian Universitas
yang membentuk akar, hal ini diduga karena Andalas. Padang. 41 hal.
nisbah auksin-sitokinin yang rendah. George
Dixon, R.A and Gonzales. 1994. Plant cell
dan Sherrington (1984), menyatakan bahwa
culture. A Practical Approach. Second
auksin dalam konsentrasi tinggi tanpa atau
Edition. Oxford University Press.
dengan sitokinin rendah akan menginduksi
Oxford New York. Tokio. 230 pp.
perakaran. Penelitian Rahayu (1993) yang
menggunakan kombinasi NAA 2,1 mg/l Djoemaijah, D. P. Saraswati., R. Hardianto.,
dengan IBA 0,5 mg/l mampu memberikan M.C.Mahfud., N. Rangarso., Setiono.,
jumlah akar terbanyak pada jeruk Troyer dan Handoko. 1999. Penerapan
Citrange secara in vitro. teknologi produksi tanaman jeruk
pulung menggunakan bibit bebas
penyakit di daerah endermis CVPD di
KESIMPULAN Ponorogo Jawa Timur. Dalam
Prosiding Seminar Nasional
Adapun kesimpulan dari penelitian ini Hortikultura. 106-113 hal.
adalah sebagai berikut :
Enjoni. 2004. Respon eksplan pucuk tanaman
- Pemberian konsentrasi BAP yang berbeda,
jeruk (Citrus sp) terhadap konsentrasi
memberikan pengaruh yang berbeda
NAA dan BAP pada inisiasi dan
terhadap persentase eksplan yang
ploriferasi tunas secara in vitro. Tesis
mengalami multiplikasi dan saat muncul
S2. Program Pascasarjana Universitas
tunas.
Andalas. Padang. 61 hal.
- Perlakuan BAP pada konsentrasi 2,5 mg/l
merupakan perlakuan terbaik terhadap Ferita, I., Sutoyo., H. Yanti. 2003. Pertumbuhan
persentase eksplan yang mengalami dan perkembangan tunas pucuk
multiplikasi dan saat muncul tunas. melinjo (Gnetum gnemon.L) secara in
- Interaksi BAP-NAA tidak memperlihatkan vitro. 15-17 hal.
pengaruh yang nyata terhadap
George, L. E ., and P.D Sherrington. 1984. Plant
kemampuan eksplan bermultiplikasi.
propagation by tissue culture. Hand
- Pemberian berbagai konsentrasi NAA tidak
Book and Directory of Commersial
memperlihatkan pengaruh yang nyata
Laboratory Exegetics Ltd. Eversly,
terhadap persentase eksplan yang
Basingtoke. England. 341 pp.
mengalami multiplikasi, persentase eksplan
yang hidup, persentase eksplan Gunawan, L.W. 1988. Teknik kultur jaringan
membentuk tunas dan saat muncul tunas. tumbuhan. Pusat Antar Universitas.
- Interaksi BAP 2,5 mg/l dengan NAA pada Bioteknologi IPB Bogor. 120 hal.
konsentrasi 0,5 dan 1,0 mg/l merupakan Gunawan, L. W. 1987. Teknik kultur in vitro
interaksi terbaik terhadap persentase
dalam hortikultura. Penebar Swadaya
eksplan yang membentuk kalus.
Anggota IKAPI. Jakarta. 115 hal.
Mariska, I. 1987. Konsepsi pelestraian plasma
DAFTAR PUSTAKA nutfah dengan biakan in vitro. Edisi
Khusus LITTRO 3(1). 22-27 hal.
Aksi Agraris Kanisius. 1994. Budidaya tanaman Moore, T. C. 1979. Biochemistry and physiology
jeruk. Kanisius. Yogyakarta. 220 hal. of plant hormones. Springger-Verlag.
Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar pengetahuan New York. 174 pp.
tentang zat pengatur tumbuh. Angkasa Prahardini, P. E. R; T. Sudaryono dan Purnomo.
Bandung. 85 hal. 1993. Komposisi media dan eksplan
untuk inisiasi dan proliferasi salak
secara in vitro. Penelitian Hortikultura.

218 ISSN 1979-0228


Pengaruh Pemberian BAP dan NAA terhadap Multiplikasi Tunas Pucuk Jeruk Kanci

Vol. 5 no. 2 tahun 1993. Balai Penelitian Murr.) secara in vitro. Tesis S2. Program
Hortikultura Solok. 15-27 hal. Pascasarjana Universitas Andalas.
Padang 76 hal.
Purnomo., Sukarmin., Karsinah., D. Djatmiadi.,
S, Handjani., Nurhadi., Sunyoto., dan Thaib, R. 1997. Perbanyakan enau (Arenga
Sudjijo. 2000. Varietas unggul batang pinnata (Wumrb) Murr.) secara in vitro.
bawah jeruk. Balai Penelitian Tanaman Tesis. Program Pasca Sarjana
Buah. Badan Penelitian dan Universitas Andalas. Padang. 98 hal.
Pengembangan Pertanian. Departemen
Wattimena, G. A. 1988. Zat pengatur tumbuh
Pertanian. Solok. 15-16 hal.
tanaman. PAU. IPB Bogor bekerjasama
Rahayu, M.S. 1993. Pengaruh media, auksin, dengan Lembaga Sumberdaya Inform
dan sitokinin terhadap perbanyakan, IPB. 145 hal.
perbanyakan tunas jeruk Troyer
Wattimena, G. A; L.W. Gunawan, N.A. Mattjik,
Citrange secara in vitro. Dalam Seminar
E. Syamsudin, N. M. A. Wiendi, A.
Program Pascasarjana IPB. Bogor. 74
Ernawati. 1992. Bioteknologi tanaman.
hal
Pusat Antar Universitas Bioteknologi
Soetikno, P.R. 1985. Prospek kultur jaringan IPB. Bogor. 309 hal.
untuk pelestarian tanaman langka.
Widiastoety, D. 1987. Penggunaan teknik
Trubus: Pekan tanaman
kultur in vitro untuk perbanyakan
langka.(Jakarta : 1984). 38-39 hal.
tanaman. Bahan latihan dan diskusi
Soetisna, U. dan A.T. Soenarto. 1984. Tanaman penelitian Buah-buahan Malang. Pusat
langka di Indonesia. LBN Bogor. (tidak penelitian dan pengembangan
diterbitkan) Hortikultura. Balai Penelitian
Hortikultura. Lembang. 1-28 hal.
Sumardi. 1996. Penggunaan arang aktif pada
beberapa komposisi NAA dan BAP
dalam kultur durian (Durio zibethinus

------------------------------oo0oo------------------------------

ISSN 1979-0228 219

Anda mungkin juga menyukai