Anda di halaman 1dari 16

PERCOBAAN MODUL IV

PENGUKURAN VISKOSITAS DENGAN

OSTWALD VISCOMETER

LAPORAN PRATIKUM

Nama : Ebbryl Nur Rochman

NIM : 12215071

Kelompok :6

Tanggal Pratikum : 10 November 2016

Tanggal Penyerahan : 17 November 2016

Dosen : Zuher Syihab, S.T, Ph.D.

Asisten Modul : Singgih Chandra Prakosa (12213007)

Gitani Tsalitsah Dahnil (12213069)

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

DAFTAR TABEL... 2

DAFTAR GAMBAR. 3

BAB 1: TUJUAN........ 4

BAB 2: TEORI DASAR..... 5

BAB 3: DATA DAN PENGOLAHAN..... 9

BAB 4: ANALISIS DAN PEMBAHASAN..... 11

BAB 5: SIMPULAN, SARAN DAN KESAN. 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 15

1
DAFTAR TABEL

Tabel data Percobaan ........................................................................................................... 9


Tabel Pengolahan data Air ................................................................................................... 9
Tabel Pengolahan data sampel oil ....................................................................................... 10

2
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR I: OSTWALD VISCOMETER........................... . 6


GAMBAR II: GRAFIK TERHADAP T ....... 10
GAMBAR IV: GRAFIK v TERHADAP T.................................................................. 10

3
BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM

I. Tujuan Pratikum
1. Menentukan konstanta (C) alat Ostwald Viscometer.
2. Menentukan viskositas fluida yang mengalir melalui pipa kapiler.
3. Menentukan hubungan viskositas dan temperatur.

4
BAB II
TEORI DASAR

II. Dasar Teori


Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung
berbentuk silinder. Ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan
baik untuk cairan maupun gas.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.

Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya
mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida
adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk
fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g)
nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas.
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida
tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh
lapisan fluida setebal h,sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A.
Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida
dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu
gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas
dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan
lapisan yang saling bergeseran.Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s)
sebesar F/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan
kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada
lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan
fluida.
Konsep Viskositas

5
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan
antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk
suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dkk. Hal
ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang
permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat
kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin
kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng paha ikan di dapur, minyak
goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi
suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (rill =
nyata). Fluida riil/nyata tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air,
sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal
sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan
untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam
pokok bahasan Fluida Dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar,
padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar
tegar/kaku. Tujuannya sama, biar analisis kita menjadi lebih sederhana.
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah
dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100
P. Satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean
Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh).
1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2

Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat
cair yang lain. Salah satunya adalah viskositas. Viskositas merupakan tahanan yang
dilakukan oleh suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya. Sifat viskositas ini dimiliki
oleh setiap fluida, gas, atau cairan. Viskositas suatu cairan murni adalah indeks hambatan
aliran cairan. Aliran cairan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen. Aliran laminar menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis
tengah kecil. Sedangkan aliran turbulen menggambarkan laju aliran yang besar dengan
diameter pipa yang besar. Penggolongan ini berdasarkan bilangan Reynoldnya.
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan
untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya
viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan
ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya
berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan
6
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat
gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dll.
Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan koefisien viskositas (h). Kebalikan dari
Koefisien viskositas disebut fluiditas, , yang merupakan ukuran kemudahan mengalir suatu
fluida.
Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik
menarik antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam
kedudukan setimbang, maka sebelum sesuatu lapisan melewati lapisan lainnya diperlukan
energy tertentu. Sesuai hokum distribusi Maxwell-Boltzmann, jumlah molekul yang memiliki
energy yang diperlukan untuk mengalir, dihubungkan oleh factor e-E/RT dan viskositas
sebanding dengan e-E/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap viskositas dinyatakan
dengan persamaan empirik,
h = A e-E/RT

A merupakan tetapan yang sangat tergantung pada massa molekul relative dan
volume molar cairan dan E adalah energi ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal
aliran
Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan jatuhnya benda melalui medium
zat cair, yaitu berdasarkan hukum Stokes. Dimana benda bulat dengan radius r dan rapat d,
yang jatuh karena gaya gravitasi melalui fluida dengan rapat dm/db, akan dipengaruhi oleh
gaya gravitasi sebesar :
F1 = 4/3 r3 ( d-dm ) g

Prinsip Viscometer Oswald

Viscometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur viskositas atau kekentalan
suatu larutan. Kebanyakan viscometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir
melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu
rendah (misalnya cair) dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viscositasnya
tinggi (misalnya madu).
Viscometer Oswald untuk mengukur sampel yang encer atau kurang kental.
Berdasarkan persamaan poisseulle, dengan membandingkan wakltu alir cairan sampel dan
cairan pembanding menggunakan alat yang sama.

7
8
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN

3.1 Data
SAMPEL SUHU WAKTU

Air 50 C 309 s

Oil 40 C 243 s

Oil 50 C 210 s

Berat Picno (5 mL) kosong = 15,8 g


moil (40 0C) = 20.8 15,8 =5g
moil (50 0C) = 20,9 15,8 = 5,1 g

3.2 Pengolahan

Konstanta (C) = / t

1. Air

Suhu Viskositas dinamik () Viskositas kinematik () Konstanta (C)


(oC) (N )
(m2/s) (cS/s)

50 0.547 x 10 -3 0.553 x 10-6 1.7896 x 10-3

oil = moil / vpicno =Cxt =x

oil (400C) = 1 g/mL


oil (500C) = 1,02 g/mL

9
2. Sampel oil

Suhu Viskositas dinamik () Viskositas kinematik () Konstanta (C)


(oC) (cP) (cS) (cS/s)

40 3.4822 3.4822 0.01433


50 3.0695 3.0093 0.01433

3. Grafik

Grafik o terhadap T

3,6

3,4
o (cP)

3,2 o
3

2,8
0 10 20 30 40 50 60
T(C)

Grafik o terhadap T

3,6
3,4
3,2
o(cS)

o
3
2,8
2,6
0 10 20 30 40 50 60
T(C)

10
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan pada percobaan modul ini adalah:

Percobaan dilakukan pada P & T konstan

Sampel homogen dan tidak terkontaminasi

Alat dalam keadaan bersih

Tidak ada kesalahan parallax, air yang dipakai tepat 10 cc serta pengukuran lama
waktu alir tepat dimulai ketika berada di batas atas dan berhenti di batas bawah

Koreksi energi kinetik diabaikan ketika waktu pengaliran lebih dari 200 detik

Saat pemanasan Ostwald viscometer dalam water bed, pemanasan terjadi secara
merata

Suhu dianggap konstan saat fluida dialirkan

Pemuaian picnometer diabaikan

Temperatur crude oil sama ketika pengukuran densitas dan pengukuran waktu
pengaliran

4.2 Analisis Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Ostwald Viscometer,
stopwatch, pycnometer, thermometer, constant temperature bath, gelas ukur, neraca analitis,
rubber penjepit, aquades, sampel crude oil, dan bola karet.

Ostwald Viscometer yang kami gunakan berukuran 25 cc dan 10 cc. Pada saat
pengaliran air digunakan Ostwald viscometer berukuran 25 cc, waktu alirnya menjadi sangat
lama dikarenakan diameter dari alat sangat kecil sehingga kecepatan alir fluida berkurang.
Untuk pengaliran crude oil digunakan Ostwald viscometer berukuran 10 cc, waktu alirnya
lebih cepat, karena diameter alat tidak terlalu kecil jika dibandingkan Ostwald viscometer 25
cc.
11
Picnometer yang digunakan adalah 5mL, dan diasumsikan bahwa volume pycnometer
tidak berubah akibat pemuaian (diabaikan). Sehingga digunakan volume 5 mL pada
penghitungan massa jenis sampel

4.3 Analisis Keberjalanan

Praktikum berjalan cukup lama, dimulai dengan tes awal dan tes alat. Kemudian kami
melakukan 2 percobaan, ada yang mengerjakan Ostwald viscometer untuk mencari konstanta
alat dan mencari viskositas sampel, kemudian ada yang menentukan densitas dari sampel
menggunakan picnometer.

Pada saat penentuan kontanta alat kami set constant temperature bath 50 derajat
celcius, padahal seharusnya kami set alat 25 derajat celcius sehingga menghambat jalannya
praktikum. Dan juga saat itu dipakai Ostwald viscometer berdiameter kecil sehingga
menyebabkan terhambatnya keberjalanan praktikum kali ini.

Penggunaan piknometer juga masih kurang baik, dikarenakan tidak segera mengukur
volume piknometer + sampel ketika suhunya masih konstan. Akan tetapi karena diasumsikan
tetap sehingga kesalahan tersebut dapat diabaikan.

4.4 Analisis Hasil Percobaan

Pada penentuan konstanta alat didapat nilai konstanta C sebesar 0.0017896 cS/s.
Terlihat bahwa nilainya berbeda dengan nilai referensi yaitu 0.0019 cSt/s. Ini diakibatkan
karena terdapat koreksi yang tidak kami perhitungkan. Data konstanta C yang diberikan
asisten adalah 0.01433 cS/s untuk Ostwald viscometer berukuran 10cc ini berbeda dengan
nilai konstanta alat yang didapatkan sebelumnya yaitu kontanta alat berukuran 50cc.

Pada percobaan penentuan densitas cairan didapatkan nilai pada picnometer


ukuran 5 mL ialah 1 gr/cm3 untuk 40 derajat C dan 1,02 gr/cm3 untuk 50 derajat C. Densitas
minyak yang didapatkan melebihi densitas air, padahal seharusnya densitas minyak lebih
kecil dari densitas air. Ini dikarenakan pada saat pengukuran kita tidak melibatkan galat dari
alat itu sendiri maupun dari perhitungan.

12
Pada sampel minyak, nilai viskositas dinamiknya sebesar 3.4822 cS pada suhu 40 derajat
C dan 3.0695 cS pada suhu 50 derajat C. Viskositas kinematik sampel sebesar 3.4822 cP pada
suhu 40 derajat C dan 3.0093 cP pada suhu 50 derajat C. Semakin tinggi temperature
menyebabkan energy tiap-tiap molekul bertambah sehingga molekul bergerak lebih cepat,
terjadi pengurangan tumbukan antar molekul yang menyebabkan gaya gesek internal.
Sehingga wajar bahwa viskositas dinamik dan kinematic yang didapatkan pada suhu yang
lebih tinggi nilainya cukup kecil jika dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah.

13
BAB V
SIMPULAN, SARAN DAN KESAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum kali ini ialah sebagai berikut:


Nilai konstanta alat (C) Ostwald Viscometer pada suhu 50 derajat C volume 25
cc adalah 1.7896 x 10-3 cSt/s

Nilai viskositas dinamik: 3.4822 cS (40 derajat C) dan 3.0695 cS (50 derajat C).
Viskositas kinematik: 3.4822 cP (40 derajat C) dan 3.0093 cP (50 derajat C)

Nilai viskositas dan temperatur berbanding terbalik. Nilai Viskositas kinematik


dipengaruhi oleh densitas.

5.2 Saran

Menurut saya tes alatnya terlampau lama, mungkin bisa dipercepat


dikarenakan data yang diambil juga membutuhkan waktu yang lama pula. Selain itu
mungkin disediakan kursi dan meja untuk tes awal. Dan soalnya ditulis di papan tulis
sehingga memudahkan praktikan untuk menjawab pertanyaan.

5.3 Kesan

Praktikum kali ini menyenangkan, saya tidak tahu pasti kenapa tapi modul ini tidak
begitu sulit. Selain itu asistennya baik banget, karena sudah tahu bahwa kelompok
kami terlihat tidak siap namun asprak masih tetap sabar membantu kami. Walaupun
sebenarnya itu dikarenakan kami paginya praktikum susulan FR modul 3. Ketika
kelompok kami diberi pertanyaan yaitu mengenai grafik viskositas terhadap waktu
sejenak saya berfikir karena saya pun lupa. Padahal pernah dibahas saat modul 6
bahkan saat dikelas dan tugas-tugas mas Zuher. Tapi saat Ray mengatakan
penjelasannya tiba tiba saya ingat grafiknya dan menyebabkan tidak dapat JP. Saya
bersyukur atas hal tersebut. Terimakasih asprak (bang Singgih dan kak Gita).

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Hazard Symbols. http://www.hse.gov.uk/chemical-classification/labelling-


packaging/hazard-symbols-hazard-pictograms.htm, diakses pada 16 November 2016
pukul 20.30 WIB

McCain, William D. Jr. 1990. The Properties of Petroleum Fluids. 2 nd ed. PennWell
Publishing Co.: Tulsa, Oklahoma

Modul 4. Pengukuran Viskositas dengan Ostwald Viscometer. TM-2108 ITB Fluida


Reservoir. Semester I 2016/2017

15

Anda mungkin juga menyukai