Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan
menerima upah.

Pada sisi lain seperti yang dikemukakan Satjipto Rahardjo bahwa untuk menggambarkan
masyarakat Indonesia tidak ada yang lebih bagus dan tepat selain dengan mengatakan bahwa
masyarakat itu sedang berubah secara cepat dan cukup mendasar. Indonesia adalah
masyarakat yang tengah mengalami transformasi struktural yaitu dari masyarakat yang
berbasis pertanian ke basisindustri. Perubahan tersebut mengalami akselerasi, yaitu sejak
penggunaan teknologi makin menjadi modus andalan untuk menyelesaikan permasalahan

Kebijakan dan program pemerintah mengenai penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke
luar negeri merupakan salah satu solusi untuk mengurangi tingkat pengangguran di tanah air,
dengan memanfaatkan kesempatan kerja di luar negeri, TKI tidak saja mendapatkan
penghasilan yang cukup besar, tetapi juga ikut menyumbang devisa bagi negara
Indonesia.Banyak TKI yang sudah berhasil, tetapi tidak sedikit pula yang pada mulanya ingin
bekerja untuk membebaskan diri dan keluarganya dari jeratan kemiskinan mengalami
penganiayaan dan perkosaan oleh majikan dan tindakan tidak semena-mena oleh sebagian
perusahaan jasa tenaga kerja swasta (Hugo, 2002).

Bermula dari adanya persoalan yang menimpa para TKI seperti mendapat perlakuan yang
kasar atau tidak manusiawi tetapi sebagian besar dari mereka juga banyak yang mendapat
perlakuan baik dan sewajarnya. Disisi lain, seperti tidak diberi upah, dipukuli, diperkosa,
disiram air panas, diseterika bagian tubuhnya, tidak diberi makan, dikurung dalam gudang
dan lain-lain. Perlakuandiatas merupakan sebagian dari pelanggaran terhadap hak-hak TKI
yang terjadi di luar negeri. Kurangnya informasi yang diperoleh calon TKI atau TKI yang
bekerja di luar negeri banyak dikeluhkan oleh TKI dalam hubungannya dengan pelayanan
dan penempatan TKI.

Minimnya akses informasi calon TKI dan TKI cenderung menimbulkan sikap pasif dan
menerima perlakuan perusahaan jasa tenaga kerja swasta dan majikannya karena mereka
tidak tahu apa yang dilakukannya. Kemiskinan, kebodohan dan kekurangan informasi
memang dapat menyesatkan. Akses informasi calon TKI dan TKI cenderung menimbulkan
sikap pasif dan menerima perlakuan perusahaan jasa tenaga kerja swasta dan majikannya
karena mereka tidak tahu apa yang dilakukannya. Kemiskinan, kebodohan dan kekurangan
informasi memang dapat menyesatkan. Akses informasi tidak diberikan, yang dibutuhkan
buruh migran akses informasi.

1
Banyak TKI tidak dapat akses untuk mendapatkan informasi seperti upah dan yang lain-
lainnya, aspek penyebaran informasi yang masih terbatas juga memberi pengaruh terhadap
penempatan tenaga kerja ke luar negeri. Banyak akses masalah yang terjadi akibat tidak
memadainya penyediaan dan penyebaran informas ikepada masyarakat. Kurangnya informasi
yang diterima calon TKI dan TKI karena pemerintah yang bertugas dalam pelayanan dan
penempatan TKI belum optimal dalam memberikan informasi kepada mereka. Berbagai
keluhan yang disebabkan oleh kurangnya akses dan fasilitas pelayanan informasi sebaiknya
dapat dikurangi, apabila pemerintah semakin intensif dalam menyampaikan informasi hingga
menjangkau tiap calon TKI dan TKI. Oleh karena itu, aspek pelayanan informasi merupakan
salah satu faktor penting yang dapat meningkatkanpemahaman calon TKI dan TKI terutama.

Mengenai informasi hak dan kewajibannya.Informasi ini berguna untuk memberdayakan TKI
sehingga mereka tidak mudah percaya kepadasponsor, calo, taikong atau perusahaan jasa
tenaga kerja swasta dan berani menolak tindakan sewenang-wenang majikan yang
bertentangan dengan hak dan kewajibannya sebagai TKI.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan
makalah ini adalah Efektifnya TKI Ke Luar Negeri. Agar semua kita tau
bagaimana tata cara TKI ke luar negeri. Adapun masalah masalah yang kami
angkat kedalam makalah ini yaitu :

A. Fungsi dan peran TKI

B. Aturan TKI

C. Dampak Positif Dan Negatif TKI

Itulah beberapa rumusan masalah yang kami angkat dalam tema kami ini,
semoga kita semua dapat menyelesaikan permasalahan permasalahan ini.

3
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan atau penyusunan makalah
Kewarganegaraan yaitu agar kita semua tau bagaimana peran TKI
bagi negara kita ini dan apa dampak positif dari TKI tersebut bagi
negara kita ini. makanya kami ditugaskan untuk membuat makalah
tentang Efektifnya TKI ke luar negeri .

4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Fungsi dan peran TKI
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ternyata mempunyai peranan penting untuk
memperbaiki hubungan antara Indonesia dan Malaysia yang saat ini sedang memanas.Hal ini
diungkapkan oleh M. Cholily, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Timur,
yang ditemui pada hari Minggu (05/09) kemarin. Pemerintah Malaysia diuntungkan dengan
adanya TKI, Pemerintah Indonesia juga diuntungkan dengan devisa dari TKI, jelasnya.

Menurutnya, Pemerintah Malaysia juga dipengaruhi oleh banyaknya TKI yang bekerja di
sektor formal dan informal, sehingga penarikan secara massal TKI dari Malaysia dapat
merugikan Negara Jiran tersebut. Belum lagi jika para TKI tersebut dipulangkan ke
Indonesia, Pemerintah Indonesia juga harus menyediakan lapangan pekerjaan pengganti para
TKI tersebut yang jumlahnya sekitar 2 juta jiwa. Sebenarnya Indonesia dan Malaysia
membutuhkan TKI, sehingga kedua negara seharusnya memberikan perhatian yang serius
kepada buruh migran itu, ucapnya.

Cholily mengatakan bahwa hubungan Indonesia dan Malaysia yang memanas bisa saja
mempengaruhi kondisi psikologis dari para TKI. Bisa saja para majikan melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadap para TKI karena memanasnya hubungan antara Indonesia dan
Malaysia. Ada kemungkinan para majikan melakukan tindakan sewenang-wenang kepada
TKI yang menjadi pembantu rumah tangga karena ketegangan kedua negara itu, sehingga hal
itu merugikan TKI katanya.

Gemuruh pembangunan ekonomi masih menyisakan banyak pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. Salah satunya adalah persoalan kemiskinan. Faktual, saat ini jumlah penduduk
miskin masih tinggi. Data yang didiseminasi Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada
Maret 2012, sebanyak 29,13 juta (11,96 persen) penduduk Indonesia hidup di bawah garis
kemiskinan, sementara 26,39 juta (10,83 persen) lainnya rentan untuk jatuh miskin karena
kondisi kesejahteraan yang tidak jauh berbeda dengan penduduk miskin.

Selama ini pemerintah memang telah mengerahkan segenap upaya untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin secara berarti. Berbagai program penanggulangan kemiskinan berlapis pun
telah diluncurkan, yang tentu saja menghabiskan anggaran yang tidak sedikitmencapai 90
triliun di tahun 2012. Namun sayangnya, penurunan jumlah penduduk miskin berjalan lambat
dan jauh dari harapan.Karenanya, pemerintah perlu terus bekerja keras, dan upaya
penanggulangan kemiskinan hendaknya tidak hanya bertumpu pada berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang telah dijalankan selama ini. Berbagai upaya lain juga perlu
dicoba, dan salah satunya adalah pemanfaatan potensi uang yang dikirim oleh para tenaga
kerja Indonesia (TKI) dari luar negeri (remitansi).

5
Hingga tahun 2012, jumlah TKI yang bekerja di luar negeri telah mencapai 3.998.592 orang.
Tiga negara utama tujuan para TKI adalah Arab Saudi (1.427.928 orang), Malaysia
(1.049.325 orang), dan Taiwan (381.588 orang). Ini adalah data resmi yang dikeluarkan oleh
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) yang tentu saja tidak
mencakup mereka yang bekerja di luar negeri tanpa melalui jalur resmi alias ilegal.
Diketahui, jumlah TKI ilegal cukup besar (khususnya di Malaysia). Hingga saat ini, belum
ada data pasti mengenai jumlah mereka. Di Malaysia, misalnya, jumlah TKI ilegal
diperkirakan mencapai 2/3 dari total pekerja migran asal Indonesia yang bekerja di negara
tersebut (Sukamdi, 2008).

Sayangnya, sebagian besar TKI (71 persen) bekerja di sektor informal. Mudah untuk diduga,
sebagian besar mereka adalah pembantu rumah tangga (PRT). Hasil studi yang dilakukan
Suhariyanto et al. dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tahun 2007 menunjukkan, sekitar 48,8 persen TKI bekerja sebagai PRT. Temuan ini
nampaknya bersesuaian dengan fakta bahwa sekitar 76 persen TKI adalah perempuan.

Meskipun sebagian besar TKI bekerja di sektor informal, mereka berperan penting bagi
perekonomian melalui uang yang mereka kirimkan ke Indonesia. Itulah sebab mereka digelari
sebagai pahlawan devisa. Hingga saat ini tidak diketahui secara pasti jumlah remitansi
yang dikirim oleh para TKI. Sebagai gambaran, pada tahun 2009, jumlahnya diperkirakan
mencapai 6,77 miliar dollar AS (BI dan BNP2TKI).

Angka 6,77 miliar dollar AS tersebut dipastikan lebih kecil dari jumlah remitansi
sesungguhnya yang diterima dari para TKI. Pasalnya, selama ini belum ada sistem yang
memadai terkait penghitungan jumlah remitansi yang diperoleh dari para TKI. Secara
sederhana, selama ini remitansi dihitung dari semua residual pada neraca pembayaran
(balance of payment).

Selain itu, remitansi dalam jumlah signifikan yang mengalir ke Indonesia masih banyak yang
tidak terdeteksi karena dikirim melalui berbagai saluran tidak resmi. Sebagai contoh, Survei
Remitansi Nasional yang dilakukan Bank Indonesia mengungkap fakta bahwa di Nunukan,
Kalimantan Timur, hanya 30 persen TKI yang mengirimkan uangnya ke tanah air dengan
menggunakan saluran resmi atau bank. Sisanya, lebih memilih untuk mengirim uang mereka
melalui karabat atau teman yang kembali ke tanah air serta berbagai jalur tak resmi lainnya.

Potensi besar

Umumnya, para TKI berasal dari rumah tangga dengan kondisi ekonomi pas-pasan. Karena
itu, peran remitansi dari para TKI cukup besar bagi upaya penanggulangan kemiskinan. Hasil
studi yang dilakukan oleh Suhariyanto et al. juga menemukan bahwa sebagian besar sumber
pendapatan rumah tangga migran, yakni rumah tangga dengan minimal satu anggota rumah
tangga bekerja sebagai TKI, berasal dari remitansi. Donasinya mencapai 31,2 persen terhadap
total pendapatan yang diterima oleh rumah tangga.

6
B. Aturan TKI
Banyak sekali peraturan hukum positif yang menegaskan tentang eksistensi dari
Tenaga Kerja Indonesia (TKI), bahwa negara sangat berperan dalam pembudidayaan TKI di
Indonesia. Seperti halnya, pengurusan negara terhadap TKI. Maka, secara emplisit negara
telah menetapkan peraturan yang harus dijalan oleh seorang yang ingin menjadi TKI, yaitu
sebagai berikut:

a. Bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan
dijamin penegakannya.

b. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan.

c. Tenaga kerja Indonesia di luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia,
termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan
atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia.

d. Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja baik di
dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial,
kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, dan anti perdagangan manusia.

e. Penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan
dan penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan
harkat, martabat, hak asasi manusia dan perlindungan hukum serta pemerataan kesempatan
kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan nasional.

f. Penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri perlu dilakukan secara terpadu antara
instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dan peran serta masyarakat dalam suatu
sistem hukum guna melindungi tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan di luar negeri.

g. Peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan yang ada belum mengatur


secara memadai, tegas, dan terperinci mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja
Indonesia di luar negeri.

h. Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan


penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri diatur dengan Undang-undang.

Dari berbagai peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentang pelaksanaan dan
tanggung jawab TKI telah disebutkan dalan peraturan pemerintahan. Maka, secara otomatis
seorang TKI harus patuh dan taat hukum di dalam negri maupun di luar Negri, agar asuransi
dan perlengakapan persiapan Tki bisa berjalan sebagaimana mestinya.

7
C. Dampak Positif Dan Negatif TKI
1. Dampak Positif

Seiring dengan maraknya migrasi tenaga kerja internasional beberapa tahun terakhir dari
Indonesia ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur dan Timur Tengah, serta
sudah mulai merambah ke beberapa negara di Eropa, Amerika Utara dan Australia, di
Kabupaten Cilacap terjadi juga migrasi pekerja ke luar negeri yang menunjukkan jumlah
yang terus bertambah setiap tahunnya. Upah yang lebih memadai di negara asing menjadi
salah satu penyebab kegiatan tersebut terus berlangsung. Sebagai akibat dari tingginya upah
tersebut, pengiriman remitan sebagai salah satu hasil kerja di daerah asal juga semakin
meningkat.

Berdasarkan kondisi tersebut dirumuskan problem statemen: dampak positif dan dampak
negatif dari pengiriman tenaga kerja Indonesia. Bila melihat sejarah. Pengiriman tenaga kerja
ke luar negeri sudah ada pada tahun 1890. Pola perekrutan adalah menggunakan sistem kerja
kontrak. Pola tersebut masih ditemui pada saat ini. Perusahaan pengerah tenaga kerja
memperkerjakan tenaga kerja dengan sistem kontrak atau outsourching. Kini model ini
makin marak. Jumlah perusahaan pengerah tenaga kerja mencapai ratusan perusahaan.
Jumlah TKI yang dikirim mencapai jutaan orang. Itu artinya persaingan. Persaingan akan
melahirkan siapa yang paling kuat, pintar, trampil dan mampu beradaptasi mudah mendapat
pekerjaan. Tapi sebaliknya makin banyak calon TKI yang terpinggirkan, kalah atau kurang
memenuhi syarat namun punya semangat tinggi untuk mencari penghidupan di negeri lain
lantaran desakan ekonomi. Kaum inilah yang rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Terlepas dari pengelolaan TKI diluar negeri secara benar atau salah, terbukti bahwa Pekerja
migran telah menjadi pahlawan devisa bagi bangsa.

Mampu menggerakkan roda perekonomian kampung halaman. Pekerja migran mengirim


upahnya untuk memperbaiki rumah di kampung halaman, membeli sawah, membantu biaya
pendidikan anggota keluarganya. Pekerja migran adalah pahlawan. Mereka berjasa bagi
keluarga, dan bangsa. TKI memberi nilai tambah bagi keluarganya.Tahun 2008 TKI
menyumbang devisa bagi negara 82 triliun. Tahun ini ada 70.000 TKI di Malaysia yang
melewati perusahaan pemasok tenaga kerja (outsourching) dari sedikitnya 2,2 juta TKI.
Yang tercatat hanya 1,2 juta TKI. Selebihnya ilegal, dan rawan pelanggaran hak asasi
manusia. TKI bekerja lebih dari 8 jam sehari diupah 300 ringgit 450 ringgit (1 juta 1,3
juta rupiah) per bulan.

Ternyata pengiriman tenega kerja ke luar negeri bila dikelola dengan baik dapat
meningkatkan kesejahteraan pekerja. Meski di Malyasia dimana jumlah TKI terbanyak
berada di sana masih sering musibah bagi TKI, kita juga perlu mengangkat jempol karena
masih ada lokasi tujuan TKI yang positif bagi TKI. Pengelolaan tenaga kerja di luar negeri
yang berhasil adalah Hongkong. Keterlibatan atau campur tangan pemerintah RI di
Hongkong yang memberi pembekalan, perlindungan, perhatian terhadap tenaga kerja
Indonesia berhasil mewujudkan mimpi pemuda Indonesia untuk mengumpulkan uang,
pengalaman dan pengetahuan.

8
2. Dampak Negatif

Mengirim tenaga ke luar negeri sesungguhnya netral. Yang bermasalah adalah


pengelolaannya. Justru kalau bisa mengirimkan sebanyak mungkin tenaga terdidik,
berpengalaman, ahli di bidangnya ke luar negeri akan digaji sesuai pasar yang berlaku.
Yakinlah bangsa kita akan dipuji karena menjadi bangsa yang pandai mencetak SDM
tangguh. Sudah tidak terhitung penderitaan warga negera Indonesia di luar negeri ketika
mengadu nasib sebagai tenaga kerja. Kasus yang muncul berbagai bentuk, seperti TKI yang
dibunuh, diperkosa, pelecehan seksual, bunuh diri, digantung, membunuh , dipenjara, gaji tak
dibayar, pekerjaan tidak sesuai perjanjian kerja, sakit akibat kerja, penganiayaan, komunikasi
kurang lancar. Korban TKI meninggal dunia di Malaysia tahun 2007-2008 hingga Maret
2009 mencapai 40 orang per bulan. Penyebab penyakit di Malaysia paling besar karena
radang paru-paru. Karena mereka tinggal di bedeng yang lembab, khususnya pekerja
perkebunan, bangunana dan pabrik.

Kasus warga negera Indonesia di luar negeri mayoritas diborong oleh tenaga kerja indonesia
yang lemah dalam penguasaan keterampilan, penguasaan bahasa asing, berpendidikan
rendah, melalui proses pengiriman ilegal. Penderitaan TKI di luar negeri terus berulang
sepanjang tahun. Dan sepanjang tahun juga pengiriman TKI terus berlangsung. Tahun 2010
lalu, kasus gadis asal Dompu, Mataram, Nusa Tenggara Barat itu masih di bawah umur. Pihak
Agen atau sponsor diduga telah mengubah dokumen Sumiati binti Abdul Salam, menambah
usia Sumiati menjadi lima tahun lebih tua. Sumiati, tenaga kerja Indonesia yang disiksa oleh
majikannya di Arab Saudi, kini dirawat di sebuah rumah sakit di Madinah. Sumiati
diperkirakan akan berada di rumah sakit selama dua minggu.

Sumiati Sulan Musthafa (24 tahun), pembantu rumah tangga di Madinah Al Munawwarah,
yang mengalami penyiksaan oleh majikannya akan menjalani operasi paru-paru. Sumiati
kemudian mengalami penyiksaan di Madinah, Arab Saudi, di mana bibirnya terpotong,
hidungnya patah, dan tulang iganya retak. Sumiati kini dibolehkan meninggalkan RS King
Fahd, Madinah. Pengadilan di Arab Saudi menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada
mantan majikan Sumiati binti Salan, Hatab Bin Soleh, juru bicara Kementerian Tenaga Kerja
Arab Saudi, minta kasus yang menimpa Sumiati tidak digeneralisasikan atau disamaratakan
karena kasus itu adalah perilaku buruk oknum majikan dan bukan seluruh majikan.Hampir
70% TKI lulusan sekolah dasar (SD), bahkan ada kasus ternyata ditemukan TKI buta huruf.
Prosedur yang profesional mengenai pengelolaan TKI ke luar negeri masih lemah.
Contohnya, masih ada TKI yang kurang bahkan tidak mendapat orientasi atau pembekalan
sebelum diberangkatkan ke luar negeri.

Proses perekrutan yang menggunakan celah tertentu karena lemahnya pengawasan menjadi
ujian pertama yang harus dilewati para calon TKI. Prosedur administrasi dan pembekalan,
sang calon TKI sudah dibebani biaya tidak sedikit. Penempatan yang kadang dimanfaatkan
pihak tertentu melakukan praktik perdagangan manusia. Hingga pulang kembali ke kampung
halamannya mereka dipungli. Padahal modal yang mereka keluarkan cukup besar,ada yang
menjual ternak dan sawah, menjual emas, menggadaikan harta. Negara tujuan pencari kerja
juga dilatarbelakangi dengan kesungguhan pihak atas kita di luar negeri dalam menyikapi

9
permasalahan di Negara tujuan, contoh negara Malaysia dikarenakan seringnya terjadi kasus
penganiayaan tenaga kerja membuat negara tersebut masuk dalam Moratorium ( kebijakan
politik untuk menghentikan sementara pengiriman tenaga kerja) untuk tenaga kerja informal
(pembantu rumah tangga). Hongkong maupun Taiwan termasuk negara yang sangat baik
dalam memperlakukan tenaga kerja Indonesia, maka banyak pencari kerja menginginkan
bekerja di sana dan agen pun bisa mengumpulkan keuntungan paling banyak dari negara
tujuan Hongkong/Taiwan.

10
BAB 3
KESIMPULAN
Dari berbagai studi yang dilakukan, kita ketahui bahwa migrasi tenaga kerja
yang bersifat internasional telah terjadi sejak zaman kolonial. Barulah sekitar
tahun 1980-an, negara mulai melihat manfaat strategis pengiriman TKI ke luar
negeri. Negara menganggap pengiriman TKI ke luar negeri sebagai sebuah
jawaban atas absennya Negara dalam menyediakan lapangan kerja.

Walaupun pengirinan TKI memiliki manfaat strategis yang cukup besar bagi
berbagai persoalan domestik, namun kebijakan pemerintah mengenai TKI hanya
bersifat ad hoc. Karena mereka ingin mencukupi kebutuhan hidupnya. Bekerja
diluar negeri justru lebih dihargai biasanya. Sehingga banyak orang yang lebih
baik kerja diluar negeri menjadi TKI.

Walau sebenarnya disana tidak seenak yang dibayangkan. Kerjanya sangat berat
meskipun penghasilanya cukup besar. Kalau masalah negara Indonesia.
Sebenarnya pemerintah sudah memberikan banyak lowongan kerja bagi
masyarakat. Namun mungkin saking banyaknya penduduk dan tingkat
pengangguran yang tinggi sehingga terkadang tidak semuanya bisa bekerja. Dan
banyak juga masyarakat Indonesia yang malas, pendidikan minim. Sehingga
sangat sulit untuk masuk krikteria kerja. Sebenarnya negara sudah
menyediakan, cuma terkadang masyarakat salah.

11

Anda mungkin juga menyukai