WOUND HEALING,
SKIN GRAFT DAN SKIN FLAP
Pembimbing :
Presentan :
Army Oktavianto 2012730011
Nadhifayanti Fauziah 2012730143
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan mamulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah kedaerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
serta perkembangan awal seluluer bagian dari proses penyembuhan luka. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan
dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area
luka yang bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan,dapat membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan.
Penyembuhan luka didefinisikan oleh Wound Healing Society (WHS) sebagai suatu
yang kompleks dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian kontinitas dan fungsi anatomi.
Berdasarkan WHS suatu penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normalnya struktur ,
fungsi dan anatomi kulit. Batas waktu penyembuhan luka ditentukan oleh tipe luka dan
lingkungan instrinsik maupun ekstrinsik. Penyembuhan luka bisa berlangsung cepat. Pada
luka bedah dapat diketahui adanya sintesis kolagen dengan melihat adanya jembatan
penyembuhan dibawah jahitan yang mulai menyatu. Jembatan penyembuhan ini muncul pada
hari kelima sampai ketujuh post operasi.
Jahitan biasanya diangkat pada saat sudah terlihat adanya tensil strengt yang
mendekatkan tepi luka. Pengangkatan jahitan ini tergantung usia, status nutrisi dan lokasi
luka. Jahitan biasanya diangkat pada hari ke enam sampai ketujuh post operasi untuk
menghindari terbentuknya bekas jahitan (suture marks) walaupun pembentukan kolagen
sampai jahitan menyatu berakhir hari ke-21.
Kolagen sebagai jembatan penyembuhan ini muncul pada hari ke-5 sampai ke-7 post
operasi. Bila lebih dari 7 hari berarti terjadi perlambatan sintesis kolagen yang berarti
penyembuhan luka lambat. Suatu luka bersih akan tetap bersih bila dilakukan persiapan
operasi yang baik dan tehnik pembedahan yang baik serta perawatan luka post operasi yang
baik pula. Pemberian antibiotik peroral yang adekuat mampu mencegah terjadinya infeksi
sehingga meski tanpa cairan antiseptik proses penyembuhan luka dapat tetap terjadi.
a. Koagulasi
Terjadinya luka baik yang bersifat traumatic atau yang terbentuk pada
pembedahan menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah yang rusak.
Vasokonstriksi segera terjadi sebagai akibat dilepaskannya katekolamin kedalam
lingkungan cedera. Brakinin, serotonin, dan histamine merupakan senyawa vaso aktif
lain yang dilepas oleh sel mast kejaringan sekitar. Senyawa-senyawa ini mengawali
peristiwa diapedesis yaitu keluarnya sel-sel intravascular kedalam ruang
ekstravaskular yang rusak. Suatu bekuan darah terbentuk dari trombosit yang
dikeluarkan dari ekstravasasi darah. Faktor-faktor pembekuan yang dilepaskan dari
trombosit menghasilkan fibrin yang bersifat hemostatik dan membentuk suatu
jaringan yang akan menampung migrasi lebih lanjut selsel inflamasi dan fibroblast.
Fibrin merupakan produk akhir dari aliran proses pembekuan. Tanpa kerja fibrin ini
maka kekuatan akhir dari suatu luka akan berkurang. Trombosit juga penting dalam
menghasilkan sitokin esensial yang dapat mempengaruhi peristiwa penyembuhan
luka.
b. Inflamasi
c. Fibroplasia
Fibroplasia adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis kolagen.
Sintesis kolagen dimulai 24 jam pertama setelah cedera, namun tidak akan mencapai
puncak hingga 5 hari kemudian. Setelah 7 hari sintesi kolagen akan berkurang secara
perlahan-lahan. Remodeling luka mengacu pada keseimbangan antara sintesis kolagen
dan degradasi kolagen. Pada saat serabut kolagen tua diuraikan oleh kolagenase
jaringan, serabut baru dibentuk dengan kepadatan pengerutan yang makin bertambah.
Proses ini akan meningkatkan kekuatan potensial dari jaringan parut.
d. Sitokin
f. Sintesis kolagen
g. Degradasi kolagen
h. Substansi dasar
i.Kontraksi luka
Kontraksi luka merupakan salah satu tenaga mekanis tubuh yang paling kuat.
Pada luka terbuka ditemukan sel-sel mirip fibroblast yang berkontraksi. Sel-sel ini
memiliki komponen otot polos dalam sitoplasmanya serta memiliki sifat-sifat
fibroblast lainnya.
j. Epitelisasi
Sel epitel berfungsi untuk menutupi semua permukaan kulit yang terpapar
dengan lingkungan luar. Kulit merupakan suatu contoh dari proses epitelisasi tetapi
mekanisme perbaikan epitel adalah sama diseluruh tubuh. Lapisan luar kulit yaitu
epidermis terdiri dari epitel berlapis gepeng yang melindungi kulit dari kehilangan
cairan, invasi bakteri dan trauma. Luka ketebalan partial akan sembuh melalui proses
epitelisasi. Terdapat dua fenomena utama dalam proses epitelisasi yaitu : migrasi dan
mitosis. Setelah epitel rusak akan terbentuk bekuan darah. Keropeng merupakan
bekuan darah yang mengering yang melindungi dermis dibawahnya. Migrasi sel epitel
mengawali proses perbaikan dan tidak bergantung pada mitosis epitel. Selsel yang
bermigrasi berasal dari tepi luka dan polikel rambut serta kelenjar sebasea didasar
luka. Luka superficial dan tidak melewati membrane basalis akan sembuh dengan
regenerasi yang cepat. Luka yang menembus membrane basalis seperti luka bakar
akan sembuh melalui proses epitelisasi tapi lama dan hasilnya seringkali memuaskan.
Proses migrasi selalu dimulai dari stratum basalis dari epitel dan kelenjar sebasea
serta folikel rambut yang terletak lebih dalam. Sel-sel akan memipih dan membentuk
tonjolantonjolan kesekitarnya. Sel ini akan kehilangan perlekatan dengan sel basal
disekitarnya dan mulai bermigrasi. Beberapa hari setelah migrasi dimulai, sel akan
istirahat dan membelah diri. Setelah permukaan kulit ditutupi oleh sel-sel epitel, sel-
sel ini akan kembali ke fenotipik yang normal. Epetelisasi yang berhasil, diperluas
dengan mempertahankan permukaan kulit agar tetap lembab dan tidak kering.
Keropeng alami mungkin cukup baik untuk tujuan ini, bahan penutup yang tidak
lengket sangat baik untuk mempertahankan permukaan kulit tetap lembab dan dapat
meningkatkan proses epitelisasi secara bermakna.
k. Nutrisi
Luka yang terjadi dari trauma, ulserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah
besar eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup
luas menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar dari
pada penyembuhan luka. Kegagalan penutupan sekunder dari luka terbuka akan
berakibat terbentuknya luka terbuka kronis.
b. Moist wound healing (penyembuhan luka dengan kondisi lembab) Kondisi fisiologis
jaringan adalah dengan kondisi hidrasi yang seimbang untuk mempertahankan kelembaban.
Kondisi yang lembab memfasilitasi pertumbuhan jaringan yang baru (granulasi). Keadaan ini
biasanya dapat terjaga dengan baik bila kondisi kulit utuh. Namun inilah masalahnya dimana
kulit sudah mengalami kerusakan dan gagal melakukan fungsinya. Untuk itu seorang perawat
memikirkan bagai mana mempertahankan kondisi hidrasi luka yang sudah kehilangan
perlindungan yaitu kulit, dan bahan apa yang dapat menggantikan kulit tersebut.
Pengkajian luka
a. Lokasi
Lokasi luka dapat mempengaruhi penyembuhan luka, dimana tidak semua lokasi
tubuh mendapatkan peredaran darah yang sama. Ditinjau dari prinsip fisiologis, pada
bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah yang banyak akan mendapatkan aliran
darah yang banyak. Hal ini akan mendukung penyembuhan luka lebih cepat
dibandingkan dari bagian tubuh yang lebih sedikit mendapat aliran darah.
b. Ukuran luka
Diukur panjang, lebar dan diameternya bila bentuk luka bulat dengan sentimeter,
gambarkan bentuk luka tersebut dengan lembar transparan yang telah dicatat berpola
kotakkotak berukuran sentimeter.
c. Kedalaman luka
Kedalaman luka dapat diukur dengan kapas lidi steril yang sudah dilembabkan
dengan normal saline, masukan dengan hati-hati kedalam luka dengan posisi tegak
lurus (90o ) hingga kedasar luka. Beri tanda pada lidi sejajar dengan permukaan kulit
disekitar luka. Ukur dengan sentimeter.
d. Gowa atau terowongan
Gowa dan terowongan dapat diketahui denga melakukan palpas jaringan disekeliling
pinggir luka, dimana akan teraba tenderness/perlukan. Masukan saline melalui mulut
lubang ke dasar luka/ujung terowongan. Beri tanda pada lidi sejajar dengan
permukaan kulit disekitar luka. Beri tekanan /palpasi dengan hati-hati dan kaji saluran
yang abnormal tersebut. Jangan pernah menggunakan kekuatan dorongan yang
berlebilan bila menggunakan kapas lidi. Ukur lokasi dan kedalaman lubang/penetrasi.
Untuk penentuan lokasi ditetepkan dengan pola arah jarum jam dengan pusat pada
tengah luka dan jam 12 sesuai garis anatomis sumbu tubuh manusia. Misalnya lokasi
mulut lubang terdapat pada posisi jam 8 dengan kedalaman 5 cm atau dapat dibuatkan
gambar jam dengan tanda pada posisi jam 8.
e. Warna dasar luka
Warna dasar luka sangat penting dikaji karena berhububungan dengan penentuan
terapi topikal dan jenis balutan luka. Ada beberapa macam warna dasar luka yang
membutuhkan perlakuan spesifik terhadap masing-masing sesuai warna dasar
tersebut.
1) Nekrotik Biasanya warna dasar hitam, tampak kering dan keras disebut keropeng.
Kering tidak berarti jaringan dibawahnya tidak terinfeksi atau tidak ada sksudat, ini
tidak dapat dipastikan tanpa dilakukan palpasi terlebih dahulu. Dengan melakukan
palpasi dapat dirasakan ada tenderness atau tidak dibawah jaringan keropang tersebut
dan disekitar luka teraba panas dan tampak tanda radang disekelilingnya yang perlu
diperhatikan. Dan juga tidak terlepas dari keluhan penderita apakah merasa nyeri
berdenyut dibawah jaringan nekroit tersebut. Untuk luka seperti ini membutuhkan
suasana yang lembab sehingga nekrotik yang kering tersebut dapat lepas dengan
sendirinya. Jenis balutan yang baik adalah hidrogel. Diatasnya diletakan kasa dan
balutan transparan.
2) Sloughy Warna dasar luka ini tampak kekuningan, sangat eksudatif atau tampak
berair/basah. Sloughy ini harus diangkat dari permukaan luka karena jaringan ini juga
sedang mengalami nekrotik, dengan demikian pada dasar luka akan tumbuh jaringan
granulasi buntuk proses penyembuahan. Untuk luka seperti ini dibutuhkan hydrogen
untuk melepas jaringan nekroit. Gunakan hydrofiber untuk menyerap eksudat yang
berlebihan sehingga tercipta lingkungan yang konduksif. (moist/lembab) untuk proses
panyembuhan luka. Bila luka mudah berdarah lebih baik digunakan calcium alginate.
Hydrofiber yang mengandung calcium alginato dapat menghentikan pendarahan
dengan segera.
3). Granulasi Warna dasar luka ini adalah merah. Perlu diketahui bahwa ini
merupakan pertumbuhan jaringan yang baik, namun tidak dapay dibiarkan tanpa
pambalut. Tetap harus diberi pelindung sebagai pengganti kulit utuk mencegah
kontaminasi dari dunia luar dan menciptakan kondisi lingkungan luka yang baru
untuk pertumbuhan sel granulasi tersebut. Biasanya luka ini sangat mudah berdarah.
Boleh diberikan balutan hydrogen dan apabila eksudat banyak dapat digunakan
hydrofiber yang mengandung calcium alginate labih efektif.
4). Epitelisasi Warna dasarnya adalah pink, kadang-kadang sebagian luka ini masih
dalam proses glanulasi. Untuk itu perlu pemilihan balutan yang dapat mendukung
mutasi sel yaitu douderm tipis (extra thin). Balutan ini berbentuk wafer/padat, tidak
berbentuk seruk, namun cukup lunak dan nyaman diletakan diatas permukaan luka
dan tidak menimbulkan trauma terghadap luka, dapat juga menyetap eksudut yang
minimal melindungi luka dari kontaminasi.
1) Infeksi Luka ini banyak warna dasarnya, umumnya ada pada ke empat warna
diatas. Untuk luka ini balutan balutan dapat dikombinasi. Bila cendrung berdarah
dapat ditutup dengan calciun alginate diatas bagian yang berdarah tersebut. Untuk
eksudat yang banyak dapat dipilih hydrofiber dan untuk bau yang tidak enak dapat
diberikan Carboflex. Kemudian tutup denga balutan transparan untuk memantau
kondisi dari luar tanpa membuka balutan
2) Funging malodours Warna luka berfariasi, luka ini sangat kompleks biasanya
dialami oleh penderita kangker, terutama kangker mammae dimana sebagian
permukaan luka sangat mudah berdarah, eksudat banyak, bau tidak enak, ukurannya
besar dan lokasinya dekat dengan hidung. Untuk menentukan balutan yang efektif
dapat dilakukan sesuatu dengan petunjuk pada luka yang terinfeksi yang telah ditulis
sebelumnya
2. Luka Appendictomi
Luka appendiktomi adalah luka bersih dari tindakan pembedahan yang dilakukan
untuk mengangkat atau membuang apendik yang terinfeksi secara mendadak atau
apendicitis akut . Luka irisan tepat di abdomen kanan bawah,dengan posisi irisan
benarbenar samping atau miring,kearah tengah dari spina anterior superior,bukan
langsung ke titik Mc Burnay dengan ukuran 2 3 cm. Otot oblique kemudian ditoreh
atau di iris lalu irisan dilebarkan sekitar 4 cm kedua arah. Dengan demikian panjang
keseluruhan luka irisan berkisar 8 cm. Hal ini untuk memudahkan pengangkatan dan
pemotongan appendik yang terinfeksi. Luka appendiktomi adalah luka bersih yang
termasuk luka akut dimana proses penyembuhan lukanya akan berlangsung secara
alami menurut fase penyembuhan luka. Dengan demikian, proses penyembuhan luka
appendiktomi akan mengikuti tahapan penyembuhan luka secara alami , dimana
kondisi luka tetap dalam keadaan tertutup balutan steril.
SKIN GRAFT
1. Definisi
Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan pemindahan sebagian
atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor) tanpa disertai vaskularisasinya
kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu defek.Pada umumnya skin graft digunakan
ketika metode tindakan bedah rekonstruksi lainnya tidak sesuai atau penyembuhan luka tidak
menunjukkan keberhasilan. Skin graft biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti luka yang
luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan penyembuhan seperti ulkus
diabetik, ulkus pembuluh darah, yang berfungsi untuk mencegah kehilangan cairan,
mencegah infeksi, mencegah perluasan lebih lanjut dari luka tersebut.
Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap luka yang tidak dapat ditutup primer
mempunyai indikasi untuk dilakukan skin graft. Jaringan yang dapat ditutup dengan skin
graft adalah semua jaringan terbuka yang memiliki permukaan luka dengan vaskularisasi
yang cukup seperti otot, fasia, dermis, perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura dan
jaringan granulasi. Luka yang kurang suplai pembuluh darah sulit untuk dapat
menghidupi skin graft, misalnya tulang,tulang rawan, tendon, saraf, maka tidak dapat
dilakukan teknik skin graft. Atau daerah yang seharusnya dilakukan skin graft tetapi karena
mengalami trauma berat menyebabkan vaskularisasi daerah tersebut menjadi berkurang
sehingga tidak baik untuk dilakukan skin graft.
Teknik skin graft pertama kali diperkenalkan sekitar 2500-3000 tahun yang lalu oleh
kasta hindu Tilemaker, dimana skin graft digunakan untuk merekonstruksi hidung setelah
suatu tindakan amputasi sebagai hukuman pengadilan (Hauben,1982), penggunaan modern
selanjutnya yaitu Reverdin pada tahun 1869 melakukan eksisi kulit kecil dan tipis yang
diletakkan pada jaringan granulasi. Kemudian Olliver dan Thiersch mengembangkan
teknik split-thickness graft pada tahun 1872 dan 1886 dan Wolfe dan Krause menggunakan
teknik full- thickness graft pada tahun 1875 dan 1893.
Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama sebagai upaya
untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan dapat digunakan dari
bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha, pantat, punggung, atau perut.
Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh perawatan pre operatif dan post operatif dari
tindakan skin graft.
2. Pembagian Skin Graft
a. Autograft
Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama). Hal ini dilakukan jika
cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan
tambahannya yaitu perawatan donor.
b. Allograft
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh yang lain).
c. Xenograft
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila ditolak oleh sistem
kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari harus diganti dengan autograft.
Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis. Terbagi atas tiga yaitu:
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,008-0,012 mm, terdiri dari
epidermis dan bagian lapisan dermis.
c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm, terdiri dari
epidermis dan bagian dermis.
Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.
SPLIT THICKNESS SKIN GRAFT (STSG)
STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang permanen atau
hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu tindakan yang defenitif.Tindakan
ini dimaksudkan untuk mengontrol serta mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan
menutup struktur vital tubuh.
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas.STSG digunakan pada saat
kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika ukuran defek terlalu luas sehingga
tidak dapat dilakukan FTSG.Penggunaan lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik
yang tidak sembuh-sembuh serta menutup menutup daerah luka akibat luka bakar yang
bertujuan untuk mengurangi tubuh kehilangan cairan.Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu
tidak digunakan jika dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah wajah atau leher.
Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan kembali dalam waktu
singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai delapan belas hari
Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata (Humby, Braithwaite,
Bodenham, Watson )
FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki kerusakan pada
kulit wajah.Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap
trauma lebih besar.Akan tetapi jumlah dan ukuran donor sangat terbatas.Derah donor FTSG
meliputi kepala dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah
abdomen atau paha.
Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas sehingga tidak
dapat ditutup primer
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari defek yang ada dari kasa
kemudian dibuat desain pada daerah donor. Kemudian dilakukan penyuntikan NaCl 0,9%
atau lidokain dicampur adrenalin 1:200.000. Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai
sedalam epidermis.Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit dalam
keadaan tegang.Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut
terangkat.
Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur dengan tepat,
bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size defek supaya donor STSG juga
diminimalisirkan.
Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat, atau aspek
medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor haruslah permukaan yang rata.
Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa tertutupi
pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin dan bisa
dikembungkan untuk pengangkatan
Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom, powered
dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau humby.
Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas karena
ketebalan graft yang diambil harus sama.
Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl
- Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl yang
steril.
Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik dan
menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples keduanya bisa di aff
setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu, transplantasi dan harvest bisa ditunda 2-3
minggu supaya jaringan bisa bergranulasi terutama untuk transplantasi pada jaringan
yang avaskuler.
Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat seperti
kulit normal disekitarnya.
Jika yang dipakai adalah teknik FTSG, pilih daerah yang bebas dari lesi malignant
dan pre malignant yang mempunyai warna, tekstur dan kualiti sebasea yang mirip
dengan area defek.
Lokasi yang sering jadi donor adalah kelopak mata, daerah nasolabial, pre
auricular, post auricular, concha, supra clavicula, axillaris, antecubital, dan lipatan
inguinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah kulit yang berlebih dibuang pada
rencana rekonstruksi .
Seperti halnya STSG, diukur tepat sutura sutura tali pusse disekitar area
defek bisa meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk reparasi defek.
Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze telfa yang ditransfer ke lokasi
donor.
Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan ketebalan
tepat diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal junction.
Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi luka
dan sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah jahitan
kasur diatas skin graft.
Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie over.
INDIKASI
2. Luka bakar
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat ditutup secara
primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang hilang seperti pada
fracture terbuka pada tungkai bawah.
Teknik penempelan skin graft pada STSG dan FTSG adalah sama. Sebelum
penempelan graft pada daerah resipien haus dilakukan hemostasis dengan baik sehingga
dipermukaan resipien bersih, tidak ada pendarahan atau bekuan darah. Kemudian dilakukan
penjahitan interrupted disekeliling graft. Jahitan dimulai dari graft ketepi luka resipien.
Diatas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9% dan selanjutnya kasa kering steril.
Dibuat lubang kecil diatas skin graft untuk jalan keluar darah yang ada. Kemudian dilakukan
irigasi untuk membuang sisa bekuan darah dibawah graft dengan spoit berisi NaCl 0,9%.
Untuk membantu keberhasilan tindakan, dilakukan balut tekan dengan menggunakan verbal
elastic.Pada daerah yang tidak memungkinkan dipasang verban elastic seperti muka atau
leher, maka untuk menjamin fiksasi perlu dilakukan tie over yaitu saat penjahitan skin
graftbeberapa simpul disisakan panjang untuk fiksasi.
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat.Yang perlu diperhatikan yaitu
daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan selama 2-3 minggu.Tergantung
pada penempatan dari skin graft, suatu penutup luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu.FTSG
memerlukan periode kesembuhan lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan
perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua minggu.
FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui penyerapan plasma dari
kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga STSG dikatakan memiliki kemungkinan
berhasil yang lebih besar karena cairan plasma yang diserap lebih efektif.
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu, dan reinervasi graft
akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses revaskularisasiskin graft sebagai berikut:
Merokok
Hematoma
Infeksi
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka umumnya tidak
aka nada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat berhasil.
Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan take dari graft
tersebut. Take dari graft tergantung dari :
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah resipien untuk dapat
bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah resipien yang kaya akan
pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari
daerah resipien ke graft kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi,
hingga akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-
hal yang menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan
terlebih dahulu.
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari daerah ke graft dapat
berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik antara skin graft dengan daerah
resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft,
ada tidaknya kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft
dengan resipiennya.
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang baik yaitu
dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian dilanjutkan dengan beberapa
jahitan kasur diatas skin graft untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran.
Penjahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga
tidak dapat terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan
yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft
itu sendiri.
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari resipiennya,
menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take dari skin
graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan yang terjadi pada
proses penempelan graft biasanya akan berhenti sendiri dalam 5-10 menit,
sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan
darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau
pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft.
Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera di evakuasi dengan
melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma, hematoma atau bekuan
darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan lagi.Perawatan dan penggantian
pembalut dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak
ada lagi di bawah skin graft.
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi luka.Infeksi luka
ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan mikroorganismenya.Bila
jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram jaringan, maka resiko infeksi adalah
sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr
jaringan akan selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai
faktor infeksi yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai
adanya bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca
bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong
adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat
terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan
dengan kompres NaCl 0.9% dan memberikan antbiotik yang sesuai dengan
mikroorganisme yang dapat merusak graft.
a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan baik dan
fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi
hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan dicabut.
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin
graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru. Apabila baik
dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita tindakan skin
graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastic sampai pematangan graft kurang 3-6
bulan.
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit sebaiknya dalam
24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila terjadi seroma, hematoma atau
bekuan darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan
menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan
dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma,
hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil padaskin
graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan
lagi.Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan
darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah
dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin
graft tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah.
Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara
hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah.
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses epitelisasi.
Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah donor terjadi
penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split thicknessskin graft 7- 9 hari, intermediate
split thickness skin graft 10 14 hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan
14 atau lebih. Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari.
Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya
saja.Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kulit.Saat melepas balut/tulle harus
hati-hati dan jangan dipaksa.Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat.Hal yang terbaik
balutan dapat terpisah/terlepas spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat
terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan
berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah
lama.
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa yaitu hari
ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak
akan timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin
graft yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft,
perawatannya seperti perawatan luka split thickness graft.
KOMPLIKASI
Perdarahan
Infeksi
Kontraktur
DEFINISI
Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak di bawahnya yang diangkat
dari tempat asalnya tetapi tetap mempunyai hubungan vaskularisasi dengan tempat asal. Flap
yang dipindahkan akan membentuk vaskularisasi baru di tempat resipien. Flap sering juga
berupa muskulokutan, fasiokutan, bahkan dapat pula mengandung tulang. Atas dasar
vaskularisasinya, dibedakan flap acak (random flap) yang mengandalkan kapiler pembuluh
darah disekitarnya, dan flap bersumbu (axial flap) yang mengandung arteri nutrisi di
dalamnya.
KLASIFIKASI
1 Berdasarkan vaskularisasi
Untuk dapat bertahan, flap juga seperti jaringan lain yang membutuhkan suplai darah
yang adekuat. Terdapat dua cara untuk mencukupi suplai darah pada flap, yaitu :
Flap Random
Jika vaskularisasi flap tidak berasal dari arteri yang dikenal tetapi berasal dari arteri-
arteri kecil yang belum memiliki nama secara anatomis, maka flap ini disebut flap random.
Flap kutaneus termasuk dalam kategori ini.
Flap Aksial
Jika vaskularisasi flap berasal dari arteri yang dikenal maka disebut sebagai flap axial.
Sebagian besar flap otot termasuk kategori ini.
Flap bersumbu atau flap aksial dibuat pada kulit yang dilayani oleh suatu pembuluh
darah arteri dan vena. Luas flap bersumbu bergantung pada besar kecilnya arteri, dan masih
bisa diperluas dengan menambah daerah vaskularisasi dengan flap acak.
Flap bersumbu yang lazim digunakan ialah flap dahi, flap deltopektoral, dan flap
inguinal. Flap dari daerah dahi yang dilayani oleh arteri temporalis superfisial dan arteri
supraorbitalis lazim dipakai untuk memperbaiki defek pada hidung dan pipi.
Flap deltopektoral merupakan flap yang dilayani oleh arteri perforator dari arteri
mammaria interna. Flap ini dipakai untuk mengoreksi defek di dinding torak, misalnya
setelah pembedahan payudara atau wajah. Flap ini juga dapat digunakan bersama-sama flap
dahi untuk menutup defek pipi dengan dua lapisan; (1) sebagai lapisan yang berepitel dalam
mulut, (2) sebagai lapisan berepitel luar.
Pada flap inguinal, arteri dan vena sirkumfleksa superfisialis bertindak sebagai
tangkai penunjang vaskularisasi. Flap jenis ini dapat dipakai untuk menutup defek pada
tangan, lengan bawah, bahkan secara bertahap untuk daerah kepala atau leher melalui
perantaraan tangan atau lengan bawah.
Gambar. Flap Inguinal.
Karena banyaknya variasi yang ada pada vaskularisasi aksial maka Mathes dan Nahai
telah membuat subklasifikasi terbaru (Tipe aksial I-V) untuk menjelaskan bebagai macam
tipe flap otot.
Flap dapat terdiri dari satu tipe jaringan (misalnya jaringan kulit pada flap kutaneus)
atau beberapa tipe jaringan (misalnya, kulit dan fasia pada flap fasiokutaneus).
1 Kulit (kutaneus)
2 Fasia
3 Otot
4 Tulang
5 Viseral (misalnya, kolon, usus halus, omentum)
6 Gabungan
Fasiokutaneus (misalnya, flap lengan radial)
Miokutaneus ((misalnya, flap TRAM)
Osseokutaneus (misalnya, flap fibula)
Tendokutaneus (misalnya, flap dorsalis pedis)
Flap yang dipersarafi (misalnya, flap pedis dorsalis dengan nervus
peroneal dalam)
Flap lokal
Jaringan dapat dipindahkan dari daerah yang berdekatan ke daerah yang memiliki
defek. Flap ini dikenal sebagai Flap lokal. Flap lokal dapat dibagi menjadi, yaitu :
Pivotal (geometrik)
Flap pivotal merupakan flap yang dipindahkan dari titik penting pada donor ke defek.
Flap pivotal termasuk rotasi, transposisi dan interpolasi.
Rotasi
Pada flap rotasi, defek yang akan ditutup dibentuk menjadi segi tiga dengan sisi
terpendek sebagai dasar segitiga yang juga merupakan sisi dari lingkaran pergeseran
flap. Bila terjadi peregangan keadaan ini dapat diatasi dengan suatu sayatan
pendukung di arah yang berlawanan.
Gambar. Flap Rotasi.
Transposisi
Flap transposisi dipindahkan dengan tangkainya dan ditransposisikan pada jaringan
resipien. Flap transposisi memberikan pilihan flap dengan warna dan tekstur yang
mirip dari donir yang berbeda. Sehingga flap ini paling sering digunakan untuk defek
pada kepala dan leher.
Plastik Z adalah contoh flap transposisi kembar yang saling mengisi. Sayatan
plastik Z dibuat dengan satu kaki tengah dan dua kaki lateral yang sama panjang.
Sudut yang sering dipakai adalah 60 0 karena akan diperoleh perpanjangan yang
optimal, terutama pada daerah berparut. Indikasi plastik Z terutama untuk
memperbaiki kontraktur akibat parut yang berbentuk garis (kontraktur linear).
Interpolasi
Flap interpolasi mirip dengan flap transposisional dimana flap dipindahkan dengan
tangkainya dan ditransposisikan ke jaringan seberang. Pada tahap ke dua, tangkai flap
harus dipisahkan dan disisipkan setelah terjadi neovaskularisasi. Flap pada dahi
merupakan contoh flap interpolasi yang paling sering digunakan.
Gambar.Flap interpolasi. Daerah donor dipisahkan dari resepien dan tangkai
flap harus melewati atas atau bawah jaringan untuk mencapai area resepien.
(A). Flap ditandai dan diangkat. (B) daerah donor ditutup. (C) tangkai
dipisahkan ketika telah terjadi revaskularisasi flap. (D). Penyisipan flap telah
lengkap
Mobilisasi jaringan lokal dalam bentuk flap maju atau rotasi sering adekuat untuk
menutup cacat kecil dalam rongga mulut dan orofaring.
Gambar. Flap maju. Flap maju dipindahkan terutama pada sebuah garis lurus dari
donor ke resepien. Tidak dilakukan pemindahan secara berputar atau lateral.
Bipedikel
Flap ini umumnya digunakan untuk menutup defek pada area yang terlihat jelas
dengan memindahkan defek ke daerah yang kurang terlihat (misalnya dari dahi ke
kulit kepala).
V-Y
Pada plastik V-Y ini dibuat sayatan berbentuk huruf V yang setelah digeser untuk
menutup defek akan berbentuk huruf Y.
Dalam pembuatan flap perencanaan akan lebih mudah jika anda membuat suatu pola
pakaian, dan gunakan untuk menjalankan prosedur dari operasi yang sebenaranya pada urutan
yang terbalik.
Sterilkan pen tinta biasa, dan beberapa tinta biasa atau tinta biru Bonney. Kenakan
pada kulit pasien setelah anda mempersiapkan untuk pembedahan. Pindahkan pola dari defek
ke satu lapis kain, lebih baik jaconet. Pastikan bahwa anda memotong pola meliputi dasar
flap. Usahakan pola ini sekali lagi, dan pastikan bahwa setiap kali anda menggerakkannya
maka anda memegang bagian dasar pada posisi yang terfiksasi, tanpa menggerakkannya
dengan flap. Flap yang terakhir harus lebih besar daripada yang diperlukan, terutama
panjangnya. Anda dapat merapikan flap yang terlalu besar dengan mudah, tetapi anda tidak
dapat memperpanjang flap yang terlalu kecil.
Setelah rancangan dan prosedur flap yang sukses, pemantauan flap untuk viabilitas
sebagai deteksi awal iskemik sangat penting untuk mencegah nekrosis flap, yang dapat
mengakibatkan kegagalan flap. Observasi klinik adalah metode yang terbaik untuk menilai
flap. Flap yang terlalu pucat mungkin menandakan insufisiensi arteri dan flap yang berwarna
kebiruan mungkin merupakan kegagalan sekunder dari aliran vena. Dua tes tambahan yang
sering digunakan untuk menilai viabilitas adalah capillary refill dan suhu. Penilaian
perdarahan dari flap setelah penusukan dengan jarum yang kecil dipercaya sebagai salah satu
metode yang dapat diandalkan untuk penilaian secara klinis. Sebagai tambahan untuk
penilaian klinis, tes objektif seperti monitoring PH dan monitoring PO 2 transkutaneus dapat
membantu untuk mendeteksi secara dini iskemia flap. Doppler sering digunakan, sedangkan
laser Doppler makin meningkat penggunaannya. Teknik yang lain yaitu dengan mengawasi
temperatur permukaan. Pewarnaan fluoresen dan iluminasi dengan lampu Wood juga
berguna, meskipun terdapat laporan mengenai efek samping pewarnaan.
KOMPLIKASI
Rancangan flap yang buruk merupakan salah satu penyebab kegagalan flap terbanyak.
Ukuran flap yang tidak adekuat, terganggunya suplai darah ke flap, atau rancangan flap
pada jaringan yang mengalami trauma sering mengakibatkan masalah awal pada prosedur
bedah. Sebagai tambahan, faktor yang terkait pasien seperti merokok, hipertensi, dan
kesehatan umum yang buruk dapat ikut menyebabkan komplikasi flap.
2. Intra Operasi
Teknik yang salah seperti merusak suplai darah pada saat diseksi, mengakibatkan flap
menjadi terlalu tegang, serta menekuk atau memutar pedikel flap dapat mengakibatkan flap
menjadi iskemik dan nekrosis.
3. Post Operasi
Potong flap dalam lapisan yang dimana anda harus meninggalkan lemak di bawah
kulit pasien. Jika anda memotong kulitnya saja, maka flap tentu akan rusak. Yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan flap (1) Buatkan insisi yang bersih dengan pisau tajam pada
sudut berbentuk siku-siku terhadap permukaan kulit, (2) Tangani semua flap, terutama pada
sudut. Angkat dengan pengait, atau benang jahitan sutera. Jangan menggunakan forsep ibu
jari. (3) Potong sudut setumpul mungkin, lebih baik dengan sudut kurang dari 45 0. Gunakan
jarum dan benang jahitan yang halus. (5) Pastikan bahwa flap tidak kisut, terputar, tegang,
tertekan , dan tidak terdapat hematoma di bawahnya.
Jika terdapat daerah yang kosong ketika anda menyelesaikan flap, maka tutupi dengan
split skin graft. Biarkan flap dalam keadaan terbuka pada tingkat dini, sehingga anda dapat
melakukan inspeksi dan menguji vaskularisasinya.
PENANGANAN KOMPLIKASI
Infeksi tidak umum terjadi, namun biasanya ditandai dengan adanya nyeri pada hari
ke-4 hingga 8. Dapat ditangani dengan pemberian antibiotik dan perawatan luka. Hematoma
dan seroma dapat terjadi dan bisa meningkatkan terjadinya nekrosis flap. Jika kita
memperkirakan bahwa pasien cenderung untuk mengalami hal tersebut, sebaiknya
menempatkan drain untuk sementara waktu.