Risna ,38 tahun sedang sangat berbahagia karena saat ini hamil anak
pertama setelah menunggu selama 10 tahun sejak menikah .dokter menyatakan
bahwa infertilitas yang dialami risna dikarenakan keputihan yang seringkali
dialaminya sejak remaja.
Materi :
1. Infertilitas
2. Operasi sectio secarea
3. Ekstraksi forcep dan ekstraksi vakum
4. Kehamilan resiko tinggi (hamil dengan penyakit sistemik )
5. Keluarga berencana
1
Klarifikasi Istilah
1. Infertilitas
Ketidakmampuan untuk hamil pada pasangan suami istri yang telah
menikah minimal 1 tahun secara teratur tanpa menggunakan alat
kontrasepsi
2. Keputihan
Sekret yang berwarna putih dan kental dari vagina dan rongga uterus
3. Sectio secarea
Lahirnya janin melalui insisi melalui dinding abdomen ( laparatomi )
dan dinding uterus (histerektomi )
4. Ekstraksi forcep
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan tarikan cunam
yang dipasang di kepala janin.
5. Ekstraksi vakum
Suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin dilahirkan dan ekstraksi
dengan tekanan negatif dengan alat vakum yang dipasang dikepalanya .
6. Kontrasepsi
Upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dapat bersifat sementara dan
bersifat permanen/cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan alat
dan obat-obatan.
Identifikasi Masalah
1. Risna ,38 tahun sedang sangat berbahagia karena saat ini hamil anak
pertama setelah menunggu selama 10 tahun sejak menikah .Dokter
menyatakan bahwa infertilitas yang dialami risna dikarenakan
keputihan yang seringkali dialaminya sejak remaja.
2. Setelah usia kehamilan aterm.dokter menyarankan risna untuk
melahirkan anaknya dengan operasi sectio secarea karena risna
menderita asma bronkiale.
3. Dokter menjelaskan sebenarnya Risna masih dapat melahirkan
pervaginam dengan bantuan ekstraksi forcep dan ekstraksi
2
vakum,namun dengan mempertimbangkan komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu maupun janin,dokter menyarankan untuk operasi saja.
4. Risna dan suaminya disarankan tidak menambah anak ladi setelah
persalinannya nanti dikarenakan usianya pada saat ini dan asma yang
dideritanya namun mereka masih bingung dalam memilih alat
kontrasepsi.
Analisis Masalah
Risna ,38 tahun sedang sangat berbahagia karena saat ini hamil anak pertama
setelah menunggu selama 10 tahun sejak menikah .Dokter menyatakan bahwa
infertilitas yang dialami risna dikarenakan keputihan yang seringkali dialaminya
sejak remaja.
3
- Stress.
- Kurang gizi.
- Terlalu gemuk dan terlalu kurus.
- Penyakit menular seksual.
Laki-laki :
a. Gangguan Spermatogenesis
Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
4
d. Faktor Sederhana
Kadang kadang faktor faktor sederhana seperti memakai celana jeans
ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim
tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak
menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.
5
e. Apa faktor penyebab terjadinya keputihan ?
Jawab :
Fisiologis
- Bayi baru lahir hingga umur 10 hari karena masih ada pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
- Waktu sekitar menarche mulai terdapat pengaruh estrogen
- Pada waktu coitus karena pengeluaran trnsudasi dari dinding vagina
- Waktu ovulasi peningkatan sekret dari kelenjar cervix uteri
Patologis
- Infeksi
1. Jamur : candida albicans
Manifestasi :
Secret/leukore berwarna putih susu,kental dan berbau
Gatal yang dominan pada vagina
Mulut vagina kemerahan
2. Parasit : tricomonas vaginalis
Manifestasi :
Keputihan sangat kental berbuih,berwarna
kuning/kehijauan ,berbau anyir
Tidak disertai gatal
3. Bakteri : Gardenella vaginalis
Manifestasi :
Keputihan encer,warna putih keabu-abuan ,bau amis ( fishy
odor)
Bau semakin menusuk setelah berhubungan sexual
4. Virus
Manifestasi : condiloma akuminata dan herpes simplek tipe II
Keputihan terasa gatal dan panas
Luka melepuh di sekeliling vagina
- Iritasi
6
Sperma,pelicin kondom
Sabun cuci
Pembersih vagina
Cairan antiseptik untuk mandi
Celana yang ketat
- Lain-lain
Tumor
Fistula
Radiasi
Penyebab lain : psikologi : vulvaginitis psikomotorik.
Menopause penurunan estrogen
Patofisiologi
7
g. Adakah hubungan usia Risna dengan resiko kehamilan ?
Jawab :
Ada, Pada kasus skenario ini usia Risna 38 tahun. Kehamilan pada usia
lebih dari 35 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi. Semakin lanjut
usia saat hamil, resiko mendapatkan kesulitan saat kehamilan, persalinan
maupun masa nifas akan meningkat. Kejadian hipertensi dalam kehamilan
dan kelainan sistem jantung/pembuluh darah lainnya / pembuluh darah
akan meningkat. Pada usia ini kemungkinan ibu melahirkan janin dengan
cacat bawaan akan meningkat, yang disebabkan oleh kelainan genetik,
terutama meningkatkan kejadian sindroma down. Anak anak yang
terlahir dengan sindroma ini akan mengalami keterbelakangan mental dan
beberapa kelainan fisik.
h. Bagaimana kriteria diagnosis dari infertilitas ?
Jawab :
A. Pemeriksaan Suami
1. Anamnesis
- Lama Nikah
- Cara hubungan / senggama
- Pengobatan/usaha infertilitas sebelumnya
- Penyakit sistemik yang kronis/parotitis
- Riwayat pengobatan khusus/ lama
- Pernah trauma/dilakukan pembedahan
- Infeksi : STD, non STD
- Risiko lingkungan/pekerjaan
- Kebiasaan rokok, alkohol, narkoba
2. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, tanda vital, TB dan BB
- Fisik umum
- Tanda kelainan sekunder, ginekomastia
- Penis : bentuk, ukuran, hipospadia, sikatriks
- Testis : tempat, ukuran, epididimis, vas deferens, varikokel
- Palpasi prostat
8
3. Analisis Semen
- Metoda : WHO Laboratory Manual for the examination of
human and Semen- cervical mucus interaction
- Minimal 2 pemeriksaan jarak minimal 2 minggu
4. Pemeriksaan tambahan
- Kimia darah
- Pijatan getah prostat bakteriologis
- Urine pasca orgasmus retrogade ejakulasi
5. Pemeriksaan hormon
- FSH, Testosteron, Proklatin
6. Biopsi testis
7. Doppler variokel
B. Pemeriksaan Istri
1. Anamnesis
- Perkawinan
- Haid gambaran haid ovulasi/anovulasi
- Kebiasaan senggama
- Riwayat obstetri
- Komplikasi waktu hamil persalinan
- Pemakaian kontrasepsi
- Pemeriksaan/pengobatan infertilitas sebelumnya
- Penyakit sistemik
- Pembedahan terutama organ genitalia
- Infeksi panggul, keputihan dll
- Infeksi STD maupun non STD
- Keluar ASI
2. Pemeriksaan Fisik Umum
- Tanda vital, TB dan BB
- Tanda kelamin sekunder
- Keluar ASI
- Penyakit sistemik yang berpengaruh
3. Periksa Ginekologik
9
- Genitalia eksterna
- Genitalia interna : kelainan bentuk, infeksi endometriosis
4. Suhu Badan Basal bifasik
5. Uji lendir serviks menilai pengaruh estrogen terhadap lendir
serviks volume, viskositas, spinbarkeit, fern selularitas
tentukan score
6. Uji Pasca senggama melihat interaksi antara lendir serviks
dan kemampuan spermatozoa melewati lendir serviks
7. Pemeriksaan HSG mengetahui cavum uteri, potensi tuba
8. Pemeriksaan USG mengetahui kelainan utetus, adneksa
dengan USG transvaginal folikel, tebal endometrium
9. Laparoskopi diagnosis + operatif (endometriosis, adhesi) tes
kromotubasi
10. Hormonal mengetahui profil menstruasi dan hormonal
Diagnostik
A. Suami
1. Disfungsi seksual atau ejakulasi
2. Kelainan kongenital
3. Penyakit Sistemik
4. Penyebab iatrogenik
5. Kelainan spermatozoa
6. Kelainan cairan semen
7. Infeksi genitalia atau kelenjar asesori
8. Kerusakan testis atau saluran
9. Varikokel
10. Faktor imunologi
11. Faktor endokrin
12. Sebab yang tidak diketahui
B. Istri
1. Disfungsi seksual
2. Kelainan Kongenital
10
3. Kelainan sistemik
4. Sebab iatrogenik
5. Gangguan haid : amenore, oligomenorea
6. Polimenorea
7. Gangguan ovulasi
8. Faktor endokrin
9. Kelainan : vagina, serviks, uterus
10. Oklusi tuba
11. Kelainan ovarium : sindrom ovarium polikistik
12. Endometriosis
13. Infeksi atau perlekatan organ dalam panggul
14. Sebab yang tidak diketahui
11
Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
Pria
12
melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm.
b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis
dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).
b. Apa saja manfaat dan kerugian dari operasi sectio secarea ?
Jawab :
1. Seksio sesarea klasik (korporal
Kelebihan:
- Mengeluarkan janin dengan cepat.
- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik.
- Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan:
13
- Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih
kecil.
Kekurangan:
- Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga
dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga
mengakibatkan perdarahan banyak.
- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
14
Berat dengan peritonitis ,sepsis dan ileus paralitik
- Perdarahan disebabkan karena
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia uteri
Perdarahan pada placental bed
- Luka kandung kemih ,emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi
- Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
15
yang dapat memperbaiki gejala asma, sedangkan prostaglandin F2 dapat
memperburuk gejala asma karena efek bronkokonstriksi yang
ditimbulkannya
Perubahan hormonal tersebut mempengaruhi hidung , sinus dan paru.
Peningkatan hormon estrogen menyebabkan kongesti kapiler hidung,
terutama selama trimester ketiga, sedangkan peningkatan kadar hormon
progesteron menyebabkan peningkatan laju pernapasan.
Karena adanya mekanisme saling mempengaruhi dimana asma dapat
mempengaruhi kehamilan dan kehamilan dapat mempengaruhi serangan
asma, disertai dengan usia nya yang sudah tidak produktif. Maka
dikhawatirkan ibu tidak kuat untuk mengedan dengan sempurna, sehingga
persalinan pervaginam dapat berdampak buruk, salah satu nya hipoksia pada
janin. Oleh karena itu diputuskan untuk melakukan seksio secaria demi
keselamatan ibu dan anak.
g. Bagaimana cara perawatan pasca sectio secarea?
Jawab :
- Pembalutan luka dengan baik
- Perawatan luka insisi : dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin
dan ditutup dengan kain penutup luka
Luka dengan eksudat : ditutup dengan band-aid operative dressing
Luka dengan eksudat sedang ditutup dengan regal filmated swabs
atau dengan pembalut luka lainnya
Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau
dikompres dengan cairan suci hama lainnya
Untuk memberikan kenyaman dan kebebasan bergerak bagi
penderita sebaliknya pakai gurita
- Tempat perawatan pasca bedah : kamar rawat khusus yang dilengkapi
dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari
- Pemberian cairan : dektrosa 5-10 % ,garam fisiologis dan ringer laktat
secara bergantian .
- Diit
- Mobilisasi
16
- Kateterisasi
- Pemberian obat-obatan :
Antibiotika kemoterapi dan anti inflamasi
Obat-obat pencegah perut kembang
Obat-obatan lainnya
- Perawatan rutin : TD,nadi ,RR,urin,suhu badan,dan pemeriksaan lain
- Konsultasi
17
yang menyebabkan retensi CO2 akibat hiperventilasi, ditandai dengan
PCO2 yang kembali normal. Bila terjadi gagal nafas, ditandai asidosis,
hiperkapnea, adanya pernapasan dalam, takikardi, pulsus paradoksus,
ekspirasi memanjang, penggunaan otot asesoris pernapasan, sianosis
sentral, sampai gangguan kesadaran. Keadaan ini bersifar reversible
dan dapat ditoleransi. Namun, pada kehamilan sangat berbahaya akibat
adanya penurunan kapasitas residu.
18
l. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu maupun janin pada
kasus ini jika melahirkan pervaginam?
Jawab:
Kematian perinatal
Gagal nafas
Partus lama
Partus tak maju
Kelelahan ibu
1. Ibu tidak boleh meneran terlalu lama pada kala II akibat kondisi obstetri
tertentu (pre eklampsia berat, anemia, diabetes mellitus, eklampsia)
2. Kondisi obstetri tertentu :
1. Riwayat SC
2. Kala II memanjang
3. Maternal distress pada kala II
4. Gawat janin pada kala II dengan syarat :
1. Perjalanan persalinan normal
2. Fasilitas sectio caesar sudah siap
Kontraindikasi Absolute :
- Disproporsi sepalo-pelvik .
19
- Operator tidak dapat mengenali denominator dengan baik
- Operator tidak kompeten untuk melakukan ekstraksi vakum.
- Kelainan letak :
Presentasi Muka
Letak Dahi
Presentasi Lintang
After coming head pada presentasi sungsang
Kontraindikasi Relatif:
Ektraksi forcep
Indikasi Relatif
Pada indikasi relative, forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), ada dua:
20
- Indikasi waktu: pada kala dua lama
Kontraindikasi
- janin sudah lama sehingga kepala tidak bulat dan keras lagi ,menyebabkan
kepala sulit dipegang dengan forcep
- anensefalus
- adanya disporporsi sefalopelvik
- kepala masih tinggi
- pembukaan belum lengkap
- pasien bekas operasi vesiko vaginal fistel
- jika lingkaran kontraksi patologik bandl suda hampir setinggi pusat atau
lebih
21
Kaji ulang dengan syarat-syarat:
o Presentasi belakang kepala/verteks;
o Janin cukup bulan;
o Pembukaan lengkap;
o Kepala di H III-IV atau 1/5 2/5.
Persetujuan tindakan medis.
Berikan dukungan emosional. Jika perlu, lakukan blok pudendal (hal-75).
Persiapan alat-alat sebelum tindakan: untuk pasien, penolong (operator
dan asisten), dan bayi.
Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan meraba sutura
sagitalis dan ubun-ubun kecil/posterior (Gambar 38.2)
Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan
pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkok pada sutura
sagitalis 1 cm anterior dari ubun-ubun kecil (Gambar 38.3)
Nilai apakah diperlukan episiotomi. Jika episiotomi tidak diperlukan
pada saat pemasangan mangkok, mungkin diperlukan pada saat
perineum meregang, ketika kepala akan lahir.
Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit.
Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negatif 0,2 kg/cm2
(Malmstrom), dan periksa aplikasi mangkok (minta asisten menurunkan
tekanan secara bertahap).
Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif 0,6 kg/
cm2 (Malmstrom), periksa aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi.
Periksa adakah jaringan vagina yang terjepit. Jika ada, turunkan tekanan
dan lepaskan jaringan yang terjepit tesebut.
Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah
dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok.
Tarikan dilakukann pada puncak his (Gambar 38.4) dengan mengikuti
sumbu jalan lahir. Pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien
meneran. Posisi tangan: tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam
pada mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi.
22
Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja.
Lakukan pemeriksaan diantara kontraksi:
o Denyut jantung janin,
o Aplikasi mangkok
Saat suboksiput sudah berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas
hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan dagu. Segera lepaskan
mangkok vakum dengan membuka tekanan negatif.
Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan seperti pertolongan
persalinan normal.
Ekstraksi forceps
23
d. Apa komplikasi yang dapat terjadi ekstraksi forcep dan ekstraksi vacum ?
Jawab :
Ekstraksi forcep
Pada Ibu :
- ruptura uteri
- kolpoporheksis
- robekan pada portio uteri ,vagina,peritoneum
- simfiolisis
- syok
- perdarahan post partum
- pecahnya varises vagina
Pada anak :
pada anak :
24
Risna dan suaminya disarankan tidak menambah anak ladi setelah persalinannya
nanti dikarenakan usianya pada saat ini dan asma yang dideritanya namun
mereka masih bingung dalam memilih alat kontrasepsi.
Pil kombinasi
Kontraindikasi mutlak
Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik aktif maupun
menahun
Pernah mengalami tromboflebitis, tromboemboli, kelainan
serebrovaskuler
Diabetes mellitus
Kehamilan
Kontraindikasi relative
25
Depresi
Migraine
Mioma uteri
Hipertensi
Oligomenore dan amenore
Norplant
Kehamilan atau disangka hamil
Penderita penyakit hati
Kanker payudara
Kelainan jiwa (psikosis, neurosis)
Varikosis
Riwayat kehamilan ektopik
Diabetes mellitus
Kelainan kardiovaskuler
26
Bias mengurangi kram haid
Bias mengurangi perdarahan haid
Bias memperbaiki kondisi anemia
Member perlindungan terhadap kanker endometrium
Mengurangi keganasan penyakit payudara
Mengurangi kehamilan ektopik
Member perlindungan terhadap beberapa penyebab PID
Pil kombinasi
Efektifitasnya 95-98 %
Frekuensi koitus tidak perlu diatur
Siklus haid jadi teratur
Keluhan-keluhan dismenore yang primer menjadi berkurang
atau hilang sama sekali
Obat suntikan (depo provera)
Efktivitas tinggi
Sederhana pemakaiannya
Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 x dalam
setahun)
Reversible
Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak
Norplant
Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak
menaikkan tekanan darah, resuko kehamilan ektopik lebih kecil
AKDR
Satu kali pemasangan sehingga satu kali motivasi
Tidak menimbulkan efek sistemik
Ekonomis
Efektifitas cukup tinggi
Reversibbel
27
Tubektomi
Motivasi hanya satu kali saja
Efektivitas hamper 100 %
Tidak mempengaruhi libido seksual
Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Perawatan waktu nifas sekaligus perawatan pasca operasi
Vasektomi
Permanen, efektif, aman, morbiditas rendan dan hamper tidak
ada mortalitas
Tidak ada efek samping jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Pembedahan sederhana, anastesi local, hanya memerlukan
waktu 5-10 menit
Biaya rendah
Secara cultural, sangat dianjurkan dinegara-negara dimana
wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau
kurang tersedia dokter wanita dan paramedic wanita.
Diafraghma/kondom
Hamper tidak ada efek sampingnya
Dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya
cukup memuaskan
Dapat dipakai pada wanita yang tidak boleh menggunakan
(kontraindikasi) pil atau AKDR
28
Harus menyediakan dana dan waktu yang tidak sedikit untuk
mencukupi kebutuhan gizinya
Vaginanya menjadi kering, sehingga mengganggu
kenyamanan ketika berhubungan seks
Mengharuskan wanita untuk menyusui untuk terus
meningkatkan priduktivitas ASInya. Hal ini membuat
sebagian wanita merasa capai dan jenuh
Sukar menjelaskan kapan metode ini berhenti bekerja efek
kontrasepsinya
Outhercourse
Oral seks berpotensi untuk terjadinya penyebaran infeksi
Salah satu pasangan menginginkan intercourse (masuknya
penis dalam vagina), sehingga dapat mengunfdang stress
Sebagian pasanga berpikir bahwa metode ini kurang
menyenangkan disbanding intercourse
Senggama terputus
Sebagian pasangan merasa metode ini kurang menyenagkan,
karena menghalangi mereka untuk mencapai puncak
kenikmatan, sehingg dapat mengundang stress
Tidak menutup kemungkinan terjadinya kehamilan. Hal ini
dikarenakan ada saja sperma yang keluar dari penis
walaupun ejakulasi belum terjadi
Fertility awaraness method
Metode ini memerlukan catatan harian tentang data yang
diamati, hal ini cukup merepotkan bagi sebagian orang
Metode ini memerlukan tingkat disiplin tinggi agar metode
ini berjalan optimal
Mini pill
Amenorrhea (tidak adanya perdarahan per vaginam atau bercak)
Perdarahan (bercak)
Perdarahan hebat atau berkepanjangan
29
Nyeri perut bagian bawah/panggul (dengan atau tanpa gejala
hamil)
Penambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu
makan)
Sakit kepala
Mual/pusing/muntah
Menyebabkan perubahan dalam pola perdarahan haid
Memrlukan motivasi terus-menerus dan pemakaian setiap hari
pada waktu yang sama
Persediaan ulang harus selalu tersedia
Interaksi dengan obat lain
Pil kombinasi
Pil harus diminum setiap hari sehingga merepotkan
Motivasi harus kuat
adanya efek sampingan walaupun bersifat sementara (mual,
sakit kepala, muntah, buah dada jadi nyeri, dan lain-lain)
kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul
amenore yang persisten
mahal
Obat suntikan (depo provera)
Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur
Dapat menimbulkan amenore
Norplant
Gangguan pola haid (spotting, perdarahan haid memanjang atau
lebih sering berdarah, amenorhe,
Mual-mual, anoreksia, pusing, sakit kepala, kadang-kadang
terjadi perubahan libido dan berat badan, timbulnya akne
AKDR
Perdarahan
Rasa nyeri dan kejang perut
Gangguan pada suami
30
Ekspulsi
Tubektomi
Harus mempertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi
Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhnkan spesialis ginekologi
untuk proses laparoskopi)
Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
Vasektomi
Harus dianggap permanen (tidak dapat dibalik)
Efek tertunda (perlu hingga 3 bulan atau 20 ejakulasi)
Resiko dan efek samping pembedahan ringan dapat terjadi
Ketidaknyamanan/nyeri setelah prosedur
Memerlukan dikter yang terlatih
Tidak member perlindungan terhadap PMS
Diafragma/kondom
Diperlukan motivasi yang cukup kuat
Umumnya hany cocok untuk wanita terpelajar dan tidak
dipergunakan secara missal (diafragma)
Pemakaian yang tidak teratur dapat mengakibatkan kegagalan
Tingkat kegagalan yang lebih tinggi dari pill dan AKDR
d. Apa komplikasi dari alat kontrasepsi ?
Jawab :
- Hormonal (pil,injeksi,implan ) : kekeringan pada vagina,penurunan
libido ,gangguan emosi ,sakit kepala dan jerawat serta peningkatan
berat badan
- AKDR : infeksi intrauterin ,perforasi
e. Bagaimana Cara kerja dari alat kontrasepsi ?
Jawab :
1. Hormone
Mencegah lepasnya sel telur dari dinding telur
31
Mengentalkan lender mulut rahim sehingg sperma sulit masuk
kedalam rongga rahim
Menipiskan selaput lender endometrium agar tidak siap hamil
Menimbulkan perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu
Mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan spema
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
2. Kontrasepsi oral (pil kombinasi)
Menekan ovulasi.
Endometrium tidak baik untuk implantasi.
Lendir serviks menjadi kental
Menekan perkembangan telur
Pergerakan tuba terganggu
Mengurangi transpor sperma
3. Kontasepsi injeksi
Menekan ovulasi
Mengurangi transport sperma dibagian atas saluran genital (tuba
fallopi )
Mempengaruhi pertumbuhan endometrium, sehingga
menyulitkan proses implantasi.
Mempertebal mucus serviks.
4. Susuk / implant
Mengentalkan lender serviks sehingga menyulitkan penetrasi
sperma.
Menimbulkan perubahan pada endometrium sehingga tidak
cocok untuk implantasi.
Pada sebagian kasus dapat menghalangi terjadinya ovulasi.
5. AKDR
Timbulnya reaksi radang lokal non spesiffik di dalam rongga
rahim sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi
terganggu. Munculnya lekosit polimorfonuklear, makrofag,
32
foreign body giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang
mengakibatkan lisisnya spermatozoa / ovum dan blastokis.
Produksi lokal prostaglandin meningkat, menyebabkan
terhambatnya implantasi sel telur yang telah dibuahi.
Pergerakan ovum yang bertambah cepat diddalam tuba Fallopii.
Immobilisasi spermatozoa saat melewati kavum uteri.
Gangguan / terlepasnya blastokis yang beerimplantasi pada
endometrium.
Penelitian terakhir diduga alat dalam raahim juga mencegah
spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
6. Tubektomi
Mengoklusi tuba fallopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga tidak dapat bertemu dengan ovum
7. Diafragma/kondom
Menjaga jangan sampai sperma masuk dalam uterus
33
Kerangka Konsep
Risna 38 th, hamil setelah 10 th menikah
tanpa menggunaankan kontrasepsi
Ekstraksi Ekstraksi
forcep Factor usia patofisiologi Kerugian
vakum
Tatalaksana Indikasi
Indikasi
Kontraindikasi
Kontraindikasi
Cara
Komplikasi
cara
34
Sintesis
INFERTILITAS
A. DEFINISI
1. Infertilitas primer :
Bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali,
bersenggama secara teratur, tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
2. Infertilitas sekunder :
Kalau istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 121 bulan, tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
3. Infertilitas Idiopatik
B. ETIOLOGI
a. Pada wanita
35
Gangguan organ reproduksi
36
Abrasi genetis
Faktor immunologis : Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda
dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap
benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada
wanita hamil.
Lingkungan : Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas
ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada
seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.
b. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu :
37
C. PEMERIKSAAN PADA INFERTILITAS
a. Syarat-syarat pemeriksaan
Setiap pasangan infertile harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu
berarti, kalau istri saja sedangkan istrinya tidak mau di periksa, maka pasangan itu
tidak diperiksa.Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai
berikut :
1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan bisa dilakukan lebih dini bila :
Pernah mengalami keguguran berulang,
Diketahui mengidap kelainan endokrin,
Pernah mengalami rongga panggul atau rongga perut, dan
Pernah mengalami bedah ginekologi.
2. istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan
pertama pasangan itu datang ke dokter.
3. pasangan infertile yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang tidak satu
pasangan anggotannya mengidap penyakit yang membahayakan kesehatan istri
dan anaknya.
b. Rencana dan jadwal pemeriksaan
Rencana dan jadwal pemeriksaan infertilitas terhadap pasangan suami dan istri
selama 3 siklus haid istri.
38
penampungan air mani itu dilakukan dirumah pasien sendiri dan dibawa ke
laboratorium setelah 2 jam.Karateristik air mani
Koagulasi dan likuefaksi. Air mani yang di ejakulasi dalam bentuk cair akan
segera menjadi agar atau koagulum, untuk kemudian melekuefaksi dalam 5-
20 menit menjadi cairan yang agak pekat guna memungkinkan spermatozoa
bergerak dengan leluasa. Proses koagulasi dan likuefaksi diatur oleh enzim.
Viskositas. Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan homogen
yang agak pekat, yang dapat membenang kalau dicolek dengan sebatang lidi.
Makin panjang membenangnya makin tinggi viskositasnya. Pengukuran
viskositas seperti itu sangat subyektif.
rupa dan bau. Air mani yang baru di ejakulasi rupanya putih-kelabu, seperti
agar-agar.baunya langu seperti bau bunga akasia.
volum. Setelah abstinensi selama 3 hari, volum air mani berkisar antara 2,0-
5,0 ml.
PH air mani yang baru diejakulasi PH-nya berkisar antara 7,3-7,7, yang bila
dibiarkan lebih lama akn meningkat karena penguapan CO2-nya.
kecepatan gerak sperma 0,8-1,2 detik.
persentase gerak sperma motil 60%
uji fruktosa posiif.
Uji ketidak cocokan imunologik, Uji kontak air mani dengan lender serviks
(sperm cervical mucus contact test SCMC test) yang dikembangkan oleh
Kremer dan Jager memperyunjukan adanya antibody lookal pada pria atau
wanita.
2. Masalah vagina
Kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks perlu
untuk fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian ini
adalah adanya sumbatan dan peradangan. Sumbatan psikosen disebut
Vaginismus atau Disparenia, sedangkan sumbatan anatomic dapat karena
bawaan atau perolehan. Vaginitis karena Kandida albikans atau Trikomonas
vaginalis hebat dapat merupakan masalah, bukan karena anti spermisidalnya,
melainkan arti sengamanya.
39
3. Masalah serviks
Infertilitas Sekunder yang berhubungan dengan fakto serviks dapat disebabkan
oleh sumbatan kanalis servikalis, lender serviks yang abnormal, mal posisi dari
serviks, atau kombinasinya. Kelainan anatomis serviks misalnya ; cacat
bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan serviks,
sinekia setelah konisasi, dan insenimasi yang tidak adekuat.
4. Masalah uterus
Prostaglandin memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa
kedalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dan tuba itu,
uterus sangat sensitive terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan
permulaan fase sekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalam air
mani dapat merupakan masalah infertilitas.
5. Masalah tuba
Frekuensi factor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada populasi yang
diselidiki. Peranan factor tuba yang masuk akal adalah 25-50%. Dengan
deikian factor tuba dapat dikatakan paling sering ditemukan dalam masalah
infertilitas. Oleh karena itulah, penilain potensi tuba dianggap sebagai salah
satu pemeriksaan terpenting dalam pengobatan infertilitas.
6. Masalah ovarium
Deteksi tepat ovulasi kini tidak seberap penting lagi setelah diketahui sperma
dapat hidup dalam lender serviks selama 8 hari. Deteksi tepat ovulasi baru
diperlukan kalau akan dilakukan inseminasi buatan, menentukan saat
senggama yang jarang dilakukan, atau karena siklus hidnya sangat panjang.
Bagi pasangan-pasngan infertile yang bersenggama teratur , cukup dianjurkan
bersenggama dua kali sehari pada minggu dimana ovulasi diharapkan akan
40
terjadi.dengan demikian nasehat senggama yang terlalu ketat tidak dianjurkan
lagi.
7. Masalah peritoneum
Laparoskopi diagnostic telah menjadi bagian integral terahkir pengelolaan
infertilitas untuk memeriksa masalah peritoneum. Menurut Albano, indikasi
untuk melakukan laparoskopi dignostik adalah :
1. Uji Pascasenggama
Walaupun uji Sims Huhner atau uji pasca-senggama telah lama dikenal di
seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secra seragam.
Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara
melakukannya.Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada tengah
siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal badan
yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari abstinensi
harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan menganjurkan 2 hari.
Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan pemeriksaan itu dilakukan
setelah senggama.
41
Menurut kepustakaan, ada yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah
8 hari. Sebagaimana telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat dampai pada
lendir serviks segera setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8
hari. Menurut Denezis uji pasca-senggama baru dapat dipercaya kalau
dilakukan dalam 8 jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada
golongan fertil dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang
antara kedua golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam
setelah senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama
dilakukan secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah
senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai ketahanan
hidup spermatozoa dalam lendir serviks.
2. Histeroskopi
Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah
digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik,
atau gas CO2.
42
4. Sitologi Vaginal Hormonal
Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel sel yang terlepas dari selaput lendir
vagina, sebagai pengaruh hormon hormon ovarium (estrogen dan
progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak
menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh
siklus haid.Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :
LANGKAH PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Umum
Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara
umum dan khusus.
a. Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat
kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks,
riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai
anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
b. Anamnesa khusus
43
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa
nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding,
riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi
genitalia).
2. Pemeriksaan Khusus
1. PemeriksaanOvulasi
44
Gangguan ovulasi disebabkan :
2. PemeriksaanSperma
Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc,
pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk
abnormal 25 %.
Spermatozoapria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc,
steril : 20 juta per cc atau kurang.
45
3. PemeriksaanLendir Serviks
4. PemeriksaanTuba
5. PemeriksaanEndometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka :
endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone
kurang
46
PENATALAKSANAAN
PASANGAN MANDUL (INFERTILITAS)
Bersifat spesialis
Pengobatan kompleks
Dengan obat khusus
Dengan tindakan operasi
SIKAP BIDAN DI DESA/POLINDES
Melakukan rujukan
Memberikan nasehat
47
Wanita
Pria
48
Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat
Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida
EKSTRAKSI FORCEPS
Ekstraksi forceps atau ekstraksi cunam adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan dengan tarikan cunam yang dipasang di kepala janin.
Cunam terdiri dari dua sendok, sendok kanan dan sendok kiri
49
Tangkai Cunam: adalah bagian yang terletak antara daun cunam dan kunci
cunam
Kunci cunam: kunci cunam ada beberapa macam, ada yang interlocking,
system sekrup, dan system sliding.
Pemegang cunam, bagian yang dipegang penolong saat melakukan
ekstraksi.
1. High Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum masuk pintu atas panggul
(floating). Saat ini tidak dilakukan lagi karena sangat berbahaya bagi janin
ataupun ibu. Sectio cesarean lebih direkomendasikan
2. Mid Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul (engaged), namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak
dilakukan lagi. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai dasar panggul.
Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini
Jenis forceps
a. forcep naegele
b. forcep kjelland
c. forcep piper
d. forcep boerma
e. forcep tarnier
f. forcep simpson
50
Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:
1. Pembukaan lengkap
1. Forceps terpasang biparietal kepala , atau sumbu panjang forceps sejajar dengan
sumbu diameter mento-oksiput kepala janin, melintang terhadap panggul
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun forceps yang terpasang, dan tegak
lurus dengan cunam
51
1. Persiapan ibu :
a. litotomi set,
b. cunam,
c. vulva dicukur,
f. narkose,
g. gunting episiotomy
h. hecting set
i. uterotonika
a. Kain bersih
b. Alat resusitasi
2. Memasang forceps
3. Mengunci forceps
5. Traksi percobaan
6. Traksi definitive
52
7. Melepaskan cunam
1. Membayangkan
2. Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang dipasang
adalah forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan kiri
penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.
Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil , dengan tangkai
forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan penolong
masuk ke dalam vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan bantuan ibu jari
tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps masuk ke dalam
vagina.
Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri tersebut
agar tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang forceps kanan, yaitu
forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi kanan
ibu. Forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai forceps
sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk ke
53
dalam vagina. Forceps dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong.
Setelah forceps terpasang , dilakukan penguncian
3. Penguncian Forceps
4. Pemeriksaan Ulang
5. Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi percobaan.
Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil jari
telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan tarikan.
Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala janin,
54
berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi
definitive. Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin,
berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan
ulang.
6. Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang forceps dan
penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan otot lengan.
Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan tarikan
cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion, lalu tangan kiri
segera menahan perineum saat kepala meregang perineum. Kemudian dilakukan
traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan sambil tangan kiri
menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung, mulut bayi.
7. Melepaskan cunam
55
Setelah kepala bayi lahir, maka cunam dilepaskan dan janin dilahirkan seperti
persalinan biasa.
EKSTRASI VAKUM
Syarat khusus
56
Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
Presentasi kepala
Cukup bulan (tidak prematur)
Tidak ada kesempitan panggul
Anak hidup dan tidak gawat janin
Penurunan H III/III+ (Puskesmas H IV / dasar panggul)
Kontraksi baik
Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
Langkah klinik
A. Persetujuan tindakan
B. Persiapan sebelum tindakan
I. Pasien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang, Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
2. Uji fungsi dan perlengkapan perlatan ekstraksi vakum.
3. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
4. Medikamentosa
a. Oksigen
b. Ergometrin
c. Prokain 1%
5. Larutkan antiseptik (Povidon lodin 10%)
6. Oksigen dengan regulator
7. Instrumen
a. Set partus : 1 set
b. Vakum ekstraktor : 1 setc. Klem ovum : 2
c. Cunam tampon : 1
d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai) : 2
e. Spekulum Sims atau L dan kateter karet : 2 dan 1
II. Penolong (operator dan asisten)
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set
2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
57
3. Alas kaki (sepatu/boot karet) : 3 pasang
4. Instrumen
a. Lampu sorot : 1
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1
III. Bayi
1. Instrumen
a. Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set
b. Kain penyeka muka dan badan : 2
c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1
d. Inkubator : 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23/ insulin (sekali pakai) : 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2
h. Popok dan selimut : 1
i. Alat resusitasi bayi
2. Medikamentosa
a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%
b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB
c. Epinefrin 0,01%
d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%
3. Oksigen dengan regulator
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan
1. Instruksikan asisten untuk menyipakan ekstraktor vakum dan pastikan
petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
ekstraksi vakum.
Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk ke Rumah Sakit.
3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%,
bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan,
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
58
4. Pakai sarung tangan DTT/Steril yang baru.
59
Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali,
kondisi ini juga mengharuskan pasien dirujuk.
3. Saat subosiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga
lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
G. Melahirkan bayi
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu
depan, kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang,
kenudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali
pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.
H. Lahirkan plasenta
1. Suntikkan oksigen, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat dan mendorong uterus ke arah dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terapat bagian-bagian yang
lepas atau tidak lengkap).
3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).
I. Eksplorasi jalan lahir
1. Masukkan spekulum Sims/L atas dan bawah pada vagina.
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomi atau
robekan pada dinding vagina di tempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak 12 buah, lakukan penjepitan secara bergantian
ke arah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan
lanjutkan ke langkah K.
5. Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan ke langkah J.
J. Penjahitan Episiotomi
1. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah
disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot,
jaringan, submukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.
2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestasi dengan
pinset bergigi.
60
3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain
penutup perut bawah dengan kocher.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam jahit otot dan mukosa
secara jelujur bersimpul ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara
subkutikuler atau jelujur matras.
5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon
dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah
diberi larutan antiseptik.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan Povidon lodin pada tempat jahitan
episiotomi.
K. Dekontaminasi
L. Cuci tangan pascatindakan
M. Perawatan pascatindakan
1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut
bila diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pascatindakan dan buat laporan tindakan pada kolom
yang tersedia dalam status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi
pengobatan dan perawatan serta laporkan segera bila pada pemamntauan
lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus diwaspadai.
KONTRASEPSI
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan
obat(cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang
61
dilakukan untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina.
Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga
asiditas vagina.
B. Kontrasepsi hormonal
1. Kontrasepsi injeksi
Jenis-jenis kontrasepsi injeksi
Suntikan / bulan: golongan progestin dengan campuran estrogen
propionate seperti Cyclo provera ( Cyclofem).
Suntikan / 3 bulan: golongan progestin seperti Depo Provera, Depo
Geston, Depo Progestin, Noristerat.
Waktu Pemberian
Setelah melahirkan: hari ke 3 5 pasca salin dan setelah ASI
berproduksi
Setelah keguguran: segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari
setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
Dalam masa haid: hari pertama sampai hari ke-5 masa haid
Mekanisme kerja
Menekan ovulasi
Mengurangi transport sperma di bagian atas saluran genital (tuba
falopii)
Mempengaruhi pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan
proses implantasi
62
Mempertebal mucus serviks (mencegah penetrasi sperma)
2. Kontrasepsi pil
Mekanisma kerja pil hormonal
Mencegah ovulasidapat pula mempercepat perjalanan ovum dan
menyulitkan terjadinya implantasi dalam endometrium dari ovum yang
sudah dibuahi
Lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi spermatozoa untuk masuk kedlam uterus
Kapasitasi spermatozoa yang memasuki ovum terganggu
Menyulitkan implantasi ovum Yng telah dibuahi
63
Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai
hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai paket
pil tersebut telah dihabiskan.
Postpartum:
- Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
- Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
- Pascaaborsi (segera atau dalam waktu 7 hari setelah
aborsi)
b. Pil sekuensial
Untuk hal-hal tertentu saja
Pil yang mengandung estrogen saja diminum 14-16 hari
disusul pil yang mengandung estrogen dan progesterone 5-7
hari
64
c. Mini pil
Efek utamanya adalah mengentalkan lendir serviks dan juga
terhadap endometrium sehingga nidasi blastokista dapat terjadi
65
Tidak melindungi dari penyakit menular seksual, HBV,
HIV/AIDS.
4. Norplant
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgestrel yang dibungkus dengan kapsul siliastic silicone dan
disusukan dibawah kulit.
Mekanisme kerja
1. Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan
penetrasi sperma
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium
sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi ovulasi
5. Alat kontrasepsi dalam rahim
Definisi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi
kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan
ke dalam rongga rahim, yang terbuat dari polietilen dengan atau
tanpa metal / steroid dan ditempatkan dalam rongga rahim yang
harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu dan
merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Jenis jenis AKDR
Golongan bentuk terbuka linear
Lippes loop, saf-T-coil, multiload 250, CU-7, CU-T, CU-T 380
A, spring coil, Margulies spiral dll
Golongan bentuk tertutup
Ota ring, antigon F, ragab ring, cincin gravenberg, cincin
hall stone
Cara kerja
Mekanisme kerja yang pasti alat dalam rahim belum diketahui.
Namun ada beberapa mekanisme kerja alat kontrasepsi dalam
rahim yang telah dikemukakan:
66
Timbulnya reaksi radang lokal non spesifik di dalam rongga
rahim sehinggaimplantasi sel telur yang telah dibuahi
terganggu.
Munculnya lekosit polimorfonuklear, makrofag, foreign body
giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang
mengakibatkan lisisnya spermatozoa / ovum dan blastokis.
Produksi lokal prostaglandin meningkat, menyebabkan
terhambatnya implantasi sel telur yang telah dibuahi.
Pergerakan ovum yang bertambah cepat diddalam tuba
Fallopii.
Immobilisasi spermatozoa saat melewati kavum uteri.
Gangguan / terlepasnya blastokis yang beerimplantasi pada
endometrium.
Penelitian terakhir diduga alat dalam raahim juga mencegah
spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
Cara pemakaian
Waktu penggunaan AKDR bisa dilakukan setiap waktu baik
sedang dalam siklus haid ataupun tidak, asal dapat dipastikan
bahwa wanita tersebut tidak sedang hamil.
Teknik pemasangan:
1. Push out technique: Lippes loop
2. Withdrawl technique: CuT 380 A, Cu T 200, Cu 7, ML Cu
67
untuk menahan vagina tetap terbuka. Sebuah alat digunakan untuk
menahan cervix dan uterus, dan sebuah saluran digunakan untuk
memasang AKDR. Tangan dari bentuk T melipat ke belakang di dalam
saluran dan lalu membuka ketika AKDR sudah berada di dalam uterus.
Setelah AKDR ditempatkan, alat dilepas. Benang AKDR menggantung
kira-kira satu inchi keluar dari serviks tapi tidak keluar dari vagina.
Efek samping
Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama dan akan
berkurang stelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak dan
perdarahan antar mensturasi, serta saat haid lebih sakit
C. Kontrasepsi mantap
Definisi
Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau
memotong tuba uterina (pada perempuan) atau vas deferens (pada
lelaki)
Karena sifatnya yang permanen, kontrasepsi ini hanya
diperkenankan bagi mereka yang sudah mantap memutuskan untuk
tidak lagi mempunyai anak. Itulah sebabnya kontrasepsi ini disebut
kontrasepsi mantap.
D. Kontrasepsi Mekanis
2. Kondom (laki-laki)
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu
melakukan koitus dan mencegah pengumpulan sperma dalam
vagina
3. Pessarium
Pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni :
Diafragma vaginal
Cervical cup
68
Kini dipasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain
dalam bentuk :
a. Suppositorium
Dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina sebelum koitus. Obat
ini mulai aktif setelah 5 menit
b. Jelly atau crme
Obat ini disemprotkan kedalam vagina dengan menggunakan suatu
alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam
c. Tablet busa
Sebelum digunakan, tablet terlebih dahulu dicelupkan kedalam air,
kemudian dimasukkan kedalam vagina sejauh mungkin. Lama
kerjanya 30 60 menit
d. C-film
Merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat disperse yang
tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat ini efektif
setelah 30 menit
Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya.inflamasi kronis ini menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan
nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (wheezing),
sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam atau dini hari
Epidemiologi
Amerika Serikat
Prevalensi asma pada masyarakat umum adalah 4-5%. Prevalensi asma
Pada kehamilan, berkisar 1-4%.
Indonesia
69
Prevalensi asma Sekitar 5-6 % dari populasi . Prevalensi asma pada
kehamilan sekitar 3,7 4 % .
1. Mortalitas / Morbiditas
2. Ras
Prevalensi dan mortalitas secara signifikan lebih tinggi di Afrika,
Amerika dan Hispanik bila dibandingkan dengan kulit putih.
3. Seks
Perbandingan antara laki-laki dan wanita (masa kanak-kanak)
adalah 2:1. rasio itu menurun menjadi 1: 1 pada usia 30 tahun.
4. Usia
Prevalensi asma pada semua wanita usia subur adalah sama.
Faktor Resiko
70
Patogenesis Asma
71
Asma ditandai oleh peradangan pada saluran nafas, dengan
akumulasi abnormal eosinofil, limfosit, sel mast, makrofag, sel dendritik,
dan miofibroblasts. Hal ini menyebabkan penurunan diameter saluran
napas yang disebabkan oleh kontraksi otot polos bronkus, kongesti
pembuluh darah, edema mukosa saluran pernapasan, dan hipersekresi
mukus.
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronis adalah
SBB :
limfosit T
limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtype
Th2. limfosit ini berperan sebagai penyebab inflamasi saluran nafas
dengan mengeluarkan sitokin antara lain IL-3, IL-4, IL-5, IL-13 dan
GM-CSF. Interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 kearah Th2
dan bersama-sama IL-13 menginduksi sel limfosit B mensintesis IGE.
IL-3, IL-5 serta GM-CSF berperan pada maturasi, aktivasi serta
memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.
epitel
Sel epitel yang teraktifasi mengeluarkan PGE2 pada penderita asma.
Sel epitel ini dapat mengekspresi membrane marker seperti molekul
adhesi, endotelin, nitrit oxide sintase, sitokin atau kemokin
eosinofil
Eosinofil jaringan karakteristik untuk asma tetapi tidak spesifik.
Eosinofil yang ditemukan pada saluran nafas penderita asma adalah
dalam keadaan teraktivasi. Eosinofil berperan sebagai efektor dan
mensintesis sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF,
TNF-alfa, serta mediator lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya
IL-3, IL-5, dan GM-CSF meningkatkan maturasi, aktivasi dan
memperpanjang ketahanan hidup eosinofil
sel mast
Sel mast mempunyai reseptor IGE dengan afinitas yang tinggi. Cross-
linking reseptor IGE dengan factor pada sel mast mengaktifkan sel
mast. Terjadi degranulasi sel mast yang mengeluarkan performed
72
mediator seperti histamine dan protease serta newly generated
mediators antara lain prostaglandin D2 dan leukotrin. Sel mast juga
mengeluarkan sitokin antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4, IL-5 dan GM-
CSF. sel mast ini mengakibatkan bronkokontriksi akibat pembebasan
histamine, prostaglandin D2, dan leukotrin
makrofag
Makrofag dapat menghasilkan berbagai mediator antara lain leukotrin,
PAF serta sitokin. Selain berperan dalam proses inflamasi, makrofag
juga berperan pada regulasi airway remodeling. Peran tersebut melalui
sekresi growth promoting factor untuk fibroblast, sitokin, PDGF, dan
TGF-
Genetik
Asma ini merupakan komponen herediter mayor, terkait pada
kromosom 5, 6, 11, 12, 14, 16 dan reseptor IGE dengan afinitas tinggi,
sitokin, reseptor T-sel antigen. Keadaan ini juga dihubungkan dengan
mutasi gen ADAM-33 pada rantai pendek kromosom 20 pada individu
yang terpapar rokok , influenza (stimulasi alergi akibat lingkungan)
Manifestasi Klinis
a. Perjalanan Penyakit
1. Gejala klinis bervariasi dari wheezing ringan sampai
bronkokontriksi berat yang dapat menyebabkan gagal nafas,
hipoksemia berat, dan kematian.
2. Akibat fungsional dari bronkospasme akut adalah obstruksi
jalan nafas dan berkurangnya aliran udara usaha bernafas
meningkat secara progresif dan pasien mengeluh dada sesak,
mengi dan kehabisan nafas.
3. Perubahan oksigenisasi selanjutnya merupakan cerminan dari
ketidaksesuaian ventilasi-perfusi karena penyempitan jalan
nafas tidak merata
4. Stadium-stadium klinis asma diringkas pada table 02.
Perubahan perubahan pada stadium klinis asma umumnya
73
reversible dan ditoleransi baik pada individu sehat yang tidak
hamil, stadium awal asma sudah berbahaya bagi wanita hamil
dan janinnya. Kapasitas residu fungsional yang lebih kecil serta
meningkatnya pirau menyebabkan hipoksia dan hipoksemia
lebih mudah terjadi.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Batuk
Sesak napas
Sesak dada
pernapasan Bising
Terbangun malam hari
Episode berulang gejala kompleks
Eksaserbasi mungkin diprovokasi oleh rangsangan nonspesifik
74
Terdapat riwayat penyakit atopik lain (misalnya, demam, eksim)
pada pasien atau pada keluarga
Pemeriksaan fisik
75
Pemeriksaan faal paru
Banyak metode untuk menilai faal paru tetapi yang sering digunakan
adalah sbb :
Spirometri
Pengukuran Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan
kapasitas vital paksa (KVP) dilakukan dengan maneuver
ekspirasi paksa
Untuk mendapatkan nilai yang akurat diambil nilai yang
tertinggi dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable.
Obstruksi jalan nafas diketahui dari nilai rasio VEP1 / KVP < 75
% atau VEP1 < 80 % nilai prediksi
Arus puncak ekspirasi
Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan spirometri atau
pemeriksaan yang lebih sederhana dengan PEF meter (peak
expiratory flow meter)
Manfaat APE dalam diagnosis asma
- Reversibility yaitu perbaikan nilai APE > 15 % setelah
inhalasi bronkodilator, atau bronkodilator oral 10 14 hari,
atau respon terapi kortikosteroid (inhalasi/ 0ral, 2 minggu)
- Variability menilai variable diurnal APE dan juga dapat
digunakan untuk menilai beratnya penyakit
Pemeriksaan lab
Hitung sel darah lengkap Complete blood cell count (CBC)
Dilakukan untuk mengetahui inflamasi non-spesifik dan
kemungkinan anemia comorbid atau trombositopenia pada
wanita hamil
Leukositosis akibat respon fisiologis terhadap kehamilan, terapi
steroid, infeksi traktus respiratorius atas, atau stress akibat
serangan asma
Analisis gas darah Arterial blood gas (ABG)
76
Analisi arteri gas darah dilakukan untuk mengetahui oksigenasi
dan kompensasi respiratori
PaCO2 umumnya rendah pada tahap awal eksaserbasi akibat dari
hiperventilasi
Peningkatan PaCO2 dapat digunakan sebagai tanda kegagalan
respiratori
Perubahan fisiologis kehamilan pada system respiratorius
dengan nilai pH: 7.4-7.45, pO2 : 95-105 mm Hg, pCO 2 :: 28-
32, and bicarbonate : 18-31 mEq/L
Kultur darah
Kultur darah sebaiknya dilakukan khususnya pada pasien
pneumonia
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi normal pada wanita dengan kehamilan
akhir adalah pembesaran jantung dan elavasi diafragma
Gambaran radologi ini penting untuk mengetahui jika terdapat
kondisi seperti pneumonia, barotraumas, CHF, penyakit paru
obstruktif kronis, dll
Penatalaksanaan
77
langkah penanganan asma dalam kehamilan
Sebelum Konseling mengenai pengaruh kehamilan dan asma, serta
kehamilan pengobatan. Penyesuaian terapi, maintenance untuk
optimalisasi fungsi respirasi. Hindari factor pencetus,
allergen.
Rujukan dini pada pemeriksaan antenatal
Selama Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala. Pemantauan
kehamilan kadar teofilin dalam darah, karena selama hamil terjadi
hemodilusi sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi.
Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini
bila terjadi serangan.
Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek
sistemik pada janin.
Pemeriksaan fungsi paru ibu
Pada pasien stabil, NST dilakukan terakhir trimester 2 /
awal trimester 3
Konsultasi anastesi untuk persiapan persalinan
Saat persalinan Pemeriksaan FEV1 , PEFR saat masuk rumah sakit dan
diulang bila timbul gejala
Pemberian O2 adekuat
Kortikosteroid sistemik (hidrokortison 100 mg IV tiap 8
jam) diberikan 4 minggu sebelum persalinan dan terapi
maintenance diberikan selama persalinan.
Anastesi epidural dapat digunakan selama proses
persalinan. Pada persalinan operatif lebih baik digunakan
anatesi regional untuk menghindari rangsangan pada
intubasi trakea. Penanganan hemorhagik pasca persalinan
sebaiknya menggunakan uterotonika/ PGE2 karena PGF
dapat merangsang bronkospasme
Pasca Fisioterapi untuk membantu pengeluaran mucus paru,
persalinan latihan pernapasan untuk mencegah atau meminimalisasi
atelektasis, mulai pemberian terapi maintenance
78
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun
ibu mendapatkan obat antiasma termasuk prednisone
79
obat pengendali asma jangka panjang
80
Terapi farmakologis lini pertama untuk asma akut antara
lain adalah agonis adrenergic-B (epinefrin, isoproterenol,
terbutalin, albuterol, isoetarin, metaproterenol). Obat-
obatan ini berikatan dengan reseptor spesifik disel
permukaan dan mengaktifkan adenilil siklase, yang
meningkatkan AMP siklik intrasel untuk memodulasi
relaksasi otot polos bronkus.
Saat ini semua pasien yang mengalami asma akut berat
dianjurkan mendapatkan kortikosteroid.
Penatalaksanaan selanjutnya tergantung pada respon pasien
terhadap terapi .
o jika terapi awal dengan agonis-B menyebabkan
pemulihan PEFR > 70 % nilai basal, pasien dapat
dipertimbangkan untuk dipulangkan. Sebagian wanita
mungkin lebih baik diobservasi selama 23 jam
o bagi wanita yang mengalami gawat nafas / PEFR < 70
% dari perkiraan setelah mendapat pemberian agonis-
B maka pasien dianjurkan dirawat. Pasien tersebut
diberi terapi intensif berupa agonis-B inhalan,
kortikosteroid intravena, dan pengawasan ketat untuk
mendeteksi perburukan gawat nafas atau kelelahan
bernafas
81
obat adrenergic yang digunakan untuk mengobati asma
c.
82
o Apabila terjadi perdarahan pasca partum yang
refrakter gunakan prostaglandin E2 dan uterotonika
lain
Edukasi Pasien
83
o Neonatal hipoglikemia, kejang, tachypnea, dan penerimaan NICU
o bayi prematur dan Kecil (ini tampaknya kecil dan dapat
diminimalkan dengan kontrol asma yang baik.)
o Studi menunjukkan bahwa berat badan bayi lahir rendah lebih umum
pada wanita dengan gejala harian atau aliran ekspirasi rendah
dibandingkan pada wanita tanpa asma.
o Preterm labor.
84