Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Industri otomotif merupakan suatu industri yang merancang,memproduksi ataupun


menjual kendaraan bermotor. Otomotif secara bahasa merupakan suatu kata yang berasal dari
bahasa yunani autos dan bahasa latin motivus, otomotif adalah suatu kendaraan yang
bergerak sendiri.
Industri otomotif melingkupi usaha dan entitas bisnis yang meliputi cangkupan yang
luas dari konsep R&D, Branding, Design, Manufacturing, Distribution, Marketing, dan
Sales/After Service.
Dalam sejarahnya industri otomotif mengalami banyak perkembangan dari mulai
model, mesin, tenaga penggerak hingga dalam teknologi pembuatanya, sampai saat ini
industri otomotif terus berkembang dan berinovasi dalam semua aspek baik dalam segi
teknologi maupun bisnis yang terlibat di dalamnya.
Industri otomotif merupakan suatu sektor ekonomi dunia terpenting berdasarkan
nilai penjualan. Hal ini menjadikan persaingan ketat antara semua elemen yang terlibat dalam
industri otomotif untuk bisa mendapatkan pasar dalam suatu negara.
Indonesia merupakan suatu pasar yang strategis bagi industri otomotif, banyak
investor asing yang menanamkan sahamnya di indonesia, tentunya pertumbuhan ekonomi
yang terus naik menjadikan indonesia negara yang banyak di jadikan tujuan oleh para
investor asing. Dengan demikian di masa mendatang bisa diharapkan bahwa indonesia akan
menjadi basis sektor industri otomotif di ASEAN.
BAB II
PEMBAHASAN
I. INDUSTRI OTOMOTIF

Industri otomotif ialah merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan


menjual serta melakukan purna jual kendaraan bermotor.
Pengertian otomotif jika dilihat dari kata otomotif merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan alat yang dapat berputar atau bergerak dengan sendirinya. Otomotif biasanya
akan dikaitkan dengan motor atau mesin yang dapat menggerakan benda yang lebih besar
daripada mesin/ motor penggerak tersebut. Industri otomotif merupakan sub sektor industri yang
menarik untuk dikaji di negara-negara berkembang. Sektor otomotif dapat meningkatkan
pendapatan negara dan dianggap penting serta strategis karena memiliki kelebihan-kelebihan.
Pertama, pengembangan industri otomotif akan meningkatkan integrasi nasional sekaligus
kedaulatan nasional. Kemampuan produksi sendiri dengan komponen dan pekerja lokal
merupakan lambang kemandirian ekonomi.
Kedua, industri otomotif mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri-
industri pendukungnya untuk bergerak secara cepat ke arah teknologi tinggi dan modernisasi.
Industri otomotif memerlukan teknologi canggih dalam setiap rantai proses perakitannya. Dengan
kata lain industri otomotif mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri-industri
pendukungnya untuk bergerak secara cepat ke arah teknologi tinggi dan modernisasi.
Ketiga, industri pendukung otomotif sangat luas karena meliputi terhadap industri
besar, menengah maupun industri skala kecil. Industri pendukung tersebut berada di hulu dan hilir
antara lain seperti besi, baja, non-ferros, plastik, karet, kaca, tekstil, permesinan, suspensi, industri
serat fiber, industri kimia, industri komputer dan telekomunikasi, elektronik dan industri
komponen lainnya merupakan industri dasar bagi terbentuknya industri otomotif. Sehingga
industri ini dapat menyerap banyak tenaga kerja dan modal yang besar dan merata.
Globalisasi telah membawa perubahan yang pesat dan meluas bagi perekonomian di
tingkat nasional, regional dan internasional. Dampak yang paling dirasakan yakni persaingan di
seluruh sektor industri. Perubahan tersebut telah mengubah tatanan daya saing industri menuju
kolaborasi global yang dikenal sebagai global supply and value chain. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi selinear dengan globalisasi menjadi faktor utama penentu
pembentukan daya saing dan modernisasi industri. Berbagai perkembangan pada tingkat global
tersebut telah memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan daya saing industri
nasional.
Rantai nilai (value chain) merupakan sebuah sistem dari langkah-langkah saling
terkait mencakup seluruh kegiatan dan layanan untuk membawa suatu produk atau jasa dari tahap
perencanaan hingga penjualan di pasar akhirnya. Rantai nilai mengubah bahan mentah dari
pemasok bahan baku menjadi produk akhir bagi konsumen hingga recycle produk, dimana setiap
proses tersebut memberi nilai tambah (added value) pada produk. Proses pembentukan nilai
tambah (value-added chain) dari setiap industri membentuk rantai nilai merupakan sebuah sistem
dimana elemennya saling terkait.
Nilai tambah menjadi langkah awal (starting point) memahami perubahan industri dan
perdagangan internasional dengan memusatkan pada strategi negara dan perusahaan dalam 11
ekonomi global. Keterkaitan dari aktifitas tersebut dicirikan dengan adanya pengaruh pada
efisiensi dan efektvitas dari aktivitas lain. Hal ini dapat dilakukan trade-off dalam operasionalisasi
sehingga dimungkinkan melakukan optimasi untuk tujuan sistem. Pengelolaan keterkaitan ini
dapat menjadi sumber untuk pembentukan daya saing.
Analisis rantai nilai digunakan untuk mempertimbangkan besarnya kekuasaan
berbagai pelaku serta pelbagai nilai tambah disepanjang rantai nilai. Dengan mengendalikan lebih
banyak sambungan atau sistem penambah nilai dalam suatu rantai nilai, memberikan produsen
pengaruh dan kendali lebih kuat atas pembeli. Perkembangan division of labour dan penyebaran
global dalam proses produksi, membuat kemampuan daya saing sistemik menjadi hal yang
semakin penting. Analisis rantai nilai memainkan peran penting dalam memahami kebutuhan dan
scope daya saing yang sistemik. Analisis dan indentifikasi kompetensi inti (core competences)
akan mendorong perusahaan dan pemerintah melakukan outsourcing.
Selain itu analisis ini membantu para pembuat kebijakan dalam memformulasikan
kebijakan yang tepat dan membuat pilihan-pilihan yang perlu. Meskipun jika daya saing belum
tercapai, namun pola hubungan dalam ekonomi global membutuhkan kebijakan-kebijakan makro
dan hubungan kelembagaan. Untuk masuk ke pasar global dan agar income perusahaan terus
berkelanjutan serta bagaimana caranya untuk memperoleh keuntungan dari pasar karena
partisipasi di pasar global membutuhkan pemahaman tentang sistem-faktor dinamis yang ada
dalam keseluruhan rantai nilai (Kaplinsky & Morris, 2000).
Pada umumnya, negara-negara berbasis keahlian dan pengetahuan dalam proses
penambah nilai pada sektor manufaktur mampu menghasilkan perkembangan. Selain dari itu,
negara yang tergantung pada komoditas dan produk manufaktur yang tidak beragam dan tidak
bernilai, akan beresiko terpaku dalam perangkap komoditas. Perangkap ini berakibat pada
lambatnya industrialisasi, pembangunan dan kedewasaan dalam mengambil manfaat dari pasar
global.
Bagi negara berkembang (emerging market), keunggulan komparatif (comparative
advantage) dengan penyediaan tenaga kerja, lahan serta sumber daya alam tertentu, keunggulan
iklim lebih menonjol. Sementara, modal investasi dan stabilitas iklim usaha yang mendukung
industri padat modal minim bagi negara berkembang. Sehingga tren perindustrian yang dominan
pada negara berkembang ditandai tingginya partisipasi usaha mikro dan kecil dan menengah
(UMKM). Pemahaman kerangka kerja rantai nilai menjadi penting untuk menciptakan strategi
dalam mencapai pertumbuhan ekonomi berbasis UMKM (Campbe
II. SEJARAH INDUSTRI OTOMOTIF

Sejarah dari mobil dimulai pada awal 1769, yang sumber tenaganya bermesin uap,
mobil mampu digunakan sebagai transportasi manusia. Pada tahun 1806, mobil pertama
didukung oleh mesin pembakaran internal yang berbahan bakar gas muncul, yang melopori
adanya mobil pada tahun 1885 dari mesin modern pembakaran internal berbahan bakar
bensin atau berbahan solar. Mobil didukung oleh tenaga listrik sempat tampil pada pergantian
abad ke-20, namun sebagian besar menghilang dari penggunaan sampai pergantian abad ke-
21. Sejarah awal mobil dapat dibagi menjadi beberapa era, berdasarkan sarana umum
propulsi. Kemudian periode yang ditentukan oleh tren gaya eksterior, dan preferensi ukuran
dan utilitas.

1. Perkembangan sebelum perang dunia I

Sebagian besar perusahaan mobil pada awalnya adalah toko-toko kecil. masing-
masing memproduksi beberapa mobil buatan tangan dan hanya beberapa persahaan saja yang
berlanjut ke dalam era produksi skala besar. Kemudian dalam perkembangannya industri
otomotif mulai menggabungkan berbagai jenis jenis mesin. Jenis mesin termasuk mesin
stasioner gas (Daimler dari Jerman, Lanchester dari Inggris, Olds Amerika Serikat), mesin
kelautan (Vauxhall dari Inggris), peralatan mesin (Leland Amerika Serikat), mesin pencukur
domba (Wolseley Inggris), mesin cuci (Peerless Amerika Serikat), mesin jahit (Putih Amerika
Serikat), dan peengolahan kayu dan penggilingan mesin (Panhard dan Levassor Perancis).
Pelopor produsen mobil tidak hanya harus memecahkan masalah teknis mesin dan keuangan
dalam rangka masuk dalam kegiatan produksi tetapi juga harus membuat keputusan dasar
tentang apa yang akan diproduksi. Setelah sukses pertama dari mesin bensin, ada eksperimen
yang luas dengan uap dan listrik. Untuk periode yang singkat mobil listrik benar-benar
menikmati penerimaan terbesar karena tenang dan mudah dioperasikan, namun keterbatasan
yang ditetapkan oleh kapasitas baterai terbukti fatal secara kompetitif. Sangat populer di
kalangan perempuan, mobil listrik tetap di produksi terbatas sampai tahun 1920-an. Salah
satu pembuat terpanjang yang masih bertahan, Detroit Electric Company Mobil, dioperasikan
secara teratur melalui 1929. Kemudian setelah menggunakan tenaga listrik muncul baru
dengan tenaga uap yang merupakan saingan yang lebih serius, mulai diadopsi secara umum,
setelah 1900, yang disebut boiler flash, di mana uap bisa dinaikkan dengan cepat. Mobil uap
cukup mudah dioperasikan karena tidak membutuhkan transmisi yang rumit. Di sisi lain,
tekanan uap tinggi yang dibutuhkan untuk membuat lampu mesin cukup untuk digunakan
dalam kendaraan jalan; mesin yang cocok memerlukan konstruksi mahal dan sulit untuk
dipertahankan. Pada 1910 sebagian besar produsen kendaraan uap telah berubah menjadi
berbahan bakar bensin.

2. Produksi Massal

Produksi masal merupakan suatu kemajuan teknologi dalam industri otomotif, kemudian
produksi massal sangat berkontrbusi dalam kemajuan teknologi dengan pengenalan produksi
massal skala penuh, proses menggabungkan presisi, standardisasi, pertukaran, sinkronisasi,
dan kontinuitas. Produksi massal merupakan inovasi dari Amerika Serikat. Amerika Serikat,
dengan populasi yang besar, standar hidup yang tinggi, dan jarak jauh adalah tempat
kelahiran alami dari teknik, yang telah sebagian dieksplorasi di abad ke-19. Meskipun Eropa
telah berbagi di eksperimentasi, peran Amerika ditekankan dalam deskripsi populer
standardisasi dan pertukaran sebagai "sistem pembuatan Amerika." Jenis pertukaran dicapai
oleh "sistem Amerika" secara dramatis ditunjukkan pada tahun 1908 di British Royal
Automobile Club di London: tiga mobil Cadillac yang dibongkar, bagian dicampur bersama-
sama, 89 bagian dihilangkan secara acak dan diganti dari stok dealer, dan mobil yang dirakit
dan dikendarai 800 km (500 mil) tanpa kesulitan.

3. Ford dan Lini Perakitan

Mobil yang diproduksi secara massal umumnya dikaitkan dengan Henry Ford, tapi dia
tidak sendirian dalam melihat kemungkinan di pasar massal. Ransom E. Olds membuat
tawaran besar pertama untuk pasar massal dengan terkenal garis melengkung pada kereta
Oldsmobile pada tahun 1901. Meskipun Oldsmobile pertama adalah mobil populer, namun
kendaraan itu terlalu ringan dibangun untuk menahan penggunaan berat. Kemudian ford
membuat mobil yang disebut sesuai dengan mimpinya membuat mobil untuk banyak
orangyag kemudian mobil ini disebut mobil T. Ketika desain Model T terbukti berhasil, Ford
dan rekan-rekannya beralih ke masalah memproduksi mobil dalam volume besar dan dengan
biaya unit yang rendah

4. Penyebaran Produksi Massal


Keberhasilan Ford menginspirasi imitasi dan kompetisi, tetapi keunggulannnya tetap tak
tertandingi sampai ia hilang pada pertengahan tahun 1920 dengan menolak untuk mengakui
bahwa Model T telah menjadi ketinggalan zaman. Mobil yang lebih mewah dan lebih bergaya
muncul dengan harga yang tidak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Model T, dan ini
semakin tersedia untuk pembeli berpenghasilan rendah melalui pasar mobil bekas yang terus
tumbuh.

5. Organisasi Skala Besar

kehadiran produksi massal di industri otomotif bertepatan dengan munculnya organisasi


bisnis berskala besar, dua hal tersebut terjadi dan itu berasal secara independen. Mereka terkait
dan mempengaruhi satu sama lain sebagai industri berkembang

6. General Motors

General Motors Corporation (GM) akhirnya menjadi perusahaan otomotif terbesar di dunia
dan perusahaan manufaktur milik pribadi terbesar di dunia, didirikan pada tahun 1908 oleh
William C. Durant, produsen kereta dari Flint, Michigan. Pada tahun 1904 ia memegang
kendali Buick Motor Company yang sedang terpuruk dan menjadikannya sebagai salah satu
produsen pokok Amerika.

7. Naiknya the Big Three

Pada akhir Perang Dunia I Ford adalah raksasa yang mendominasi area otomotif dengan
Model T tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga melalui cabang-cabang produksi di seluruh
dunia. Ford Inggris adalah produsen tunggal terbesar di Inggris. GM muncul sebagai pesaing
utama potensial di Amerika Serikat. Tidak ada perusahaan otomotif lainnya dengan ukuran
yang sebanding. Anggota ketiga dari "Big Three" produsen otomotif di Amerika Serikat
diciptakan pada saat yang sama tersebut. Ketika Maxwell Motor Company gagal pada saat
depresi 1921, Walter P. Chrysler, mantan General Motors, dipanggil untuk mengatur itu. Lalu
perusahaan tersebut menjadi Chrysler Corporation pada tahun 1925 dan tumbuh untuk proporsi
besar dengan mengakuisisi perusahaan Dodge Brothers pada tahun 1928. Ketika Ford pergi
keluar dari produksi tahun 1927 untuk beralih dari Model T ke Model A (suatu proses yang
memakan waktu 18 bulan), Chrysler mampu menembus pasar mobil murah dengan Plymouth.
8. Para Independen
Pada 1929 Tiga Besar tersebut memasok tiga perempat dari pasar Amerika untuk
kendaraan bermotor; sebagian besar sisanya dibagi antara lima independen terbesar: Hudson,
Nash, Packard, Studebaker, dan Willys-Overland. Dalam waktu kurang dari 10 tahun jumlah
produsen mobil di Amerika Serikat turun dari 108 ke 44. Beberapa pembuat mobil kecil
memiliki kepentingan teknologi atau pribadi, termasuk Nordyke dan Marmon, pembuat
Marmon mobil mewah, dan E.L. Kabel, yang dipasarkan mobil kendali di roda depan antara
tahun 1929 dan 1937. Depresi yang terjadi pada tahun 1930-an menghilangkan semua tapi
produsen independen terbesar dan meningkat lebih jauh ketimbang dominasi Big Three
tersebut. Produksi kendaraan bermotor menurun dari puncaknya lebih dari lima juta pada tahun
1929 ke titik rendahnya hanya lebih dari satu juta pada tahun 1932. Ini naik lagi perlahan tapi
belum kembali ke angka sebanyak pada tahun 1929 ketika Perang Dunia II terjadi.
9. Pertumbuhan di Eropa

Tahun 1919-1939 juga membawa pertumbuhan yang signifikan dalam manufaktur mobil di
Eropa, meskipun pada skala yang jauh lebih kecil daripada di Amerika Serikat. Industri Eropa
bergerak dalam arah yang sama dengan industri Amerika, menuju pasar massal untuk
kendaraan bermotor, tetapi membuat kemajuan lambat karena berbagai alasan: standar hidup
yang lebih rendah dengan daya beli kurang, pasar nasional lebih kecil, dan pembatasan pajak
lebih dan kebijakan tarif. Namun, kecenderungan yang sama terhadap konsentrasi masih
terlihat jelas. Produksi otomotif Inggris naik dari 73.000 pada tahun 1922 (baik kendaraan
pribadi dan komersial) menjadi 239.000 pada tahun 1929, sementara jumlah produsen menurun
dari 90 ke 41. Tiga perusahaan, Austin, Morris, dan Singer mengendalikan 75 persen dari pasar
Inggris pada tahun 1929.
10. Industri Otomotif Selama Perang Dunia II

Selama Perang Dunia I kapasitas produksi industri otomotif pada awalnya menunjukkan nilai
militernya. Kendaraan bermotor yang digunakan secara luas untuk transportasi dan pemasok.
Selain itu, pabrik otomotif bisa mudah dikonversi menjadi fasilitas untuk pembuatan peralatan
militer, termasuk tank dan pesawat. Persiapan lebih dilakukan untuk menggunakan sumber
daya dari berbagai industri otomotif sebagai Perang Dunia II berlangsung.

11. Industri Otomotif Setelah tahun 1945

Setelah Perang Dunia II terjadi ekspansi yang signifikan dalam produksi kendaraan bermotor.
Selama periode 35 tahun total output dunia meningkat hampir 10 kali lipat. Fitur yang paling
signifikan dari peningkatan ini adalah bahwa sebagian besar terjadi di luar Amerika Serikat.
Meskipun produksi Amerika terus tumbuh, pangsa produksi otomotif dunia turun dari sekitar
80 persen menjadi 20 persen dari total. Di antara semua negara, Amerika Serikat adalah
produsen utama sampai resesi dari awal 1980-an. Pada tahun 1980, Jepang yang telah memiliki
beberapa manufaktur otomotif sebelum perang, menjadi produsen terkemuka, dengan
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) berada di peringkat kedua. Amerika Serikat kembali
menjadi penguasa dalam produksi kendaraan pada tahun 1994, sejak saat itu produsen Jepang
sedang membangun lebih banyak dari produk mereka di pabrik-pabrik di pasar luar negeri
utama mereka, seperti Amerika Serikat, untuk menanggapi tekanan ekonomi dan politik di
pasar tersebut.

12. Industri Otomotif di Amerika Serikat

Pada akhir Perang Dunia II industri mobil Amerika memiliki fasilitas yang lengkap yang
kemudian diperbesar untuk konstruksi kebutuhan militer. Ada juga permintaan yang besar
untuk mobil. Situasi ini mengundang beberapa upaya oleh pendatang baru untuk memasuki
industri, tapi semua terbukti tidak berhasil. Yang paling menjanjikan, Kaiser-Frazer
Corporation, beropreasi sekitar 10 tahun tetapi tidak memiliki sumber daya keuangan, teknis,
dan penjualan untuk bersaing ketika pasar mobil kembali normal. Pada awal 1980-an industri
otomotif di Amerika Serikat terkonsentrasi di empat perusahaan utama-GM, Ford, Chrysler,
dan AMC-dan salah satu produsen penting dari kendaraan komersial, International Harvester
Company. Beberapa produsen kendaraan khusus tetap, bersama dengan bermacam-macam
perusahaan yang membuat bagian/kelengkapan otomotif dan komponen.

13. Industri Otomotif Di Eropa

Di Eropa kendaraan bermotor dianggap sebagai produk ekspor yang bisa membantu
memulihkan ekonomi yang hancur oleh perang. Inggris, misalnya, mengalokasikan lebih dari
separuh output otomotif untuk ekspor dan pembelian dalam negeri dibatasi selama beberapa
tahun setelah perang. Selain itu, pajak tenaga kuda dihilangkan untuk memungkinkan produsen
Inggris untuk bisnis menguntungkan untuk pasar dunia. Kebangkitan mobil Jerman dari
kehancuran hampir total pasca Perang Dunia II industri adalah suatu prestasi spektakuler,
dengan sebagian besar penekanan berpusat pada Volkswagen. Pada akhir perang, pabrik
Volkswagen dan kota Wolfsburg berada dalam situasi yang rusak berat. Kembali diupayakan
untuk berproduksi, dalam sedikit lebih dari satu dekade pabrik itu memproduksi setengah dari
kendaraan bermotor Jerman Barat dan telah membentuk posisi yang kuat di pasar dunia.
14. Jepang

Peningkatan paling spektakuler dalam produksi otomotif setelah Perang Dunia II terjadi di
Jepang. Dari posisi yang diabaikan pada tahun 1950, Jepang dalam waktu 30 tahun bergerak
melewati Jerman Barat, Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat untuk menjadi produser
otomotif terkemuka di dunia. Penjualan ekspor terus berkembang dari kendaraan Jepang yang
kecil, hemat bahan bakar memainkan peran utama dalam pencapaian ini. Selama 1970-an dan
awal 80-an, mobil-Toyota, Nissan, Honda, dan Toyo Kogyo (kemudian Mazda) Jepang
menikmati keuntungan ekspor yang mengesankan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Pada
1980-an pembuat mobil Jepang dipandang sebagai model bagi negara lain untuk meniru,
terutama untuk metode "just-in-time" mereka dalam memasok komponen untuk pabrik
perakitan dan penggunaan kontrol proses statistik untuk meningkatkan kualitas kendaraan,
yang ironisnya telah dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang Amerika tetapi ditolak oleh
produsen Amerika pada saat itu.

15. Korea Selatan

Dalam waktu 20 tahun dimulai pada 1970-an, industri otomotif Korea Selatan naik dari
industri kecil yang dikendalikan pemerintah menjadi penguasa pasar yang signifikan di pasar
dunia. Tiga perusahaan utama -Hyundai Motor Company, Kia Motors Corporation, dan
Daewoo Motor Corporation-menyumbang sekitar 90 persen dari pasar Korea Selatan,
sedangkan sisanya dibagi antara dua produsen kecil dan impor. Hyundai, produsen mobil
negara yang dominan, menghasilkan mobil, truk ringan, dan truk komersial dan bus; itu bagian
dari yang lebih besar Hyundai Corporation, yang memiliki kepentingan mulai dari konstruksi
untuk pembuatan kapal. Kia, produsen mobil terbesar kedua Korea Selatan, diakuisisi oleh
Hyundai pada tahun 1999. Daewoo, yang dimiliki oleh konglomerat Daewoo Group,
memasuki bidang otomotif dalam skala besar pada tahun 1980 dan telah memenangkan hampir
seperlima dari pasar sebelum masuk ke kurator keuangan dan reorganisasi pada tahun 2000.
pada awal abad ke-21, Daewoo cenderung muncul menjadi perusahaan Korea Selatan besar
pertama yang akan diambil alih oleh perusahaan asing.
16. Industri Modern

Industri otomotif modern di Amerika Serikat industri tersebut merupakan perusahaan


manufaktur tunggal terbesar dalam hal total nilai produk, nilai tambah oleh manufaktur, dan
jumlah penerima upah bekerja. Satu dari setiap enam bisnis Amerika tergantung pada
manufaktur, distribusi, pelayanan, atau penggunaan kendaraan bermotor; penjualan dan
penerimaan dari perusahaan otomotif mewakili lebih dari seperlima dari bisnis grosir negara
dan lebih dari seperempat perdagangan ritel. Untuk negara-negara lain proporsi ini agak lebih
kecil, namun Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa Barat telah dengan cepat
mendekati angka tersebut.
III. INDUSTRI OTOMOTIF DI DUNIA

Industri otomotif pada tahun 1890 sudah ada ratusan manufaktur yang diawali oleh Horseless
Carriage. Dalam beberapa dekade Amerika (USA) memimpin dunia dalam industri Otomotif
Di tahun 1929 sebelum kondisi depresi ekonomi dunia, di dunia telah ada sebanyak 32,
028,500 unit dan Amerika yang memproduksi lebih dari 90%nya. Pada saat itu setiap 4,87
orang punya satu unit mobil. Sesudah Perang Dunia II Amerika memproduksi sekitar 75%
dari produksi otomotif dunia. Di tahun 1980, posisi Amerika diambil alih oleh Jepang sampai
tahun 1994. Di tahun 2006 Jepang menang tipis dalam produksi Otomotif sampai tahun 2009.
Di tahun 2009 China mengambil alih dengan produksi otomotif sebanyak 13,8 juta unit, dan
ditahun 2012 sebanyak 19,3 juta unit. China memproduksi otomotif hampir dua kalinya dari
jumlah yang diproduksi Amerika sebanyak 10,3 juta unit, sedangkan Jepang di posisi ke tiga
memproduksi sebanyak 9,9 juta unit. Di tahun 1970 ada sebanyak 140 model, diatas tahun
1998 ada sebanyak 260 model , sedangkan pada tahun 2012 model sudah bertambah menjadi
sebanyak 684 model. Jumlah model otomotif di Amerika berkembang secara eksponensial.
Aspek Keamanan
Keamanan adalah pernyataan terkait dengan jaminan dari berbagai Risiko (Risk),
Bahaya (Danger), Kerusakan (Damage), atau penyebab kecelakaan (Injury). Pada
industri otomotif, keamanan (safety) berarti bahwa pengendara, pengemudi, atau
manufaktur tidak akan mengalami suatu resiko, atau bahaya, yang diakibatkan oleh
Otomotif itu sendiri atau komponennya. Keamanan dari otomotif itu sendiri berarti
tidak ada risiko atau kerusakan sama sekali. (Zero Risk, Danger, and Damage ).
Aspek Ekonomi
Diseluruh Dunia, ada sebanyak 806 juta unit Otomotif (Cars) dan Truk Kecil (Light
Truck) di jalan pada tahun 2007, mengkonsumsi kurang lebih sebanyak 980 milliar
liter ( 980,000,000 m3 ) dari bensin (gasoline) dan solar (diesel fuel) per tahun. ]
Kendaraan Bermotor utamanya menjadi mode transportasi di negara-negara
berkembang. Boston Consulting Group cabang Detroit memprediksi bahwa di tahun
2014 sepertiga dari pasar Dunia , akan permintaan Kendaraan Bermotor berasal dari
Negara-Negara BRIC ( Brazil, Russia, India, dan China).
Produksi otomotif dunia

1960s; Post war increase


1970s; Oil crisis and tighter safety and emission regulation.
1990s; production started in NICs
2000s; rise of China as top producer

Eksportir tahun 2012

Automobile Export Gross value Treemap (2012)


This map showing only gross export amount. USA was the largest net importer, also
UK and France are net importers
IV. INDUSTRI OTOMOTIF DI INDONESIA

Indonesia merupakan pasar strategis bagi investor asing dalam hal ini bidang industri
otomotif, indonesia merupakan wilayah yang perekonomiannya terus berkembang yang
menjadikan para investor asing sangat tertarik dalam pasar indonesia, selain pertumbuhan
ekonominya yang bagus wilayah indonesia juga terletak strategis dalam Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA). Para investor asing yang ada di indonesia antara lain jepang, korea selatan,
china, dan masih banyak lagi. Di indonesia dalam industri otomotif memiliki tiga pemain
kunci yaitu indomobil,astra internasional, dan krama yudha. Indonesia juga mencanangkan
adanya industri mobil nasional yang sampai saat ini masih menjadi wacana. Mobil nasional
sering dipandang hanya sebelah mata dipandang tidak ada gunanya kalau hanya dipikirkan
tanpa adanya sokongan dana dari pemerintah.
Pemerintah harus mendukung industri otomotif di indonesia dan harus bisa
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tepat agar industri otomotif di indonesia bisa terus
berkelanjutan. Untuk bisa membangun industri otomotif di indonesia yang sudah
dicanangkan dari dulu dalam hal ini industri mobil nasional baik itu dalam jenis
MPV,SUV,Sedan dll. tentunya Ada banyak aspek yang harus dipenuhi dalam rangka
membangun industri mobil nasional antara lain :
1. Bertindak sesuai standard.

Ada definisi dan aturan yang ditetapkan untuk segala sesuatu yang menyangkut metoda, alat,
proses dan ukuran keberhasilan proses, pengetahuan dan ketrampilan, produk dan ukuran
keberhasilan produk, dll. Segala sesuatu disiapkan aturannya, pedoman pelaksanaan dan
target pencapaiannya, batasan waktu, tempat dan kriteria yang jelas. Mula-mula, setiap yang
berulang, selalu harus punya aturan yang disepakati. Kemudian kesepakatan yang terbukti
baik harus dituliskan sebagai stadard. Akhirnya hanya dengan standard itu pekerjaan boleh
dilakukan. Standad itu sewaktu-waktu ditinjau kembali dan standard dirubah untuk
perbaikan, bila ada yang lebih baik. Setiap hal ada standarnya sebagai pedoman kerja dan
acuan penilaian hasil kerja. Standard ini menjadi referensi acuan dan semangat untuk
pengaturan selanjutnya yang berkembang dan selalu ditingkatkan. Standard mencakup semua
aspek teknis operasional, aspek ketenaga-kerjaan, keuangan dan administrasi umum yang
diperlukan oleh bisnis.
Contohnya:
Setiap barang punya lokasi tempat yang ditetapkan dan barang tersebut selalu diatur
kembali ketempatnya pada waktu yang ditetapkan pula.
Setiap proses punya syarat ketrampilan apa yang dibutuhkan dari operatornya, jelas
batas baik buruknya, jelas urutan kerja dan ukurannya, jelas alat dan bahannya, jelas
cara kerjanya, jelas kondisi kerjanya, jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
dst.
Setiap material yang digunakan punya tuntutan spesifikasi yang jelas dan dipastikan
bukti pemenuhannya dengan sampling pengujian berkala dsb.
Setiap lokasi dan aset ada penanggung jawabnya dengan aturan kebersihan,
keteraturan, pemeliharaan yang jelas.
2.Bekerja sistem penyusunan program dengan target dan sasaran yang jelas.

Seperti juga dengan standard untuk aturan umum, program yang dijalankan selalu
berdasarkan rencana dan sasaran yang sudah disepakati bersama sebelumnya.
Pengaturan kerja memastikan koordinasi dan sinkronisasi sinergi antar bagian untuk
optimisasi sumber daya yang terbatas.
Agenda dan jadwal pekerjaan. prioritas dan pembagian kerja selalu harus jelas dan disepakati
sebelumnya.Sehingga Deming mengambarkannnya dalam suatu siklus PDCA (Plan, Do,
Check dan Action). Perencanaan harus menyeluruh dan memenuhi unsur 5W + 1H yang
mewakili seluruh aspek yang harus dipersiapkan.
Target harus diambil secara SMART (Simple, Measurable, Achievable, Reasonable dan
Timely). Ada daftar dari parameter dan variabel yang dipilih sebagai ukuran dengan nilai
pencapaian yang dituntut yang disepakati sebagai ukuran keberhasian yang dievaluasi dari
waktu ke waktu. Hasil kerja dilaporkan, dibandingkan dengan rencana, dianalysis dan
diambil keputusan tindak lanjutnya secara berkala. Sehingga akhirnya dapat kita lihat, setiap
keputusan selalu diikuti dengan control point ukuran keberhasilan yang menjadi sasarannya.
Program disusun lengkap dengan kebutuhan spesifik tenaga kerja dan anggaran biaya yang
dibutuhkan.
3. Punya metoda, standard kerja yang dilengkapi dengan ukuran-ukuran pencapaian, ukuran-
ukuran kualitas yang diharapkan, batasan-batasan kondisi kerja, data empiris untuk
performance, bench mark untuk best practice, dsb.
Metoda ini memiliki referensi yang jelas yang digunakan sebagai patokan dasar untuk
perencanaan kualitas, design dan pengembangan perbaikan selanjutnya. Standard kerja
ditetapkan untuk setiap langkah proses yang dilaksanakan untuk setiap item produk yang
dikerjakan. Standard kerja menjamin efektifitas dan efisiensi keja dan keandalan untuk
kemampuan proses. Perencanaan standar kerja ini ditetapkan bersamaan pada saat
perencanaan kualitas dalam pengembangan setiap produk baru dan dievaluasi untuk
dikembangkan untuk perbaikan selanjutnya. Pengembangan produk harus disertai dengan
perencanaan kualitas secara bersamaan, sehingga ada jaminan bahwa produk yang
dikembangkan sesuai dengan harapan pembeli.
Pengetahuan yang melampaui kebutuhan operasional saat ini perlu ada untuk menjamin
tersedianya solusi dan kemampuan bersaing dan berkembang dalam menghadapi perubahan
di pasar.
4. Punya system untuk komunikasi, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, penanggulangan
masalah, penanganan penyimpangan, pengambilan keputusan, peninjauan. penilaian,
pengembangan dsb.
System ini mengatur pembagian kerja dengan tugas, sasaran dan kewenangan yang jelas.
System ini mengatur aliran kerja dangan kriteria hasil yang jelas. System harus
mengakomodasikan aturan untuk penanganan terhadap penyimpangan, rencana darurat bila
terjadi penyimpangan serta langkah penaggulangan masalah yang terjadi. System harus
mendefinisikan langkah yang disepakati untuk perencanaan bisnis, perencanaan kualitas,
pengembangan produk, perencanaan produksi, pemasaran dan penjualan serta dukungan
finansial, administrasi umum dan general affair.
5. Punya nilai-nilai perilaku yang disepakati sebagai kultur kerja yang diharapkan dan
diterapkan secara konsisten. Pembentukan sikap, nilai dan norma bersama ini dibuat tertulis,
dituntut dan diucapkan sebagai permintaan, dicontohkan atasan dan dijaga dengan reward dan
punishment yang konsisten.
Terbinanya iklim komunikasi yang sehat perlu untuk memperkecil friksi dan hambatan untuk
bekerja sama secara fair, firm and friendly. Spirit kerja yang tinggi mendukung kreatifitas dan
produktivitas kerja. Pembentukan team work disupport oleh sikap saling menghargai, tidak
saling menyalahkan, orientasi terhadap solusi berdasarkan kesepakatan bersama, penghargaan
yang setimpal untuk prestasi, kesempatan yang sama untuk berkembang, perlakuan yang adil
dalam pengaturan upah dan penyelesaian konflik dsb.

6. Menguasai detail setiap langkah proses bisnis dan proses transformasi material untuk
produk yang dihasilkan.
Penguasaan proses memastikan tercapainya kualitas yang direncanakan dengan tingkat harga
yang sesuai untuk mencapai profit yang ditargetkan. Penguasaan proses memungkinkan
pengambilan keputusan yang optimum berdasarkan pertimbangan cost benefit ratio yang jelas
unuk mencapai efektifitas, efisiensi dan produktifitas yang diharapkan. Penguasaan proses
mendorong usaha menciptakan ongkos produksi serendah-rendahnya melalui improvement.
Penguasaan proses memastikan kualitas hasil yang direncanakan dan kemampuan recovery
bila terjadi penyimpangan yang tidak diharapkan. Pelatihan yang memadai memastikan
operator yang siap dan handal. Penguasaan proses memastikan keandalan sistem produksi
dengan pengendalian kemampuan proses secara konsisten tanpa harus terkaget-kaget dengan
hambatan tiba-tiba yang tidak diharapkan. Pada dasarnya, bila prosesnya tidak dikuasai,
sebaiknya jangan berbisnis. Karena tanpa penguasaan proses bisnis sulit dikendalikan.
7. Menguasai medan, pergerakan, trend perkembangan pasar dan bisnis secara keseluruhan.
Profit harus selalu menjadi tujuan dari bisnis, sehingga pendapatan perusahaan dapat selalu
berkembang, mengimbangi kenaikan biaya overhead. Perlu kesadaran bahwa semua
operasional disesuaikan dengan tujuan bisnisnya. Sehingga bisnis harus direncanakan,
direview dan dievaluasi secara berkala. Perlu disiapkan alat untuk memonitor dan
menganalysis perubahan yang terjadi di pasar. Sehingga mampu mengantisipasi perubahan
dan merencanakan ekspansi sesuai sasaran yang tepat untuk sustainable dan berkembang di
pasar.
Perlu kemampuan untuk mengantisipasi perubahan moneter dan hambatan finansial, financial
engineering untuk pendanaan dsb. Perlu disadari bahwa profit harus didapat dari efisiensi
dengan membuat ongkos produksi serendah-rendahnya dan menghindari pemborosan dari
penyimpangan yang terjadi terhadap rencana.

Anda mungkin juga menyukai