Anda di halaman 1dari 71

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Karya Tulis Ilmiah

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


DENGAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN
LOGIKA MATEMATIKA DI KELAS X-1 SMA NEGERI 3 BLITAR
TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007
ABSTRAK
Priyoananto,Lulus.2007. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Dengan Metode Problem-Based Learning Pada Pokok Bahasan Logika
Matematika di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 / 2007.
Kata kunci : Logika, Problem-Based Learning

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran


matematika perlu dicarikan upaya-upaya yang tepat dan efektif serta
efisien. Salah satu upayanya adalah pemilihan strategi pembelajaran yang
lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa dan bukan pada aktifitas
mengajar guru. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satunya adalah
Problem-Based Learning. Dalam pembelajaran matematika, khususnya
dalam penyelesaian soal-soal logika dibanding dengan strategi
pembelajaran lainnya, strategi Problem-Based Learning memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya siswa lebih aktif untuk berdiskusi dan
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal soal pada pokok bahasan Logika Matematika. (2)
mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika
Matematika. (3) mengetahui dampak metode Problem-Based Learning
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika
Matematika.
Sedangkan manfaat hasil penelitian diharapkan antara lain bagi siswa: (1)
Meningkatkan minat siswa dalam memahami Logika Matematika. (2)
Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab. (3) Memotifasi
siswa untuk lebih mantap dalam belajar matematika terutama pada pokok
bahasan Logika Matematika. (4) Siswa mengerti akan pentingnya belajar
berkelompok. (5) Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk
menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada pokok
bahasan Logika Matematika. (6) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif
dalam memecahkan masalah melalui pemberian tugas secara
berkelompok. Bagi guru: (1) Mendorong untuk meningkatkan
profesionalisme guru. (2) Memperbaiki kinerja guru. (3) Menumbuhkan
wawasan berfikir ilmiah. (4) Mempermudah pelaksanaan pembelajaran.
Bagi sekolah (1) Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. (2) Meningkatkan
kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja
guru
Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 April s/d 18 April 2007.
penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri
dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan tindakan dan refleksi tindakan. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan tes prestasi belajar, angket dan
observasi. Untuk penyajian data disajikan dalam bentuk tabel agar lebih
mudah untuk dibaca dengan teknik analisa diskriptif.
Pada akhir pelaksanaan tindakan pada setiap siklus tampak ada
peningkatan rasa senang, antusias dan keaktifan siswa selama
pembelajaran dan hasil pembelajaran disetiap siklus meningkat pula yaitu
nilai rata-rata sebelum diadakan penelitian 42,8, pada siklus I 69,4 dan
pada siklus II 74,4 dengan prosentase kenaikan nilai rata-rata ulangan
harian sebelum diadakan PTK ke siklus I naik 62,15% dari siklus I ke siklus
II naik 7,20 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
Problem-Based Learning dalam pembelajaran matematika pada pokok
bahasan logika matematika dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006-
2007.
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, karena bimbinganNyalah
penelitian ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan penelitian yang berjudul Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Dengan Metode Problem-Based Learning Pada Pokok
Bahasan Logika Matematika di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun
Pelajaran 2006 / 2007 Peneliti sadari masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu peneliti sangat mengharapkan koreksi, kritik dan saran dari
berbagai pihak untuk perbaikan dan penyempurnaannya.
Pada kesempatan yang baik ini peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. Pratignyo Yitno Sutomo, M.Pd selaku Kepala Dinas
Pendidikan Daerah Tingkat II Kota Blitar.
2. Bapak dan Ibu Guru Matematika SMA Negeri 3 Blitar.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung kegiatan
penelitian ini.
Harapan Peneliti semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua
pihak, khususnya bagi para pembaca.
Blitar, 25 April 2007
Peneliti
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Batasan Masalah 7
F. Penegasan Istilah 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran 9
B. Prinsip-prinsip Belajar 10
C. Motivasi Belajar 11
D. Pendekatan Belajar 13
E. Masalah-masalah Belajar 14
F. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) 18
G. Logika Matematika 20
H. Penelitian Tindakan Kelas 25
I. Hipotesis 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian 29
B. Siklus Penelitian 29
C. Instrumen Penelitian 33
D. Teknik analisa data 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Siklus I 38
1. Perencanaan 38
2. Pelaksanaan 38
3. Pengamatan 41
4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan 49
B. Siklus II 49
1. Perencanaan 49
2. Pelaksanaan 50
3. Pengamatan 52
4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan 59
C. Pembahasan Hasil Penelitian 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 66
B. Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 68

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian PRA PTK Siswa Kelas X-1 SMA
Negeri 3
Blitar Tahun Pelajaran 2006-2007 39

Tabel 2. Nilai hasil ulangan Harian Siklus I 42

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus I


46

Tabel 4. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus I 46

Tabel 5. Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus I 46

Tabel 6. Nilai Hasil Ulangan Harian Siklus II 53

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus II


56
Tabel 8. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus II 57

Tabel 9. Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus II 57

Tabel 10. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator pada Siklus II 58

Tabel 11. Hasil Angket tentang Metode Pembelajaran dengan Metode


Problem-
Based Learning (yang ditujukan dalam bentuk proses) 60

Tabel 12. Data Hasil Belajar Sebelum Diadakan Penelitian 61

Tabel 13. Data Hasil Kenaikan Nilai Ulangan Secara Keseluruhan 62

Tabel 14. Data Hasil Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai dari Siklus I dan
Siklus
II 62

Tabel 15. Data Hasil Kreatifitas Siswa Mencatat Materi Pelajaran Siklus
I dan
Siklus II 63

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus 69
2. Tes Evaluasi Siklus I 71
3. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus I 72
4. Tabel Monitoring Kolaborator Siklus I 74
5. Tes Evaluasi Siklus II 75
6. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II 77
7. Tabel Monitoring Kolaborator Siklus II 79
8. Angket 80
9. Foto-Foto Pelaksanaan 81

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan
rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal
ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep
matematika sehingga mengakibatkan kesalahan kesalahan dalam
mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar
siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian
akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas
biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa
latihan soal. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan
tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep matematika. Rendahnya mutu pembelajaran dapat
diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat
berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat
dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana
dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran
menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus
sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi). Jadi pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek
kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak


seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya
pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat
otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa
bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru
sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas
profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar
kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses
pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang
erat dengan guru, dengan teman temannya dan juga dengan lingkungan
sekitarnya.
Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi,
sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang
dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga
merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran (Semiawan,
1985).Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang
menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini munculah istilah Cara
Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Salah satu pendekatan pembelajaran yang
mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran dengan pemberian tugas
secara berkelompok.
Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan dari pemikiran nilai nilai
demokrasi, belajar efektif perilaku kerja sama dan menghargai
keanekaragaman dimasyarakat. Dalam pembelajaran guru harus dapat
menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki
ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta
merespon perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu
pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan
pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan
demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik
yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks
belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan
memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk
didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2
dalam Nurhadi dkk,2004), Pembelajaran berbasis masalah dikenal
dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek),
Eksperience-Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman),
Authentic learning (Pembelajaran Autentik), dan Anchored instruction
(Pembelajaran berakar pada dunia nyata). Peran guru dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan
pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran
berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan
lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara
terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna
yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukankan
penyelidikan secara inkuiri.
Terkait dengan kurikulum 2004, pembelajaran dengan pemberian tugas
secaraberkelompok menjadi salah satu pendekatan yang sebaiknya di
kuasai oleh guru baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat dari
pemikiran tersebut Peneliti memilih judul Meningkatkan
Prestasi Belajar Matematika Dengan Metoda Problem-Based Learning Pada
Pokok Bahasan Logika Matematika Di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun
Ajaran 2006 2007

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal soal latihan pada pokok
bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran
2006 2007?
2. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas pada pokok bahasan Logika Matematika di
kelas X-1 SMA Negeri 3 Tahun Ajaran 2006 2007?
3. Bagaimanakah dampak metode Problem-Based Learning dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika
Matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006
2007?

C. Tujuan Penelitian
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan
berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal soal pada pokok bahasan Logika Matematika di
kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 2007 yang diajarkan
dengan metode Problem-Based Learning.
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran
2006 2007 yang diajarkan dengan metode Problem-Based Learning..
3. Untuk mengetahui dampak metode Problem-Based Learning dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran
2006 2007 pada pokok bahasan Logika Matematika.

D. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat
memberikan mamfaat bagi :
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat siswa dalam memahami Pokok Bahasan Logika
Matematika.
b. Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab.
c. Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar matematika
terutama pada pokok bahasan Logika Matematika.
d. Siswa mengerti akan pentingnya belajar berkelompok.
e. Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk
menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada pokok
bahasan Logika Matematika.
f. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah
melalui pemberian tugas secara berkelompok

2. Bagi Guru
a. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.
b. Memperbaiki kinerja guru
c. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah
d. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan
prestasi siswa dan kinerja guru.

E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran matematika dengan metode Problem-Based
Learning untuk meningkatkan prestasi belajar matematika dilaksanakan
di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar semester genap tahun pelajaran 2006 /
2007
2. Materi yang diajarkan adalah pada pokok bahasan Logika
Matematika

F. Penegasan Istilah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada dan untuk
menghindari kesalahan penafsiran, maka diberikan penegasan istilah
sebagai berikut :
1. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil tertinggi
dalam belajar yang dicapai menurut kemampuan anak dalam
mengerjakan sesuatu pada saat tertentu pula. (Sumartono, 1971). Dalam
penelitian ini yang dimaksud mengerjakan sesuatu adalah menyelesaikan
soal soal pokok bahasan Logika Matematika. Sedang yang dimaksud
pada saat tertentu adalah pada saat dilakukan ulangan harian.
2. Logika Matematika
Logika Matematika adalah Pokok bahasan dalam pelajaran matematika
yang diajarkan di kelas X SMA pada semester genap.

3. Pemberian Tugas Secara Berkelompok


Pemberian tugas secara berkelompok adalah pemberian tugas kepada
siwa yang dikerjakan oleh dua orang siswa atau lebih, dimana siswa
belajar dapat bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang
optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok .(Johnson, 1991
dalam Santoso, 1998 ).
4. Pengajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
ketrampilan pemecahannya, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.(Nurhadi, Burhan & Agus,
2004)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek
belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang
(Suliana,2005). Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh
orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati
oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada
hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh
pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pebelajar
terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi
lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut
juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata
lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari
segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani
dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai
dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan
menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi
siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa
merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses
belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu
hasil belajar sebagai dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002)

B. Prinsip-prinsip Belajar
Para ahli meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandang ilmu. Mereka
telah menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar. Diantara prinsip-
prinsip belajar yang penting berkenaan dengan :
1. Perhatian dan motivasi belajar siswa
2. Keaktifan belajar
3. Keterlibatan dalam belajar
4. Pengulangan belajar
5. Tantangan semangat belajar
6. Pemberian balikan dan penguatan belajar
7. Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar
Perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatkan perilaku
untuk mencapai sasaran belajar. Perhatian berhubungan dengan motivasi
sebagai tenaga penggerak belajar. Motivasi dapat bersifat internal atau
eksternal, maupun intrinsik atau ekstrinsik.
Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat internal adalah motivasi
yang datang dari diri sendiri. Motivasi yang bersifat eksternal adalah
motivasi yang datang dari orang lain. Yang dimaksud dengan motivasi
yang bersifat intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan
sungguh-sungguh mempelajari matapelajaran disekolah karena ingin
memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedang motivasi ekstrinsik
adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, seorang siswa belajar
sungguh-sungguh bukan disebabkan karena ingin memiliki pengetahuan
yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan untuk naik kelas atau
mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta
dari keberhasilan belajar.
Dewasa ini para ahli memandang siswa adalah seorang individu yang
aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar,
tetapi sebagai pembimbing, fasilitator dan pengarah. Belajar memang
bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan
langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar
tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan
berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Belajar yang berarti bila bahan
belajar tersebut menantang siswa. Belajar juga akan menjadi terarah bila
ada balikan dan penguatan dari pembelajar. Betapapun pembelajaran
yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan
terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifat individual
pebelajar.

C. Motivasi Belajar
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental
itu berupa keinginan, perhatian atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut
dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada sebagian ahli psikologi
pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya
belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan sikap dan perilaku pada individu belajar (Koeswara, 1989;
Siagia, 1989; Sehein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati &
Mudjiono, 2002 ). Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
1. Motivasi Primer
Motivasi Primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.
Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau
jasmani manusia. (Dimyati & Mudjiono, 2002)
2. Motivasi Sekunder
Motivasi Sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan
motivasi primer. Sebagai ilustrasi seorang yang lapar akan tertarik pada
makan dibanding belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang
harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang
harus belajar bekerja. Bekerja dengan baik merupakan motivasi
sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia akan memperoleh gaji
berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang
merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik. Bila orang
memiliki uang setelah ia bekerja dengan baik, maka ia dapat membeli
makanan untuk menghilangkan rasa lapar.(Jalaludin Rahmad, 1991;
Sumadi Suryabrata, 1991 dalam Dimyati & Mudjiono, 2002)
Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang dikarenakan orang tersebut
senang melakukannya.(Dimyati & Mudjiono, 2002)
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang
ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena
dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.
(Dimyati & Mudjiono, 2002)

D. Pendekatan Belajar
Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu.
Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, internet, surat kabar,
majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat dengan
mudah diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan
daripadanya. Guru profesional memperlukan pengetahuan dan
keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai
pesan sehingga siswa terbiasa belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang
berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran
belajar. Dalam belajar tentang pendekatan belajar tersebut, orang dapat
melihat pengorganisasian siswa, posisi guru-siswa dalam pengolahan
pesan, dan pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan
pembelajaran secara individual, pembelajaran secara kelompok, dan
pembelajaran secara klasikal. (Dimyati & Mudjiono, 2002)

E. Masalah-masalah Belajar
Dari sisi siswa yang bertindak belajar akan menimbulkan masalah-
masalah internal belajar. Dari sisi guru, yang memusatkan perhatian pada
pebelajar yang belajar maka akan muncul faktor-faktor eksternal yang
memungkinkan terjadinya belajar.
Faktor internal yang dialamai oleh siswa meliputi hal-hal seperti; sikap
terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan
mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,
kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi
dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Faktor-
faktor internal ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat
menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik.
(Dimyati & Mudjiono, 2002)
Faktor eksternal meliputi hal-hal sebagai berikut; guru sebagai
pembimbing belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan
penilaian, lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi
guru sebagai pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-
masalah eksternal belajar merupakan prasyarat terlaksanannya siswa
dapat belajar.(Dimyati & Mudjiono, 2002)
Sumadi Suryabrata (1984) mengklasifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Faktor-faktor non-sosial
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tidak terbilang jumlahnya,
seperti misalnya : keadaan suhu, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang
atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai
untuk belajar (alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya yang dapat
kita sebut sebagai alat pelajaran).
b. Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor manusia (semua
manusia), baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang
lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu
belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang melaksanakan ujian,
lalu banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau
seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar
masuk kamar belajar itu dan sebagainya.
Selain kehadiran yang langsung seperti yang dikemukakan di atas,
mungkin juga orang lain itu hadir tidak secara langsung atau dapat
disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan
representasi dari seseorang, suara nyanyian yang dihidangkan lewat radio
maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi kehadiran
seseorang.
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan ini pun dapat
lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
a. Faktor-faktor fisiologi
Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar
belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain
pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan
jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam
hubungannya dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan yaitu :
(a) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan
mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat
berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan lain sebagainya.
(b) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu.
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu terutama fungsi-fungsi alat
indra.
b. Faktor-faktor psikologi
Arden N. Frandsen (dalam S. Suryabrata, 1984) mengatakan bahwa hal
yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman.
3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi
4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran
5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

F. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)


Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya
belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2002:2 dalam
Nurhadi dkk, 2004), Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan
nama lain seperti Project-based Teaching (pembelajaran proyek),
Experience-Based Education (pendidikan berdasarkan pengalaman),
Authentic learning (Pembelajaran autentik), dan Anchored instructian
(pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Peran guru dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan
masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan
lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara
terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari
penyajian kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna
yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri.
1. Ciri-ciri pengajaran berbasis masalah
Berbagai pengembangan pembelajaran berbasis masalah menunjukkan
ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah


b. Berfokus pada ketrampilan antar disiplin
c. Penyelidikan autentik
d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
2. Tujuan pembelajaran dan hasil pembelajaran
Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual; belajar tentang berbagai peran orang dewasa
melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan
menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. (Nurhadi, Burhan & Agus,
2004)
3. Tahapan pembelajaran berbasis masalah
Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama
yang dimulai guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah
yang diakhiri dengan penyajian dan analisa hasil kerja siswa.
a. Tahap pertama adalah orientasi siswa terhadap masalah. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
b. Tahap kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Tahap ketiga adalah membimbing penyelidikan individual dan
kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
penyelesaian masalahnya.
d. Tahap keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
dengan laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
e. Tahap kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-peoses yang mereka
gunakan.

G. Logika Matematika
1. Pernyataan
Pernyataan adalah suatu kalimat yang deklaratif yang bernilai benar saja
atau salah saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Yang dimaksud
benar atau salah adalah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Setiap
pernyataan adalah kalimat tetapi tidak semua kalimat adalah pernyataan.

Contoh : a. 4 kurang dari 5 (benar)


b. 6 adalah bilangan prima (salah)
Suatu pernyataan biasanya dilambangkan dengan memakai huruf kecil,
seperti a,b,c,.o,p,q, dan seterusnya.
Contoh : Pernyataan 4 kurang dari 5
Ditulis p : 4 kurang dari 5
Benar atau salah dari suatu pernyataan dapat ditentukan melalui dasar
empiris dan tak empiris.
Dasar empiris yaitu menentukan benar atau salah dari suatu pernyataan
berdasarkan fakta yang ada atau dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh : Ibu kota Indonesia adalah Jakarta, merupakan
pernyataan benar.
Dasar tak empiris yaitu menentukan benar atau salah dari suatu
pernyataan dengan memakai bukti atau perhitungan-perhitungan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh : Akar persamaan 3X 2 = 4
adalah 2, merupakan pernyataan benar.
2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang mengandung variabel, dan jika
variabel tersebut di ganti konstanta dengan semesta yang sesuai maka
kalimat itu akan menjadi kalimat yang bernilai benar saja atau salah saja.
Variabel adalah simbol yang menunjukkan suatu anggota yang belum
spesifik dalam semesta pembicaraan. Dan konstanta adalah simbol yang
menunjukkan anggota tertentu (yang sudah spesifik) dalam semesta
pembicaraan.
Contoh : a. 2 + x = 5, untuk nilai x variabel bilangan cacah.
b. 4x+3>9, untuk nilai x variabel bilangan asli.
3. Ingkaran dan Negasi (~)
Ingkaran atau negasi adalah kebalikan dari suatu pernyataan. Jika
pernyataan yang semula bernilai benar jika dinegasi maka akan menjadi
bernilai salah, atau sebaliknya pernyataan yang semula bernilai salah bila
dinegasi maka akan bernilai benar.Contoh : a bila dinegasi ~a (berarti
bukan a). Adapun tabel kebenarannya adalah sebagai berikut:
p ~p
B S
S B

)4. Konjungsi (
Konjungsi adalah dua pernyataan bernilai benar jika kedua komponennya
bernilai benar. Konjungsi adalah kata lain dari perangkai dan. Tabel
kebenarannya adalah sebagai berikut:
qP Q p
B B B
B S S
S B S
S S S

)5. Disjungsi (
Disjungsi adalah dua pernyataan bernilai benar jika salah satu
komponennya bernilai benar atau bernilai salah bila kedua komponennya
bernilai salah. Disjungsi adalah kata lain dari perangkai atau. Tabel
kebenarannya adalah sebagai berikut:

p q pvq
B B B
B S B
S B B
S S S

)6. Implikasi (
Implikasi adalah dua pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah
pernyataan p q) pernyataan tersebut bernilaidan q dengan bentuk jika p
maka q (p salah jika p bernilai benar dan q bernilai salah dan yang lainnya
bernilai benar. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut:
qp q p
B B B
B S S
S B B
S S B

)7. Biimplikasi (
Biimplikasi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q
dengan menggunakan kata hubung jika dan hanya jika. Biimplikasi dua
pernyataan akan bernilai benar jika komponen-komponennya memiliki
kebenaran yang sama. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut:
qp q p
B B B
B S S
S B S
S S B

8. Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa
pernyataan tunggal (komponen) yang dirangkai dengan menggunakan
kata hubung logika.
~q) !Contoh : tunjukkan dengan nilai kebenaran pernyataan majemuk
~(p
~q)Jawab : tabel kebenaran ~(p
~q)~q) ~(pp q ~q (p
B B S B S
B S B B S
S B S S B
S S B B S

9. Tautologi
Tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang selalu selalu benar
untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan
komponennya.
10. Ekuivalen
Dua buah pernyataan dikatakah ekuivalen jika kedua pernyataan
majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.
11. Kuantor Universal
Kuantor universal adalah pernyataan yang menggunakan kata semua atau
setiap pernyataan yang berkuantor universal semua A adalah B
12. Kuantor Eksistensi
Kuantor Ekstensial adalah pernyataan yang menggunakan kata ada atau
beberapa.

H. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah suatu
bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hasilnya
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar
peningkatan profesionalisme guru, pengembangan sekolah,
pengembangan kurikulum dan lain lain ( Mc. Niff ; 1992 : 1 dalam
Djuweni, 2005 : 2 ). Jenis penelitian ini merupakan penelitian praktis yang
dilakukan dikelas dan bertujuan untuk menemukan strategi pembelajaran
yang tepat untukmemperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
2. Karakteristik PTK
Penelitian tindakan kelas mempunyai ciri yang nampak jelas yaitu:
a. Situasional artinya sesuai dengan diagnosa masalah dalam konteks
tertentu yang diangkat dari praktik pembelajaran sehari-hari yang
dirasakan oleh guru dan siswa.
b. Bersifat self evaluatif yaitu dalam memodifikasi kegiatan praktis
dilakukan sendiri secara kontinu dan dievaluasi hingga mencapai
perbaikan yang nyata.
c. Kolaboratif artinya dalam pelaksanaan tindakan kelas guru dapat
bekerja sama secara partisipatif dengan guru lain, kepala sekolah, peneliti
ahli ataupun siswa sehingga perspektif terhadap obyek dan hasil
penelitian objektif.
d. Penelitian tindakan kelas memanfaatkan data hasil pengamatan dan
perilaku empiris yang bukan sekedar kesan impresionistik subjektif.
3. Manfaat PTK
Ditinjau dari segi akademik penelitian tindakan kelas bermanfaat untuk
membantu guru menghasilkan pengetahuan yang valid dan relevan
dengan kondisi kelas mereka untuk memperbaiki proses pembelajaran
jangka pendek ( Raka Joni, 1995 dalam Djuweni, 2005 : 4 )
a. Pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah ( bottom up)
b. Pengembangan kurikulum ditingkat kelas dan sekolah
c. Meningkatkan profesionalisme guru yaitu melalui pengkajian dan
pengembangan secara sistematik dan berkelanjutan.
4. Menurut model Kemis dan Mc. Taggart, pelaksanaan penelitian
tindakan mencakup empat langkah :
a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan.
b. Melaksanakan tindakan dan melaksanakan monitoring.
c. Refleksi hasil pengamatan.
d. Perubahan / revisi perencanaan untuk kegiatan selanjutnya.
Mc. Kernan menyebutkan tujuh langkah dalam PTK
a. Analisis situasi atau mengenal medan
b. Perumusan dan klasifikasi masalah
c. Hipotesis tindakan
d. Perencanaan tindakan dan monitoring
e. Implementasi tindakan dan monitoring
f. Evaluasi hasil tindakan
g. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan
selanjutnya.
5. Identifikasi dan Merumuskan Masalah
Untuk membantu pengidentifikasian masalah, ada beberapa sumber yang
dapat dijadikan acuan : 1) Bacaan terutama yang berisi laporan
penelitian, 2) Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah, 3) Pernyataan ahli
atau orang orang yang memegang otoritas, 4) Pengamatan, 5)
Pengalaman pribadi dan 6) Perasaan intuitif. ( Suryabrata, 1983).

I. Hipotesis
Keberhasilan pembelajaran, dalam arti tercapainya tujuantujuan
pembelajaran, sangat bergantung pada kemampuan guru dalam
mengolah Pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat menciptakan
situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga merupakan awal
keberhasilan pembelajaran. Didalam kurikulum 2004 yaitu KBK siswa
dituntut untuk lebih kreatif, imajinatif, mandiri, bekerja sama dan solider.
Pengalaman dan kegiatan pembelajaran menunjukkan aktifitas belajar
yang perlu dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standart
kompetensi. Pengalaman belajar yang diciptakan harus mampu
mengembangkan ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik, Oleh
karena itu keahlian guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan standart kompetensi yang akan dicapai sangat diperlukan. Model
pembelajaran yang mungkin digunakan guru diantaranya adalah
pembelajaran dengan metode Problem-Based Learning. Dimana didalam
pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk lebih kreatif,
bertanggungjawab terhadap diri, kelompok dan lingkungannya.
Berdasarkan kerangka teoritik diatas, maka hipotesis tindakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal soal latihan pada
pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun
Ajaran 2006 2007?
2. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas pada pokok bahasan Logika Matematika di
kelas X-1 SMA Negeri 3 Tahun Ajaran 2006 2007?
3. Dampak metode Problem-Based Learning sangat baik dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika
Matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006
2007?
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Blitar pada kelas X-1 semester genap tahun
Problem-Based Learning.
SMA Negeri 3 Blitar adalah salah satu sekolah negeri yang berada dibawah Dinas Pe
801525 Blitar. Jumlah siswa sebanyak 411 siswa terdiri dari 11 kelas yang terbagi m
terbagi menjadi 4 kelas dan 3 kelas yaitu kelas X-1, X-2, X-3, X-4, XI-IA, XI IS-1, XI IS
Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah kelas X-1 yang berjumlah 40 siswa dima
B. Siklus Penelitian
Setelah persiapan dianggap cukup baru penelitian dimulai, Peneliti membagi peneli
Langkah langkah yang di tempuh dalam penelitian ini adalah :

1. Siklus I
1. Perencanaan ( Planing )
Dalam tahap Perancanaan Peneliti bersama Kolaborator mempersiapkan :
Silabus
Soal soal ulangan harian
Instrumen penelitian
Materi pelajaran yaitu Logika Matematika
2. Pelaksanaan ( Acting )
Tahap pelaksanaan dilaksanakan didalam kelas dengan melakukan kegiatan pembe
dalam menyelesaikan soal Logika Matematika dengan pendekatan Problem-Based L
kepada siswa untuk bertanya, Sementara Kolaborator mengamati proses pembelaja
3. Pengamatan ( Observing )
Kolaborator melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, baik tentang sikap m
4. Refleksi ( Reflecting )
Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamat
harian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar baik secara individu maupun
Bila ternyata pada tahap ini seluruh siswa telah mencapai standart ketuntasan mini
e. Perbaikan dan Pengayaan
Jika pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan has
secara klasikal maupun individu maka dicari penyebab dan penyelesaian untuk me
mengadakan ulangan kembali sebagai remedial dan pengayaan bagi siswa yang te
2. Siklus II
Pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan memperhatikan hasil ob
mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun klasikal, maka Peneli
langkah langkah pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Menyiapkan silabus
Menyiapkan soal soal evaluasi II
Instrumen penelitian
Materi pelajaran yaitu Logika Matematika
2. Pelaksanan Tindakan
Siswa melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan perencanaan pembelajaran ya
sedikit, ini diharapkan akan lebih memberi motivasi dan semangat siswa dalam bel
3. Pengamatan ( Observasi )
Ketika siswa melakukan kegiatan belajar pada siklus II, Kolaborator mengamati peru
juga diamati pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan memperlihatkan hasil n
4. Refleksi
Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamat
harian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar baik secara individu maupun
e. Perbaikan
Jika dari hasil pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah dilaksa
ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu, maka dicari penyebab dan pen
perbaikan dengan mengadakan ulangan kembali sebagai remedial dan pengayaan

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu melaksanakan penelit
ulangan harian pada pokok bahasan Logika Matematika pada kelas X-1 semester g
pembelajaran dari siswa.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti dalam hal ini menggunakan meto
Metode Test
Metode Angket
Metode Observasi

Penjelasan.
a. Metode Test
Yang dimaksud dengan metode tes adalah suatu metode yang digunakan untuk me
isian dengan batasan tertentu.
Tes digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi kemampuan
dipilih dengan sempurna dan standart tertentu.
Metode tes yang digunakan pada ini adalah ulangan harian yang dilakukan pada ak
b. Metode Angket
Metode angket adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan
daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula
angket langsung, karena individu yang diberi agket tersebut adalah orang yang diin
pertanyaan dalam angket sudah disediakan alternatif alternatif jawaban dan sisw
digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pelajaran matematika terut
angket langsung dan tertutup Metode Observasi.
Didalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, m
alat indra. Jadi mengobservasi adalah pengamatan langsung melalui penglihatan, p
melakukan pengamatan terhadap segala fenomena yang muncul dalam setiap siklu
karena observasi yang dilakukan adalah obserasi partisipasif dalam bentuk team te
Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dengan men
kolaborator tinggal memberi tanda observasi.

D. Teknik analisa data


Teknik analisa data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap kali melaku
diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan akan memberikan gambaran, ara
Penelitian ini menggunakan analisa statistik sederhana, yaitu dengan analisa diskrip
prosentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap siklus. Disini yang dianalis
Dari hasil ulangan tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa. Dal
pedoman ketuntasan siswa, sebagai berikut.
1. Ketuntasan Perorangan.
Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar bila telah mencapa
penguasaannya kurang dari 60% diberikan remidi pada pokok bahasan yang belum
dapat melanjutkan kepokok bahasan berikutnya.
2. Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar) jika paling sedik
perorangan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila sudah terdapat 85% dari jumlah siswa keseluruhan dalam kelas yang m
pada satuan pembelajaran berikutnya.
b. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang d
Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60% harus diberi program perbaika
Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 60% atau lebih dapat diberikan progr
c. Untuk menentukan prosentase dari pencapaian ketuntasan siswa maupun kelas
Prosentase ketuntasan siswa = x 100 %
Prosentase ketuntasan kelas = x 100 %
Keterangan : sp = skor perolehan
st = skor total
s = jumlah siswa yang mencapai ketuntasanS
t = jumlah siswa total dalam kelasS
Jika dalam suatu kelas ketuntasan siswa lebih atau sama dengan 85% maka pembe
kurang dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan guru belum berhasil dan pe
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Agar dalam penelitian ini Peneliti mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan maka Peneliti menggunakan metode siklus. Adapun pelaksanaan
dari siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut :
A. Siklus I
1. Perencanaan
a. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai yang direncanakan
dengan Kolaborator dengan bentuk klasikal.
b. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan tempat duduk yang
berdekatan dalam satu garis bangku dengan anggota 4 5 orang.
c. Guru memberikan tugas secara berkelompok dan individu.
d. Guru mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok.
e. Kolaborator membuat catatan pribadi (catatan lapangan).
f. Guru memberikan tes kepada siswa.
2. Pelaksanaan
Siklus I ini merupakan tahap awal dari penelitian yaitu dengan mengambil
data ulangan harian siswa yang terakhir sebelum diadakan penelitian, hal
ini digunakan sebagai pembanding. Data ulangan harian kelas X-1 yang
terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data nilai ulangan harian PRA PTK siswa kelas X-1 SMA Negeri 3
Blitar Tahun Pelajaran 2006 2007.
No Nama Siswa Nilai Ulangan
1 Beny Purbo W. 50
2 Benny Candra Irawan 30
3 Adiwena Nugroho 30
4 Agiek Donaya 50
5 Ajeng Maretya Nur Utami 60
6 Aknes Dwi Anggraini 70
7 Andri Wibisono 70
8 Andry Wahyu Saputra 30
9 Anik Imama 40
10 Apris Novita 30
11 Aulia Sintya Puspaningrum 40
12 Burhanuddin AuzaI 50
13 Dea Rianingtyas 40
14 Dezery Natalia 20
15 Arfan Arie Noorcahya 20
16 Evik Dwi Priagung 70
17 Fahmi Kurniawan 50
18 Fisiko Riski Saputra 20
19 Frischa Santoso 50
20 Gatut Bayu Kurniawan 30
21 Gita Rizki Permatasari 30
22 Hendra Dwi Ary Wardana 50
23 Heni Aprianiningsih 60
24 Indriani Fitria Ningrum 70
25 Irvan Hendra Sukmawan 70
26 Kurnia Margajaya 30
27 Linda Rulias Diana 40
28 Lucky Novitasari 30
29 M. Ignatia Desti Dwitia Warkadiany 40
30 Meiska Susi Andry Astuti 50
31 N. Yesy Gustami 40
32 Nene Yulieka Hariati 20
33 Nina Yuli Kurnianingtyas 20
34 Oscar Dhiaz Wahyu Pamungkas 70
35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 50
36 Riadhini Febrianty 20
37 Romi Asmoro 50
38 Vitria Devianti 40
39 Eka Dian Rahmawati 40
40 Wydha Mustika Maharani 40
Rata-rata 42,8

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 April 2007


yang pelaksanaannya sebagai berikut :
Setelah tanda pelajaran dimulai Peneliti masuk ke kelas X-1 yang dipilih
untuk obyek penelitian. Peneliti mengucapkan salam kemudian dibahas
tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Peneliti memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang pernyataan dan kalimat terbuka dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang
pernyataan dan kalimat terbuka. Selain diharapkan dapat membangkitkan
kreativitas siswa dalam mengungkapkan pendapat dan apa yang siswa
ketahui tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Kemudian siswa disuruh
menyebutkan contoh-contoh pernyataan dan kalimat terbuka dalam
kehidupan sehari-hari.
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
apa yang belum difahami. Kemudian Peneliti menerangkan apa yang
belum dimengerti oleh siswa sehingga siswa menjadi faham. Apabila
siswa telah paham, maka Peneliti memberikan soal-soal untuk dikerjakan.
Terlebih dahulu siswa disuruh membentuk kelompok secara heterogen
yang beranggotakan 4 5 orang dan soal tersebut dikerjakan secara
berkelompok. Peneliti mengamati dan berkeliling untuk memberikan
bimbingan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan. Selanjutnya
Peneliti menunjuk siswa untuk mengerjakan kedepan dari hasil pekerjaan
yang telah dikerjakan.
Sebelum kegiatan pembelajaran pertama berakhir, Peneliti memberikan
soal-soal latihan (evaluasi 1) yang harus dikerjakan siswa dan selanjutnya
dikumpulkan. Dari hasil latihan ini dijadikan sebagai sumber data
pertama. Pada kegiatan ini soal yang Peneliti berikan berjumlah 2 butir
soal dengan nomor 1 (a sampai dengan e) dan nomor 2 (a sampai dengan
e) dengan alokasi waktu 30 menit.
3. Pengamatan
Berdasarkan dari catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar
kelompok ada diantara salah satu kelompok yang dua anggotanya
bercengkerama sendiri tentang hal diluar materi diskusi. Peneliti menegur
dan menyuruh untuk aktif berinteraksi dengan kelompoknya dalam
mendiskusikan masalah yang telah diberikan oleh Peneliti. Sementara itu
ada seorang siswa yang makan makanan ringan didalam kelas kemudian
ditegur oleh Peneliti. Pada setiap kelompok yang antusias membahas
tugas yang diberikan rata-rata 2 atau 3 orang sedang anggota lain cukup
aktif.
Pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu Peneliti memeriksa buku
catatan masing-masing siswa setelah penyajian materi. Ternyata ada
beberapa siswa yang tidak mencatat dengan berbagai alasan.

Ditinjau dari ketuntasan siswa, datanya dapat dilihat dari tabel 2


Tabel 2. Nilai Hasil Ulangan Harian Siklus I
ANALISA HASIL ULANGAN HARIAN SIKLUS

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Logika Matematika / pernyataan dan Ingkaran
Kelas/Semester : X-1 / Genap
Tahun Ajaran : 2006 2007
Jumlah Soal : 10 soal
Jumlah Siswa : 40

No Nama Skor yang diperoleh tiap item soal Jml % pencapaian


ketuntasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Beny Purbo W. 10 10 10 0 10 10 10 0 0 10 70
70% Tuntas
2 Benny Candra Irawan 10 0 10 10 0 10 10 0 0 10
60 60% Tuntas
3 Adiwena Nugroho 10 0 10 0 0 10 10 10 10 0 60
60% Tuntas
4 Agiek Donaya 10 10 10 10 10 0 10 0 10 0 70
70% Tuntas
5 Ajeng Maretya Nur Utami 10 10 10 10 10 10 10 0 0
0 70 70% Tuntas
6 Aknes Dwi Anggraini 10 10 10 10 10 10 10 0 10
10 90 90% Tuntas
7 Andri Wibisono 10 10 10 0 10 10 10 10 10 10 90
90% Tuntas
8 Andry Wahyu Saputra 10 10 10 0 10 0 10 0 0 10
60 60% Tuntas
9 Anik Imama 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70
70% Tuntas
10 Apris Novita 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70
70% Tuntas
11 Aulia Sintya Puspaningrum 10 0 10 0 10 10 10 10
10 10 80 80% Tuntas
12 Burhanuddin AuzaI 10 10 10 10 0 10 0 0 10 10
70 70% Tuntas
13 Dea Rianingtyas 10 0 0 0 10 10 10 10 0 10 60
60% Tuntas
14 Dezery Natalia 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60
60% Tuntas
15 Erfan Arie Noorcahya 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10
60 60% Tuntas
16 Evik Dwi Priagung 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10
90 90% Tuntas
17 Fahmi Kurniawan 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 60
60% Tuntas
18 Fisiko Riski Saputra 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10
60 60% Tuntas
19 Frischa Santoso 10 10 10 0 10 10 10 0 0 10 70
70% Tuntas
20 Gatut Bayu Kurniawan 10 0 10 10 0 10 10 0 0 10
60 60% Tuntas
21 Gita Rizki Permatasari 10 0 10 0 0 10 10 10 10 0
60 60% Tuntas
22 Hendra Dwi Ary Wardana 10 10 10 10 10 0 10 0 10
0 70 70% Tuntas
23 Heni Aprianiningsih 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0
70 70% Tuntas
24 Indriani Fitria Ningrum 10 10 10 10 10 10 10 0 10
10 90 90% Tuntas
25 Irvan Hendra Sukmawan 10 10 10 0 10 10 10 10
10 10 90 90% Tuntas
26 Kurnia Margajaya 10 10 10 0 10 0 10 0 0 10 60
60% Tuntas
27 Linda Rulias Diana 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10
70 70% Tuntas
28 Lucky Novitasari 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70
70% Tuntas
29 M. Ignatia Desti Dwitia W 10 0 10 0 10 10 10 10 10
10 80 80% Tuntas
30 Meiska Susi Andry Astuti 10 10 10 10 0 10 0 0 10
10 70 70% Tuntas
31 N. Yesy Gustami 10 0 0 0 10 10 10 10 0 10 60
60% Tuntas
32 Nene Yulieka Hariati 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10
60 60% Tuntas
33 Nina Yuli Kurnianingtyas 10 0 10 0 0 10 10 0 10
10 60 60% Tuntas
34 Oscar Dhiaz Wahyu P 10 0 10 10 10 10 10 10 10
10 90 90% Tuntas
35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 10 0 10 0 0 0 10 10 10
10 60 60% Tuntas
36 Riadhini Febrianty 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60
60% Tuntas
37 Romi Asmoro 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10 60
60% Tuntas
38 Vitria Devianti 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 90
90% Tuntas
39 Eka Dian Rahmawati 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10
60 60% Tuntas
40 Wydha Mustika Maharani 10 10 10 0 0 10 0 0 10
10 60 60% Tuntas
Jumlah skor 400 230 380 130 190 330 380 140 300
340 2770
Jumlah skor maks 400 400 400 400 400 400 400 400
400 400 4000
Skor rata-rata 10,0 5,9 9,5 3,3 4,8 8,3 9,5 3,5 7,5 8,5
69,3
Skor tercapai 100% 59% 95% 33% 48% 83% 95% 35%
75% 85% 69,3%

Hasil Analisa
a. Ketuntasan belajar
Banyak siswa seluruhnya 40 siswa
Banyak siswa yang tuntas belajarnya 40 siswa
Prosentase banyaknya siswa yang tuntas 100 %
b. Kesimpulan
1) Tidak perlu diadakan perbaikan karena siswa tuntas semua
2) Perlu perbaikan pengajaran untuk soal no. 4, 5 dan 8
Dari analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan telah berhasil sebab prosentase siswa
yang tuntas belajar mencapari 100 % dari siswa kelas X-1. Suatu kelas
dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar minimal 85% dari
jumlah siswa dalam kelas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran telah berhasil dan dapat dilajutkan ketahap pembelajaran
berikutnya. Sedangkan dari soal yang diberikan, ternyata soal no. 4, 5 dan
8 perlu mendapatkan perbaikan karena dari skor yang tercapai ada 33%
untuk soal no. 4, 48 % untuk soal no. 5 dan 35 % untuk soal no. 8. Nilai
rata-rata secara klasikal adalah 69,3
Ditinjau dari perolehan nilai hasil tes datanya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa pada Siklus I


Kelompok Nilai Itervsl nilai Siklus I Kualitas Nilai
F %
1 0 59 0 0% Kurang
2 60 89 33 83% Cukup
3 90 100 7 17% Baik

Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang
tidak ada.
Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus I
No Keaktifan Siswa Mencatat pada materi pelajaran Siklus I
F %
1 Aktif 33 Orang 83%
2 Tidak Aktif 7 Orang 17%
Jumlah 40 Orang 100%

Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar


catatan lapangan, datanya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus I
No Keaktifan Siswa Siklus I
F %
1 Aktif 22 Orang 56%
2 Cukup aktif 11 Orang 28%
3 Tidak Aktif 7 Orang 17%
Jumlah 40 Orang 100%

Hasil pengamatan kinerja pada bagian pendahuluan, penutup dan situasi


kelas termasuk kategori cukup. Tetapi pada bagian tertentu misalnya
ketrampilan mengarahkan siswa untuk menjawab soal, mengamati cara
siswa menyelesaikan masalah masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil
pengamatan kinerja guru pada siklus I masih diperlukan upaya dalam
memotivasi siswa, menghubungkan dengan pelajaran yang telah lalu dan
memberikan waktu yang cukup kepada siswa yang belum selesai
mengerjakan soal. Hasil pengamatan pada siklus I tentang kinerja dapat
dilihat pada tabel berikut :
Table 5. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus I

No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan


Kurang Cukup Baik
1 Pendahuluan
a. Memotivasi minat siswa
b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2 Kegiatan inti
a. Memberikan masalah Problem-Based Learning
b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab
soal dengan memberi bantuan seperlunya
c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran
d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan
jawaban temannya
e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau
menanggapi pendapat temannya.
f. Menghargai berbagai pendapat
g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan
h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab
pertanyaan

3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa

4. Pengelolaan waktu
5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)
6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru

Kolaborator
4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus I ditemukan
kegagalan yaitu :
a. Dilihat dari perolehan nilai tes, siswa yang memperoleh nilai baik (90
100) adalah 7 orang (17%), yang memperoleh nilai cukup (60 89)
adalah 33 siswa (83 %), tetapi yang memperolah nilai kurang (0 59)
tidak ada (0 %).
b. Dilihat dari keaktifan mencatat materi yang diberikan, siswa yang
tidak aktif mencatat ada 7 orang ( 17 %) dari 40 siswa.
c. Dilihat dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok, siswa yang tidak
aktif ada 7 siswa (17%) dari 40 siswa.

B. Siklus II
1. Perencanaan
Pada siklus II Peneliti lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran dari apa
yang telah dilakukan pada siklus I yaitu ingin meningkatkan kreatifitas
siswa kelas X1 SMA Negeri 3 Blitar dalam pembelajaran kelompok.
Adapun perencanaannya adalah sebagi berikut :
a. Peneliti menyajikan materi pelajaran yang telah dirancang bersama
Kolaborator
b. Siswa diminta belajar kelompok untuk membahas penyelesaian soal-
soal Logika Matematika
c. Peneliti memberikan tugas secara berkelompok dan individu
d. Siswa diberi kesempatan secara kelompok untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas
e. Peneliti memberikan bimbingan kepada setiap kelompok yang
mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal logika matematika.
f. Kolaborator membuat catatan pribadi
g. Peneliti memberikan tes dan angket kepada siswa.

2. Pelaksanaan
Suklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2007 yang membahas
tentang disjungsi dan konjungsi. Adapun pelaksanaanya sama seperti
siklus I tetapi dimodifikasi sedikit lebih menekankan pada kreativitas siswa
dalam belajar. Setelah menyampaikan materi berkenaan dengan disjungsi
dan konjungsi kemudian Peneliti memberikan soal di papan tulis.
Peneliti membagi semua siswa dalam kelompok heterogen yang tediri
atas 4 5 orang tiap kelompok :
a. Tiap orang dalam masing-masing kelompok membuat soal-soal yang
ada hubungannya dengan pokok bahasan seperti yang dicontohkan di
papan tulis.
b. Membicarakan soal yang telah dibuat masing-masing orang dalam
kelompok.
c. Mendiskusikan soal yang dipilih sebagai soal kelompoknya
d. Masing-masing anggota kelompok mengerjakan soal berdasarkan
pertanyaan hasil kesepakatan.
e. Membandingkan jawaban antar anggota kelompok.
Dengan tugas yang terstuktur tersebut diharapkan mereka belajar
bagaimana menggunakan pertanyaan untuk membantu mereka dalam
merencanakan, memantau dan mengevaluasi pemecahan masalah yang
mereka hadapi. Hal serupa dilakukan oleh kelompok-kelompok lain dalam
kelas tersebut.
Setelah masing-masing kelompok mendiskusikan kegiatan diatas, masing-
masing anggota kelompok berusaha untuk menjawab soal berdasarkan
pertanyaan hasil diskusi kelompok. Sedangkan siswa sedang membuat
jawaban soal secara individu, Peneliti berkeliling memantau kemajuan
siswa, antara lain memeriksa apakan siswa sudah bekerja sesuai dengan
rencana atau belum. Jika Peneliti mendapati siswa menemui kesulitan,
maka Peneliti perlu memberi bantuan antara lain mengingatkan langkah-
langkah penyelesaiaan soal, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi. Jawaban masing masing kelompok didiskusikan
dalam kelompok tersebut.
Secara acak Peneliti menunjuk salah satu anggota kelompok tersebut
untuk mempresentasikan penyelesaiaanya dan menjelaskan kepada
semua siswa tentang proses penyelesaian soal yang dikerjakan. Peneliti
membantu siswa yang menemui kesulitan dalam menyelesaikan
soal.Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, peneliti memberikan soal-
soal latihan (evaluasi 2) yang harus dikerjakan siswa dan selanjutnya
diberikan angket untuk diisi oleh siswa.

3. Pengamatan
Berdasarkan catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar
kelompok pada awalnya setiap siswa kelihatan aktif dalam kelompoknya
masing-masing. Hal ini disebabkan karena Peneliti berkeliling melihat-lihat
cara kerja masing-masing kelompok, secara bergantian Peneliti
membimbing bagai mana cara yang benar dalam menyelesaikan soal-soal
logika yang diberikan. Pada saat bersamaan, sewaktu Peneliti
memberikan bimbingan kepada kelompok III ada seorang dari kelompok I
sedang makan makanan ringan dan Peneliti menegurnya supaya aktif
berinteraksi dengan kelompoknya.
Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu Peneliti
memeriksa catatan setiap siswa setelah materi diberikan. Ternyata ada
seorang siswa yang tidak mencatat. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam
belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, dapat dilihat pada
tabel 6.

Ditinjau dari ketuntasan siswa, datanya dapat dilihat dari table 6.


Tabel 6. Nilai Hasil Ulangan Harian siklus II
ANALISA HASIL ULANGAN HARIAN SIKLUS II

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Logika Matematika / Disjungsi dan Konjungsi
Kelas/Semester : X 1 / Genap
Tahun Ajaran : 2006 2007
Jumlah Soal : 10 soal
Jumlah Siswa : 40

No Nama Skor yang diperoleh tiap item soal Jml % pencapaian


ketuntasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Beny Purbo W. 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70
70% Tuntas
2 Benny Candra Irawan 10 10 10 0 0 10 10 0 0 10
60 60% Tuntas
3 Adiwena Nugroho 10 10 0 10 0 10 10 10 0 0 60
60% Tuntas
4 Agiek Donaya 10 10 10 0 10 0 10 0 10 10 70
70% Tuntas
5 Ajeng Maretya Nur Utami 10 10 10 10 10 10 10 0 10
10 90 90% Tuntas
6 Aknes Dwi Anggraini 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 100 100% Tuntas
7 Andri Wibisono 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
100 100% Tuntas
8 Andry Wahyu Saputra 10 10 0 0 10 10 10 0 0 10
60 60% Tuntas
9 Anik Imama 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80
80% Tuntas
10 Apris Novita 10 10 10 10 0 10 10 0 10 0 70
70% Tuntas
11 Aulia Sintya Puspaningrum 10 10 10 10 10 10 10 0
10 10 90 90% Tuntas
12 Burhanuddin AuzaI 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10
70 70% Tuntas
13 Dea Rianingtyas 10 10 0 10 10 10 10 0 0 10
70 70% Tuntas
14 Dezery Natalia 10 10 10 0 10 10 0 0 10 0 60
60% Tuntas
15 Erfan Arie Noorcahya 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0
60 60% Tuntas
16 Evik Dwi Priagung 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
100 100% Tuntas
17 Fahmi Kurniawan 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10
70 70% Tuntas
18 Fisiko Riski Saputra 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0
60 60% Tuntas
19 Frischa Santoso 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70
70% Tuntas
20 Gatut Bayu Kurniawan 10 10 10 0 0 10 10 0 0 10
60 60% Tuntas
21 Gita Rizki Permatasari 10 10 0 10 0 10 10 10 0 0
60 60% Tuntas
22 Hendra Dwi Ary Wardana 10 10 10 0 10 0 10 0 10
10 70 70% Tuntas
23 Heni Aprianiningsih 10 10 10 10 10 10 10 0 10
10 90 90% Tuntas
24 Indriani Fitria Ningrum 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 100 100% Tuntas
25 Irvan Hendra Sukmawan 10 10 10 10 10 10 10 10
10 10 100 100% Tuntas
26 Kurnia Margajaya 10 10 0 0 10 10 10 0 0 10 60
60% Tuntas
27 Linda Rulias Diana 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0
80 80% Tuntas
28 Lucky Novitasari 10 10 10 10 0 10 10 0 10 0 70
70% Tuntas
29 M. Ignatia Desti Dwitia W 10 10 10 10 10 10 10 0
10 10 90 90% Tuntas
30 Meiska Susi Andry Astuti 10 0 10 0 10 10 10 0 10
10 70 70% Tuntas
31 N. Yesy Gustami 10 10 0 10 10 10 10 0 0 10 70
70% Tuntas
32 Nene Yulieka Hariati 10 10 10 0 10 10 0 0 10 0
60 60% Tuntas
33 Nina Yuli Kurnianingtyas 10 10 10 10 0 10 0 10 0
0 60 60% Tuntas
34 Oscar Dhiaz Wahyu P 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 100 100% Tuntas
35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 10 0 10 10 0 10 10 0 10
10 70 70% Tuntas
36 Riadhini Febrianty 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0 60
60% Tuntas
37 Romi Asmoro 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0 60
60% Tuntas
38 Vitria Devianti 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
100 100% Tuntas
39 Eka Dian Rahmawati 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10
70 70% Tuntas
40 Wydha Mustika Maharani 10 10 10 0 0 10 10 10 0
0 60 60% Tuntas
Jumlah skor 400 330 390 250 250 380 350 170 240
260 2970
Jumlah sekor maks 400 400 400 400 400 400 400 400
400 400 4000
Sekor rata-rata 10,0 8,3 9,8 6,3 6,3 9,5 8,8 4,3 6,0 6,5
74,3
Skor tercapai 100% 83% 98% 63% 63% 95% 88% 43%
60% 65% 74,3%

Hasil Analisa
a. Ketuntasan belajar
Banyak siswa seluruhnya 40 siswa
Banyak siswa yang tuntas belajarnya 40 siswa
Prosentase banyaknya siswa yang tuntas 100 %
b. Kesimpulan
1) Pada siklus II Tidak perlu diadakan perbaikan karena siswa tuntas
semua.
2) Perlu perbaikan pengajaran untuk soal no 8
3) Dari analisa diatas, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
berhasil dengan tuntas sebab prosentase siswa yang tuntas belajar
mencapai 100 % dari jumlah siswa secara keseluruhan. Dalam hal ini
menunjukan kegiatan penilaian yang dilaksanakan telah berhasil. Dan
perlu perbaikan pengajaran untuk soal no 8
Ditinjau dari perolehan nilai tes dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa
pada Siklus II
Kelompok Nilai Itervsl nilai Siklus II Kualitas Nilai
F %
1 0 59 0 0% kurang
2 60 89 29 72% cukup
3 90 100 11 28% baik
Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat
dilihat pada tabel 8. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa ada 2 siswa (6%)
dari 40 siswa yang tidak aktif mencatat materi.
Tabel 8. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus II
No Keaktifan Siswa Mencatat pada materi pelajaran Siklus II
F %
1 Aktif 38 Orang 94%
2 Tidak Aktif 2 Orang 6%
Jumlah 40 Orang 100%

Tabel 9. Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus II


No Keaktifan Siswa Siklus II
F %
1 Aktif 33 Orang 83%
2 Cukup aktif 7 Orang 17%
3 Tidak Aktif 0 Orang 0%
Jumlah 40 Orang 100%

Hasil pengamatan kinerja pada bagian pendahuluan, penutup dan situasi


kelas termasuk kategori baik. Tetapi pada bagian tertentu misalnya
ketrampilan mengarahkan siswa untuk menjawab soal, mengamati cara
siswa menyelesaikan masalah masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil
pengamatan kinerja pada siklus II masih diperlukan upaya dalam
memotifasi siswa, menghubungkan dengan pelajaran yang telah lalu dan
memberikan waktu yang cukup kepada siswa yang belum selesai
mengerjakan soal. Hasil pengamatan pada siklus II tentang kinerja dapat
dilihat pada tabel berikut :
Table 10. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus II
No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan
Kurang Cukup Baik
1 Pendahuluan
a. Memotivasi minat siswa
b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2 Kegiatan inti
a. Memberikan masalah Problem-Based Learning
b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab
soal dengan memberi bantuan seperlunya
c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran
d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan
jawaban temannya
e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau
menanggapi pendapat temannya.
f. Menghargai berbagai pendapat
g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan
h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab
pertanyaan

3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa

4. Pengelolaan waktu
5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)

6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru

Kolaborator
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II dilihat
adanya peningkatan bila dibadingkan dengan siklus I yaitu :
a. Dilihat dari distribusi frekuensi perolehan nilai adanya peningkatan
peningkatan yaitu nilai 90 100 sebebanyak 11 siswa (28% dari 40 siswa)
b. Dilihat dari keaktifan mencatat meteri pelajaran yang diberikan,
siswa yang tidak aktif mencatat ada 2 siswa (6%) dari 40 siswa
c. Dilihat dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok, siswa yang tidak
aktif tidak ada..
d. Dilihat dari nilai tes, yang mendapat nilai kurang (0 60) tidak ada.
Meskipun nilai siswa pada siklus I ke siklus II ada yang mengalami
peningkatan dan ada yang mengalami penurunan tetapi semua sudah
mencapai ketuntasan. Dengan demikian pelaksanaan siklus II dikatakan
berhasil.
Setelah pembelajaran diberikan angket yang hasilnya adalah sebagai
berikut :
Table 11. hasil angket tentang metode pembelajaran dengan
menggunakan metode Problem-Based Learning
(yang ditunjukkan dalam bentuk proses)
No Hal-hal yang dinilai Sangat Suka Suka Biasa Tidak Suka
1 Mempelajari matematika dengan cara menggunakan Problem-Based
Learning 33% 56% 11% 0%
2 Dengan model pembelajaran tersebut lebih mudah dalam memahami
soal-soal logika matematika 6% 39% 44% 11%
3 Memudahkan dalam menyelesaikan soal-soal logika matematika
11% 44% 39% 6%
4 Menyukai model pembelajaran dengan cara Problem-Based Learning
17% 50% 22% 11%
5 Sikap terhadap matematika setelah adanya model pembelajaran
dengan metode Problem-Based Learning 11% 56% 22% 11%

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian tindakan kelas selama siklus I sampai dengan siklus II
dilakukan pengelompokan hasil-hasil nilai ulangan harian. Hal ini agar
lebih mudah menganalisanya. Sedangkan analisa data dilakukan dengan
menggunakan teknik statistik sederhana yaitu dengan menggunakan
analisa diskriptif. Analisa diskriptif adalah model analisa dengan cara
membandingkan rata-rata prosentasenya. Kemudian kenaikan rata-rata
pada tiap-tiap siklus.

Hasil analisa hari keseluruhan siklus adalah sebagai berikut :


Tabel 12. data hasil belajar sebelum diadakan penelitian
No Uraian PRA PTK Siklus I Siklus II
1 Rata-rata nilai ulangan harian 42,8 69.3 74,3

Hasil Analisa
1. Kenaikan prosentase rata-rata PRA PTK dan siklus I
T = x 100 %
=
= 62,9%
2. Kenaikan prosentase siklus I dan siklus II
T = x 100 %
=
= 7,2 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh kenaikan siklus yaitu sebagai berikut :
1. Rata-rata kenaikan siklus I dibanding rata-rata nilai ulangan PRA PTK
naik 62,9 %
2. Rata-rata nilai ulangan siklus II dibanding rata-rata nilai ulangan siklus
I naik 7,2 %
Dari hasil kenaikan rata-rata diatas juga dapat dilihat kenaikan prosentase
secara keseluruhan sebagai berikut :
Tabel 13. Data Hasil Kenaikan Nilai Ulangan Secara Keseluruhan
No Uraian PRA
PTK Siklus I Siklus II Kenaikan keberhasilan
1 Rata-rata kenaikan nilai tiap siklus 42,8 69,3 74,3 31,5
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penghitungan kenaikan
keberhasilan secara keseluruhan diperoleh dari rata-rata setelah diadakan
PTK atau siklus II dikurangi rata-rata sebelum diadakan PTK. Dengan
analisa = 74,3 42,8 = 31,5. Hasil analisa dari distribusi frekuensi
perolehan nilai dari keseluruhan siklus adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Data Hasil Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai dari Siklus I dan
Siklus II
No Uraian Siklus I Siklus II
1
2 Nilai < 90
Nilai 90 33
7 29
11

Hasil Analisa
Kenaikan prosentase perolehan nilai siklus I dan siklus II
1. Untuk nilai < 90
T = x 100 %
= x 100 %
= -12,12 %
2. Untuk nilai 90
T = x 100 %
= x 100 %
= 57,14 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh:
1. Untuk nilai < 90 antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan
yaitu sebesar 12,12 %
2. Untuk nilai 90 antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan
sebesar 57,14 %
Hasil analisa dari keaktifan siswa mencatat dari keseluruhan siklus adalah
sebagai berikut :
Tabel 15. Data Hasil Kreatifitas Siswa Mencatat Materi Pelajaran Siklus I
dan Siklus II
No Keaktifan siswa mencatat materi pelajaran Siklus I Siklus II
1
2 Aktif
Cukup Aktif 33
7 38
2

Hasil Analisa
Kanaikan prosentase dalam mencatat materi pelajaran antara siklus I dan
siklus II
1. Untuk siswa aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= 15,15 %
2. Untuk siswa tidak aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= 71,42 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh:
1. Untuk keaktifan siswa dalam mencatat materi pelajaran antara siklus
I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu sebesar 15,15 %
2. Untuk siswa tidak aktif dalam mencatat materi pelajaran antara siklus
I dan siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar 71,42 %
Hasil analisis keaktifan siswa dalam belajar kelompok antara siklus I dan
siklus II adalah sebagai berikut :
1. Untuk siswa aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= 50 %
2. Untuk siswa cukup aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= 36,36 %
3. Untuk siswa tidak aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= 100 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh:
3. Untuk keaktifan siswa dalam belajar kelompok antara siklus I dan
siklus II mengalami kenaikan yaitu sebesar 50 %
4. Untuk siswa cukup aktif dalam belajar kelompok antara siklus I dan
siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar -40 %
5. Untuk siswa tidak aktif dalam belajar kelompok antara siklus I dan
siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar -100 %
Meskipun dalam PTK ini dalam siklus I dan siklus II semua siswa tuntas
semua, maka PTK tetap dilaksanakan pada siklus-siklus berikutnya karena
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima
materi pelajaran dan untuk mengetahui kesulitan apa yang dihadapi siswa
dalam menerima materi pelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Peneliti cermati selama dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
dari proses sampai hasil maka Peneliti menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan pada pokok
bahasan logika matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran
2006 2007
2. Dengan menggunakan metode Problem-Based Learning prestasi
belajar siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 2007 pada
pokok bahasan Logika Matematika menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat
dari perolehan nilai rata-rata ulangan harian yang semula sebelum
diadakan penelitian 42,8 dengan ketuntasan 43 % . pada siklus I 69,3
dengan ketuntasan 69 % dan pada siklus II 74,3 dengan ketuntasan 74 %
3. Problem-Based Learning pada pokok bahasan logika matematika telah
memberikan nuansa baru dalam pembelajaran matematika sehingga
pembelajaran lebih efektif. Hal ini terlihat pada saat belajar siswa lebih
kreatif, aktif, bertanggung jawab dan bekerja sama dalam kelompok dan
juga dari jawaban terhadap angket tentang metode pembelajaran
Problem-Based Learning yang diisi siswa.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan
dapat dikemukakan saran saran yang bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya, guru dan sekolah sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika hendaknya bervariasi dan tidak monoton
sehingga hasil pembelajaran dapat lebih maksimal.
2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka
seorang guru hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai
metode pembelajaran agar siswa tidak bosan dan lebih mudah
memahami materi pelajaran.
4. Hendaknya guru selalu memotivasi siswa agar membaca dulu
dirumah tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya,
supaya dalam pembelajaran siswa memiliki gambaran materi yang akan
dibahas berikutnya.
SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN
Nama Sekolah : SMA Negeri 3 BLITAR
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X / Genap
Standart kompetensi : Memahami dan menggunakan aturan logika matematika d
Sub. Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Pencapaian P
Waktu Sumber
/Bahan
1 2 3 4 5 8 9
1. Menggunakan nilai kebenaran pernyataan majemukdan implikasi dalam Pern
Inkaran, disjungsi, kinjungsi, implikasi dan biimplikasiv
Hubungan konfers, invers dan kontra posisi dengan implikasiv
Kuantor universal dan kuantor eksistensial Siswa dapat :v
1. menentukan nilai kebenaran dan ingkaran duatu pernyataan

2. menentukan nilai kebenaran dari disjungsi dan konjungsi beserta ingkarannya

1. mendiskusikan suatu pernyataan untuk memperoleh nilai kebenaran dan ingka


LS :
Menggali informasi, mengolah informasi, komunikasi lesan dan tertulis, memecahka
2. mindiskusikan untuk memperoleh nilai kebenaran dan ingkaran dari suatu disju
LS :
Menggali informasi, mengolah informasi, komunikasi lesan dan tertulis, memecahka
Tugas Individu
Tugas Kelompok 2 X 45

2 X 45 Buku Matemtika SMA Kelas X


Penerbit Erlangga

LKS intan Pariwara

Buku Acuan yang lainyang sesuai

1 2 3 4 5 8 9
3. menentukan nilai kebenaran dari implikasi, konvers, invers dan kontraposisi be

4. menjelaskan arti kuantor universal dan eksistensial beserta ingkarannya

5. membuat ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor 3. mendiskusikan unt


dan kontraposisi
LS :
Menggali informasi, mengolah informasi, komunikasi lesan dan tertulis, memecahka
4. menyatakan arti kuantor universal dan eksistensial beserta ingkarannya
LS :
Menggali informasi, mengolah informasi, komunikasi lesan dan tertulis, bekerja sam
5. merumuskan ingkaran dari suatu pernyatan berkuantor
LS : eksistensi diri, potensi diri, komunikasi lesan dan tertulis, kerja sama, mengam

2 X 45

2 X 45

Buku Matemtika SMA Kelas X


Penerbit Erlangga
LKS intan Pariwara

Buku Acuan yang lainyang sesuai

Tes Ulangan Harian Siklus I

1. Diantara kalimat berikut manakah yang merupakan pernyataan dan manakah y


jika kalimat terbuka tentukan nilai variabelnya !
a. Jakarta adalah ibukota Indonesia.
b. 5x 2 = 13
c. Gunung Merapi terletak di Jawa Barat
d. 3x = 81
e. jumlah sudut dalam segitiga adalah 1800.
2. Tulislah ingkaran / negasi dari pernyataan berikut !
a. p : 9 adalah bilangan prima
b. q : semua orang kaya hidupnya
c. r:8>5
d. s:5x4=9
e. t : 100 habis dibagi 5

Kunsi Jawaban Tes Ulangan Harian Siklus I

1. a. pernyataan (B)
b. kalimat terbuka
5x 2 = 3
5x = 13 + 2
5x = 15
x=3
jadi nilai variabelnya x = 3
c. pernyataan (S)
d. kalimat terbuka
3x = 81
3x = 34
x=4
jadi variabel x = 4 (B)
e. pernyataan (B)
2. a. pernyataan p : adalah bilangan prima
maka ~p : tidak benar bahwa 9 adalah bilangan prima
~p : 9 bukan bilangan prima
b. pernyataan q : semua orang kaya bahagia hidupnya
maka ~q : tidak benar bahwa semua orang kaya bahagia hidupnya
~q : beberapa orang kaya tidak bahagia hidupnya

c. pernyataan r:8>5
maka ~r : 8 < 5
d. pernyataan s:5x4=9
maka ~ s : tidak benar bahwa 5 x 4 = 9
9 ~s : 5 x 4
e. pernyataan t : 100 habis dibagi 5
maka ~t : tidak benar bahwa 100 habis dibagi 5
~t : 100 tidak habis dibagi 5

Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus I


No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan
Kurang Cukup Baik
1 Pendahuluan
a. Memotivasi minat siswa
b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2 Kegiatan inti
a. Memberikan masalah Problem-Based Learning
b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal denga
c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran
d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan jawaban tem
e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau menanggapi penda
f. Menghargai berbagai pendapat
g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan
h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan

3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa

4. Pengelolaan waktu
5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)
6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru

Tes Ulangan Harian Siklus II


1. Tulislah sehingga membentuk konjungsi dari masing masing pernyataan beriku
a. pernyataan p : 10log 100 = 2
q : 2log 16 = 8
b. pernyataan p : 2log 8 = 3
q: 23 = 8
c. pernyataan p : Semua bilangan cacaha adalah bilangan ganjil
q : Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil
d. pernyataan p : 2 adalah bilangan prima
q : 3 adalah faktor dari 8
e. pernyataan p : 12 habis dibagi 3
q : 15 habis dibagi 2
2. Tulislah sehingga membentuk disjungsi dari masing masing pernyataan berikut
a. pernyataan p: 3 adalah bilangan prima
q : 3 adalah bilangan ganjil
b. pernyataan p : 3 + 4 < 12
q : 3 + 4 adalah bilangan genap
c. pernyataan p : sin2 x + cos2x = 2
q : 1 + cos2x = sin2x
d. pernyataan p:8>8
q:8=8
e. pernyataan p : (22)3 = 26
q : 22 x 23 = 25

Kunci Jawaban Tes Ulangan Harian Siklus II


1. a. pernyataan p : 10log100 = 2 (B)
q : 2log 16 = 8 (S)
q : 10log 100 = 2 dal 2log 16 = 8 (S) maka p
b. pernyataan p : 23 = 8 (B)
q : 2 3 = 8 (B)
q : 2 log 8 = 3 dan 23 = 8 (B)maka p
c. pernyataan p : semua bilangan cacah merupakan bilangan ganjil (S)
q: semua bilangan prima merupakan bilangan ganjil (S)
q : semua bilangan cacah dan prima merupakan bilangan ganjil (S)maka p
d. pernyataan p : 2 adalah bilangan prima (B)
q : 3 adalah faktor dari 8 (S)
q : 2 adalah bilangan prima dan 3 adalah faktor dari 8maka p
e. pernyataan p : 12 habis dibagi 3 (B)
q : 15 habis dibagi 2 (S)
q : 12 habis dibagi 3 dan 15 habis dibagi 2 (S)maka p
2. a. pernyataaan p : 3 adalah bilangan prima (B)
q : 3 adalah bilangan ganjil
q : 3 adalah bilangan prima ataumaka p 3 adalah bilangan ganjil (B)
b. pernyataan p: 3 + 4 < 12 (S)
q : 3 + 4 adalah sebuah bilangan genap (S)
q : 3 + 4maka p < 12 atau 3 + 4 adalah sebuah bilangan genap (S)
c. pernyataan p : sin2x + cos 2x = 2 (S)
q : 1 + cos 2x = sin2x (S)
q : sin 2x + cos2x = 2 atau 1 + cos2x = sin2x (S)maka p
d. pernyataan p: 8 > 8 (S)
q : 8 = 8 (B)
q : 8maka p > 8 atau 8 = 8 (B)
e. pernyataan p: (22)3 = 26 (B)
q : 22 x 23 = 25 (B)
q : (22)3 = 26 atau 22 x 23 = 25 (B)maka p

Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus II


No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan
Kurang Cukup Baik
1 Pendahuluan
a. Memotivasi minat siswa
b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2 Kegiatan inti
a. Memberikan masalah Problem-Based Learning
b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal denga
c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran
d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan jawaban tem
e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau menanggapi penda
f. Menghargai berbagai pendapat
g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan
h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan


3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa

4. Pengelolaan waktu
5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)
6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru

Angket
A. Petunjuk
1. Pilihlah salah satu jawaban yang peling sesuai menurut kalian.
2. Jawaban angket ini tidak mempengaruni nilai matemataika kalian
B. Pertanyaan
1. Bagai manakah sikap kalian dalam mempelajari matematika dengan metode ko
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
2. Dengan model pembelajaran matematika seperti yang baru kalian lakukan apa
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
3. Dengan metode pembelajaran matematika seperti yang baru kalian terima, ap
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
4. Apakah kalian menyukai model pembelajaran yang baru kalian terima ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
5. Dengan model pembelajaran seperti yang kalian terima, bagaiamanakan sikap
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
Angket

A. Petunjuk
1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesiau menurut anda

2. Jawaban angket ini tidak mempengaruhi nilai matematika anda

B. Pertanyaan
1. Bagai manakah sikap kalian dalam mempelajari matematika dengan
cara menggunakan Problem-Based Learning (berkelompok) ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak
suka

2. Dengan model pembelajaran matematika seperti yang baru


kalianlakukan, apakah kalian mudah dalam memahami soal-soal logika
matematika ?

a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak


suka

3. Dengan metode pembelajaran matematika seperti yang baru


kalianterima, apakah memudahkan kaliandalam menyelesaikan soal-soal
logika matematika ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak
suka

4. Apakah kalianmenyukai metode yang baru kalianterima ?

a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak


suka

5. Dengan model pembelajaran seperti yang baru kalianterima, bagai


manakan sikap terhadap matematika ?

a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak


suka
DAFTAR PUSTAKA
Dini R. 2005. Pengantar Dasar Matematika. Diktat Program Studi
Matematika STKIP PGRI Blitar.

Djuweni. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam acara


peningkatan Profesionalisme Guru, Dikda Kota Blitar, SMP / SMA se Kota
Blitar, Maret 2005

Dimyati, Mudjiono. 1998. Belajar Pembelajaran. Jakarta : Asdi Mahasatya.


Milyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 ( Panduan Pembelajaran
KBK ). Bandung : Rosdakarya.

Nurhadi, Yasin BY, Senduk AG. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan


Penerapan dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.

PPGM. 1999. Pembelajaran Matematika Yang Aktif dan Efektif. Yogyakarta :


Pusat Pengembangan Penataran Guru

Riki Suliana. 2005. Dasar dasar dan Proses Pembelajaran. Blitar Program
Studi Matematika STKIP PGRI Blitar

Suryabrata S, 1984. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Rajawali Pers.

Suryabrata S, 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Rajawali Pers.


Soesianto F, Dwijono D. 2003. Logika Proposisional. Yogyakarta : Andi.

Tim Penyusun Intan Pariwara, 2004. Matematika Untuk SMA Jilid 1b.
Klaten. Intan Pariwara ( 3 32 )

Wirodikusumo, Sartono. 2004. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:


Erlangga (123 189)

_______________, 2003. Kurikulum 2004. Standart Kompetensi Mata


pelajaran Matematika SMA dan MA. Jakarta: Depdiknas (15

Anda mungkin juga menyukai