D o s e n P e n g a m p u
Ir. Supranto, M.Sc. Ph.D
Oleh
MURLIADI PALHAM
NIM : 09/298321/PTK/6714
Kebutuhan dan pemakaian bahan bakar termasuk minyak diesel/solar setiap tahun
semakin meningkat. Di sisi lain, ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin hari
semakin terbatas. Kedua hal ini mendorong pemikiran mengenai perlunya dikembang-
kan sumber energi yang terbarukan. Di samping itu, dunia internasional saat ini juga
sedang berlomba-lomba untuk mengunakan bahan bakar yang ramah lingkungan
dalam rangka mengimplementasikan isu global mengenai CDM (Clean Development
Mechanism).
Salah satu solusi untuk berbagai hal tersebut di atas adalah penggunaan minyak/
lemak dari tumbuhan untuk pengembangan biodiesel. Penggunaan minyak nabati
sebagai bahan bakar telah dicobakan dalam berbagai bentuk mulai dari minyak nabati
murni tanpa modifikasi (biofuel) hingga dalam bentuk metyl atau etyl esternya
(biodiesel).
Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester atau etil ester dari asam lemak (fatty
ester) yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel (Vicente dkk, 2006). Biodiesel memiliki
sifat menyerupai minyak diesel/solar sehingga dapat menjadi bahan bakar alternatif
bagi mesin diesel baik mesin kendaraan bermotor, kendaraan industri, alat-alat
pertanian, genset, maupun mesin kapal nelayan.
Dari daftar tersebut di atas, terdapat beberapa tanaman yang mempunyai prospek
dan telah dikembangkan menjadi biodiesel seperti jarak pagar, kelapa sawit, dan
kelapa.
Sebagai alternatif bahan bakar minyak, maka minyak jarak sudah memenuhi syarat
ideal sebuah bahan bakar, yaitu nilai kalorinya 53,58 MJ/kg, bilangan asam 3,08 mg
KOH/g, titik nyala 290 oC, viscositas 50,80 cSt, dan densitas 0,0181 g/cm3. Minyak
jarak berwarna kuning bening, memiliki bilangan iodine tinggi yaitu 105,2 mg yang
berarti kandungan minyak tak jenuhnya sangat tinggi, terutama terdiri atas asam oleat
dan linoleat yang mencapai 90 persen (Trubus, 2005).
Tanaman jarak pagar yang umumnya dapat dipanen setelah berusia enam sampai
delapan bulan ini mampu menghasilkan buah yang optimal pada usia lima tahun. Dari
tiap 12,5 tonnya memiliki kandungan minyak sekitar 1.900 liter. Sebab, baik biji maupun
kulit (karnel) buah jarak itu sama-sama memiliki kandungan minyak, yaitu masing-
masing 33% dan 50%.
Beberapa hal berkaitan dengan penyediaan jarak pagar untuk biodiesel :
a. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, tanaman jarak pagar potensial dikembang-
kan untuk bahan baku biodiesel di Indonesia. Oleh karena itu, untuk menjamin
pasokan bahan baku bagi upaya pengembangan biodiesel di Indonesia, maka
upaya budidaya tanaman jarak pagar skala besar harus segera dilakukan.
b. Pengembangan jarak pagar sebagai sumber energi alternatif dilakukan dengan
prinsip kehati-hatian, dalam arti pengembangan dalam skala besar dilakukan
setelah tersedia kesiapan pengembangan, terutama dari aspek bahan tanaman,
teknologi budidaya serta kepastian teknologi pemanfaatan dan pemasarannya.
c. Setelah dilakukan identifikasi dan seleksi terhadap jarak pagar, pada tanggal 16
Julin 2006 telah dilepas 3 komposit benih unggul jarak pagar yang berasal dari
kebun perercobaan Pakuwon (untuk wilayah Basah), Asem Bagus (untuk wilayah
Kering) dan Mukti Harjo (untuk wilayah Sedang). Benih tersebut telah didistribusi-
kan kepada 14 propinsi untuk dikembangkan sebagai kebun induk masing-
masing 10 ha.
d. Beberapa perusahaan dan kelompok masyarakat telah mulai melakukan
penanaman jarak pagar walaupun masih dalam luasan yang terbatas berkisar
antara 1 - 100 ha. Sementara untuk mengembangkan biodiesel dari jarak pagar
dibutuhkan kontinuitas pasokan bahan baku biji jarak pagar dalam jumlah besar.
Selayaknya komersialisasi penanaman jarak pagar harus dilakukan dalam skala
besar. Sebagai gambaran, penanaman jarak pagar seluas 1 juta ha mampu
menghasilkan biodiesel sebanyak 25.000 barrel/hari.
e. Wilayah pengembangan jarak pagar diutamakan di kawasan timur Indonesia,
yaitu NTB, NTT, Sulawesi, Papua, sebagian Jawa dan kawasan barat Indonesia
sepanjang wilayah tersebut memungkinkan untuk pengembangan jarak pagar.
VISCOSITAS
Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler
terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk
mengalir pada jarak tertentu. Karakteristik ini sangat penting karena mempe-ngaruhi
kinerja injektor pada mesin diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada
viskositas, tekanan injeksi serta ukuran lubang injektor.Jika viskositas semakin tinggi,
maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi.
Viskositas yang lebih tingi akan membuat bahan bakar teratomisasi menjadi tetesan
yang lebih besar dengan momentum tinggi dan memiliki kecenderungan untuk
bertumbukan dengan dinding silinder yang relatif lebih dingin. Hal ini menyebabkan
pemadaman flame dan peningkatan deposit dan emisi mesin.
Bahan bakar dengan viskositas lebih rendah memproduksi spray yang terlalu halus dan
tidak dapat masuk lebih jauh ke dalam silinder pembakaran, sehingga terbentuk daerah
fuel rich zone yang menyebabkan pembentukan jelaga.
Viskositas juga menunjukkan sifat pelumasan atau lubrikasi dari bahan bakar.
Viskositas yang relatif tinggi mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik. Pada
umumnya, bahan bakar harus mempunyai viskositas yang relatif rendah agar dapat
mudah mengalir dan teratomisasi Hal ini dikarenakan putaran mesin yang cepat
membutuhkan injeksi bahan bakar yang cepat pula. Namun tetap ada batas minimal
karena diperlukan sifat pelumasan yang cukup baik untuk mencegah terjadinya
keausan akibat gerakan piston yang cepat.
ANGKA SETANA
Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto
ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran
antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl naphtalene (C10H7CH3) atau
dengan heptamethylnonane (C16H34).
Normal setana memiliki angka setana 100, alpha methyl naphtalene memiliki angka
setana 0, dan heptamethylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu
bahan bakar biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana
dengan campurannya tersebut. Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan
bakar dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka
setana rendah menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada temperatur yang
relatif tinggi.
Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi
dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam
silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak terakumulasi.
BERAT JENIS
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume, karakteristik ini
berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan
volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel diukur dengan menggunakan
metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan kilogram per meter
kubik (kg/m3).
TITIK TUANG
Titik tuang adalah titik temperatur terendah dimana mulai terbentuk kristalkristal parafin
yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik tuang ini dipengaruhi oleh derajat
ketidakjenuhan (angka iodium),semakin tinggi ketidakjenuhan maka titik tuang semakin
rendah. Titik tuang juga dipengaruhi oleh panjang rantai karbon, semakin panjang rantai
karbon maka semakin tinggi titik tuang. Karakteristik ini ditentukan dengan mengguna-
kan metoda ASTM D97.
TITIK NYALA
Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat menyala. Hal ini
berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan bahan bakar.
Nilai kalor H, C, dan O dinyatakan dalam persentase berat setiap unsur yang
terkandung dalam satu kilogram bahan bakar.
INDEKS DIESEL
Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar mesin diesel
selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel dapat diartikan sebagai
waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar dapat menyala di ruang pembakaran
dan diukur setelah penyalaan terjadi. cara menentukkan indeks diesel dari suatu bahan
bakar mesin diesel dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks diesel dipengaruhi oleh titik anilin
dan berat jenisnya.
VOLATILITAS
Volatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa menjadi fasa
uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah menandakan tingginya
volatilitas.
a. Kadar Residu Karbon
Kadar residu karbon menunjukkan kadar fraksi hidrokarbon yang mempunyai titik
didih lebih tinggi dari range bahan bakar. Adanya fraksi hidrokarbon ini
menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang pembakaran yang dapat
mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit karbon ini dapat
membara, sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran.
b. Kadar Air dan Sedimen
Pada negara yang mepunyai musim dingin kandungan air yang terkandung dalam
bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan bakar.
Selain itu, keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan pertumbuhan mikro
organisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar. Sedimen dapat
menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin.
TITIK EMBUN
Titik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang berwarna suram relatif
terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel dalam proses pendinginan.
Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.
KADAR SULFUR
Kadar sulfur dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan pertama (straight-run)
sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Pada umumnya, kadar
sulfur dalam bahan bakar diesel adalah 50-60% dari kandungankandungan dalam
minyak mentahnya.
Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan bakar diesel dapat menyebabkan
terjadinya keausan pada bagian-bagian mesin. Hal ini terjadi karena adanya partikel-
partikel padat yang terbentuk ketika terjadi pembakaran dan dapat juga disebabkan
karena keberadaan oksida belerang seperti SO2 dan SO3. Karakteristik ini ditentukan
dengan menggunakan metode ASTM D1551.
Biodiesel sebagai bahan bakar motor diesel dapat digunakan dalam keadaan
murni atau dicampur dengan minyak diesel dengan perbandingan tertentu. Spesifikasi
biodiesel yang dihasilkan tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai
bahan baku dan kondisi operasi pabrik serta modifikasi dari peralatan yang digunakan.
Tabel 7. Menunjukkan perbandingan sifat fisika kimia antara petrodiesel dengan
biodiesel.
Agar dapat dan aman digunakan sebagai alternatif bahan bakar minyak dan layak
untuk diperjualbelikan, maka biodiesel harus memenuhi standar yang telah ditentukan
badan standar Amerika (ASTM) dengan property seperti disajikan pada Tabel 8.
Indonesia telah membuat standar terhadap biodiesel yang diproduksi berupa
Standar Nasional Indonesia (SNI) Biodiesel yaitu SNI 04-7182-2006 (Tabel 9). SNI
biodiesel ini disusun dengan memperhatikan standar sejenis yang sudah berlaku di luar
negeri seperti ASTM D6751 di Amerika Serikat dan EN 14214:2002 (E) untuk negara
Uni Eropa di mana di wilayah-wilayah tersebut pemakaian biodiesel sudah meluas dan
mencapai tahap komersia-lisasi. Pertimbangan lainnya adalah ketersediaan bahan
baku biodiesel di tanah air. Metode pengujian mutu biodiesel mengacu pada ASTM
dan OACS sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 8. Spesifikasi biodiesel