Anda di halaman 1dari 5

LAMPIRAN MATERI I

PENGERTIAN

AIDS adalah singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrom (Sindrom cacat
dapatan pada imunitas). Ini adalah infeksi virus yang bisa menyebabkan kerusakan yang parah
dan tidak bisa diobati pada sistem imunitas, sehingga korbannya terbuka terhadap infeksi virus
dan kanker tertentu (JONATHAN WEBER & ANNABEL FERRIMAN).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) diartikan bentuk paling berat dati
keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus
(KMB VIL.1715)
HIV ( Human Immunodeficiency Virus) yaitu vitus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia. Orang yang tekena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa di sembuhkan.
( WHO,UNAIDS,2006)

GEJALA HIV DAN AIDS


Gejala yang terjadi pada penyakit HIV/ AIDS yaitu:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.
b. Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
c. Batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
d. Kelainan kulit dan iritasi.
e. Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan yang tidak sembuh-sembuh.

TAHAPAN HIV/AIDS

A. TAHAP 1

Pada waktu tertular HIV, tubuh blum terlihat tapi dapat menularkan HIV pada orang lain. Tahap
ini berlangsung kira-kira 3-6 bulan disebut masa jendela karena virus belum terlihat. HIV dapat
diketahui melalui tes darah HIV. Sebelum dan sesudah tes HIV/AIDS perlu dilakukan
pembicaraan dengan petugas kesehatan.
B. TAHAP II

Sudah mulai ada gejala, misalnya berab badan turun drastic, tahap ini berlangsung 3-10 tahun
tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing orang. Gejala AIDS yang sering muncul
pada tahap II berat badan turun drastic, sakit kulit, sering buang air besar, batuk terus
menerus, deman tidak turun serta jamur pada lidah.

C. TAHAP III

Tubuh sudah mulai terserang berbagai penyakit karena daya tahan tubuh sudah hilang. Tahap
ini berlangsung sekitar 1-2 tahun. Penyakit yang sering menyerang ODHA:

a. Kanker seperti sariawan, kanker kulit


b. Inveksi paru, menyebabkan radang paru-paru dan susah bernafas.
c. Inveksi usus, menyebabkan diare parah berminggu-minggu.
d. Infeksi otak, menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.

D. TAHAP IV :MENINGGAL

PENULARAN DAN PENCEGAHAN HIV/AIDS


Penularan HIV/ AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya:
a. Penularan melalui darah.
b. Hubungan seksual berganti-ganti pasangan.
c. Tukar jarum suntik.
d. Alat tato umum
e. Melalui cairan seperma dan cairan vagina melalui hubungan seks.
f. Melalui ibu ke bayinya.
g. Menggunakan alat suntik bergantian. HIV/AIDS tidak dapat menular melalui:
a. Berjabat tangan, berpelukan, mencium pipi.
b. Makan dan berenang bersama.
c. Toilet umum dan telepon umum.
Sementara virus kadang-kadang ditemukan di air liur, air mata, urin dan secret bronchial,
penularan sesudah kontak dengan secret ini belum pernah dilaporkan. Risiko dari penularan HIV
melalui hubungan seks lebih rendah dibandingkan dengan penyakit menular seksual lainnya.
Namun adanya penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual terutama penyakit seksual
dengan luka seperti chancroid, besar kemungkinan dapat menjadi pencetus penularan HIV.
( DEPKES PROVENSI BALI)
MASA PENULARAN HIV/AIDS

Tidak diketahui, diperkirakan mulai berlangsung segera sesudah infeksi HIV dan berlangsung
seumur hidup. Bukti-bukti epidemiologis menyatakan bahwa infektivitas meningkat dengan
dengan bertambahnya defisiensi immunologis, tanda-tanda klinis dan adanya penyakit menular
seksual (PMS) lainnya. Studi epidemiologis menyatakan bahwa infektivitas menjadi tinggi
selama periode awal sesudah infeksi.

PENCEGAHAN
Program pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan komitmen
masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau mengurangi perilaku
risiko tinggi terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi :

1. Pemberian penyuluhan kesehatan disekolah dan masyarakat harus menekankan bahwa


mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian
dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan
bagaimana untuk menghindari atau mengurangi kebiasaan yang mendatangkan risiko
terkena infeksi HIV. Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa
sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitu juga bagi mereka
yang tidak sekolah. Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan bahasa yang
berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna rungu juga harus dipikirkan

2. Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks
atau hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi.
Pada situasi lain, kondom lateks harus digunakan dengan benar setiap kali seseorang
melakukan hubungan seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas
berbahan dasar air dapat menurunkan risiko penularan melalui hubungan seks;

3. Memperbanyak fasilitasi pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi


penularan HIV. Begitu pula program Harm reduction yang menganjurkan para
pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan
penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif

4. Menyediakan fasilitas konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan atau


dilakukan secara anonimus serta menyediakan tempat-tempat untuk melakukan
pemeriksaan darah. Fasilitas tersebut saat ini telah tersedia diseluruh Negara bagian di
AS. Konseling, tes HIV secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara
rutin pada klinik keluarga berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan
terhadap komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi. Orang yang aktifis seksualnya
tinggi disarankan untuk mencari pengobatan yang tepat bila menderita Penyakit Menular
Seksual (PMS)

5. Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV
sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV positif harrus
dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi zidovudine (ZDV)
untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal

6. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh Unites States Food & Drug Agency
(USFDA), untuk mencegah kontaminasi HIV pada plasma darah. Semua donor darah
donor harus diuji antibody HIV nya. Hanya darah dengan hasil tes negative yang
digunakan. Orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi terkena HIV sebaiknya tidak
mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transplantasi, sel atau jaringan (termasuk
cairan semen untuk inseminasi buatan). Institusi (termasuk bank sperma, bank susu atau
bank tulang) yang mengumpulkan plasma, darah atau organ harus menginformasikan
tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan menginformasikan
tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan tes HIV harus dilakukan
terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma, susu atau tulang harus
dibekukan dan disimpan 3-6 bulan. Donor yang tetap negative setelah masa itu dapat
diasumsikan tidak terinfeksi pada waktu menjadi donor

7. Jika hendak melakukan transfuse, dokter harus melihat kondisi pasien denga teliti apakah
ada indikasi medis untuk transfuse. Transfusi otologus sangat dianjurkan
8. Hanya produk factor pembekuan darah yang sudah diseleksi dan yang telah diperlakukan
dengan semestinya untuk menonaktifkan HIV yang bisa digunakan

9. Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan
jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak tertusuk.
Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat
pelindung lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang
mengandung darah. Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan
harus dicuci dengan air dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus dilakukan
pada semua pasien dan semua prosedur laboratorium (tindakan kewaspadaan universal)

10. WHO Merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV
tanpa gejala dengan vaksin oral polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada
anak-anak yang terinfeksi HIV tidak peduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan
vaksin MMR (measles-mumps-rubella) dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.
( Departemen kesehatan provensi bali)

Adapun pencegahan lainnya seperti:

a. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah dan tidak berganti-ganti pasangan.
b. Gunakan kondom jika pasangan positif HIV/ AIDS.
c. Jangan terlibat narkotika dan pemakaian jarum suntik bersama-sama.
d. Hindari melakukan seks dengan orang yang beresiko, misalanya pekerja seks.
e. Tidak mengkonsumsi narkoba.

CARA REMAJA MELINDUNGI DIRI:


a. Tidak melakukan hubungan seks.
b. Tidak menyalahgunakan narkoba.
c. Meningkatkan kepercayaan diri remaja.
d. Mendiskusikan tentang HIV/AIDS
e. Rajin menjalankan ibadah

Anda mungkin juga menyukai