DASAR TEORI
Bahan baku yang dibutuhkan sebuah pabrik semen antara lain adalah batuan
yang mengandung kapur (seperti batu kapur dan chalk) , tanah liat (clay), pasir
silika dan pasir besi serta gipsum. Karena porsi batu kapur adalah yang paling
banyak dibutuhkan disusul dengan pasir silika dan tanah liat, maka kebanyakan
pabrik semen dibangun di dekat tambang ketiga bahan baku tersebut khususnya
tambang kapur. Selain pertimbangan bahan baku, pada umumnya pabrik semen
khususnya batu kapur, tanah liat, dan pasir/batu silika, kemudian diangkut oleh
dump truck ke crushing plant untuk dikecilkan ukurannya dengan crusher. Setelah
ukurannya cukup kecil, bahan baku ini disimpan di dalam gudang sambil
dikeringkan secara alamiah seperti terlihat pada Gambar 3.1. Sedangkan pasir
besi biasanya didatangkan dari tempat lain karena jarang sekali dalam suatu
baku. Hasil penggilingan bahan baku ini berupa serbuk dengan ukuran partikel
Kemudian campuran bahan baku dengan proporsi yang benar ini dibakar hingga
temperatur 1300 sampai 1500o C dimana bahan baku akan mengalami proses
sintering dan terbentuk terak semen (clinker). Terak panas ini kemudian
didinginkan dengan cepat hingga 100oC untuk menyetabilkan fasa padatan terak
16
dalam rangka menjaga mutu terak yang biasanya diukur berdasarkan sifat
semen apabila dicampur dengan air) hingga lembut dan disebut sebagai semen
Portland.
Batukapur
Crusher
Gudang Batukapur
Crusher
Gambar 3.1. Bahan baku dari tambang direduksi ukurannya dan diangkut
menuju gudang bahan baku (Duda, 1976)
utama semen, yaitu CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Komponen-komponen tersebut
Bahan baku dengan kadar CaO yang tinggi disebut komponen gamping,
sedangkan bahan baku dengan kadar silika, alumina, dan besi oksida yang tinggi
disebut komponen lempung atau serpih. Untuk mendapatkan komposisi yang tepat
17
sebagai bahan baku semen, kedua komponen tersebut harus dicampurkan. Pasir
silika dan pasir besi hanya perlu ditambahkan sebagai koreksi apabila komponen
bahan baku masih belum memenuhi syarat sebagai bahan baku semen (Duda,
bahan baku pembuat semen, terdiri dari batugamping dengan kadar CaCO3
minimal 50%, chalk dengan kadar CaCO3 98 99%, mengandung sedikit SiO2,
Al2O3 dan Mg2O3 serta bersifat lebih lunak sehingga mengurangi biaya operasional
bahan mentah yang sangat baik karena mengandung CaO dan lempung dalam
Adapun bahan baku pembuat semen (Duda, 1976) adalah sebagai berikut :
Menurut Duda (1976) komposisi kimia dari batugamping pembentuk bahan baku
semen yang sangat dominan berpengaruh adalah enam komponen kimia, yang
18
Tabel 3.2. Persyaratan kualitas bahan baku semen PT Semen Padang
Batugamping tersusun oleh sebagian besar mineral kalsit (CaCO3), terjadi secara
organik, kimiawi, atau detritus. Jenis batugamping yang terbentuk oleh koloni:
tumbuhan dan binatang yang menghasilkan kalsium karbonat sebagai bagian dari
adanya pengumpulan organisme yang hidup dan mati di satu tempat. Bila
bioherm dan bila sifat penyebarannya luas dapat disebut sebagai batugamping
biostorm.
kehidupan binatang laut. Adapun mineral yang penting dan umum yang terdapat
19
Tabel 3.3 Mineral-mineral Penyusun Batugamping
refraksinya.
dari replacement sedimen kalsit oleh air asin yang kaya dengan
( MgCO3 ) - Terjadi akibat penggantian dari kalsit dan dolomit, sering juga
20
3.3.1. Klasifikasi Batugamping Menurut Folk (1959)
(allochems), sparit, dan mikrit, yang meliputi macam butiran dan ratio ketiga
komponen tersebut.
berasal dari sedimen klastik, termasuk didalamnya adalah oolit, pisolit, onkilit,
biokimia atau kimiawi dari presipitasi air laut, terbentuk dalam lingkungan
berarti.
c. Sparry Kalsit cements atau Sparit, merupakan semen yang mengisi ruang
antara butir dan rekahan, berukuran butir halus (0,02 1 mm), dapat terbentuk
batuan karbonatnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe utama, yaitu sebagai
berikut:
Batuan karbonat yang termasuk ke dalam tipe I ini, sebagian besar terdiri dari
konstitusi allochem yang disemen oleh sparit. Tipe ini biasanya terbentuk
pada lingkungan pantai atau laut dangkal, tetapi dapat pula terbentuk pada
21
adanya lumpur karbonat (mikrit). Jenis batuan karbonat ini adalah intrasparit,
Batuan karbonat yang termasuk ke dalam tipe I ini, sebagian besar terdiri dari
Jenis batuan karbonat ini adalah intramikrit, oomikrit, biomikrit dan pelmikrit.
Batuan karbonat yang termasuk ke dalam tipe I ini, merupakan kebalikan tipe I,
dimana hampir seluruhnya terdiri dari mikrit dan terbentuk pada lingkungan
d. Tipe IV
khas. Batugamping ini memiliki struktur organik yang terbentuk pada tempat
22
Gambar 3.2. Klasifikasi batugamping menurut Folk (1959).
23
Butiran didukung oleh lumpur
menyangga
Batugamping kristalin
24
3.4. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengendapan Batugamping
klastik asal darat. Adanya partikel-partikel lempung dan lanau (asal darat) akan
cepat, maka dibutuhkan daerah dengan kondisi aliran air yang jernih, daerah yang
stabil dan daratan sekitarnya yang hampir datar. Bila pada suatu daerah terjadi
sedimentasi butiran asal darat, maka akan terbentuk napal atau batupasir
gampingan.
Tropis sampai subtropis, dimana pada daerah-daerah tersebut akan cukup dapat
diatas 40o tidak akan dijumpai pengendapan batuan karbonat yang melimpah.
25
3.4.3. Pengaruh Kedalaman
daerah yang mempunyai kandungan unsur CaCO3, dimana pada keadaan yang
demikian ini hanya dijumpai pada lingkungan laut yang dangkal. Apabila pada
lingkungan laut yang dalam makan menyebabkan sebagian tekanan CO2 akan
sangat tinggi, dimana pada keadaan yang demikian menyebabkan unsur CaCO3
akan terlarut.
adalah adanya aliran laut yang bertekanan tinggi menuju ke daerah-daerah yang
berkadar tinggi, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan material organik, serta
adanya kenaikan PH air laut sehingga pada kondisi yang demikian dapat
26
3.5. Lingkungan Pengendapan Batugamping (Wilson, 1975)
jalur fasies secara standar dan interpretasi lingkungan pengendapan pada tepi
sedang dan masif. Dengan dijumpai beberapa lokasi mengandung fosil yang telah
terbentuk pada lokasi yang banyak mengandung oksigen, berkadar garam rendah
dan sirkulasi air yang baik sehingga memungkinkan organisme plangtonik dapat
mempunyai kedalaman dari beberapa puluh meter sampai beberapa ratus meter.
Gambar 3.5. Penampang ideal memperlihatkan jalur fasies karbonat pada tepi
paparan (Wilson, 1975)
27
3.6. INTRUSI
Bukit Karang Putih. Intrusi basalt terdapat di bagian tengah dan utara lokasi
100 meter dan lebar 20 meter. Intrusi kedua berada di daerah Blok J, koordinat X :
80.00, Y : -2,305.00 dengan panjang kurang lebih 150 meter dan lebar 30 meter.
ditutupi oleh batuan sedimen tersier (silika dan batuan vulkanik). Pengamatan
secara makroskopis batuan ini berwarna gelap, berbutir halus, tersingkap dalam
Sill adalah intrusi konkordan, berbentuk tabular sejajar dengan foliasi atau
perlapisan batuan yang diterobos oleh intrusi. Sill tersebut pada umumnya tipis
(beberapa meter sampai beberapa ratus meter), dangkal dan terbentuknya pada
batuan yang tidak terlipat. Kebanyakan sill berkomposisi basaltik, hal ini
sering kali terjadi karena beberapa kali injeksi. Pada sill yang tebal, sering terjadi
bagian atasnya.
Dike adalah intrusi yang bentuknya tabular (seperti sill) dan mempunyai
menempati pola rekahan yang sudah ada. Pada beberapa daerah dike berasosiasi
dengan intrusi dangkal dan kadang-kadang mempunyai pola radial. Vein adalah
m, terbentuk pada kedalaman kecil pada batuan sedimen yang relatif belum
terganggu. Laccolith terbentuk oleh magma yang membumbung (ke atas) pada
tertahan oleh lapisan yang resisten, maka magma akan membumbung dan
dominan maka kan berangsur-angsur menjadi sill. Kebanyakan intrusi jenis ini
Batuan beku intrusif membeku di bawah batuan yang sudah ada (pre-existing
rock) di bawah permukaan bumi. Kontak intrusif terhadap batuan sekitarnya bisa
diskordan atau konkordan. Pada intrusi dangkal, apabila batuan samping bersifat
getas/mudah pecah, pada saat intrusi disertai oleh terjadinya banyak pecahan,
patahan atau sebagian dari batuan samping terbawa/terseret oleh intrusi. Pada
memberikan sifat plastis atau ductile pada batuan samping, magma akan bergerak
dengan tekanan dan akan memberikan struktur foliasi sejajar dengan permukaan
29
pluton. Intrusi jenis ini disebut diaper yang tentu saja konkordan terhadap batuan
sampingnya.
Banyak intrusi yang kelihatannya konkordan pada sebuah singkapan, tetapi secara
umum mereka diskordan bila dipetakan secara regional. Memotong atau sejajar
dengan batuan samping sering terlihat sebagai fungsi skala pengamatan. Batuan
meninggalkan tempat itu atau tetap ada di tempat. Bila magma mendingin disitu,
maka batas antara batuan beku dan metamorf akan terlihat mempunyai kontak
Kontak antara batuan beku dan batuan samping ada yang tegas dan tidak tegas.
Kontak tegas berarti tidak ada reaksi antara magma dengan batuan samping,
sangat cepat karena batuan sampingnya dingin. Perbedaan temperatur yang besar
samping yang dilalui magma atau hanya batuan samping dimana magma terakhir
membeku. Batuan intrusi yang magmanya berasal dari kedalaman yang tinggi (>
100 Km), akan membawa material-material dari sumbernya atau dari batuan
sudah lebur dalam magma, dan bila masih ada tentu akan mempengaruhi
30
protogenesisnya. Oleh karenanya harus selalu diamati dalam penelitian di
lapangan.
Proses intrusi akan mengakibatkan perubahan kimia, mineralogi, dan tekstur. Efek
ini menyebabkan interaksi antara batuan samping dengan intrusinya. Faktor yang
Walaupun semua faktor saling mengkait, namun faktor temperatur dan kimia fluida
merupakan faktor yang paling dominan (Browne, 1991 dalam Corbett dan Leach,
1996).
Salah satu efek dari adanya intrusi adalah terjadinya metamorf kontak (termal).
terlihat pada batuan sekitarnya. Lebar daerah penyebaran panas tersebut berkisar
dari beberapa meter sampai beberapa kilometer. Lebar zona pengaruh dari intrusi
biasanya tidak jauh dari tebal tubuh intrusi. Intrusi kecil dapat menghasilkan zona
kontak yang disebut backing effect, biasanya akan nampak berbeda dengan
batuan yang tidak terkena intrusi, atau sering juga dengan terdapatnya
Perbedaan ini disebabkan oleh hasil oksidasi. Metamorfosa kontak pada batu
menghasilkan batumarmer. Seperti pada Gambar 3.7. Zona kontak akan dicirikan
jarak dari intrusi. Efek dari intrusi juga dapat menggantikan sebagian komposisi
batuan samping dengan terjadinya pertukaran ion-ion dari larutan sisa magma
asal dari batuan beku intrusi atau dari perpindahan fluida aktif pada batuan
samping dengan kehadiran intrusi. Efek metasomatism sering terjadi pada intrusi
akan menghasilkan calsium kaya akan silika, epidot atau wolastonit. Kalo intrusi
terjadi pada dolomit akan menyebabkan kehadiran serpentin, diopsit dan kelompok
mineral khondrit.
32