Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah
membuat sektor keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah
kesepakatan untuk membentuk Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-
undang tersebut harus terbentuk pada tahun 2002. Meskipun Otoritas Jasa
Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan diamanatkan oleh UU, nyatanya
sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa Keuangan belum ada,
sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut direvisi,
menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan
disahkan oleh DPR, dan selanjutnya Pemerintah mensahkan dan mengundangkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam
Lembaran Negara Republik pada tanggal 22 November 2011. Berikut merupakan
ringkasan dari isi Undang Undang Nomor 21 Tahun 2011.OJK berkedudukan di
ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi menyelenggarakan
5ector pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam 5ector jasa keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk dari Otoritas Jasa Keuangan ?
2. Mengapa Otoritas Jasa Keuangan memiliki kewenangan dalam bidang
perbankan ?
3. Bagaimana bentuk Otoritas Jasa Keuangan dalam partisipasi dalam bidang
stabilitas ekonomi ?
4. Bagaimana bentuk penyelesaian masalah yang harus ditangani oleh Otoritas
jasa Keuangana ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh peranan OJK terhadap peraturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap kegiatan disektor jasa keuangan.
2. Untuk mengetahui efektifitas OJK dalam peraturan dan pengawasan di sektor
kuangan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Otoritas Jasa Keuangan
1. Pengertian otoritas jasa keuangan
Menurut UU No 21 tahun 2011 Bab I pasal 1 ayat 1 yang dimaksud
dengan OJK "adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan
pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini."
Pada dasarnya UU mengenai OJK hanya mengatur mengenai
pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang
memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan.
Diharapkan dengan dibentuknya OJK ini dapat dicapai mekanisme koordinasi
yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem
keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan
dan agar adanya pengaturan juga pengawasan yang lebih terintegrasi.
Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawas jasa keuangan
seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana
pensiun dan asuransi yang sudah harus terbentuk pada tahun 2010. Keberadaan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini sebagai suatu lembaga pengawas sektor
keuangan di Indonesia perlu untuk diperhatikan, karena harus dipersiapkan
dengan baik segala hal untuk mendukung keberadaan OJK tersebut.25
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 menyebutkan:26
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat dengan OJK, adalah
lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,
dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah
sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar
modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Pada
dasarnya UU tentang OJK ini hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan
tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan
2. Fungsi Otoritas Jasa Keuangan:

Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas


keuangan.

Menjaga stabilitas sistem keuangan.

Melakukan pengawasan non-bank dalam struktur yg sama seperti


sekarang.

Pengawasan bank keluar dari otoritas BI sebagai bank sentral dan


dipegang oleh lembaga baru.

3. Tujuan Dalam Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan:

Untuk mencapainya, BI dalam melaksanakan kebijakan moneter secara


berkelanjutan, konsisten, dan transparan dgn mempertimbangkan
kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.

Mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis.

Menciptakan satu otoritas yang lebih kuat dengan memiliki sumber daya
manusia dan ahli yang mencukupi.

2.2 Tugas Seksi Jasa Keuangan


Menurut pasal 6 dari UU No 21 tahun 2011 tugas utama dari OJK adalah
berupa melakukan pengaturan dan juga pengawasan terhadap kegiatan berikut :

Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan

Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal

Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga


Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai
wewenang:

Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan


Bank yang meliputi :

o Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran


dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan
izin usaha bank; dan

o Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,


produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

o Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang


meliputi: likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio
kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit,
rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; laporan
bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; sistem
informasi debitur; pengujian kredit (credit testing); dan standar
akuntansi bank;

o Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,


meliputi: manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal
nasabah dan anti pencucian uang; dan pencegahan pembiayaan
terorisme dan kejahatan perbankan; dan pemeriksaan bank.

Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang


meliputi :

o Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;


o Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa
keuangan;

o Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK

o Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah


tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

o Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola


statuter pada Lembaga Jasa Keuangan;

o Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,


memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan

o Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.

Terkait Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang


meliputi :

o Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan


jasa keuangan;

o Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh


Kepala Eksekutif;

o Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan


Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan,
pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan;
o Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan
dan/atau pihak tertentu;

o Melakukan penunjukan pengelola statuter;

o Menetapkan penggunaan pengelola statuter;

o Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan


pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan; dan

o Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang


perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda
terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan,
persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.

2.3 Peraturan dan Tatacara Sanksi


Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Terkait
Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) yang meliputi :
o Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;
o Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif;
o Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
o Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau
pihak tertentu;
o Melakukan penunjukan pengelola statuter;
o Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
o Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
o Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan
kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan
penetapan lain. Asas-asas OJK dalam menjalankan kegiatan Untuk melaksanakan
kegiatannya OJK sendiri juga mempunyai asas-asas tertentu yang harus dijadikan
pedoman yaitu :
1. Asas Independensi, tentang sifat independensi OJK dalam
melaksanakan kegiatannya
2. Asas Kepastian Hukum, bahwa OJK mengutamakan landasan dari UU
yang berlaku untuk melakukan kegiatannya
3. Asas Kepentingan Umum, bahwa semua kegiatan OJK didasarkan untuk
melindungi dan memajukan kepentingan umum
4. Asas Profesionalitas
5. Asas Integritas, OJK selalu berpegang teguh pada nilai moral dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambilnya
6. Asas Keterbukaan

Kasus Asuransi Jiwa PT Golden Trade Investasi Syariah (GTIS)


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku menerima banyak pengaduan
tentang apayang dewasa ini dikenal sebagai investasi bodong. Banyaknya
pengaduan itu menyusul terungkapnya penipuan berkedok investasi emas yang
dilakukan oleh PT Golden TradeInvestasi Syariah (GTIS). Perusahaan ini
ditengarai telah membawa kabur dana nasabah berupa emas dan uang tunai
mencapai Rp 10 triliun. Memang kita banyak menerima telepon (soal investasi
bodong). Terutama setelah kasus GTIS, kita banyak menerima pengaduan.Juga
pertanyaan, karena kita sudah punya call center di OJK, dan kita sudah jawab,
kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad, ketika hal ini
ditanyakan kepadanya seusai menghadiri seminar yang diselenggarakan Ikatan
Akuntan Indonesa (IAI) di Jakarta,hari ini (6/3).
Berkaitan dengan itu, OJK telah membentuk Satgas untuk mengusut dan
menyelesaikan kasus ini. Dalam Satgas itu ada OJK, Bank Indonesia, Kepolisian
dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Dalam waktu
dekat akan kita selesaikan masalah ini, tutur Muliaman. Muliaman
menambahkan, terungkapnya kasus investasi bodong tersebut mendorong OJK
mengedepankan tiga isu penting dalam program- programnya terkait investasi.
Pertama isu edukasi. Perlu didorong edukasi sehingga investor tidak mudah
diiming-imingi. Kalau kita sudah berikan edukasi tetapi mereka masih tertipu,itu
urusan mereka.
Kedua, pencegahan terutama dengan mengedepankan pengawasan
terhadap perusahaananya. Ketiga, berhubungan dengan penegakan hukum. Untuk
itu kami sudah membentuk Satgas, tambah Muliaman. Ada pun mengenai
pengawasan, Muliaman mengutarakan, bahwa perusahaan-perusahaan investasi
seperti GTIS izinnya seringkali berupa PT. Mereka umumnya hanya memiliki
Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) dan tidak masuk dalam lembaga keuangan.
Oleh karena itu mereka tidak bisa masuk dalam pengawasan Kementerian
Keuangan atau Bank Indonesia maupun OJK nantinya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dapat diartikan bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga
pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana,
perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Pada dasarnya UU tentang
OJK ini hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan
kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki kekuasaan
Dengan dibentuknya OJK ini dapat dicapai mekanisme koordinasi yang
lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem
keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan
dan agar adanya pengaturan juga pengawasan yang lebih terintegrasi.

Saran
Di harapkan agar ojk dapat terlaksana dengan baik dan menjalamkan tugas
sesuai dengan UU yang telah di sah kan, dengan demikian perbankan di Indonesia
dapat terawasi dengan bijaksana dan terhindar dari kecurangan kecurangan yang
dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53156814aa258/prosedur-mediasi-
perbankan-di-era-otoritas-jasa-keuangan
HUKUM PERBANKAN
O TOR I TAS J A S A KE U A N G A N

Pembimbing :
Fadia Fitriyanti, S.H.,M.Hum.,M.Kn.
Disusun Oleh :
Nailatul Fadhila (20140610120)
Ridho Dirgantara (20140610198)
Tahta Kurniawan (20140610209)
Khoyim Windya Wijaya (20140610430)
Yunintio Putro Utomo (20140610096)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2016

Anda mungkin juga menyukai