Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesantren merupakan institusi pendidikan yang perlu diperhatikan sistem


pola makannya sehari-hari, sebab bagaimanapun juga pesantren merupakan
tumpuan bimbingan anak-anak yang kelak akan menjadi sumber daya manusia
bagi bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, para santri tidak luput
dari aktivitas yang tinggi. Kesibukan tersebut akan berdampak pada waktu atau
jam makan sehingga walaupun sudah sampai pada saatnya waktu makan, sering
menunda dan bahkan lupa untuk makan yang berdampak terhadap kesehatan. 1
Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial sangat mempengaruhi perilaku hidup
sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.
Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi
pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan
yang berdasarkan faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. 2 Resiko
akibat penyakit yang timbul karena pola makan yang salah atau tidak sehat
belakangan ini cenderung meningkat.3
Sebagian santri mengalami berbagai penyakit yang diakibatkan oleh pola
makan yang salah, diantaranya adalah mengalami gangguan saluran pencernaan,
seperti dispepsia. Menurut Djojoningrat (2014) dispepsia merupakan istilah yang
umum dipakai untuk suatu sindroma atau kumpulan gejala/keluhan berupa nyeri
atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual, kembung, muntah, sendawa, rasa
cepat kenyang, dan perut merasa penuh/begah. Keluhan tersebut dapat secara
bergantian dirasakan pasien atau bervariasi.4 Penyebab timbulnya dispepsia
diantaranya adalah faktor pola makan, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori. 5
Berdasarkan penelitian tentang gejala gastrointestinal, jeda antara jadwal makan
yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia.6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja usia 14-17 tahun,
remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja
laki-laki, yaitu 27% dan 16%.7 Pola makan yang tidak teratur umunya menjadi
masalah yang sering timbul pada remaja perempuan. Aktivitas yang tinggi baik

1
2

kegiatan disekolah maupun di luar sekolah menyebabkan makan menjadi tidak


teratur.8 Selain itu, pola diet banyak dilaporkan secara konsisten pada remaja
wanita yang mencoba untuk melakukan diet. Pada survey nasional di sebuah
sekolah menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki
mencoba untuk menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja
perempuan dan 15% remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat
badan mereka tidak bertambah.9
Prevalensi dispepsia sendiri secara global bervariasi antara 7-45%
tergantung pada definisi yang digunakan dan lokasi geografis. Prevalensi
dispepsia di Amerika Serikat sebesar 23-25,8%, di India 30,4%, New Zealand
34,2%, Hongkong 18,4%, dan Inggris 38-41%. Sekitar 4% penderita berkunjung
ke dokter umumnya mempunyai keluhan dispepsia. Di daerah pasifik, dispepsia
juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya sekitar 10 -20 %. 10
Di Indonesia diperkirakan hampir 30% pasien yang datang ke praktik umum
adalah pasien yang keluhannya berkaitan dengan kasus dispepsia. Pasien yang
datang berobat ke praktik gastroenterologist terdapat 60% dengan keluhan
dispepsia.11
Tahun 2006 dalam Profil kesehatan dispepsia menempati urutan ke 15 dari
daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan
proporsi 1,3 % dan menempati urutan ke 35 dari 50 penyakit penyebab kematian.
Pada tahun 2010 Profil kesehatan menyatakan bahwa dispepsia menempati urutan
ke 5 dari 10 besar penyakit dengan pasien yang dirawat inap dan urutan ke 6
untuk pasien yang dirawat jalan. Sementara profil kesehatan provinsi Aceh tahun
2012 menyatakan bahwa disepsia menempati urutan ke 1 dari daftar 20 penyakit
dengan pasien rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Provinsi Aceh.
Berdasarkan data tersebut ternyata pasien yang mengalami sindrom dispepsia
cukup tinggi di Indonesia dan khususnya di Aceh.12
Dispepsia di Puskesmas Indrajaya berdasarkan laporan SP2TP tahun 2016,
Pidie termasuk dalam daftar 5 penyakit terbesar pada bulan Januari hingga bulan
Juni 2016 setelah penyakit inspeksi saluran nafas bagian atas dan gangguan
jaringan otot. Jumlah penderita dispepsia semakin meningkat pada tiga bulan
terakhir. Penderita dispepsia pada bulan Maret, April dan Mei 2016 berturut-turut
3

berjumlah 262, 284, dan 370 penderita dengan 57,6% berjenis kelamin
perempuan.
Meningkatnya penderita dispepsia erat kaitannya dengan pola makan.
Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena
kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali waktu makan sehingga
produksi asam lambung terkontrol.13 Peningkatan sekresi asam lambung yang
melampaui batas akan mengiritasi mukosa lambung dan menimbulkan gatritis
hingga tukak peptik dengan gejala dispepsia. Mengingat besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh dispepsia, maka penulis tertarik untuk membuat mini project
dengan judul Pengaruh Pola Makan terhadap Penurunan Angka Penderita
Sindrom Dispepsia di Pesantren HJ Maryam dan HM Saman Wilayah Kerja
Puskesmas Indrajaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan data yang diuraikan diatas mengenai tingginya angka penderita
sindrom dispepsia di wilayah kerja Puskesmas Indrajaya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
Apakah faktor pola makan yang mempengaruhi tingginya jumlah penderita
sindrom dispepsia di wilayah kerja Puskesmas Indrajaya khususnya pada santri
Pesantren HJ Maryam dan HM Saman Tahun 2016?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadiya sindrom
dispepsia di wilayah kerja Puskesmas Indrajaya khususnya pada santri Pesantren
HJ Maryam dan HM Saman untuk menunjang perumusan pemecahan masalah
tingginya jumlah penderita sindrom dispepsia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui keteraturan pola makan pada santri sebelum dan sesudah


intervensi
4

2. Mengetahui angka kejadian sindrom dispepsia pada santri sebelum dan


sesudah intervensi

1.4 Manfaat

1. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan mengenai pengaruh pola makan terhadap kejadian
sindrom dispepsia yang terjadi di masyarakat sehingga penulis dapat
melakukan edukasi dan intervensi yang tepat pada pasien dengan gejala
dispepsia
2. Bagi Santri
Memberikan pengetahuan baru tentang pola makan yang baik sehingga dapat
mencegah terjadinya sindrom dispepsia dan mempertahankan pola makan yang
baik agar penyakit yang diderita tidak bertambah parah.
3. Bagi Pesantren
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pesantren untuk mengetahui
seberapa banyak santri yang mengalami sindom dispepsia sehingga dapat
memperbaiki pola makan yang baik di lingkungan pesantren
4. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan program ke depan yang berhubungan dengan Upaya Promosi
Kesehatan dan Usaha Kesehatan Sekolah terutama dalam upaya menurunkan
jumlah penderita sindrom dispepsia sehingga dapat mencegah komplikasi yang
mungkin ditimbulkan oleh dispepsia serta dapat menanamkan perilaku pola
makan yang sehat

Anda mungkin juga menyukai

  • Lokmin Ukp
    Lokmin Ukp
    Dokumen10 halaman
    Lokmin Ukp
    Liza Aulia Putri
    Belum ada peringkat
  • Eimed Papdi PDF
    Eimed Papdi PDF
    Dokumen590 halaman
    Eimed Papdi PDF
    Liza Aulia Putri
    Belum ada peringkat
  • Antibiotik IGD
    Antibiotik IGD
    Dokumen28 halaman
    Antibiotik IGD
    Liza Aulia Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas Indo
    Tugas Indo
    Dokumen3 halaman
    Tugas Indo
    Liza Aulia Putri
    Belum ada peringkat
  • Difteri
    Difteri
    Dokumen44 halaman
    Difteri
    Liza Aulia Putri
    Belum ada peringkat