5 Bab 2
5 Bab 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dispepsia
2.1.1 Definisi
Dispepsia merupakan isitilah yang digunakan untuk suatu sindrom
(kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang,
dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap penderita. Bahkan
pada seorang penderita, keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari
segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan. Jadi, dispepsia bukanlah suatu
penyakit, melainkan merupakan kumpulan gejala ataupun keluhan yang harus
dicari penyebabnya.14
Menurut Djojoningrat (2014) kata dispepsia berasal dari bahasaYunani,
dys yang berarti jelek atau buruk dan pepsia yang berarti pencernaan, jika
digabungkan dispepsia memiliki arti indigestion atau kesulitan dalam mencerna.
Semua gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan dengan masukan makanan
disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri epigastrum, rasa tidak
nyaman, atau distensi.15
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glokosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh
akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa
lambung serta menimbulkan rasa nyeri diskitar epigastrium.18
2) Jenis Makan dan Minuman
a. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang sistem
pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan
muntah. Gejala tersebut membuat penderita semakin berkurang nafsu
makannnya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas 1x dalam 1
minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan
iritasi pada lambung.18 Selain itu, bubuk cabai atau chilli powder dapat
menyebabkan kehilangan sel epitel pada lapisan mukosa.19
b. Makanan Asam
Makanan asam termasuk makanan yang berisiko penyebab dispepsia.
Makanan asam dapat memperlambat pengosongan lambung. Sebelum masuk
duodenum, kimus yang bersifat asam akan dinetralisir oleh Natrium
Bikarbonat (NaHCO3). Bila proses belum selesai, kimus asam akan berada di
dalam lambung, sehingga akan mengiritasi lapisan mukosa lambung dan
menimbulkan serangan gastritis
c. Rokok
Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu
orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok diisap, terdapat kurang
lebih 300 macam bahan kimia, diantaranya acrolein, nikotin, asap rokok, gas
CO. Nikotin itulah yang menghalangi terjadinya rasa lapar. Itu sebabnya
seseorang menjadi tidak lapar karena merokok, sehingga akan meningkatkan
asam lambung.
d. Kopi
7
Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein ternyata dapat
menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem
pernafasan, sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran
setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar,
bergairah, daya pikir lebih cepet, tidak mudah lelah atau mengantuk. Kafein
dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung
dan pepsin. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan
inflamasi pada mukosa lambung.
e. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walupun
pada kondisi normal. Berdasarkan penelitian, orang minum alkohol 75 gr (4
gelas/minggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis.
f. Minuman Bersoda
Minuman bersoda merupakan minuman mengandung gas. Gas yang
berlebihan dalam lambung dapat memperberat kerja lambung. Minuman
bersoda atau berkarbonasi akan melenturkan katup LES (Lower Esophangeal
Sphincter) yaitu katup antara lambung dan tenggorokan sehingga
menyebabkan reflux atau berbaliknya asam lambung ke kerongkongan. Oleh
karena itu orang memiliki gangguan pencernaan dianjurkan tidak
mengkonsumsinya. Disamping itu,minuman bersoda juga memiliki pH antara
3-4 yang berarti bersifat asam sehingga akan meningkatkan dampak buruk
bagi lambung.19
3) Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman gram negatif, basil yang berbentuk kurva
dan batang Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Infeksi
H.pylori ini sering diketahui sebagai penyebab utama terjadi ulkus peptikum
dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia
heterogen menghambat aktifitas siklooksigenasi, menyebabkan penurunan
sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat.
Misalnya aspirin, ibuprofen dan naproxen yang dapat menyebabkan
peradangan pada lambung jika pemakaian obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung.
5) Usia
Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis dibanding
dengan usia muda. Hal ini menunjukan dengan seiring bertambah usia
mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki
infeksi H. Pylori atau gangguan autoimun dari pada orang yang lebih muda.
Sebaliknya, jika mengenai usia muda biasanya lebih berhubungan dengan
pola hidup yang tidak sehat.20
6) Stress psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya pada
beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang
meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung.
7) Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluk empedu
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus dan pendarahan
pada lambung.
2.1.3 Klasifikasi
Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia Organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindrom dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach
cancer, dan gastro esophageal reflux disease.
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi.21
9
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah pendarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA), berupa hematemesis dan melena, yang berakhir dengan
shock hemoragik. Apabila prosesnya hebat, sering juga terjadi ulkus, namun
jarang terjadi perforasi.
2.2.1 Definisi
Pola Makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi
bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas
dari suatu kelompok masyarakat tertentu. 23 Menurut Depkes RI (2009) Pola
Makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.24
10
Kebiasaan hidup yang dianjurkan pada dispepsia adalah pola makan yang
normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal
makan yang teratur, sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol dan pantang rokok, bila minum obat karena sesuatu
penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.3
Sindrom Dispepsia :
Penatalaksanaan :