Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTUMBUHAN

ALLELOPATI

OLEH :

Nama : Ulandari

NIM : F1071131061

Kelompok : 5 ( Lima )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Molish(1937) yang pertama kali memberi batasan alelopati. Rice (1984) juga
menggunakan istilah yang sama untuk semua jenis interaksi biokimia, termasuk
antara tumbuhan tinggi dan mikroorganisme. Akan tetapi Muller (1920) salah seorang
pionir dalam alelopati, lebih membatasi penggunaan istilah alelopati khusus untuk
interaksi antar tumbuhan tinggi saja.
Alelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan
tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang
sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha
mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman
kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Semua jenis tanaman hidup
mempunyai kebutuhan yang hampir sama, mereka memerlukan sinar matahari, air,
unsur hara untuk pertumbuhan dan jika memerlukan ruangan sebagai tempat
hidupnya. Dengan adanya kesamaan keperluan hidup tersebut dalam keadaan tertentu
terjadi persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan ruangan. Untuk
mengetahui pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau maka
dilakukan percobaan allelopati.
Sejumlah zat ealelopati telah diidentifikasi, seperti lignan asam norhidroguaiaretat
yang terdapat dalam kreosot, larnea tridenta, kadarnya 5-10% yang dapat
menghambat pertumbuhan semak disekitarnya. Senyawa sulfur tersienil dan
poliasetiana fenil heptratryn yang dihasilkan oleh sejumlah tumbuhan composiate,
adalah zat-zat yang sifat alelopatinya sangat dipengaruhi oleh sinar matahari,
sehingga makin jauh kedalam tanah aktifitasnya makin kecil. Tetapi hasil ekstraksi
tanah disekeliling akar tagetes yang menghasilkan , tersienil hanya ditemukan kadar
0,4 ppm, walau demikian sudah cukup untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan
disekitarnya.
B. Masalah
1. Bagaimana pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang hijau?
2. Apa perbedaan perlakuan pada perkecambahan kacang hijau yang
diberikan ekstrak allelopati yang berbeda (akar ilalang, daun akasia,
bawang putih) ?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari pengaruh allelopati
terhadap perkecambahan kacang hijau.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat


mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati
disebut senyawa alelokimia. Definisi lain, alelopati adalah pengaruh langsung
maupun tidak langsung dari suatu tumbuah terhadap tumbuhan lainnya, baik yang
bersifat positif maupun bersifat negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke
lingkungannya (Anonim, 2011).
Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan
metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji.
Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora
dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari
tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan,
pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi
akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar (Sukman,
1991).
Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun,
akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman.
Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai alelopati adalah gas-gas
beracun. Yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan
gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan -fenil isitio sianat sejenis gas
diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat
perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh
seserhana, fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga
dapat mengeluarkan zat alelopati (Moenadir,1998).
Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam fenolat,
2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten (penghambat fotosintesis).
Sebagian besar senyawa alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa
asam fenolat. Tanaman pangan ada juga yang menghasilkan senyawa alelopat, yaitu
jagung,padi, dan ubi jalar. Tanaman perkebunan yang diindikasikan menghasilkan
senyawa alelopati adalah jahe,kopi arabika, nilam, dan beberapa tanaman yang
bersifat obat (Gilani, 2010).
Sedangkan menurut Indriyanto (2006) dalam jurnal Sylva Lestari Zat-zat
kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua
golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain sebagai
berikut:
1. Autotoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat
mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain
yang sama jenisnya. Contoh tumbuhan yang autotoxic yaitu mangium, akasia,
dan sengon buto.
2. Antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat
mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda
jenisnya. Contoh tumbuhan yang antitoxic yaitu pinus, ilalang, johar, agatis,
mangga, mimba, dan jati (Lestari, 2015).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat alelopathi dilepaskan oleh
tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara
lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun
atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ
tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis
tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya
Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum, Erenophylla
mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum,
gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui
pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens (Setyowati, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri.
Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa
tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan
dalam metabolisme primer organisme organism. Faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain
jenis tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada
waktu sisa tanaman mengalami perombakan (Odum, 1998).
Adapun pengaruh alelopat pada tanaman Wibowo(2011) yaitu:
Menghambat penyerapan hara dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion
oleh
tumbuhan
Menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan
Mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan
Menghambat respirasi akar
Menghambat sintesis protein
Menurunkan daya permeabilitas membran sel tumbuhan
Menghambat aktivitas enzim (Wibowo,2011).
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Adapun praktikum daur karbon dilaksanakan
Hari/ Tanggal : Selasa, November 2015
Pukul :
Tempat: Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
Alat:
- Cawan petri - Kertas merang
- Kertas saring whatman - Pisau/gunting
- Corong penyaring - Penggaris/benang meteran
- Blender - Labu ukur
- Mortar dan alu
Bahan:
- Akar ilalang - Biji kacang hijau
- Umbi bawang putih - Aquades
- Daun akasia
C. Cara Kerja
1. Dipilih biji kacang hijau yang baik.
2. Disiapkan 4 cawan petridish yang telah diberi kertas merang.
3. Dibuat ekstrak akar ilalang, akasia dan bang putih sebagai berikut:
Dihaluskan bagian tumbuhan di atas dengan blender, mortar dan
alu atau digunting halus.
Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut
dengan aquades dengan perbandingan sebagai berikut:
i. Bagian tumbuhan dan air (1:7)
ii. Bagian tumbuhan dan air (1:14)
iii. Bagian tumbuhan dan air (1:21)
Dibiarkan selama 24 jam, lalu disaring dengan menggunakan alat
penyaring.
Ini adalah larutan ekstrak yang akan digunakan sebagai perlakuan.
4. Diletakkan masing-masing 10 biji kacang hijau kedalam petridish.
5. Dilakukan perlakuan pada kacang hijau sebagai berikut:
i. Pertidish dengan kacang hijau + 5 ml aquades.
ii. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang
o Ekstrak perbandingan I (1:7)
o Ekstrak perbandingan II (1:14)
o Ekstrak perbandingan III (1:21)
Diulangi hal yang sama dengan menggunakan ekstrak
akasia dan bawang putih.
iii. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia.
iv. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih.
6. Diamati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 10 hari
dan diamati pertumbuhan kecambahnya dengan mengukur panjang
kecambah.
7. Ditentukan persen perkecambahan.
8. Dibandingkan hasil pengamatan saudara dengan menggunakan RAK
dan RAL faktorial.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hari pertama
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A Jumlah
Faktor B
0M 1:7M 1 : 14 M 1 : 21 M

Akasia 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0
0 0 0 0 0

Bawang
0 0 0 0 0
putih

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

Ilalang 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

Total 0 0 0 0 0

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor A

Faktor B 0M 1:7M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A

Akasia 0 0 0 0 0

Bawang
Putih 0 0 0 0 0

Ilalang 0 0 0 0 0

Total B 0 0 0 0 0

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 0,00 0,00 0

Ekstrak 2 0,00 0,00 0

Kons*Ekst 6 0,00 0,00 0


2
Eksp. Error 4 0,00 0,00

3
Total 5 0,00 0,00

Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 0
F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test < F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menerima H 0 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada
konsentrasi ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 0
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test < F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menerima H 0 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada
pemberian ekstrak yang berbeda.

Hari kedua
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor B Faktor A Jumlah

0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 1,05 1,1 1,6 1,15 4,9

1,05 1,17 1,2 1,15 4,57

1,05 0,95 1,15 1,15 4,3

Bawang
1,25 1,15 0,85 0,31 3,56
Putih

1,25 1,2 0,8 0,25 3,5

1,25 1,2 0,9 0,58 3,93

Ilalang 2,05 0,85 1,1 1,05 5,05

2,05 1,25 1,2 0,67 5,17

2,05 1,15 0,67 0,35 4,22

Total 13,05 10,02 9,47 6,66 39,2

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor A

Faktor B 0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A

Akasia 3,15 3,22 3,95 3,45 13,77

Bawang
Putih 3,75 3,55 2,55 1,14 10,99

Ilalang 6,15 3,25 2,97 2,07 14,44

Total B 13,05 10,02 9,47 6,66 39,2

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest
Konsentrasi 3 0,56 0,19 6,33

Ekstrak 2 2,29 1,15 38,33

Kons*Ekst 6 2,39 0,40 13,33

2
Eksp. Error 4 0,71 0,03

3
Total 5 5,94 1,47

Kesimpulan :

1. F test Konsentrasi = 6,33


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2. Ftest Ekstrak = 38,33
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

Hari ketiga
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A Jumlah
Faktor B
0M 1:7M 1 : 14 M 1 : 21 M

Akasia 1,8 2,73 1,93 1,83 8,29


1,8 2,01 3,25 1,87 8,93

1,8 1,5 2,74 1,89 7,93

Bawang 3,8
2,79 2,76 1,9 11,34
Putih 9

3,8
3,02 2,77 1,96 11,64
9

3,8
4,33 2,57 1,78 12,57
9

2,2
Ilalang 1,78 2,98 1,59 8,56
1

2,2
2,97 1,87 1,92 8,97
1

2,2
2,83 1,73 1,04 7,81
1

23,
Total 23,96 22,6 15,78 86,04
7

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor A

Faktor B 0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A

Akasia 5,4 6,24 7,92 5,59 25,15

Bawang
Putih 11,67 10,14 8,1 5,64 35,55

Ilalang 6,63 7,58 6,58 4,55 25,34


Total B 23,7 23,96 22,6 15,78 86,04

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 5,90 1,97 8,96

Ekstrak 2 4,98 2,49 11,32

Kons*Ekst 6 4,79 0,80 1,02

2
Eksp. Error 4 5,25 0,22

3
Total 5 20,92 5,63

Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 8,96


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 11,32
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.
Hari keempat
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A
Faktor B Jumlah
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M

Akasia 2,6 3,35 2,35 2,85 11,15

2,6 2,33 5,7 2,25 12,88

2,6 3,7 3,05 2,25 11,6

Bawang
5,9 4,4 4,23 2,21 16,74
Putih

5,9 4,25 3,73 2,1 15,98

5,9 5,08 2,68 1,99 15,65

Ilalang 4,89 2,2 3,05 2,8 12,94

4,89 4,02 2,59 2,21 13,71

4,89 3,31 2,46 2,66 13,32

Total 40,17 32,64 29,84 21,32 123,97

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor B Faktor A
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A

Akasia 7,8 9,38 11,1 7,35 35,63

Bawang
Putih 17,7 13,73 10,64 6,3 48,37

Ilalang 14,67 9,53 8,1 7,67 39,97

Total B 40,17 32,64 29,84 21,32 123,97

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 6,99 2,33 4,96

Ekstrak 2 20,20 10,1 21,49

Kons*Ekst 6 16,31 2,72 5,79

2
Eksp. Error 4 11,23 0,47

3
Total 5 54,74 13,42

Kesimpulan :

1. F test Konsentrasi = 4,96


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2. Ftest Ekstrak = 21,49
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

Hari kelima
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A
Faktor B Jumlah
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M

Akasia 2,92 3,74 2,95 4,01 13,62

2,92 2,81 5,91 2,71 14,35

2,92 4,1 3,79 2,46 13,27

Bawang
6,08 4,8 4,28 2,52 17,68
Putih

6,08 6,2 3,93 2,5 18,71

6,08 6,05 3,3 7,05 22,48

Ilalang 6,47 4,77 3,12 10,2 24,56

6,47 4,31 3,59 6,05 20,42

6,47 3,71 9,2 7,35 26,73

Total 46,41 40,49 40,07 44,85 171,82

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor B Faktor A
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A

Akasia 8,76 10,65 12,65 9,18 41,24

Bawang
Putih 18,24 17,05 11,51 12,07 58,87

Ilalang 19,41 12,79 15,91 23,6 71,71

Total B 46,41 40,49 40,07 44,85 171,82

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 39,00 13 5,70

Ekstrak 2 33,33 16,67 7,31

Kons*Ekst 6 33,09 5,52 2,42

2
Eksp. Error 4 54,80 2,28

3
Total 5 130,23 28,41

Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 5,70


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 7,31
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

Hari keenam
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A Jumlah
Faktor B
0M 1:7M 1 : 14 M 1 : 21 M

Akasia 10,25 7,05 6,1 6,8 30,2

10,25 7,01 13,5 7,9 38,66

10,25 9,5 15,2 4,79 39,74

Bawang
18,29 7,6 6,8 4,32 37,01
Putih

18,29 6,57 6,2 4,81 35,87

18,29 8,6 5,3 7,21 39,4

Ilalang 10,73 7,3 13,5 11,8 43,33

10,73 10,8 12,6 10,1 44,23

10,73 11,8 10,92 9,08 42,53

Total 117,81 76,23 90,12 66,81 350,97

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor B Faktor A

0M 1 : 7 1 : 14 M 1 : 21 M Total
M A

Akasia 30,75 23,56 34,8 19,49 108,6

Bawang
Putih 54,87 22,77 18,3 16,34 112,28

Ilalang 32,19 29,9 37,02 30,98 130,09

Total B 117,81 76,23 90,12 66,81 350,97

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 22,02 7,34 2,14

Ekstrak 2 164,49 82,25 23,98

Kons*Ekst 6 219,52 36,59 10,67

2
Eksp. Error 4 82,22 3,43

3
Total 5 488,24 105,85

Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 2,14


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test < F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menerima H 0 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada
konsentrasi ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 23,98
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

Hari ketujuh
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A Jumlah
Faktor B 1 : 7
0M 1 : 14 M 1 : 21 M
M

Akasia 11,3 9,85 10,5 8,5 40,15

11,3 10,1 14,7 8,7 44,8

11,3 11,1 15,7 5,6 43,7

Bawang
18,73 10,6 8,3 6,2 43,83
Putih

18,73 8,8 9,8 7,7 45,03

18,73 10,5 8,2 8,1 45,53

Ilalang 12,21 11,4 14,3 12,8 50,71

12,21 11,4 15,2 12,7 51,51

12,21 12,6 12,5 11,3 48,61

Total 126,72 96,35 109,2 81,6 413,87


Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor A

1 : 7 Total
Faktor B
0M M 1 : 14 M 1 : 21 M A

Akasia 33,9 31,05 40,9 22,8 128,65

Bawang
Putih 56,19 29,9 26,3 22 134,39

Ilalang 36,63 35,4 42 36,8 150,83

Total B 126,72 96,35 109,2 81,6 413,87

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 22,09 7,36 5,22

Ekstrak 2 122,49 61,25 43,44

Kons*Ekst 6 179,46 29,91 21,21

2
Eksp. Error 4 33,93 1,41

3
Total 5 357,96 83,20
Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 5,22


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 43,44
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

Hari kedelapan
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A Jumlah

Faktor B 1 : 7
0M 1 : 14 M 1 : 21 M
M

Akasia 11,5 12,4 10,61 9,8 44,31

11,5 10,5 16,2 9,2 47,4

11,5 11,4 16,3 6,8 46

Bawang
18,31 12,5 9,2 6,9 46,91
Putih

18,31 10,6 10,1 8,2 47,21

18,31 11,01 9,5 8,5 47,32


Ilalang 13,3 12,5 17,1 13,7 56,6

13,3 12,9 17,5 13,1 56,8

13,3 14,2 15,6 12,6 55,7

Total 129,33 108,01 122,11 88,8 448,25

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor A

1 : 7 Total
Faktor B
0M M 1 : 14 M 1 : 21 M A

Akasia 34,5 34,3 43,11 25,8 137,71

Bawang
Putih 54,93 34,11 28,8 23,6 141,44

Ilalang 39,9 39,6 50,2 39,4 169,1

Total B 129,33 108,01 122,11 88,8 448,25

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 49,01 24,50 16,33

Ekstrak 2 106,30 26,58 17,72

Kons*Ekst 6 160,23 26,71 17,75

2
Eksp. Error 4 36,12 1,50

Total 3 351,66 88,15


5

Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 16,63


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 17,72
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

Hari kesembilan
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A Jumlah
Faktor B 1 : 7
0M 1 : 14 M 1 : 21 M
M

Akasia 11,8 16,5 11,3 10,46 50,06

11,8 11,2 18,32 10,76 52,08

11,8 11,75 18,4 7,94 49,89

Bawang
19,15 14,7 10,32 7,65 51,82
Putih
19,15 12,86 11,9 9,72 53,63

19,15 12,6 10,72 9,21 51,68

Ilalang 14,32 13,42 19,12 14,72 61,58

14,32 13,42 18,3 14,27 60,31

14,32 16,1 18,77 13,42 62,61

Total 135,81 122,55 137,15 98,15 493,66

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor A

1 : 7 Total
Faktor B
0M M 1 : 14 M 1 : 21 M A

Akasia 35,4 39,45 48,02 29,16 152,03

Bawang
Putih 57,45 40,16 32,94 26,58 157,13

Ilalang 42,96 42,94 56,19 42,41 184,5

Total B 135,81 122,55 137,15 98,15 493,66

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 50,82 16,94 6,05

Ekstrak 2 109,04 54,52 27,26

Kons*Ekst 6 175,99 29,33 10,48

Eksp. Error 2 67,31 2,80


4

3
Total 5 403,16 93,89

Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 6,05


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 27,26
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

Hari kesepuluh
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan

Faktor A
Faktor B Jumlah
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M

Akasia 12,3 18,65 12,41 11,32 54,68

12,3 12,37 20,21 11,32 56,2

12,3 12,12 20,19 8,25 52,86


Bawang
20,27 16,86 11,43 8,55 57,11
Putih

20,27 14,57 12,57 10,82 58,23

20,27 13,72 11,82 10,32 56,13

Ilalang 15,43 14,55 21,02 15,87 66,87

15,43 17,25 19,32 15,34 67,34

15,43 18,73 21,83 14,56 70,55

Total 144 138,82 150,8 106,35 539,97

Tabel. Jumlah Tiap Ekstrak

Faktor A

Faktor B 0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A

Akasia 36,9 43,14 52,81 30,89 163,74

Bawang
Putih 60,81 45,15 35,82 29,69 171,47

Ilalang 46,29 50,53 62,17 45,77 204,76

Total B 144 138,82 150,8 106,35 539,97

Tabel ANOVA

Source df SS MS Ftest

Konsentrasi 3 79,18 26,39 6,60

Ekstrak 2 129,56 64,78 16,20

Kons*Ekst 6 199,74 33,29 8,32


2
Eksp. Error 4 96,05 4,00

3
Total 5 504,53 120,07

Kesimpulan :

1) F test Konsentrasi = 6,60


F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi
ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 16,20
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test > F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H 0 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada pemberian
ekstrak yang berbeda.

B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini membahas tentang allelopati, dimana pada percobaan
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang
hijau dengan pengamatan menggunakan ekstrak bawang, akasia dan ilalang dengan
masing-masing perlakuan tersebut dibuat konsentrasi yang berbeda-beda yaitu
control, 1:7, 1:14 dan 1:21, konsentrasi yang berbeda ini dibuat untuk menentukan
pengaruh pertumbuhan perkecambahan dengan perlakuan dan konsentrasi yang
berbedam dengan waktu pengamatan 1 minggu.
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu cawan petri, kertas
saring Whatman, aquades, corong penyaring, blender, mortar dan alu, kertas merang,
pisau/gunting, penggaris/benang meteran,labu ukur,akar ilalang, umbi bawang putih,
daun akasia dan biji kacang hijau.
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati
disebut senyawa alelokimia.
Pada prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak,
menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga
menguntungkan. Allelopati ini juga merupakan peristiwa yang terjadi karena adanya
pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang
dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya.
Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan
tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari
tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair
dan dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat
adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada
pembelahan sel, pangambilan mineral, resppirasi, penutupan stomata, sintesis protein,
dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau
eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan
pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. Bagian
tumbuhan yang dibuat sebagai ekstrak allelopati yaitu bagian akar dari ilalang,
bawang putih dan daun akasia karena pada bagian inilah alelopat sering dikeluarkan
pada alang-alang dan akasia.

Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam fenolat,


2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten (penghambat fotosintesis).
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada media ekstrak bawang
putih dengan 3 kali pengulangan dan 4 konsentrasi yang berbeda yaitu, pada ekstrak
bawang putih dengan konsentrasi kontrol, 0 M, 1:7M, 1:14M dan 1:21M ,
selanjutnya pada media yang kedua yaitu pada ekstrak daun akasia dengan 3 kali
pengulangan dan 4 konsentrasi yang berbeda juga yaitu kontrol,0 M, 1:7M, 1:14M,
dan 1:21M , dan yang terakhir yaitu pada media ekstrak ilalang dengan 3 kali
pengulangan dan 4 konsentrasi yang berbeda yaitu 0 M, 1:7M, 1:14M, dan 1:21M .
Pada konsentrasi 0 M tumbuhan kacang hijau yang mengalami pertumbuhan paling
tinggi pada hari kesepuluh yaitu pada ekstrak bawang putih dengan rata-rata
tingginya 12,3 cm sedangkan pertumbuhan kacang hijau yang paling rendah yaitu
pada ekstrak daun akasia dengan rata-rata tingginya 20,7 cm. Kemudian untuk
konsentrasi 1:7M pertumbuhan tanaman yang paling tinggi yaitu pada ekstrak ilalang
dimana rata-rata tingginya 16,8 cm, sedangkan untuk pertumbuhan tanaman yang
paling rendah yaitu pada ekstrak bawang putih dengan rata-rata tinggi tananam 15,04
cm. Selanjutnya untuk konsentrasi 1:14 pertumbuhan tanaman kacang hijau yang
paling tinggi yaitu pada ekstrak ilalang dengan rata-rata tingginya yaitu 20,72 cm
dan pertumbuhan kacang hijau yang paling rendah yaitu pada ekstrak bawang putih
dengan rata-rata tingginya yaitu 11,94 cm. Dan yang terakhir yaitu konsentrasi 1:21
pertumbuhan kacang hijau yang paling tinggi yaitu pada ekstrak ilalang dengan rata-
rata tingginya 15,25 cm dan pertumbuhan kacang hijau yang paling rendah yaitu pada
ekstrak bawang putih dengan rata-rata tingginya yaitu 9,89. Berdasarkan data tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan, maka
semakin besar pengaruh pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya
tingkat kesuburan tanaman, yang ditunjukan dengan rendahnya tinggi tanaman.

Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap


pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui
serangkaian proses yang cukup kompleks, proses tersebut diawali di membran plasma
dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya
fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi
ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses
fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein,
pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau
seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan
pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan sasaran.

Dari hasil pengamatan yang diperoleh dilakukan pengujian dengan


menggunakan tabel anova dengan 4 perlakuan control (0 M, 1:7 M, 1:14 M, dan 1:21
M) dengan 3 faktor yaitu (ekstrak akasia, ekstrak bawang putih dan ekstrak ilalang)
dan dengan 3 pengulangan pada setiap perlakuan. Pada pengujian ini digunakan
desain percobaan Faktorial RAL. Dari pengujian yang dilakukan dengan desain
Faktorial RAL tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak yang diberikan
mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dengan F test > F tabel (6,60 > 3,01),
maka mempunyai cukup bukti untuk menolak H0 yang berarti bahwa terdapat
perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada konsentrasi ekstrak yang berbeda.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang
bersifat alelopati disebut senyawa alelokimia.
2. Pada prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak,
menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga
menguntungkan.
3. Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam
fenolat, 2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten
(penghambat fotosintesis).
4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan maka pertumbuhan
pada tumbuhan tersebut akan semakin terganggu,.
5. Tingginya konsentrasi ekstrak yang diberikan dapat menyebabkan
tumbuhan menjadi rendah.
6. Pengujian dengan menggunakan anova desain factorial RAL dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak mempengaruhi pertumbuhan
tinggi kacang hijau.
B. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum praktikannya memperhatikan baik-baik cara
kerjanya dan tidak berisik pada saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Alelopati Tanaman. (online)


(<scribd.com/doc/2497261/alelopat.htm>), diakses tanggal 06 Januari 2015.
Gilani, S. A. 2010. Phytotoxic studies of medical plant species of Pakistan. Journal
Botany 28(1): 987-996.
Lestari, Sylva. 2015. Pengaruh Zat Alelopati Dari Pohon Akasia, Mangium, dan Jati
Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia, Mangium, dan Jati. Jurnal Sylva Lestari
Volume 3 No. 1 Januari 2015 (81-90).
Moenandir, Jody. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta :
Rajawali Pers.
Odum . 1998 . Ekologi Tumbuhan . Yogyakarta : Rineka Cipta.
Setyowati dan Yuniarti. 1999. Efikasi Allelopati Teki Formulasi Cairan Terhadap
Gulma. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesi
(http://www.jurnal@indonesia.co.id).
Sukman, Y dan Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali
Pers.
Wibowo,D.M. 2011. Teknologi Pengendalian Gulma.(online)
(<ml.scribd.com/doc/alelopat.htm>), diakses tanggal 06 Januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai