Allelopati
Allelopati
ALLELOPATI
OLEH :
Nama : Ulandari
NIM : F1071131061
Kelompok : 5 ( Lima )
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Molish(1937) yang pertama kali memberi batasan alelopati. Rice (1984) juga
menggunakan istilah yang sama untuk semua jenis interaksi biokimia, termasuk
antara tumbuhan tinggi dan mikroorganisme. Akan tetapi Muller (1920) salah seorang
pionir dalam alelopati, lebih membatasi penggunaan istilah alelopati khusus untuk
interaksi antar tumbuhan tinggi saja.
Alelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan
tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang
sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha
mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman
kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Semua jenis tanaman hidup
mempunyai kebutuhan yang hampir sama, mereka memerlukan sinar matahari, air,
unsur hara untuk pertumbuhan dan jika memerlukan ruangan sebagai tempat
hidupnya. Dengan adanya kesamaan keperluan hidup tersebut dalam keadaan tertentu
terjadi persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan ruangan. Untuk
mengetahui pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau maka
dilakukan percobaan allelopati.
Sejumlah zat ealelopati telah diidentifikasi, seperti lignan asam norhidroguaiaretat
yang terdapat dalam kreosot, larnea tridenta, kadarnya 5-10% yang dapat
menghambat pertumbuhan semak disekitarnya. Senyawa sulfur tersienil dan
poliasetiana fenil heptratryn yang dihasilkan oleh sejumlah tumbuhan composiate,
adalah zat-zat yang sifat alelopatinya sangat dipengaruhi oleh sinar matahari,
sehingga makin jauh kedalam tanah aktifitasnya makin kecil. Tetapi hasil ekstraksi
tanah disekeliling akar tagetes yang menghasilkan , tersienil hanya ditemukan kadar
0,4 ppm, walau demikian sudah cukup untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan
disekitarnya.
B. Masalah
1. Bagaimana pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang hijau?
2. Apa perbedaan perlakuan pada perkecambahan kacang hijau yang
diberikan ekstrak allelopati yang berbeda (akar ilalang, daun akasia,
bawang putih) ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari pengaruh allelopati
terhadap perkecambahan kacang hijau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hari pertama
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A Jumlah
Faktor B
0M 1:7M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
Bawang
0 0 0 0 0
putih
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
Ilalang 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0
Faktor A
Akasia 0 0 0 0 0
Bawang
Putih 0 0 0 0 0
Ilalang 0 0 0 0 0
Total B 0 0 0 0 0
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
3
Total 5 0,00 0,00
Kesimpulan :
1) F test Konsentrasi = 0
F tabel 5%, (3,24) = 3,01.
F test < F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menerima H 0 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada
konsentrasi ekstrak yang berbeda.
2) Ftest Ekstrak = 0
F tabel 5%, (2,24) = 3,40.
F test < F tabel, maka mempunyai cukup bukti untuk menerima H 0 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman pada
pemberian ekstrak yang berbeda.
Hari kedua
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Akasia 1,05 1,1 1,6 1,15 4,9
Bawang
1,25 1,15 0,85 0,31 3,56
Putih
Faktor A
Faktor B 0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Bawang
Putih 3,75 3,55 2,55 1,14 10,99
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
Konsentrasi 3 0,56 0,19 6,33
2
Eksp. Error 4 0,71 0,03
3
Total 5 5,94 1,47
Kesimpulan :
Hari ketiga
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A Jumlah
Faktor B
0M 1:7M 1 : 14 M 1 : 21 M
Bawang 3,8
2,79 2,76 1,9 11,34
Putih 9
3,8
3,02 2,77 1,96 11,64
9
3,8
4,33 2,57 1,78 12,57
9
2,2
Ilalang 1,78 2,98 1,59 8,56
1
2,2
2,97 1,87 1,92 8,97
1
2,2
2,83 1,73 1,04 7,81
1
23,
Total 23,96 22,6 15,78 86,04
7
Faktor A
Faktor B 0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Bawang
Putih 11,67 10,14 8,1 5,64 35,55
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
2
Eksp. Error 4 5,25 0,22
3
Total 5 20,92 5,63
Kesimpulan :
Faktor A
Faktor B Jumlah
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Bawang
5,9 4,4 4,23 2,21 16,74
Putih
Faktor B Faktor A
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Bawang
Putih 17,7 13,73 10,64 6,3 48,37
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
2
Eksp. Error 4 11,23 0,47
3
Total 5 54,74 13,42
Kesimpulan :
Hari kelima
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A
Faktor B Jumlah
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Bawang
6,08 4,8 4,28 2,52 17,68
Putih
Faktor B Faktor A
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Bawang
Putih 18,24 17,05 11,51 12,07 58,87
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
2
Eksp. Error 4 54,80 2,28
3
Total 5 130,23 28,41
Kesimpulan :
Hari keenam
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A Jumlah
Faktor B
0M 1:7M 1 : 14 M 1 : 21 M
Bawang
18,29 7,6 6,8 4,32 37,01
Putih
Faktor B Faktor A
0M 1 : 7 1 : 14 M 1 : 21 M Total
M A
Bawang
Putih 54,87 22,77 18,3 16,34 112,28
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
2
Eksp. Error 4 82,22 3,43
3
Total 5 488,24 105,85
Kesimpulan :
Hari ketujuh
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A Jumlah
Faktor B 1 : 7
0M 1 : 14 M 1 : 21 M
M
Bawang
18,73 10,6 8,3 6,2 43,83
Putih
Faktor A
1 : 7 Total
Faktor B
0M M 1 : 14 M 1 : 21 M A
Bawang
Putih 56,19 29,9 26,3 22 134,39
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
2
Eksp. Error 4 33,93 1,41
3
Total 5 357,96 83,20
Kesimpulan :
Hari kedelapan
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A Jumlah
Faktor B 1 : 7
0M 1 : 14 M 1 : 21 M
M
Bawang
18,31 12,5 9,2 6,9 46,91
Putih
Faktor A
1 : 7 Total
Faktor B
0M M 1 : 14 M 1 : 21 M A
Bawang
Putih 54,93 34,11 28,8 23,6 141,44
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
2
Eksp. Error 4 36,12 1,50
Kesimpulan :
Hari kesembilan
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A Jumlah
Faktor B 1 : 7
0M 1 : 14 M 1 : 21 M
M
Bawang
19,15 14,7 10,32 7,65 51,82
Putih
19,15 12,86 11,9 9,72 53,63
Faktor A
1 : 7 Total
Faktor B
0M M 1 : 14 M 1 : 21 M A
Bawang
Putih 57,45 40,16 32,94 26,58 157,13
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
3
Total 5 403,16 93,89
Kesimpulan :
Hari kesepuluh
Misalkan :
Factor A = Konsentrasi
Factor B = Ekstrak Alelopati Tumbuhan
Tabel. Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor A
Faktor B Jumlah
0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M
Faktor A
Faktor B 0M 1 : 7 M 1 : 14 M 1 : 21 M Total A
Bawang
Putih 60,81 45,15 35,82 29,69 171,47
Tabel ANOVA
Source df SS MS Ftest
3
Total 5 504,53 120,07
Kesimpulan :
B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini membahas tentang allelopati, dimana pada percobaan
ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang
hijau dengan pengamatan menggunakan ekstrak bawang, akasia dan ilalang dengan
masing-masing perlakuan tersebut dibuat konsentrasi yang berbeda-beda yaitu
control, 1:7, 1:14 dan 1:21, konsentrasi yang berbeda ini dibuat untuk menentukan
pengaruh pertumbuhan perkecambahan dengan perlakuan dan konsentrasi yang
berbedam dengan waktu pengamatan 1 minggu.
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu cawan petri, kertas
saring Whatman, aquades, corong penyaring, blender, mortar dan alu, kertas merang,
pisau/gunting, penggaris/benang meteran,labu ukur,akar ilalang, umbi bawang putih,
daun akasia dan biji kacang hijau.
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati
disebut senyawa alelokimia.
Pada prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak,
menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga
menguntungkan. Allelopati ini juga merupakan peristiwa yang terjadi karena adanya
pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang
dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya.
Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan
tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari
tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair
dan dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat
adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada
pembelahan sel, pangambilan mineral, resppirasi, penutupan stomata, sintesis protein,
dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau
eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan
pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. Bagian
tumbuhan yang dibuat sebagai ekstrak allelopati yaitu bagian akar dari ilalang,
bawang putih dan daun akasia karena pada bagian inilah alelopat sering dikeluarkan
pada alang-alang dan akasia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang
bersifat alelopati disebut senyawa alelokimia.
2. Pada prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak,
menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga
menguntungkan.
3. Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam
fenolat, 2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten
(penghambat fotosintesis).
4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan maka pertumbuhan
pada tumbuhan tersebut akan semakin terganggu,.
5. Tingginya konsentrasi ekstrak yang diberikan dapat menyebabkan
tumbuhan menjadi rendah.
6. Pengujian dengan menggunakan anova desain factorial RAL dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak mempengaruhi pertumbuhan
tinggi kacang hijau.
B. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum praktikannya memperhatikan baik-baik cara
kerjanya dan tidak berisik pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA