EPIDEMIOLOGI
(Hidalgo JA. Pott Disease. 2016. Diunduh pada tanggal 08 Febuari 2017.
http://emedicine.medscape.com/article/226141-overview#a5.)
ETIOLOGI
(Paramarta IGE, Purniti PS, Subanada IB, Astawa P. Spondilitis Tuberkulosa. Sari
Pediatri. 2008; 10(08); 177-83.)
(Mandell, GL. John, EB. Raphael D. Skeletal tuberculosin in Principal and practice of
infectious Disease. 7 th ed. Massachusetts. Elsevier Inc. 2012.)
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini umumnya mengenai lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal
dari bagian sentral, bagian depan atau dari daerah epifisial korpus vertebra.
Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan
perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada korteks epifisis, diskus
intervertebral dan ke korpus yang berada didekatnya. 3,6,7
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di
bawah ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan
pada orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus.
Terbanyak ditemukan di regio lumbal.4,6
(2) Sentral
(3) Anterior
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak
dapat diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan
keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis
tanpa keterlibatan tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus
transversus dan spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
posterior. Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen posterior tidak diketahui
tetapi diperkirakan berkisar antara 2%-10%.4,6
Di regio torakal kifosis tampak nyata karena adanya kurvatura dorsal yang
normal; di area lumbar hanya tampak sedikit karena adanya normal lumbar
lordosis dimana sebagian besar dari berat badan ditransmisikan ke posterior
sehingga akan terjadi parsial kolaps; sedangkan di bagian servikal, kolaps hanya
bersifat minimal, kalaupun tampak hal itu disebabkan karena sebagian besar
berat badan disalurkan melalui prosesus artikular. 3
Di regio lumbal abses berjalan sepanjang otot psoas dan biasanya berjalan
menuju lipat paha dibawah ligamen inguinal. Di regio torakal, ligamentum
longitudinal menghambat jalannya abses, tampak pada radiogram sebagai
gambaran bayangan berbentuk fusiform radioopak pada atau sedikit dibawah
level vertebra yang terkena, jika terdapat tegangan yang besar dapat terjadi
ruptur ke dalam mediastinum, membentuk gambaran abses paravertebral yang
menyerupai sarang burung. Terkadang, abses torakal dapat mencapai dinding
dada anterior di area parasternal, memasuki area retrofaringeal atau berjalan
sesuai gravitasi ke lateral menuju bagian tepi leher. 3,4
Sejumlah mekanisme yang menimbulkan defisit neurologis dapat timbul
pada pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Kompresi syaraf sendiri dapat terjadi
karena kelainan pada tulang (kifosis) atau dalam canalis spinalis (karena
perluasan langsung dari infeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan dari tulang
(seperti epidural granuloma, intradural granuloma, tuberculous arachnoiditis). 3,4
Salah satu defisit neurologis yang paling sering terjadi adalah paraplegia
yang dikenal dengan nama Potts paraplegia. Paraplegia ini dapat timbul secara
akut ataupun kronis (setelah hilangnya penyakit) tergantung dari kecepatan
peningkatan tekanan mekanik kompresi medula spinalis. Pada penelitian yang
dilakukan Hodgson di Cleveland, paraplegia ini biasanya terjadi pada pasien
berusia kurang dari 10 tahun (kurang lebih 2/3 kasus) dan tidak ada predileksi
berdasarkan jenis kelamin untuk kejadian ini. 3,4
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri lokal dan nyeri radikular disertai gangguan motorik, sensorik dan sfi
ngter distal dari lesi vertebra akan memburuk jika penyakit tidak segera
ditangani. Menurut salah satu sumber, insiden paraplegia pada spondilitis TB
(Potts paraplegia), sebagai komplikasi yang paling berbahaya, hanya terjadi
pada 4 38 persen penderita. Potts paraplegia dibagi menjadi dua jenis:
paraplegia onset cepat (early-onset) dan paraplegia onset lambat (late-onset).
Paraplegia onset cepat terjadi saat akut, biasanya dalam dua tahun pertama.
Paraplegia onset cepat disebabkan oleh kompresi medula spinalis oleh abses
atau proses infeksi. Sedangkan paraplegia onset lambat terjadi saat penyakit
sedang tenang, tanpa adanya tanda-tanda reaktifasi spondilitis, umumnya
disebabkan oleh tekanan jaringan fibrosa/parut atau tonjolan-tonjolan tulang
akibat destruksi tulang sebelumnya. 7
Gejala motorik biasanya yang lebih dahulu muncul karena patologi terjadi
dari anterior, sesuai dengan posisi motoneuron di kornu anterior medula spinalis,
kecuali jika ada keterlibatan bagian posterior medula spinalis, keluhan sensorik
bisa lebih dahulu muncul. Penelitian di Nigeria melaporkan bahwa paraplegia
terjadi pada 54 persen pasien yang mengalami gangguan kekuatan motorik.
Sedangkan deformitas tulang belakang hanya terjadi pada 21 persen pasien-
pasien tersebut. Tingginya angka paraplegia mungkin disebabkan tingkat
sosioekonomi dan pendidikan yang masih rendah sehingga pasien baru datang
ke layanan kesehatan jika penyakit sudah melanjut dengan gejala yang berat. 6,7